Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak
dan dewasa. Salah satu dampak dari trauma pada mata yaitu hifema, yang pada
beberapa kasus menjadi emergensi. Hifema adalah suatu keadaan di mana di
dalam bilik mata depan (camera oculi anterior) ditemukan darah. Darah dalam
bilik mata depan ini dapat mengisi seluruh bilik mata depan atau hanya mengisi
bagian bawah bilik mata depan. Hifema dapat terjadi akibat trauma tembus atau
trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar yang pecah
dan bercampur dengan aqueous humor.
1-7
Perdarahan dapat terjadi segera atau sesudah trauma disebut perdarahan
primer, sedangkan perdarahan yang terjadi 5-7 hari sesudah trauma disebut
perdarahan sekunder. Hifema sekunder biasanya terjadi akibat gangguan
mekanisme pembekuan darah atau penyembuhan luka sehingga mempunyai
prognosis yang lebih buruk. Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan
rubeosis iridis, tumor pada iris, retinoblastoma dan kelainan darah.
1,7,10

Hifema yang terjadi pada anak dan dewasa dengan insidensi 2:10.000 per
tahunnya. Cidera pada olahraga berkontribusi sekitar 60% terhadap terjadinya
hifema.
6
Pria mendominasi dengan rasio antara pria dan wanita 3:1, dan 70%
dialami oleh orang berumur dibawah 20 tahun.
13
Di Amerika Serikat insidensi
terjadinya hifema sebanyak 17-20 per 100.000 orang per tahunnya.
10,14,15

Tingkatan dari hifema ditentukan berdasarkan banyaknya perdarahan dalam
bilik depan bola mata. Pembagian tingkat hifema yang cukup dikenal ada 2, yaitu
menurut Edward-Layden dan Rakusin. Tetapi penulis memakai menurut
pembagian Rakusin, yang dibagi menjadi IV (empat) tingkat. Tingkat I:
perdarahan kurang dari 1/3 bola mata, tingkat II: perdarahan 1/3-1/2 bola mata,
tingkat III: perdarahan 1/2-< total bola mata, tingkat IV: perdarahan total bola
mata.
7-9
2

Penderita dengan hifema biasanya akan mengeluh sakit atau nyeri di daerah
bola mata, disertai dengan epifora, blefarospasme dan penglihatan menurun.
2

Pasien dengan riwayat trauma tumpul mungkin saja akan ditemukan kelainan
berupa kelainan trauma tembus seperti: ekimosis, laserasi kelopak, proptosis,
enoftalmos, fraktur yang disertai gangguan pada gerakan bola mata. Kadang-
kadang kita menemukan kelainan berupa defek epitel, edem kornea dan imbibisi
kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari, juga pada iris terlihat
iridodialisis atau robekan iris.
1

Penderita harus dirawat di rumah sakit, karena dapat terjadi perdarahan
sekunder yang lebih hebat dari pada perdarahan primer, yang biasanya timbul
pada hari ke 5-7 stelah trauma. Dianjurkan pada penderita diberikan istirahat tidur
pada posisi kepala sedikit terangkat dengan membentuk sudut 30
0
-45
0
atau biasa
disebut semi fowler. Obat-obat yang diberikan adalah antibiotik, antifibrinolitik
dan analgesik.
1,2
Pada kasus hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
untuk mengetahui apakah sudah terjadi peninggian tekanan bola mata atau tidak.
Pada beberapa kasus yang terjadi peninggian tekanan intraokuler diatas 35 mmHg
selama 7 hari atau 50 mmHg selama 4 hari harus dievakuasi secara bedah untuk
menghindari kerusakan saraf optik dan pewarnaan kornea. Pemeriksaan dini untuk
mencari kerusakan segmen posterior mungkin memerlukan pemeriksaan
ultrasonografi.
1,3
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada kasus hifema adalah
perdarahan sekunder, glaukoma sekunder, uveitis dan hemosiderosis atau imbibisi
kornea. Di samping komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa,
ablatio retina, katarak dan irido dyalisis. Besarnya komplikasi juga sangat
tergantung pada tingginya hifema.
3,4,10
Prognosis pada kasus hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik
mata depan. Bila darah sedikit di dalam bilik mata, maka darah ini akan hilang
jernih dengan sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik
mata depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit.
3

Hifema yang penuh di dalam bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih
buruk dibanding dengan hifema sebagian.
1,10

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus hifema grade I okulus sinistra
yang ada di rumah sakit umum Prof.DR.R.D. Kandou.



4

BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Inan Mokodompit
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Mongondow
Alamat : Kotamobagu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Tanggal Berobat : 4 Juli 2014

Anamnesa
Keluhan Utama: Nyeri pada mata kiri
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada mata kiri penderita dirasakan sejak 11 jam sebelum masuk
rumah sakit. Pada mulanya mata kiri penderita terkena lemparan batu secara tidak
sengaja. Selain nyeri penderita juga mengeluh pandangan kabur disertai sakit
kepala dan mual setelah kejadian tersebut. Penderita merupakan rujukan dari
Rumah Sakit Umum Datoe Binangkang Kotamobagu.
Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi, diabetes melitus, asam urat disangkal.
Riwayat penyakit keluarga: Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat penggunaan obat-obatan: Tidak ada riwayat penggunaan obat-obatan
sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik Umum
Status generalis didapatkan, keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis,
dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 70x/mnt, respirasi 20x/mnt, suhu
badan 36,6
o
C, kepala dan leher tidak ada kelainan, jantung dan paru dalam batas
5

normal, abdomen datar, lemas, bising usus (+) normal, ekstremitas akral hangat,
CRT 3

.

Penderita bersikap kooperatif, ekspresi wajar dan respon baik.
Pemeriksaan neurologis, kekuatan otot normal, refleks fisiologis normal, refleks
patologis tidak ada.

Pemeriksaan Khusus/Status oftalmolohis
VOD= 6/6; VOS= 2/60; TIOD= 14,4 mmHg; TIOS= 20,6 mmHg.
Segmen anterior OD
- semua dalam batas normal.

Segemen anterior OS :
- Palpebra : Udem (+)
- Konjungtiva : Injeksi Konjungtiva (+); injeksi Siliar (+)
- Kornea : Abrasi (+) minimal
- COA : Perdarahan (+) 1 mm.
- Pupil : Midilatasi
- Lensa : Keruh
- Iris : Sinekia (-)

Segmen Posterior OD :
- Semua dalam batas normal

Segmen Posterior OS :
- Papil : Bulat batas tegas warna vital CDR 0,4
- Fundus Reflex : Nonuniform
- Retina : Perdarahan (-)
- Makula : Refleks fundus (+) normal.





6


RESUME MASUK

Seorang penderita laki-laki, umur 33 tahun, datang berobat ke poliklinik mata
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 3 Juli 2014 dengan keluhan utama
nyeri pada mata kiri. Selain itu, penderita juga mengeluh nyeri kepala (+), mual
(+), muntah (-), epifora (+), penglihatan kabur (+), riwayat trauma (+). Riwayat
penyakit dahulu (-), riwayat penyakt keluarga (-).

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan status generalis penderita semua didapati dalam batas normal.
Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) pada bola mata sebelah kiri (ocullus
sinistra) penderita 2/60, bola mata sebelah kanan (ocullus dextra) penderita 6/6,
tekanan bola mata sebelah kiri 20,6 mmHg, sedangkan tekanan bola mata sebelah
kanan 14,4 mmHg, adanya udem dan injeksi konjungtiva dan injeksi siliar di
palpebra superior, abrasi (+) minimal, pada COA adanya perdarahan 1mm,
terlihat adanya midilatasi pupil, lensa keruh, sinikia (-). Pada segmen posterior
yaitu, papil bulat batas tegas (normal) vital CDR 0,4 dan fundus reflex
nonuniform, perdarahan (-), makula refleks fundus (+) normal.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) didapati bagian posterior ocullus sinistra dalam
batas normal.

Diagnosis Banding
Traumatik glaukoma

7

Diagnosis
Penderita/pasien ini didiagnosis hifema ocullus sinistra tingkat I.

Terapi
Pemberian terapi pada penderita/pasien ini diberikan anti fibrinolitik Agents ,
kortikosteroid, midriatik dan miotik agent repitel ED 3X1 gtt OS, antibiotik
Gentamicin EO 1Xapp OS, asam traneksamat (transamin) 3X1. Pemberian terapi
ini juga perlu diperhatikan/dievaluasi tekanan bola mata.

Anjuran
Tidur posisi semi fowler, tetap menjaga kebersihan daerah mata (eye
toilet), bebat mata (eye patchy) dan tetap kontrol di poliklinik mata RSUP. Prof.
R.D Kandou.

Prognosis
Prognosis pada penderita ini tergantung pada jumlah kerusakan yang
terjadi pada struktur mata, apakah terjadi perdarahan sekunder, dan sudah
terjadinya komplikasi. Anjuran yang diberikan dokter kepada pasien yaitu




8

BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hifema adalah terkumpulnya darah dalam bilik mata depan bola mata atau
camera oculi anterior (COA).

Darah dalam bilik mata depan ini dapat mengisi
seluruh bilik mata depan atau hanya mengisi bagian bawah bilik mata depan. Bila
penderita duduk, maka darah akan berada di bagian bawah bilik mata depan.
Perdarahan bilik depan bola mata ini terutama berasal pembuluh darah corpus
siliar dan sebagian kecil dari pembuluh darah iris. Sebagian besar penyerapan
darahnya akan diserap melalui trabekular meshwork dan selanjtnya ke kanal
Schlemm, sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris
1,4

B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, prevalensi
terjadi hifema di Amerika Serikat (USA) diperkirakan terjadi sekitar 17-20 per
100.000 orang per tahunnya.
10,14,15
Sedangkan penelitian yang dilakukan di
Dohuk menunjukkan bahwa 80 % insidensi terjadi hifema dibawah umur 20
tahun.
14
Hifema yang terjadi pada anak dan dewasa dengan insidensi 2:10.000 per
tahunnya. Cidera pada olahraga berkontribusi sekitar 60% terhadap terjadinya
hifema.
6
Pria mendominasi dengan rasio antara pria dan wanita 3:1, dan 70%
dialami oleh orang berumur dibawah 20 tahun.
13,14


C. Etiologi
Pada beberapa penelitian dilakukan penyebab terjadinya hifema
dikarenakan trauma tembus atau trauma tumpul pada mata, neovaskularisasi
(diabetes, tumor di intraokuler atau penyakit vaskular oklusiv), dan tumor iris.
1,14

D. Klasifikasi
klasifikasi dari Tingkatan dari hifema ditentukan berdasarkan banyaknya
perdarahan dalam bilik depan bola mata. Pembagian tingkat hifema yang cukup
dikenal ada 2, yaitu menurut Edward-Layden dan Rakusin. Pembagian hifema
menurut Edward-Laydend dibagi menjadi III (tiga) tingkat yaitu, tingkat I: bila
perdarahan kurang dari 1/3 bilik mata depan, tingkat II: bila perdarahan antara 1/3
sampai bilik mata depan, sedangkan tingkat III bila perdarahan lebih dari
bilik mata depan. Pembagian hifema menurut Rakusin membagi menjadi empat
menjadi IV (empat) tingkat yaitu, tingkat I: perdarahan kurang dari 1/3 bola mata,
tingkat II: perdarahan 1/3-1/2 bola mata, tingkat III: perdarahan 1/2-< total bola
mata, tingkat IV: perdarahan total bola mata.
7-9
Tetapi penulis memakai menurut
pembagian Rakusin
9


E. Patofisiologi

F. Tanda dan gejala penyerta


G. Penegakkan diagnosa

H. Penanganan pada Hifema
Pada dasarnya pengobatan atau penanganan hifema bertujuan untuk
menghentikan perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder,
mengeliminasi darah dari bilik mata depan bola mata dengan mempercepat
absorbsi, mengendalikan tekanan bola mata serta menghindari komplikasi yang
lain, dan menemukan sedini mungkin penyulit yang mungkin terjadi. Berdasarkan
hal tersebut tadi, maka pengobatan hifema pada prinsipnya dibagi dalam dua
golongan besar yaitu (1) perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan (2)
dengan tindakan operasi.
1-4,16

1. Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi
1-4,16

a. Tirah baring sempurna (bed rest tota)
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala
diangkat kurang dari 60
0
. Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada
pembuluh darah iris serta memudahkan pemeriksa dalam mengevaluasi
jumlah perdarahannya dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi
perdarahan sekunder.
b. Bebat mata (Eye Patchy)
Sebenarnya pemakaian bebat mata masih belum ada persesuaian pendapat.
Edward-Layden lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada mata
yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang
sakit.
c. Pemakaian obat-obatan
Pemberian obat-obatan pada penderita traumatik hifema tidaklah mutlak,
tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas
digunakan obat-obatan seperti:
1) Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun
paerenteral, berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan. Misalnya
: Anaroxil, Adona AC, Coagulen, Transamin, Vit K dan Vit. C.
2) Midriatika dan Miotika
Pemberian obat jenis ini masih dalam perdebatan karena masing-masing
obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika
10

memang akan mempercepat absobsi, tapi meningkatkan kongesti dan
midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dan
miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari
akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu
obat saja.
3) Ocular Hypotensi Drug
Pemberian acetazolamide secara oral sebanyak tiga kali sehari bila
ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler.
4) Kortikosteroid dan Antibiotik
Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi
komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dan prednison 40 mg/hari
secara oral segera setelah terjadinya traumatic hifema guna mengurangi
perdarahan sekunder. Pemberian antibiotik seperti gentamicin hanya
untuk menghindari terjadinya infeksi akibat trauma yang didapat.

I. Penanganan Operatif pada Hifema
1-4,16

Tindakan pembedahan parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda
imbibisi kornea, glaukoma, hifema penuh dan berwarna hitam atau darah setelah
lima hari tidak memperlihatkan tanda-tanda berkurang.
Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila,
tekanan bola mata maksimal 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata
maksimal 35 mmHg selama 7 hari. Untuk mencegah terjadinya imbibisi kornea
dilakukan pembedahan bila, tekanan bola mata rata-rata 25 mmHg selama 6 hari
atau bila terlihat tanda-tanda dini imbibisi kornea. Untuk mencegah sinekia
posterior dilakukan pembedahan bila, hifema total bertahan selama 5 hari atau
hifema difus bertahan selama 9 hari.

J. Prognosis
Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di
dalam bilik mata depan. Bila darah sedikit di dalam bilik mata depan, maka darah
ini akan hilang dan jernih dengan sempurna. Sedang bila darah lebih dari setengah
tingginya bilik mata depan, maka prognosis buruk yang akan disertai dengan
beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata depan akan
memberikan prognosis lebih buruk dibandingkan dengan hifema sebagian.
1

Pada hifema akibat trauma bila terjadi kemunduran tajam penglihatan
dapat dipikirkan kemungkinan adanya kerusakan langsung pada mata akibat
trauma tersebut, seperti luksasi lensa, ablasi retina dan edem makula.
1

11

Dasar diagnosa hifema pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologi.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa hifema terjadi akibat trauma
tumpul pada mata kiri setelah terkena pukulan, pasien juga merasakan nyeri dan
penglihatan kabur. Hifema pada kasus ini termasuk hifema primer yaitu hifema
yang langsung terjadi setelah trauma.

Berdasarkan kepustakaan beratnya hifema dinilai dari banyaknya darah
dalam bilik mata depan. Pada kasus ini penderita menurut Rakusin berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi bilik mata depan tampak adanya darah
dalam bilik mata depan mengisi perdarahan < 1/3 bola mata

bilik mata depan
sehingga berdasarkan kepustakaan pasien ini tergolong dalam hifema tingkat I
dimana perdarahan mengisi perdarahan < 1/3 bola mata, bilik mata depan.
1-4

Gambar 1. Tingkat pada Hifema
Dari pemeriksaan oftalmikus didapati mata kiri visusnya 1/300,
konjungtiva hiperemis dan terdapat juga darah yang mengisi kurang dari 1/3 bilik
mata depan. Sehingga pasien ini di diagnosis dengan hifema ocullus sinistra grade
I et causa trauma tumpul. Pada pasien ini dianjurkan rawat inap di rumah sakit
untuk mengamati jika terjadi perdarahan sekunder, untuk dilakukan observasi
selama kurang lebih lima hari dan untuk menghindari penyulit-penyulit yang
nantinya bisa muncul seperti glaukoma, imbibisio kornea, dan uveitis.
1,2,10

12


Penanganan pada pasien yang memperlihatkan hifema grade I yang
mengisi kurang dari 1/3 COA yang dilakukan antara lain tirah baring total dengan
posisi kepala dielevasi 30
0
45
0
kepala difiksasi dengan bantal pada kedua sisi
supaya tidak bergerak, dimaksudkan untuk melokalisir darah di bilik mata depan
bawah, supaya pupil tidak terhalang oleh darah dan memperkecil lokasi
hemosiderosis. Istirahat total harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat
kemungkinan pedarahan sekunder. Pemberian tropicamide (mydriacyl) untuk
menghentikan perdarahan dan mengistirahatkan mata.
1-3,10

Penyulit yang harus diperhatikan pada hifema antara lain dapat terjadi
perdarahan sekunder karena pada kasus ini darah pada bilik mata depan masih
merupakan darah segar sehingga resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat,
pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
Selanjutnya dapat terjadi hemosiderosis atau imbibisi kornea yaitu sebagian dari
hifema yang dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosidrin, bila terdapat
penumpukan dari hemosidrin ini dapat masuk ke dalam lapisan kornea yang
menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning. Imbibisi kornea cepat terjadi
dikarenakan oleh hifema yang sudah penuh disertai glaukoma. Adanya darah
dalam bilik mata depan dapat menghambat aliran cairan balik mata oleh karena
unsur-unsur darah menutupi sudut bilik mata depan dan trabekula, sehingga
terjadi glaukoma. Hifema juga dapat menyebabkan uveitis yang dapat
menyebabkan penurunan visus.
4,8,10
Jika penanganan hifema dilakukan dengan benar maka akan tampak
adanya penurunan dari volume darah yang mengisi bilik mata depan. Berdasarkan
kepustakaan hal ini menunjukan penyerapan darah melalui trabekula dan kanal
schlemm berjalan lancar. Artinya tidak terdapat bekuan darah atau epitel yang
menyumbat saluran tersebut.


13

BAB IV
PENUTUP

Hifema merupakan keaadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata
depan, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris
atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus yang jernih. Hifema
biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, dan lain-lain.
Penegakan diagnosis hifema berdasarkan adanya riwayat trauma yang
mengenai mata dapat memastikan adanya hifema. Pada gambaran klinik
ditemukan adanya perdarahan pada bilik mata depan, kadang-kadang ditemui
adanya gangguan visus, adanya tanda-tanda iritasi konjungtiva dan pericorneal,
edema palpebra, midriasis, fotofobia, dan sukar melihat dekat.

Penatalaksanaan hifema pada tingkat I yaitu dengan perawatan
konservatif/tanpa oprasi. Pada penderita hifema dianjurkan untuk dilakukan rawat
inap selama 7 hari. Tindakan ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan,
menghindari timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah dari bilik mata
depan dengan mempecepat absorbsi, mengontrol glaukoma sekunder dan
menghindari komplikasi lain, dangan berusaha mengobati kelainan yang
menyertai.

Penderita hifema harus rawat inap di rumah sakit untuk mengamati jika
terjadi perdarahan sekunder, untuk dilakukan observasi selama kurang lebih lima
hari dan untuk menghindari penyulit-penyulit yang nantinya bisa muncul seperti
glaukoma, imbibisio kornea, dan uveitis. Jika pasien menolak untuk rawat inap
maka diberi edukasi untuk beristirahat di rumah bila tidak terjadi komplikasi dan
edukasi yang benar mengenai penanganan hifema.

Anda mungkin juga menyukai