Anda di halaman 1dari 2

Editorial

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 4, April 2010


Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
Purwantyastuti
Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
145
Dokter tidak dapat dipisahkan dari obat. Meskipun
pencegahan penyakit merupakan hal terbaik yang harus
dilakukan, tidak dapat dipungkiri bahwa dokter tetap masih
lebih banyak melakukan pengobatan daripada pencegahan.
Obat menjadi kawan yang menemani dokter, sayangnya
tidak semua kawan tersebut kita kenal secara mendalam sifat-
sifatnya. Terutama obat baru, kawanbaru, yang masih
harus diselami sifat baik maupun sifat buruknya. Obat yang
baru tersebut bisa memang baru ditemukan dan dipasarkan,
atau obat lama yang baru kita pakai.Makin jarang kita bertemu
seorang kawan makin tidak kita kenal sifatnya, begitu pula
dengan obat.
Orang lain yang telah lebih dulu menggunakan obat
tersebut mungkin telah menemukan efek sampingnya.
Alangkah baiknya bila pengalaman para dokter yang telah
menemukan efek samping suatu obat disebarluaskan
sehingga sejawat yang lain tidak perlu menunggu sampai
mengalaminya sendiri. World Health Organization (WHO)
dalam hal ini telah berupaya untuk menghimpun data tentang
efek samping obat dari seluruh Negara di dunia. WHO
kemudian menyebarluaskan informasi yang dihasilkan setelah
data tersebut diolah oleh para ahli pharmaco vigilance di
Pusat Monitoring Efek Samping Obat di Uppsala, Sweden.
Bagaimana peran serta Indonesia dalam kegiatan ini?
Sayang sekali Indonesia berada dalam kelompok negara yang
sangat jarang mengirimkan laporan efek samping obat ke
Uppsala. Hal ini bukan hanya merugikan seluruh warga dunia,
karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk
terbesar ketiga di Asia sehingga kemungkinan terjadinya efek
samping obat juga relatif besar, tetapi juga merugikan Indo-
nesia sendiri. Dengan tidak aktif merekam efek samping obat
yang terjadi di Indonesia kita kehilangan kesempatan untuk
mengenali suatu obat dengan baik dan juga kehilangan
kesempatan untuk mengenali respon orang Indonesia
terhadap obat. Kita tahu ada respon obat yang spesifik pada
kelompok tertentu, yang dapat terkait dengan kebiasaan dan
lingkungan hidup atau pun etnik seseorang (Pharmacoge-
nomic mempelajari hubungan efek obat dengan gen
seseorang).
Bagaimana dan siapa yang merekam efek samping obat?
Dalam proyek global WHO ini yang melaporkan efek samping
obat adalah dokter yang menangani pasien. Ada form khusus
yang di isi sehingga nantinya data yang terkumpul cukup
baik untuk dianalisis. Artinya, dapat ditentukan dengan
ketepatan tinggi apakah suatu gejala yang terjadi
berhubungan dengan obat tertentu. Formulir yang telah diisi
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 4, April 2010 146
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
oleh dokter ditandatangani dan dikirimkan (gratis) ke Pusat
MESO Indonesia, yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) di Jakarta. Formulir tersebut akan dianalisis oleh
sekelompok pakar yang diangkat oleh Kepala BPOM untuk
kurun waktu tertentu. Hasil analisis akan dikirim ke Uppsala
untuk disatukan dengan hasil MESO dari Negara di seluruh
dunia, sehingga didapat angka kejadian efek samping
tertentu. Hasil akhir ini akan dikirim kembali oleh Tim pakar
di Uppsala kepada tim pakar di pusat MESO di tiap Negara
untuk selanjutnya disebarluaskan kepada yang berkepen-
tingan, sampai kepada para dokter di negara tersebut.
Cara tersebut di atas akan membantu dokter dalam
meningkatkan pengetahuannya dari waktu ke waktu.
Kerjasama dokter di seluruh dunia hanya akan berhasil opti-
mal bila semua dokter yang menangani pasien di dunia ini
turut berpartisipasi. Sebagai contoh, efek samping yang
jarang terjadi hanya akan diketahui bila semua yang memakai
obat tersebut dan melihat efek samping memasukkan
laporannya ke Uppsala. Efek samping yang terjadi hanya di
daerah tertentu atau pada bangsa/ras tertentu juga hanya
akan diketahui bila semua efek samping dilaporkan. Pada
waktunya, pengetahuan tentang mekanisme yang mendasari
suatu efek samping juga akan menambah ilmu pengetahuan
tentang manusia atau penyakit.
Bagaimana Indonesia dapat meningkatkan peranannya
dalam MESO dunia ini? Mungkin sudah tiba waktunya IDI
berperan aktif menggalang anggautanya untuk merekam
semua efek samping yang ditemui dalam praktek di rumah
sakit maupun diluar rumah sakit. Suatu system harus dibuat
sehingga IDI dapat membantu anggautanya berpartisipasi
dalam kegiatan global ini, sehingga IDI dapat membantu
BPOM bukan hanya dalam pengumpulan data tetapi juga
memastikan setiap dokter menerima info terkini tentang efek
samping obat. Ini hanya bisa terjadi bila tiap dokter, berarti
tiap anggota IDI, mulai hari ini berniat dan melaksanakan
pengisian formulir MESO yang terlampir dalam MKI yang
sedang kita baca. Form itu silahkan diperbanyak sehingga
ada persediaan yang cukup untuk beberapa waktu sebelum
datang MKI berikutnya. Ajak dan ingatkan sejawat yang lain
untuk terus berpartisipasi.
Mungkin belum langsung terasa manfaatnya, karena
dibutuhkan waktu sampai sistem yang solid terbentuk di
Indonesia. Hanya dengan niat beribadah, keteguhan serta
ketahanan yang tinggi untuk terus turut berperan demi
perbaikan pelayanan, pada saatnya kita akan mengenyam
hasilnya, yaitu datangnya informasi efek samping obat secara
rutin kepada tiap dokter di Indonesia. Mari kita mulai!
PA

Anda mungkin juga menyukai