REPETITION OF BOTULINUM TOXIN A INJECTIONS IN PRIMARY AXILLARY HYPERHIDROSIS: A STUDY IN 83 PATIENTS
Oleh: Kusuma Ramadhani (110.2009.154)
Pembimbing : dr. Yanto Widiantoro, SpKK dr. Yuri Yogya
PENDAHULUAN
Hiperhidrosis ialah produksi pengeluaran keringat yang berlebih. Biasanya pada daerah ketiak, telapak tangan, telapak kaki, kening, dan lipatan inguinal. Keringat disekresi dan diekskresi pada kelenjar eksokrin, yang diinvervasikan dengan jaringan kolinergik, melalui sistem simpatis. Pilihan pengobatan topikal (kebanyakan aluminium klorida), iontophoresis, injeksi toxin botolinum, sistem medis (termasuk glikopirolate dan klonidin), dan operasi. Endoskopi toraxic simpatektomi juga dapat dilakukan untuk terapi invasif. Injeksi intraderma toxin botulini digunakan sebagai lini kedua dan telah menunjukkan hasil yang cukup efektif, dengan memblok presinaptik yang melepaskan asetilkolin.
METODE
Kami mengambil semua pasien yang memenuhi syarat yang telah di follow up dengan hiperhidrosis aksilaris primer pada bulan Mei 2001 sampai April 2012 dalam konsultasi dermatologis di RS Le Mans, Perancis untuk terapi toxin botulinum. Methods METODE LANJUTAN Dalam tes ini, dimasukkan 2 gr iodine dan 4 gr potassium iodida dalam 100ml alkohol, kemudian dioleskan diatas kulit pasien. Setelah mengering, ditaburkan bubuk khusus. Keringat membuat warna bubuk menjadi biru tua. Hasil didapatkan melalui kurang lebih 5 menit didalam suhu ruangan dan dalam keadaan istirahat. Semua pasien telah mengalami kegagalan pada terapi lini pertama dengan antipersipirant berdasarkan garam alumunium dengan konsentrasi 20% dengan berbagai efek psikososial. METODE LANJUTAN
Kriteria tidak termasuk pada pasien dengan Myasthenia Gravis dan Ibu hamil. Kriteria : Pasien telah mendapatkan pra-terapi dan telah memenuhi pemeriksaan klinis, keluarnya keringat banyak, dengan kriteria prmer hiperhdrosis (fokal, terlihat, keringat berlebih selama sekurang- kurangnya 6 bulan tidak dengan tiba-tiba karena dengan sekurang-kurangnya 2 dari karateristik: bilateral dan simetris, mengganggu aktvitas sehari- hari, dengan frekuensi minimal 1 kali/minggu, usia ketika terjadi <25 tahun,memiliki riwayat keluarga, berkeringat saat tidur).
METODE LANJUTAN Semua pasien diberikan injeksi pertama toxin botulinum A, pada dosis 125 U per-ketiak. Toxin botulinum A (250 U) dicairkan dalam 1,25 dalam larutan garam dan dimasukkan dalam semprotan dengan jarum berukuran 30-G. Totalnya 12 dari 13 injeksi intradermal sebanyak 0,05 ml dari Dysport (Ipsen) (10U) dipisahkan dengan jarak 1-2 cm, lalu dilanjutkan pada kedua ketiak (sekitar 120-130 U/ketiak). HASIL
Kami megambil 83 pasien, 57 wanita dan 26 laki-laki usia 18-73 tahun antara bulan Mei 2001-April 2012 . Median dari efektvitasinya ialah 5,5 bulan pada injeksi pertama dan 8,5 bulan pada injeks terakhir. Perbedaan dari keduanya ialah P= .0002, tes kecocokan Wlcoxon. Rata-rata pasien mendapatkan 4 sesi injeksi, 65% pasien mendapat 2-4 kali sesi injeksi, 34% pasien mendapatkan 5-10 kali sesi injeksi, 1pasien mendapatkan 17 kali sesi injeksi. Follow up rata-ratanya ialah 2,73 tahun dengan jarak waktu antara 3 bulan sampai 9 tahun. Efektivitas Injeksi pertama rata-rata maksimum dan minimumnya yatu selama 3 minggu sampai 18 bulan. Efektvitas Injeksi terakhir rata-rata berlangsung 3 minggu-48 bulan, maksimum dan minimum. Tidak ada efek samping pada pasien sama sekali.
Pada hiperhidrosis injeksi intradermal botulinum memblok exocytocis dari asetilkolin dengan membran presinaptik dari neuron kolinergik, oleh karena itu dapat menurunkan produksi keringat. Kami memiliki 3 obat Botulinum Toxin A : Botox ((Allergan, Courbevoie, France), Dysport (Ipsen, Boulogne-Billancourt, France), Xeomin (Merz Pharma, Maisons-Laffitte, France. Rasio efektivitas dari Dysport (Ipsen) dan Botox (Allergen) ialah setengah sampai seperempat tergantung lokasi injeksi.
DISKUSI
Komplikasi sangat jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi antara lain mialgia, gatal, dan yang lebih jarang lagi yaitu berkeringat di tempat lain. Neutralisasi Antibodi mungkin terjadi setelah injeksi Toxin Botulinum diulang kembali, karena toxin sendiri terdapat dalam bakteri ini, jadi dapat terbentuk antibodi.
DISKUSI LANJUTAN
Terdapat peningkatan efektivitas toxin botulinum dengan dilakukannya injeksi berulang. Jawaban untuk terjadi efek tersebut adalah mekanisme dari toxin botulinum dan dapat membantu kita untuk mengembahkan efek farmakologisnya.