Anda di halaman 1dari 3

ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM

Anemia adalah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang beredar tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratorik
dijabarkan sebagai penurunan di bawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan
hematokrit (packed red cell). Berdasarkan morfologinya, dibedakan menjadi anemia mikrositik
hipokrom, anemia makrositik, dan anemia normositik normokrom.
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM
Pada anemia mikrositik hipokrom, kedua indeks eritrosit yaitu volume eritrosit rata-rata dan
hemoglobin eritrosit rata-rata berkurang dan sediaan apus darah tepi menunjukan sel darah
merah yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom) karena defek dalam sintesis hemoglobin.
Termasuk dalam kelompok ini adalah anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik, dan
anemia sideroblastik.
ANEMI A DEFISI ENSI BESI
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kurangnya cadangan besi tubuh
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai.
Adsorbsi Besi
Proses adsorbsi dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase luminal: besi dalam makanan diolah dalam lambung agar bisa diserap di duodenum.
b. Fase mukosal: proses penyerapan dalam mukosa usus, terutama pada mukosa duodenum dan
jejunum.
c. Fase korporeal: meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel yang
membutuhkan, serta penyimpanan besi dalam tubuh.
Banyaknya adsorbsi besi tergantung pada jumlah kandungan besi dalam makanan, jenis besi
dalam makanan (besi heme atau non heme), adanya bahan penghambat atau pemacu adsorbsi
dalam makanan, jumlah cadangan besi dalam makanan, dan kecepatan eritropoesis
Siklus Besi dalam Tubuh
Besi yang diserap usus setiap hari adalah 1-2 mg. Sebagian besar besi dalam tubuh terkandung
dalam hemoglobin yang bersirkulasi dan digunakan ulang untuk sintesis hemoglobin setelah sel
darah merah tersebut mati. Besi dipindahkan dari makrofag ke dalam trasferin plasma dan
dengan demikian kepada eritroblas sumsum tulang.
Gejala Anemia Defisiensi Besi
1. Gejala umum anemia
2. Gejala khas akibat defisiensi besi (tidak dijumpai pada anemia jenis lain)
a. Koilonychias, kuku sendok (spoon nail): kuku menjadi rapuh dan cekung sehingga mirip
sendok
b. Atrofi papil lidah: papil lidah menghilang
c. Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut
d. Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
e. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhlorida
3. Gejala penyakit dasar, yaitu gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia tersebut.
Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Apusan darah menunjukan anemia mikrositik hipokrom, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel
target. Terdapat penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCH, dan
MCHC menurun dengan salah satu dari kriteria di bawah ini:
1. Dua dari tiga parameter di bawah ini:
a. Kadar besi serum menurun <50 mg/dl
b. Total iron binding capacity (TIBC) meningkat >350 mg/dl
c. Saturasi trasferin <15%.
2. Feritin serum <20g/dl
3. Pengecatan sumsum tilang dengan biru prusia (Perls stain) menunjukan cadangan besi
negatif
4. Dengan pemberian sulfas ferosus 3x200 mg per hari disertai kenaikan kadar hemoglobin
lebih dari 2g/dl
Terapi Anemia Defisiensi Besi
1. Terapi kausal.
2. Pemberian besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh, yaitu dengan besi per oral
atau dengan besi parenteral.
3. Pengobatan lain, yaitu dengan diet, vitamin c, atau dengan transfusi darah.
ANEMI A AKIBAT PENYAKI T KRONI K (ANEMI A OF CHRONI C DISEASE)
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang dijumpai pada penyakit tertentu yang khas ditandai
oleh gangguan metabolisme besi sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi sumsum tulang masih cukup.
Gejala Anemia Akibat Penyakit Kronik
Gejala klinik anemia akibat penyakit kronik tidak khas karena lebih banyak didominasi oleh
gejala penyakit dasar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Anemia Akibat Penyakit Kronik
1. Anemia ringan sampai sedang
2. Anemia bersifat mikrositik atau normositik ringan (MCV 75-90 fl)
3. Besi trasferin sedikit menurun
4. Feritin serum normal atau meningkat
5. Pada pengecatan sumsum tulang, besi sumsum tulang normal atau meningkat dengan butir-
butir kasar
Terapi Anemia Akibat Penyakit Kronik
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Jika penyakit dasarnya diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan sendirinya.
2. Anemia tidak memberikan respons pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin B12.
3. Transfusi jarang diperlukan kerana derajat anemia ringan.
4. Pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikan hemoglobin, tetapi darus diberikan terus
menerus.
ANEMI A SI DEROBLASTI K
Anemia sideroblastik adalah anemia dengan sideroblas cincin (ring sideroblast) dalam sumsum
tulang. Anemia ini relatif jarang dijumpai.
Klasifikasi Anemia Sideroblastik
1. Bentuk herediter: jarang dijumpai, herediter dan sex linked (X-linked). Sebagian menunjukan
defek enzim ALA synthetase.
2. Bentuk didapat (acquired)
a. Idiopathic acquired sideroblastic anemia: mutasi somatik pada progenitor eritroid dan
tergolong sebagai sindrom mielodiplastik. Menurut klasifikasi FAB disebut sebagai
refractory anemia with ring sideroblast (RARS).
b. Anemia sideroblastik sekunder: akibat alkohol, obat anti TBC (INH), dan keracunan Pb.
c. Anemia yang responsif pada terapi piridoksin (pyridoxine responsive anemia).
Gejala Anemia Sideroblastik
Gambaran klinik anemia sideroblastik sangat bervariasi dimana pada bentuk yang didapat
dijumpai anemia refrakter terhadap pengobatan.
Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Anemia Sideroblastik
Pada anemia sideroblastik dijumpai antara lain:
1. Anemia bervariasi dari ringan sampai berat.
2. Anemia bersifat mikrositik hipokrom dengan gambaran populasi ganda (double population).
3. Pada bentuk didapat (acquired) RARS, dijumpai tanda diplastik terutama pada eritrosit.
4. Besi serum dan feritin serum normal atau meningkat,
5. Pada pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia, dijumpai sideroblas cincin lebih
dari 15% dari sel eritroblas.
Terapi Anemia Sideroblastik
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Terapi anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik dengan trasfusi darah.
2. Pemberian vitamin B6 dapat dioba karena sebagian penderita responsif terhadap piridoksin.

Anda mungkin juga menyukai