Anda di halaman 1dari 24

Ku hitung usia,

Seperempat abad sudah.


Ku hitung rezeki dunia,
Tak terhingga banyaknya.
Ku hitung karunia yang ku terima,
Tak ada angka yang mampu mendefinisikannya.
Ku timbang derita dan bahagia,
Sungguh,
kebahagiaan yang ku alami berkali lipat dibanding duka.
Lantas,
ketika ku ditanya
Apakah masih belum cukup?
Ya!
Masih belum cukup,
Entah kapan akan cukup
Bagiku mensyukuri nikmat-Nya.

+-O): g7-47
E7)4O
p4O>
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(QS. Ar Rahman: 13)




Munajat 25
Ya Allah,
jadikanlah sisa usiaku sebagai karunia
untuk senantiasa bersyukur
atas nikmat yang telah Engkau beri.
Masukkanlah aku
ke dalam golongan orang-orang yang Engkau kasihi,
orang-orang yang selalu merasa tenang
dalam kehidupan dan kematian.
Ya Allah,
Izinkanlah aku mengisi kehidupan selanjutnya
Dengan memperbanyak ibadah
Dan kebaikan.
Izinkalah hamba menghabiskan sisa usia
Dengan amalan terbaik.
YaAllah,
Izinkanlah aku menjadi bagian
dari orang-orang yang membawa kebaikan di muka bumi.
Memberikan kontribusi harta dan karya.
YaAllah,
Izinkanlah hamba mendampingi hamba-Mu yang sholeh.
Yang mau dan mampu menebar kebaikan.
Yang mau dan mampu memperoleh
derajat mulia di sisi-Mu.
Amin.

Basa Basi

Senyummu basa basi
Kau kata itu menghargai
Sapamu itu basa basi
Kau bilang itu tradisi
Ramahmu itu basa basi
Kau ucap itu demi...

Mengapa mesti basa basi
Jika busuk berbungkus topeng jaring
Cemas terlihat buruk rupa
Padahal wajah ketara sudah
Hati itu
Tidak mudah di tipu

Suara Rindu Ayahku

Lahirmu sangat ku nanti
Lahirmu adalah pelita hati
Senyummu menenangkan jiwaku yang lara
Penghibur hati yang duka
Pengobat luka
Ampuh tiada tara
Tangismu menyejukkan kalbu yang gundah
Membuat derita tak terasa
Mengubah lelah jadi tenaga
Ibarat cahaya mentari di subuh pagi
Kedatanganmu nak, membuat hidupku lebih terarah

Setiap detik, ku persembahkan untukmu
Setiap hari, ku bekerja untukmu
Setiap doa, ku memohon untukmu
Untuk cita-cita indahmu
Untuk ingin-inginmu
Untuk masa depanmu
Agar hidupmu lebih baik dari hidupku
Agar dirimu mendapatkan apa yang tak pernah aku dapatkan
Agar dirimu merasakan apa yang tak pernah aku rasakan
Agar dirimu tak payah kesusahan

Anakku,
Kini dirimu telah dewasa
Dirimu memilih untuk berpisah
Memilih cita-cita yang tak ku pahami
Memilih masa depan yang tak ku mengerti
Memaksaku berurai air mata
Memaksaku mengatakan pergilah
Memaksaku mempercayai bahwa engkau bisa


Anakku,
Aku tak tahu apakah bekal yang aku berikan cukup untukmu
Apakah ilmu yang telah aku ajarkan bisa menuntun jalanmu
Apakah yang aku lakukan sudah memenuhi keinginanmu
Apakah yang aku usahakan telah memupuk mimpi-mimpimu
Apakah yang aku doakan diijabah sebagai masa depanmu

Anakku,
Jangan pernah sungkan meminta bantuan padaku
Jangan pernah bosan mendengar nasehatku
Jangan pernah
Karena aku akan selalu melakukan itu
Aku akan selalu ada saat dirimu rapuh
Aku akan selalu setia saat kau butuh
Aku akan selalu sedia saat kau merasa tak mampu
Karena aku ayahmu,
dan aku ada untuk itu

***
Rindu Papa
Tangerang, 14/4/2011
Fizaki

Air Mata Bunda (1)
Dalam doa,
Bunda menangis memintamu
Sepenuh hati mengharapkan hadirmu
Berjanji akan menjagamu sungguh-sungguh

Menyadari kehadiranmu dalam rahimnya,
Bunda menangis bahagia
Ia kabarkan sanak saudara
Ia tersungkur dalam syukur tak terhingga

Berpayah-payah sembilan bulan menjagamu
Pening penat pegal dikalahkan satu tendanganmu
Dalam tangis kesakitan ia syukuri itu

Lahirmu sungguh tidaklah mudah
Bergumul darah dan air mata
Sakit tak berkesudahan lenyaplah sudah
Pekik tangismu luluhkan derita

Kau mulai tumbuh dengan lucu
Setiap tingkahmu menghangatkan kalbu
Kepandaianmu pun bertambah satu per satu
Semakin membuat rindu
Ketika kau sakit
Bunda paling sibuk memikirkanmu
Kau digendong, diayun dan dimanja-manja
Apapun keinginanmu ia kabulkan
Asalkan kembali tawamu
Asalkan kembali ceriamu

***
Tangerang, 14/4/2011
Fizaki

Sssttt...

Sssttt
Ada kemungkaran
Itu bukan wilayahmu
Bukan pekerjaanmu
Bukan tanggung jawabmu!

sssttt.
Ada ketidakadilan
Itu bukan masalahmu
Bukan kewajibanmu
Bukan tugasmu!

Sssttt
Ada kebohongan
Bukan sahabatmu
Bukan juga familimu
Apalagi saudaramu!

Sssttt
Ada penganiayaan
Bukan musuhmu
Bukan lawanmu
Bukan wewenangmu!

Ada kemungkaran, ada ketidakadilan, ada kebohongan, ada penganiayaan
Dan korbannya adalah dirimu
Mereka, hanya mampu menyuarakan
Sssttt
Itu bukan urusanku!
***
Tangerang, 14/4/2011
Fizaki

Sahabat

Berkenalan denganmu adalah penghargaan
Bersahabat denganmu adalah keindahan
Menjadi pengingatmu adalah keharusan
Berjuang bersamamu adalah kemuliaan

Sahabat,
Bukan untuk hari ini, bukan untuk esok hari
Tapi untuk nanti
Ketika aku rapuh, engkau memegang bahuku dan berkata, aku sahabatmu
Ketika aku terjatuh, engkau raih pergelangan tanganku dan berkata, tenang ada
aku
Ketika aku lelah, engkau perlihatkan catatan tujuan hidupku dan berkata, mari
kita selesaikan
Ketika aku putus asa, engkau duduk di sampingku dan berkata, apa gunanya
sahabat

Ketika aku merayakan kemenangan, engkau bukan yang pertama kali yang
menyalami, namun engkau yang pertama membantu membersihkan ruanganku.
Ketika aku naik jabatan, engkau bukan yang pertama kali mengatakan selamat,
namun engkau yang pertama mengingatkan itu adalah amanat

Sahabat,
Tidak selalu hadir saatku bahagia, tidak juga selalu ada saatku berduka
Namun dia selalu ada saat aku membutuhkannya

Dan padamu, ku temukan arti sahabat itu
***
Tangerang, 14/4/2011
Fizaki

PEMIMPI

Semakin jelas
Mimpi itu semakin nyata terlihat
Bukan lagi siluet buram yang menggoyahkan
Kini, mimpi itu semakin menampakkan wujudnya

Dahulu, takutlah aku bermimpi
Trauma dengan janji-janji
Merasa terkecoh dengan alibi orang-orang yang aku kagumi
Yang memaksaku untuk berani bermimpi
Muluk, itu sangatlah buruk
Seorang pesimis nekat bermimpi
Tak terkabul patahlah hati
Sementara siapa yang bertanggung jawab atas luka?
Tak ada! Aku menangis sendiri dalam pedih

Waktu terus berganti
Namun Allah tak pernah tinggalkanku sendiri
Ia beri huda-Nya, Ia tunjukkan langkah benar-Nya
Ia tuntun aku untuk berani bermimpi kembali
Menghidupkan hati yang nyaris mati
Meniupkan ruh percaya diri
Membimbing untuk bangkit kembali

Kini aku memiliki banyak mimpi
Bukan lagi karena orang-orang yang aku kagumi
bukan pula karena ingin dikagumi
aku bermimpi karena aku mau
karena aku ingin dan karena aku percaya
mimpi, adalah nyawa hidupku

tangerang, 14/4/2011
fizaki

Perjalanan

Dihitung angka, telah lama berjalan
Diingat masa, Sangatlah singkat waktunya
Yang pasti, Seperempat abad terlewati
Terhitung tangisku ke dunia pertama kali
Hari ini, sejarah telah bertambah satu dimensi

Sudah jauh yang ku tempuh, berapa banyak yang aku syukuri?
Sudah banyak hidup di peluh, berapa masa yang aku nikmati?
Sudah alot debat iman dan nafsu, manakah yang lebih aku ikuti?
Sudah ramai warna masa lalu, manakah yang paling berkesan di hati?

Setelah perjalanan panjang, Apa yang ku pegang?
Setelah kesempatan demi kesempatan diberikan, Apa yang aku torehkan?
Apa yang aku banggakan?

Adakah ilmu semakin apik?
Adakah budi semakin asyik?
Adakah jiwa semakin cantik?
Adakah lebih baik?

Masa lalu berbuah pengalaman
Jadi pegangan ketika mau terus berjalan
Susah senang itu warna kehidupan
Tangis tawa itu pemanis sejarah
Ada satu hal terindah yang harus dilakukan
Hikmah apa yang ku dapatkan?
***
Happy Birthday Saprinawati
25
th
years old
+-O): g7-47 E7)4O
p4O>
Tangerang, 14 April 1986

SENDIRI

Kelu
Biru terbujur kaku
Pucat
Badan hendak sekarat
Tegang
Nyawa mau melayang
Dingin
Sesak bekukan batin
Sunyi
Lahir sendiri, mati sendiri
***
Ciputat, 8/4/2011
Fizaki




Niat

Dia shalat, dirimu pun juga
Dia zakat, dirimu pun serta
Dia puasa, dirimu pun sama
Dia haji, dirimu pun menunaikannya
Dia sedekah, dirimu pun tak mau kalah
Dia tilawah, dirimu pun membaca kitabullah
Dia menyantuni yatim, dirimu pun mengikutinya
Dia ceramah, dirimu pun tak kalah mahirnya
Dia ramah, dirimu pun meneladaninya
Dia dan dirimu
Amalan boleh serupa
Tapi niat, yang tahu hanya Dia

***
Tangerang, 7/4/2011
Fizaki

Pundak Ayah

Tak rapuh diburu waktu
Tak lapuk dikucur peluh
Tak retak dipanggang mentari
Tak menciut dilanda hujan
Tak berderai diterpa badai
Ia terus berjuang

Setiap detik berharga baginya
Setiap detik adalah nafas anak-anaknya
Setiap detik adalah mimpi-mimpinya
Melihat anaknya tumbuh penuh gelak ceria
Melihat anaknya gembira ke sekolah
Melihat anaknya menikah
Hidup suka cita

Di pundak ayah
Anak bergelayutan
Pekerjaan membeban
Penat sangat ia rasakan
Sesak dada ditubi cobaan
Namun ia tetap tegak perkasa
Memamerkan senyum berwibawa
Isyarat menenangkan di balik mata
Menghapuskan kecemasan
Penuh perlindungan meyakinkan

***
Tangerang, 07/04/2011
Fizaki

Boleh Mengeluh

Haramkah keluh
Jika melegakan
Dosakah kesah
Jika meringankan

Mengapa harus diam
Bila bisa mengkompromikan
Mengapa memilih pasrah
Bila mampu berusaha

Sampaikanlah
Jika ingin lapang
Jika mau tenang
Jika berharap sama-sama senang

Katakanlah
Agar jelas baginya
Agar dimengerti olehnya
agar ikhlas hatimu dan dia

karena tak semua orang tahu
apa yang kamu mau
karena tak semua orang paham
apa yang kamu pendam

***
Tangerang, 04/02/2011
Fizaki

Tuk Tuk Tuk!

Tuk tuk tuk
Ku ketuk lelah
Menyerahkah?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk peluh
Waktunyakah untuk rapuh?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk kecewa
Berharapkah kalah?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk pesimis
Inginkah jadi pengemis?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk ragu
Tak maukah maju?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk malu
Bukankah hanya karena Yang Satu?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk marah
Banggakah menjadi bola para laknatullah?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk takut
Kepada siapakah yang lebih patut?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk frustasi
Hanya satukah mata air di bumi?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk sombong
Barakah yang kau borong?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk malas
Biar sajakankah kesempatan itu lepas?



Tuk tuk tuk
Ku ketuk sedih
Tak cukup kasih Allah sajakah sebagai
pamrih?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk lelet
Sukakah menulis dengan pena macet?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk gengsi
Dapatkah menjamin bersua lagi?

Tuk tuk tuk
Ku ketuk rendah diri
Siapakah khalifah di bumi?

***
Tangerang, 10/02/2011
Fizaki

Aku di Jakarta (1)

Di tengah penumpang metro mini berdesak-sedakan
Di tengah rem dadakan dan gas mengejutkan
Di tengah kemacetan dan adrenalin dipicu waktu
Di tengah kantuk lelah dan was-was waspada
Di tengah bau semerawut asap knalpot dan peluh manusia kota
Di tengah kebisingan deru kendaraan dan dentum klakson sahut-sahutan
Di tengah antrian merah kuning hijau dengan barisan panjang
Di tengah gelombang aspal timbul tenggelam dan terik menggerahkan
Di tengah roda dua, tiga dan empat berebut jalan tak karuan
Di tengah kota bernama Jakarta dan hingar bingar jalanannya

***
Tangerang, 21/2/2011
Fizaki

Aku di Jakarta (2)

Seribu bintang menari dua-dua, searah
Bergerak berlahan, lambat-lambat
Lurus ke depan, belok kiri, belok kanan, atau balik kanan

Seribu bintang tiga warna
Putih menyilaukan
Redup kekuningan
Merah mengingatkan

Pukul tujuh malam
Di dalam bus kota
Di simpang empat menuju jalan pulang
Di tengah kemacetan menjemukan
Lihatlah!
Ada pemandangan indah
Tak ku jumpa di desa
Itu seribu bintang
Berkeliaran di tengah jalanan kota
Dua-dua
Dan selalu bersama

***
Jakarta, 17/2/2011
Fizaki

Bukan Dia

Bukan dia yang ku damba, mengapa dia yang tiba
Ulahnya bak terik mentari di malam redupku
Menyilaukan rehat mataku

Bukan dia yang ku pinta, mengapa di hadapannya ku berada
Ceracaunya bak nyanyian rocker di hening subuh
Merusak khusyuk mimpiku

Bukan dia yang ku puja, mengapa dia senantiasa sedia
Sentuhannya bak meriam bertubi-tubi singgah
Menggemparkan peraduan lelapku

Ku punya mau, punya berjuta asa yang selalu ku doa
Tapi bukan dia, sama sekali bukan
Bukan lampu yang ia nyalakan
Bukan hayya alashsholah yang diperdendangkan
Bukan jua hentakan yang memaksakan

Spontan ku kurung diri di balik selimut hangatku
Ku tutup erat kedua telingaku
Ku pekakkan syaraf motorikku
Karena hatiku berbisik
Bukan, hatiku berbisik bukan dia.

***
Tangerang, 10/03/2011
Fizaki

Dimana Dia padamu?

Dimana Dia padaMu?
Saat senang, berleha-leha
Saat susah, meraung mengiba
Dimana Dia padamu?
Saat kaya, berfoya-foya
Saat papa, menyalahkan derita
Dimana Dia padamu?
Saat jaya, alangkah megah
Saat merana, menghakimi keadilan-Nya
Dimana Dia padamu?
Saat tertawa terbahak, alpa
Saat tangis terurai, menyalahkan takdir-Nya
Dimana Dia padamu?

***
Tangerang, 10/03/2011
Fizaki

SIAPAKAH YANG ENGKAU BESARKAN?

Tegakmu berdiri menghadap kiblat
Ramai-ramai tunaikan shalat
Serentak dua tangan terangkat
Lalu ucapkan
Allahu Akbar!
Siapakah yang engkau besarkan?

Sepanjang shalat pikiran mengusai
Ingat masalah tak kunjung usai
Ingat tugas belum juga selesai
Ingat pesan belum tersampai
Ingat benda yang terlalai
Lalu ucapkan
Allahu Akbar!
Apa yang engkau besarkan?

Tak lama, paling lima menit saja
Namun, semua pikiran terlupa berkumpul di dalamnya
Tak ada celah boleh ingat-Nya
Sedetik ingat sekejap lupa
Lalu ucapkan
Allahu Akbar!
Siapakah yang engkau besarkan?

Bagaimanakah khusyuk itu
Payah nian pisahkan dunia barang sebentar saja
problema kian rajai kepala
Harta makin ikatkan jiwa
Keluarga alihkan Allah
Lalu ucapkan
Allahu Akbar!
Adakah Allah yang engkau besarkan?!

***
Tangerang, 3/3/2011
Fizaki

LELAP

Pukul satu, tepat.
Masih terlalu gelap
Pukul dua, tepat.
Kata ustadz, sepertiga malam itu jam tigaan
Pukul tiga, tepat.
Lima belas menit lagi lah
Pukul empat, mulai merapat.
Tunggu jarum panjang ke angka dua saja...
Pukul lima, kian erat.
Dingin! Lima menit lagi ya
Lelap
Pukul enam, lewat.
Hah, Dah terlambat!
Pukul berapa shalat?
Yang penting tunaikan saja kewajiban

***
Tangerang, 10/03/2011
Fizaki

Berpacu dengan Cahaya

Mentari telah terbit dan aku telah sedia
Berpacu dengan cahaya

Berpagi-pagi ku buka mata dengan hamdalah
Berpagi-pagi ku ayunkan langkah dengan basmallah
Menerjang rasa kantuk yang luar biasa
Menghajar penat yang masih tersisa
Menumbangkan kemalasan yang merajuk manja
Ku abaikan segalanya
Demi amanah hari tua

Sepanjang cahaya
Cahaya yang harus ku isi dengan cahaya
Cahaya yang harus ku isi dengan karya
Cahaya yang harus ku isi dengan makna
Cahaya yang akan membuahkan sejarah indah

Berpagi-pagiku bukan hanya untuk hari ini
Berpagi-pagiku jua untuk esok dan esoknya lagi
Hingga nanti,
Lima atau sepuluh tahun lagi
Bahkan ketika ku tak mampu berpacu lagi
Aku akan bangga pada sejarah yang ku toreh hari ini

***
Tangerang, 07/04/2011
Fizaki







Hidup adalah perjalanan.
Perjalanan yang panjang.
Ada tujuan. Ada proses yang berkesinambungan. Ada kesulitan diapait dua kemudahan.
Beriman itu madu. Karena hanya orang yang beriman yang mampu menyikapi perjalanan hidup dengan bijak.
Seperti ungkapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam:
Ajaib orang beriman. Ketika mendapat kenikmatan ia bersyukur, syukur itu jadi kebaikan bagi dirinya. Ketika memperoleh kesulitan, ia
bersabar, sabar itu menjadi kebaikan bagi dirinya



Tangerang, 14 April 2011
Fizaki
CP. 085267919197
fizaki_144@yahoo.com
saprinawati144@gmai.com





















My Galery

Anda mungkin juga menyukai