Ku hitung rezeki dunia, Tak terhingga banyaknya. Ku hitung karunia yang ku terima, Tak ada angka yang mampu mendefinisikannya. Ku timbang derita dan bahagia, Sungguh, kebahagiaan yang ku alami berkali lipat dibanding duka. Lantas, ketika ku ditanya Apakah masih belum cukup? Ya! Masih belum cukup, Entah kapan akan cukup Bagiku mensyukuri nikmat-Nya.
+-O): g7-47 E7)4O p4O> Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar Rahman: 13)
Munajat 25 Ya Allah, jadikanlah sisa usiaku sebagai karunia untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Engkau beri. Masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang Engkau kasihi, orang-orang yang selalu merasa tenang dalam kehidupan dan kematian. Ya Allah, Izinkanlah aku mengisi kehidupan selanjutnya Dengan memperbanyak ibadah Dan kebaikan. Izinkalah hamba menghabiskan sisa usia Dengan amalan terbaik. YaAllah, Izinkanlah aku menjadi bagian dari orang-orang yang membawa kebaikan di muka bumi. Memberikan kontribusi harta dan karya. YaAllah, Izinkanlah hamba mendampingi hamba-Mu yang sholeh. Yang mau dan mampu menebar kebaikan. Yang mau dan mampu memperoleh derajat mulia di sisi-Mu. Amin.
Basa Basi
Senyummu basa basi Kau kata itu menghargai Sapamu itu basa basi Kau bilang itu tradisi Ramahmu itu basa basi Kau ucap itu demi...
Mengapa mesti basa basi Jika busuk berbungkus topeng jaring Cemas terlihat buruk rupa Padahal wajah ketara sudah Hati itu Tidak mudah di tipu
Suara Rindu Ayahku
Lahirmu sangat ku nanti Lahirmu adalah pelita hati Senyummu menenangkan jiwaku yang lara Penghibur hati yang duka Pengobat luka Ampuh tiada tara Tangismu menyejukkan kalbu yang gundah Membuat derita tak terasa Mengubah lelah jadi tenaga Ibarat cahaya mentari di subuh pagi Kedatanganmu nak, membuat hidupku lebih terarah
Setiap detik, ku persembahkan untukmu Setiap hari, ku bekerja untukmu Setiap doa, ku memohon untukmu Untuk cita-cita indahmu Untuk ingin-inginmu Untuk masa depanmu Agar hidupmu lebih baik dari hidupku Agar dirimu mendapatkan apa yang tak pernah aku dapatkan Agar dirimu merasakan apa yang tak pernah aku rasakan Agar dirimu tak payah kesusahan
Anakku, Kini dirimu telah dewasa Dirimu memilih untuk berpisah Memilih cita-cita yang tak ku pahami Memilih masa depan yang tak ku mengerti Memaksaku berurai air mata Memaksaku mengatakan pergilah Memaksaku mempercayai bahwa engkau bisa
Anakku, Aku tak tahu apakah bekal yang aku berikan cukup untukmu Apakah ilmu yang telah aku ajarkan bisa menuntun jalanmu Apakah yang aku lakukan sudah memenuhi keinginanmu Apakah yang aku usahakan telah memupuk mimpi-mimpimu Apakah yang aku doakan diijabah sebagai masa depanmu
Anakku, Jangan pernah sungkan meminta bantuan padaku Jangan pernah bosan mendengar nasehatku Jangan pernah Karena aku akan selalu melakukan itu Aku akan selalu ada saat dirimu rapuh Aku akan selalu setia saat kau butuh Aku akan selalu sedia saat kau merasa tak mampu Karena aku ayahmu, dan aku ada untuk itu
*** Rindu Papa Tangerang, 14/4/2011 Fizaki
Air Mata Bunda (1) Dalam doa, Bunda menangis memintamu Sepenuh hati mengharapkan hadirmu Berjanji akan menjagamu sungguh-sungguh
Menyadari kehadiranmu dalam rahimnya, Bunda menangis bahagia Ia kabarkan sanak saudara Ia tersungkur dalam syukur tak terhingga
Berpayah-payah sembilan bulan menjagamu Pening penat pegal dikalahkan satu tendanganmu Dalam tangis kesakitan ia syukuri itu
Lahirmu sungguh tidaklah mudah Bergumul darah dan air mata Sakit tak berkesudahan lenyaplah sudah Pekik tangismu luluhkan derita
Kau mulai tumbuh dengan lucu Setiap tingkahmu menghangatkan kalbu Kepandaianmu pun bertambah satu per satu Semakin membuat rindu Ketika kau sakit Bunda paling sibuk memikirkanmu Kau digendong, diayun dan dimanja-manja Apapun keinginanmu ia kabulkan Asalkan kembali tawamu Asalkan kembali ceriamu
*** Tangerang, 14/4/2011 Fizaki
Sssttt...
Sssttt Ada kemungkaran Itu bukan wilayahmu Bukan pekerjaanmu Bukan tanggung jawabmu!
sssttt. Ada ketidakadilan Itu bukan masalahmu Bukan kewajibanmu Bukan tugasmu!
Sssttt Ada kebohongan Bukan sahabatmu Bukan juga familimu Apalagi saudaramu!
Sssttt Ada penganiayaan Bukan musuhmu Bukan lawanmu Bukan wewenangmu!
Ada kemungkaran, ada ketidakadilan, ada kebohongan, ada penganiayaan Dan korbannya adalah dirimu Mereka, hanya mampu menyuarakan Sssttt Itu bukan urusanku! *** Tangerang, 14/4/2011 Fizaki
Sahabat
Berkenalan denganmu adalah penghargaan Bersahabat denganmu adalah keindahan Menjadi pengingatmu adalah keharusan Berjuang bersamamu adalah kemuliaan
Sahabat, Bukan untuk hari ini, bukan untuk esok hari Tapi untuk nanti Ketika aku rapuh, engkau memegang bahuku dan berkata, aku sahabatmu Ketika aku terjatuh, engkau raih pergelangan tanganku dan berkata, tenang ada aku Ketika aku lelah, engkau perlihatkan catatan tujuan hidupku dan berkata, mari kita selesaikan Ketika aku putus asa, engkau duduk di sampingku dan berkata, apa gunanya sahabat
Ketika aku merayakan kemenangan, engkau bukan yang pertama kali yang menyalami, namun engkau yang pertama membantu membersihkan ruanganku. Ketika aku naik jabatan, engkau bukan yang pertama kali mengatakan selamat, namun engkau yang pertama mengingatkan itu adalah amanat
Sahabat, Tidak selalu hadir saatku bahagia, tidak juga selalu ada saatku berduka Namun dia selalu ada saat aku membutuhkannya
Dan padamu, ku temukan arti sahabat itu *** Tangerang, 14/4/2011 Fizaki
PEMIMPI
Semakin jelas Mimpi itu semakin nyata terlihat Bukan lagi siluet buram yang menggoyahkan Kini, mimpi itu semakin menampakkan wujudnya
Dahulu, takutlah aku bermimpi Trauma dengan janji-janji Merasa terkecoh dengan alibi orang-orang yang aku kagumi Yang memaksaku untuk berani bermimpi Muluk, itu sangatlah buruk Seorang pesimis nekat bermimpi Tak terkabul patahlah hati Sementara siapa yang bertanggung jawab atas luka? Tak ada! Aku menangis sendiri dalam pedih
Waktu terus berganti Namun Allah tak pernah tinggalkanku sendiri Ia beri huda-Nya, Ia tunjukkan langkah benar-Nya Ia tuntun aku untuk berani bermimpi kembali Menghidupkan hati yang nyaris mati Meniupkan ruh percaya diri Membimbing untuk bangkit kembali
Kini aku memiliki banyak mimpi Bukan lagi karena orang-orang yang aku kagumi bukan pula karena ingin dikagumi aku bermimpi karena aku mau karena aku ingin dan karena aku percaya mimpi, adalah nyawa hidupku
tangerang, 14/4/2011 fizaki
Perjalanan
Dihitung angka, telah lama berjalan Diingat masa, Sangatlah singkat waktunya Yang pasti, Seperempat abad terlewati Terhitung tangisku ke dunia pertama kali Hari ini, sejarah telah bertambah satu dimensi
Sudah jauh yang ku tempuh, berapa banyak yang aku syukuri? Sudah banyak hidup di peluh, berapa masa yang aku nikmati? Sudah alot debat iman dan nafsu, manakah yang lebih aku ikuti? Sudah ramai warna masa lalu, manakah yang paling berkesan di hati?
Setelah perjalanan panjang, Apa yang ku pegang? Setelah kesempatan demi kesempatan diberikan, Apa yang aku torehkan? Apa yang aku banggakan?
Adakah ilmu semakin apik? Adakah budi semakin asyik? Adakah jiwa semakin cantik? Adakah lebih baik?
Masa lalu berbuah pengalaman Jadi pegangan ketika mau terus berjalan Susah senang itu warna kehidupan Tangis tawa itu pemanis sejarah Ada satu hal terindah yang harus dilakukan Hikmah apa yang ku dapatkan? *** Happy Birthday Saprinawati 25 th years old +-O): g7-47 E7)4O p4O> Tangerang, 14 April 1986
SENDIRI
Kelu Biru terbujur kaku Pucat Badan hendak sekarat Tegang Nyawa mau melayang Dingin Sesak bekukan batin Sunyi Lahir sendiri, mati sendiri *** Ciputat, 8/4/2011 Fizaki
Niat
Dia shalat, dirimu pun juga Dia zakat, dirimu pun serta Dia puasa, dirimu pun sama Dia haji, dirimu pun menunaikannya Dia sedekah, dirimu pun tak mau kalah Dia tilawah, dirimu pun membaca kitabullah Dia menyantuni yatim, dirimu pun mengikutinya Dia ceramah, dirimu pun tak kalah mahirnya Dia ramah, dirimu pun meneladaninya Dia dan dirimu Amalan boleh serupa Tapi niat, yang tahu hanya Dia
*** Tangerang, 7/4/2011 Fizaki
Pundak Ayah
Tak rapuh diburu waktu Tak lapuk dikucur peluh Tak retak dipanggang mentari Tak menciut dilanda hujan Tak berderai diterpa badai Ia terus berjuang
Setiap detik berharga baginya Setiap detik adalah nafas anak-anaknya Setiap detik adalah mimpi-mimpinya Melihat anaknya tumbuh penuh gelak ceria Melihat anaknya gembira ke sekolah Melihat anaknya menikah Hidup suka cita
Di pundak ayah Anak bergelayutan Pekerjaan membeban Penat sangat ia rasakan Sesak dada ditubi cobaan Namun ia tetap tegak perkasa Memamerkan senyum berwibawa Isyarat menenangkan di balik mata Menghapuskan kecemasan Penuh perlindungan meyakinkan
*** Tangerang, 07/04/2011 Fizaki
Boleh Mengeluh
Haramkah keluh Jika melegakan Dosakah kesah Jika meringankan
Mengapa harus diam Bila bisa mengkompromikan Mengapa memilih pasrah Bila mampu berusaha
Sampaikanlah Jika ingin lapang Jika mau tenang Jika berharap sama-sama senang
Katakanlah Agar jelas baginya Agar dimengerti olehnya agar ikhlas hatimu dan dia
karena tak semua orang tahu apa yang kamu mau karena tak semua orang paham apa yang kamu pendam
*** Tangerang, 04/02/2011 Fizaki
Tuk Tuk Tuk!
Tuk tuk tuk Ku ketuk lelah Menyerahkah?
Tuk tuk tuk Ku ketuk peluh Waktunyakah untuk rapuh?
Tuk tuk tuk Ku ketuk kecewa Berharapkah kalah?
Tuk tuk tuk Ku ketuk pesimis Inginkah jadi pengemis?
Tuk tuk tuk Ku ketuk ragu Tak maukah maju?
Tuk tuk tuk Ku ketuk malu Bukankah hanya karena Yang Satu?
Tuk tuk tuk Ku ketuk marah Banggakah menjadi bola para laknatullah?
Tuk tuk tuk Ku ketuk takut Kepada siapakah yang lebih patut?
Tuk tuk tuk Ku ketuk frustasi Hanya satukah mata air di bumi?
Tuk tuk tuk Ku ketuk sombong Barakah yang kau borong?
Tuk tuk tuk Ku ketuk malas Biar sajakankah kesempatan itu lepas?
Tuk tuk tuk Ku ketuk sedih Tak cukup kasih Allah sajakah sebagai pamrih?
Tuk tuk tuk Ku ketuk lelet Sukakah menulis dengan pena macet?
Tuk tuk tuk Ku ketuk gengsi Dapatkah menjamin bersua lagi?
Tuk tuk tuk Ku ketuk rendah diri Siapakah khalifah di bumi?
*** Tangerang, 10/02/2011 Fizaki
Aku di Jakarta (1)
Di tengah penumpang metro mini berdesak-sedakan Di tengah rem dadakan dan gas mengejutkan Di tengah kemacetan dan adrenalin dipicu waktu Di tengah kantuk lelah dan was-was waspada Di tengah bau semerawut asap knalpot dan peluh manusia kota Di tengah kebisingan deru kendaraan dan dentum klakson sahut-sahutan Di tengah antrian merah kuning hijau dengan barisan panjang Di tengah gelombang aspal timbul tenggelam dan terik menggerahkan Di tengah roda dua, tiga dan empat berebut jalan tak karuan Di tengah kota bernama Jakarta dan hingar bingar jalanannya
*** Tangerang, 21/2/2011 Fizaki
Aku di Jakarta (2)
Seribu bintang menari dua-dua, searah Bergerak berlahan, lambat-lambat Lurus ke depan, belok kiri, belok kanan, atau balik kanan
Seribu bintang tiga warna Putih menyilaukan Redup kekuningan Merah mengingatkan
Pukul tujuh malam Di dalam bus kota Di simpang empat menuju jalan pulang Di tengah kemacetan menjemukan Lihatlah! Ada pemandangan indah Tak ku jumpa di desa Itu seribu bintang Berkeliaran di tengah jalanan kota Dua-dua Dan selalu bersama
*** Jakarta, 17/2/2011 Fizaki
Bukan Dia
Bukan dia yang ku damba, mengapa dia yang tiba Ulahnya bak terik mentari di malam redupku Menyilaukan rehat mataku
Bukan dia yang ku pinta, mengapa di hadapannya ku berada Ceracaunya bak nyanyian rocker di hening subuh Merusak khusyuk mimpiku
Bukan dia yang ku puja, mengapa dia senantiasa sedia Sentuhannya bak meriam bertubi-tubi singgah Menggemparkan peraduan lelapku
Ku punya mau, punya berjuta asa yang selalu ku doa Tapi bukan dia, sama sekali bukan Bukan lampu yang ia nyalakan Bukan hayya alashsholah yang diperdendangkan Bukan jua hentakan yang memaksakan
Spontan ku kurung diri di balik selimut hangatku Ku tutup erat kedua telingaku Ku pekakkan syaraf motorikku Karena hatiku berbisik Bukan, hatiku berbisik bukan dia.
*** Tangerang, 10/03/2011 Fizaki
Dimana Dia padamu?
Dimana Dia padaMu? Saat senang, berleha-leha Saat susah, meraung mengiba Dimana Dia padamu? Saat kaya, berfoya-foya Saat papa, menyalahkan derita Dimana Dia padamu? Saat jaya, alangkah megah Saat merana, menghakimi keadilan-Nya Dimana Dia padamu? Saat tertawa terbahak, alpa Saat tangis terurai, menyalahkan takdir-Nya Dimana Dia padamu?
*** Tangerang, 10/03/2011 Fizaki
SIAPAKAH YANG ENGKAU BESARKAN?
Tegakmu berdiri menghadap kiblat Ramai-ramai tunaikan shalat Serentak dua tangan terangkat Lalu ucapkan Allahu Akbar! Siapakah yang engkau besarkan?
Sepanjang shalat pikiran mengusai Ingat masalah tak kunjung usai Ingat tugas belum juga selesai Ingat pesan belum tersampai Ingat benda yang terlalai Lalu ucapkan Allahu Akbar! Apa yang engkau besarkan?
Tak lama, paling lima menit saja Namun, semua pikiran terlupa berkumpul di dalamnya Tak ada celah boleh ingat-Nya Sedetik ingat sekejap lupa Lalu ucapkan Allahu Akbar! Siapakah yang engkau besarkan?
Bagaimanakah khusyuk itu Payah nian pisahkan dunia barang sebentar saja problema kian rajai kepala Harta makin ikatkan jiwa Keluarga alihkan Allah Lalu ucapkan Allahu Akbar! Adakah Allah yang engkau besarkan?!
*** Tangerang, 3/3/2011 Fizaki
LELAP
Pukul satu, tepat. Masih terlalu gelap Pukul dua, tepat. Kata ustadz, sepertiga malam itu jam tigaan Pukul tiga, tepat. Lima belas menit lagi lah Pukul empat, mulai merapat. Tunggu jarum panjang ke angka dua saja... Pukul lima, kian erat. Dingin! Lima menit lagi ya Lelap Pukul enam, lewat. Hah, Dah terlambat! Pukul berapa shalat? Yang penting tunaikan saja kewajiban
*** Tangerang, 10/03/2011 Fizaki
Berpacu dengan Cahaya
Mentari telah terbit dan aku telah sedia Berpacu dengan cahaya
Berpagi-pagi ku buka mata dengan hamdalah Berpagi-pagi ku ayunkan langkah dengan basmallah Menerjang rasa kantuk yang luar biasa Menghajar penat yang masih tersisa Menumbangkan kemalasan yang merajuk manja Ku abaikan segalanya Demi amanah hari tua
Sepanjang cahaya Cahaya yang harus ku isi dengan cahaya Cahaya yang harus ku isi dengan karya Cahaya yang harus ku isi dengan makna Cahaya yang akan membuahkan sejarah indah
Berpagi-pagiku bukan hanya untuk hari ini Berpagi-pagiku jua untuk esok dan esoknya lagi Hingga nanti, Lima atau sepuluh tahun lagi Bahkan ketika ku tak mampu berpacu lagi Aku akan bangga pada sejarah yang ku toreh hari ini
*** Tangerang, 07/04/2011 Fizaki
Hidup adalah perjalanan. Perjalanan yang panjang. Ada tujuan. Ada proses yang berkesinambungan. Ada kesulitan diapait dua kemudahan. Beriman itu madu. Karena hanya orang yang beriman yang mampu menyikapi perjalanan hidup dengan bijak. Seperti ungkapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam: Ajaib orang beriman. Ketika mendapat kenikmatan ia bersyukur, syukur itu jadi kebaikan bagi dirinya. Ketika memperoleh kesulitan, ia bersabar, sabar itu menjadi kebaikan bagi dirinya
Tangerang, 14 April 2011 Fizaki CP. 085267919197 fizaki_144@yahoo.com saprinawati144@gmai.com