Anda di halaman 1dari 8

Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma


Bagian
Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas I ndonesia/RSCM,
J akarta
Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin
merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang
melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan
mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin
permenit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal
dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan kelainan dipelbagai organ tubuh
seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI
SUSUNAN URIN
Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain
persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam
persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya
penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan
hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang
memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain
lain.
Pada tes kehamilan dianjurkan agar
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak
berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin
menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan
sedimen dapat dipergunakan urin sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan
karena urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang
pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein
sedimen dan tes kehamilan.
Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan
pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan
kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama
keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut
ditampung.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK
DAN KIMIA URIN
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin
adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan
protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar dan nitrit.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.
Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran
volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu
zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran
volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan
minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik
volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume
urin selama 24 jam.

Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan
fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek
diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes
mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama
24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini
mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan
normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik
disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada
umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin
itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh
beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan
warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin
menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat
warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang
menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat
yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat
kehitaman pada urin.

Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung.
Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan
oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,
refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada
orang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin
besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin
tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang
mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan
ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin
kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan
kegagalan ginjal yang menahun.

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal.
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa
pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein
dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH
pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus
yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam
pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk
mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini
panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan
pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X)
yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar
(40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna
dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB
untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal
cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen
dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu
organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma,
bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat
amorf dan kristal

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau
berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin,
sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi
dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh
perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan
pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin
disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan
sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus.

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix
berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat
leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
osmolalitas, volume,
pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder
yang berhubungan dengan
berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa
didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti
silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit
yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut
dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal
yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

Kristal dalam urin tidak ada hubungan
langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan
bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti,
karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut
tergantung dari jenis makanan, banyak makanan,kecepatan metabolisme dan kepekatan urin.
Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan
atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam
sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, sepe
rti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik
didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal
yang
telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau
diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

PEMERIKSAAN KIMIA URIN
Disamping cara konvensional, pemeriksaan
kimia urin dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens
pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di
Indonsia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan
pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah
mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian
reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan.
Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan
dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan
suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau
urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan
bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar
bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang
menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein.
Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk
pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain
seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil
pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya
protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium
kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu
dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan
pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai
hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi
glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat
disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis
akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-
lain
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan denganmemakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain
glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa
dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada
urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau
benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton
mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan
reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang
peka. Untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu
mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-
hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang
lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme
lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum
kadar benda keton dalam serum meningkat. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan
reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna
biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene
sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan
kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat
mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi
bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

Pembacaan Reagens Pita
Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi
urobilinogen urin mungkin disebabkan
oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam tubuh. Dalam
keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan
oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini
dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap
hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik
urin. Hasil negatif palsu bila urin mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri
yang berasal dari Sedimen urin infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang
terkontaminasi.

Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit.
Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat
lebih dari mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah
urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat
menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan
memberikan basil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin
terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan
adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman
yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit.
Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat
dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis
urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung
vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03.

Anda mungkin juga menyukai