DAN MENYUSUN JADWAL PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) Pendahuluan : Beberapa definisi : Sebagaimana diketahui, pada diagram jaringan dengan metode arrow diagram, kegiatan disusun berurutan. Padahal dalam kenyataannya dalam pelaksanaan proyek konstruksi keterkaitan antara kegiatan dapat saja dalam beberapa bentuk : FS (Finish to Start) Kegiatan A selesai kegiatan B mulai. FF (Finish to Finish) Kegiatan A selesai kegiatan B juga harus selesai. SS (Start to Start) Kegiatan A mulai Kegiatan B juga harus mulai. SF (Start to Finish) Kegiatan A mulai apabila kegiatan B selesai (jarang terjadi). Oleh sebab itu dalam perkembangan selanjutnya, diagram jaringan dikembangkan menjadi Metode Diagram Jaring Presedence Diagram Method untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak digambarkan dengan baik oleh diagram jaring Arrow. Beberapa hal yang diantisipasi : Bentuk keterkaitan Kegiatan berulang Prioritas Kegiatan Dummy Waktu tunggu atau mendahului sebelum durasi kegiatan. Kegiatan tumpang tindih. Beberapa Definisi : Metode Diagram Preseden (PDM), yang kegiatannya digambarkan dalam bentuk node, yang umumnya berbentuk segiempat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dummy tidak diperlukan pada diagram PDM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Bentuk yang dipergunakan : ES EF Garis/Daerah Mulai Kegiatan (Nama atau Kode) Garis/Daerah Selesai LS LF Waktu tunggu atau waktu mendahului (Lead and Lag) Dalam hubungan antara 2 kegiatan dalam metode PDM, dimungkinkan bahwa kegiatan tersebut mempunyai waktu tunggu atau waktu mendahului sesuai dengan bentuk keterkaitannya. A Lead : 3 B Kegiatan B mulai 3 satuan waktu sebelum pekerjaan A selesai A Lag : 4 B Kegiatan B mulai 4 satuan waktu setelah kegiatan A mulai A Lag : 5 B Kegiatan B selesai 5 satuan waktu setelah kegiatan A selesai Menyusun Jaringan Precedence Diagram Method (PDM) : Seperti pada metode arrow, dalam menganalisis jaringan PDM terdapat 2 macam cara yaitu : Hitungan Maju dan Hitungan Mundur. Aturan perhitungannya tidak jauh berbeda dengan diagram anak panah. Hitungan maju diambil nilai yang terbesar (dengan memperhatikan bentuk keterkaitan antar kegiatan) Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Hitungan mundur diambil yang terkecil mulai dari kegiatan terakhir sampai kegiatan yang pertama. Perbedaan yang sangat jelas adalah penulisan kegiatan bukan pada anak panah tetapi pada titik kegiatan (node). F ij ESi EFi ESj EFj i C ij j LSi LFi LSj LFj S ij
Hubungan precedence dan Lead/Lag Keterangan : i = Kegiatan yang lebih dahulu. j = Kegiatan yang belakangan. F ij = Lead/Lag hubungan Finish to Finish. C ij = Lead/Lag hubungan Finish to Start. S ij = Lead/Lag hubungan Start to Start. 9.4. Metode Lintasan Kritis / Critical Path Method (CPM) Lintasan kritis adalah lintasan sepanjang diagram jaring yang mempunyai waktu terpanjang (durasi proyek), atau lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang tidak mempunyai float (waktu jeda). Float Total Float (TF) Total Float suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir, dikurangi waktu/durasi, dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan. TF = LET j d ij EET i TF adalah sejumlah waktu dimana suatu aktivitas non kritis boleh terlambat tanpa mempengaruhi waktu selesainya proyek. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Free Float (FF) Float bebas dari suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal (j), dikurangi waktu/durasi, dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan (i). FF = EET j d ij EET i FF adalah sejumlah waktu dimana suatu aktivitas non kritis boleh terlambat tanpa mempengaruhi aktivitas yang berikutnya. Lintasan Kritis Untuk menentukan lintasan kritis dari jaringan kerja dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara: Lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan yang mempunyai jumlah durasi terbesar. Dengan menghitung nilai float berdasarkan rumus TF dan FF diatas. Nilai TF = 0 merupakan indikasi bahwa kegiatan tersebut kritis. il Metode Diagram Preseden (PDM) Pada pembahasan jaringan kerja di Bab 12, elah disinggung bahwa di samping bentuk 10A juga dikenal AON atau kegiatan berada ii node (activity on node). Metode preseden liagram (PDM) adalah jaringan kerja yang , ermasuk klasifikasi AON. Di sini kegiatan iituliskan di dalam node yang umumnya ber)entuk segi empat, sedangkan anak panah uanya sebagai petunjuk hubungan antara ke;iatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan iemikian, dummy yang dalam CPM dan PERT nerupakan tanda yang penting untuk nenunjukkan hubungan ketergantungan, di ! alam PDM tidak diperlukan. Di bab ini akan i isajikan dasar-dasar menyusun PDM beserta ,onstrain yang dapat terjadi antara kegiatanegiatan, cara menghitung jalur kritis serta ontoh perhitungan, dengan memasukkan wsur kemungkinan adanya splitting dalam lelaksanakan kegiatan. Pembahasan diakhiri engan menyajikan konsep time reserved manp:ment yaitu metode yang diperkenalkan oleh H. Bush (1991) untuk merencanakan dan mengendalikan jadwal proyek, khususnya penggunaan cadangan waktu. A. Kegiatan Tumpang Tindih Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Aturan dasar CPM atau AOA mengatakan bahwa suatu kegiatan boleh dimulai setelah pekerjaan terdahulu (predecessor) selesai, maka untuk proyek dengan rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlaping) dan berulangulang akan memerlukan garis dummy yang banyak sekali, sehingga tidak praktis dan kompleks. Sebagai contoh, Gambar 13-21a memperlihatkan jaringan kerja AOA proyek memasang pipa, yang terdiri dari kegiatankegiatan menggali tanah, meletakkan pipa dan menimbun kembali. Misalkan setelah diteliti untuk mempersingkat waktu, komponen kegiatan proyek dilaksanakan secara tumpang tindih, yaitu pekerjaan meletakkan pipa dimulai setelah pekerjaan menggali tanah selesai 40 persen dari panjang keseluruhan, jadi tidak perlu menunggu selesai 100 persen. Gambar 13-21a Proyek memasang pipa dengan metode AOA/CPM. Mp 60% ~ambar 13-21b Kegiatan-kegiatan dipecah menjadi 40 persen dan 60 persen bagian. Bagian III: Perencanaan, Perangkat, dae Menggali tanah (Mt) (Mt 40% selesai) Meletakkan pipa (Mp) (Mp 40% selesai) Menimbun kembali (Mk) Gambar 13-21c Kegiatan seperti pada Gambar 13-21 b disajikan dengan metode PDM. Demikian halnya pekerjaan berikutnya. Untuk maksud tersebut, bila dipakai metode CPM, kegiatan harus dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yang dalam contoh di atas ditunjukkan dengan angka-angka bagian 40persen dan 60 persen. Terlihat bahwa Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK jaringan kerja yang dihasilkan Gambar 13-216 menjadi kompleks dan memerlukan banyak durnmy. Bila proyek tersebut disajikan dengan metode PDM, seperti pada Gambar 13-21c, akan menghasilkan diagram yang relatif sederhana. Oleh karena itu, metode ini banyak dijumpai pada proyek-proyek engineeringkonstruksi yang kaya akan pekerjaan tumpang tindih dan pengulangan, seperti pemasangan pipa, pembangunan gedung bertingkat, pengaspalan, dan lain-lain. Kegiatan, Peristiwa, dan Atribut Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak segiempat. Definisi kegiatan dan peristiwa sama seperti pada CPM. Hanya perlu ditekankan di sini bahwa dalam PDM kotak tersebut men-r,: suatu kegiatan, dengan demikian ha- . dicantumkan identitas kegiatan dan ku:._waktunya. Adapun peristiwa merupah_ujung- ujung kegiatan. Setiap node mempur., dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan ak:Ruangan dalam node dibagi menjadi komp._temen-kompartemen kecil yang berisi ka rangan spesifik dari kegiatan dan peristn, yang bersangkutan dan dinamakan atri; - :. Pengaturan denah (lay out) kompartemen d._: macam serta jumlah atribut yang hend.:, dicantumkan bervariasi sesuai keperluan ~~ keinginan pemakai. Beberapa atribut ya: . sering dicantumkan di antaranya adalah kur - _ waktu kegiatan (D), identitas kegiatan (non , .. - dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ELS, EF, LF, clan lain-lain). Kadang-kadang di dalam kotak no.: dibuat kolom kecil sebagai tempat me: - cantumkan tanda persen (%) penyelesai,:: pekerjaan. Kolom ini akan membantu mer.- permudah mengamati clan memonitor progrk - pelaksanaan kegiatan. ES LS Nomor Urut Nomor clan Nama Kegiatan Nama Kurun waktu EF Tgl. mulai: ES/LS Kurun waktu : D kegiatan (D) Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Tgl. selesai: EF/LF Float total: F (tanggal) (tanggal) LF Progres Penyelesaian (%) b. Gambar 13-22 Denah yang lazim pada node PDM. B. Konstrain, Lead, dan Lag I - elah disinggung di awal bab ini bahwa pada "DM, anak panah hanya sebagai penghubung itau memberikan keterangan hubungan antarNegiatan, dan bukan menyatakan kurun waktu ,,egiatan seperti halnya pada CPM. Tetapi ~arena PDM tidak terbatas pada aturan dasar aringan kerja CPM (kegiatan boleh mulai .etelah kegiatan yang mendahuluinya selesai), itaka hubungan antarkegiatan berkembang ,nenjadi beberapa kemungkinan berupa ,onstrain. Konstrain menunjukkan hubungan intarkegiatan dengan satu garis dari node , erdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain ianya dapat menghubungkan dua node. -,arena setiap node memiliki dua ujung, yaitu ijung awal atau mulai = (S) clan ujung akhir itau selesai = (F), maka ada 4 macam ,onstrain, yaitu awal ke awal (SS), awal ke vkhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke v wal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan )enjelasan mengenai waktu mendahului (lead) itau terlambat tertunda (lag). Bila kegiatan (i) nendahului (f ) dan satuan waktu adalah hari, naka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai )erikut: t. Konstrain Selesai ke Mulai - FS Konstrain ini memberikan penjelasan hu , ungan antara mulainya suatu kegiatan iengan selesainya kegiatan terdahulu. Diumuskan sebagai FS(i-j) = a yang berarti egiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang oendahuluinya (i) selesai. Proyek selalu nenginginkan besar angka a sama dengan 0 ,ecuali bila dijumpai hal-hal tertentu, nisalnya: Akibat iklim yang tak dapat dicegah. Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen. Mengurus perijinan. kegiatan terdahulu. Atau = h vang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah f , hari kegiatan terdahulu (i) mulai lon,train semacam ini terjadi bila sebelum kyiatan terdahulu selesai 100 persen, maka l,t , ~:,iatan (j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) huleh mulai setelah bagian tertentu dari kegiatan w sele~ai Besar angka b tidak boleh melebihi an4i.J kurun waktu kegiatan terdahulu, karena iar definisi b adalah sebagian dari kurun w3ktu kegiatan terdahulu. Jadi, di sini terjadi kegiatan tumpang tindih. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK 3. Konstrain Selesai ke Selesai - FF Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainva kegiatan terdahulu. Atau FF(t-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai. Besar angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu kegiatan yang bersangkutan U). Dari Gambar 13-21c sebagai contoh terlihat bahwa kegiatan (j) boleh mulai sembarang waktu, tetapi pada waktu kegiatan (i) selesai, harus masih ada porsi kegiatan (j) yang belum selesai. Jadi, misalkan selesainya kegiatan (i) terlambat, maka selesainya kegiatan (j) ikut terlambat. 4. Konstrain Mulai ke Selesai - SF Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i j)= d, yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi, dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan. c nis konstrain ini identik dengan kaidah itama jaringan kerja-CPM atau PERT, yaitu ,uatu kegiatan dapat mulai bila kegiatan yang wendahuluinya (predecessor) telah selesai. _'. Konstrain Mulai ke Mulai - SS Memberikan penjelasan hubungan antara nulainya suatu kegiatan dengan mulainya Tanda Konstrain dalam Jaringan Kerja Gambar 13-23 memperlihatkan penulisan konstrain pada PDM, yaitu dicantumkan di atas anak panah yang menghubungkan dua kegiatan. Kadang- kadang dijumpai satu kegiatan memiliki hubungan konstrain dengan lebih dari satu kegiatan seperti ditunjukkan oleh Gambar 13-24a atau suatu multikonstrain, Konstrain FS Kegiatan (i) Konstrain SS Kegiatan (i) ', Konstrain SF giatan (j) Catatan: b dan d disebut lead time a dan c disebut lag time Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Gambar 13-23 Konstrain pada PDM. yaitu dua kegiatan dihubungkan oleh lebih dari satu konstrain seperti pada Gambar 13-24b. Jadi, dalam menyusun jaringan PDM, khususnya meaentukan urutan ketergantungan, mengingat adanya bermacam konstrain di atas, maka lebih banyak faktor harus diperhatikan dibanding CPM. Faktor ini dapat dikaji misalkan dengan menjawab berbagai pertanyaan seperti berikut: Kegiatan mana boleh mulai, sesudah kegiatan tertentu A selesai, berapa lama jarak waktu antara selesainya kegiatan A dengan mulainya kegiatan berikutnya. FF(i-j) = c Gambar 13-24a Satu kegiatan mempuny_- - . hubungan konstrain dengan lebih dari sa' kegiatan yang berbeda. Gambar 13-24b Multikonstrain antarkegiatan. Kegiatan mana harus diselesaikan sebelum kegiatan tertentu B boleh mulai dan berapa lama tenggang waktunya. Kegiatan mana harus mulai sesudah kegiatan tertentu C mulai clan berapa lama jarak waktunya. Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakar, bagian dari serentetan faktor-faktor yang.perlu dianalisis sebelum mulai menyusun jaringan PDM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Menyusun Jaringan PDM Setelah membahas terminologi, atribut, dan parameter yang berkaitan dengan PDM maka Gambar 13-25c adalah contoh PDM suatu proyek terdiri dari tiga kegiatan lengkap dengan atribut dan parameter yang bersangkutan, yang semula disajikan dalam bentuk AOA seperti Gambar 13-25a. Sedangkan potensi penghematan waktu, dijelaskan dengan metode bagan balok berskala waktu yaitu pada Gambar 13-25b. Bila kegiatan di atas dikerjakan tumpang tindih, hasilnya akan mempersingkat waktu. Misalnya, seperti Gambar 13-25b yang disajikan dengan bagan balok, terlihat bahwa pe- nyelesaian proyek total berkurang menjadi 17 hari. Hal ini disebabkan adanya tumpang Kegiatan II Vletode, Teknik Perencanaan Waktu dan Menyusun /ndzoal 283 Menggali tanah (Mt ) 2 Meletakkan pipa (Mp) Menimbun kembali (Mk) 8 10 12 14 16 18 20 22 Gambar 13-25a Kegiatan dikerjakan berurutan, penyelesaian proyek total = 22 hari. Mt MP Mk 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 Gambar 13-25b Kegiatan tumpang tindih, penyelesaian proyek total = 17 hari Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Gambar 1325c Kegiatan seperti pada Gambar )royek total = 17 hari. 13-25a/b disusun menjadi PDM/AON. Penyelesaia~ ;indih antara kegiatan Mt dengan Mp dan Mp iengan Mk, yaitu setelah Mt berjalan selama k hari maka kegiatan Mp mulai. Demikian nalnya dengan Mk terhadap Mp, yaitu setelah 'vlp berjalan 6 hari, mulailah kegiatan Mk. Jadi wulainya kegiatan yang satu tidak menunggu Kegiatan yang lain selesai 100%. Bila Gambar 13c-6b disajikan dengan ['DM/AON akan terlihat seperti Gambar a 3- 25c. Penyelesaian proyek total = 17 hari. C. Identifikasi )alur Kritis Dengan adanya parameter yang bertamhah banyak, perhitungan untuk mengidentifika-: kegiatan dan jalur kritis akan lebih komhlaNkarena semakin banyak faktor yang diperhatikan. Untuk maksud terserul -_kerjakan analisis serupa dengan metode CPM, dengan memperhatikan kon~tr ~:v . terkait, seperti terlihat pada vambo.- : --_ Bagian III: PPrencanaan, PeranRkat, dan Peser.: SS(H) u) ES Keterangan SF(i j ) D(i) E FS(i j ) FF(i j ) 00 ES Keterangan D(j) EF Gambar 13-26 Menghitung ES dan EF. Hitungan Maju Hitungan Mundur Berlaku dan ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut. Berlaku dan ditujukan untuk hal-ha: sebagai berikut: Menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek. Diambil angka ES terbesar bila lebih satu kegiatan bergabung. Notasi (i) bagi kegiatan terdahulu (predecessor) dan (j) kegiatan yang sedang ditinjau. Waktu awal dianggap nol. 1. Waktu mulai paling awal dari kegiatan yang sedang ditinjau ES(j), adalah sama dengan angka terbesar dari jumlah angka kegiatan terdahulu ES(i) atau EF(i) ditambah konstrain Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK yang bersangkutan. Karena terdapat empat konstrain, maka bila ditulis dengan rumus menjadi: ES(j)= 2. Angka waktu selesai paling awal kegiatan yang sedang ditinjau EF(j), adalah sama dengan angka waktu mulai paling awal kegiatan tersebut ES(i'), ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan DU). Atau ditulis dengan rumus, menjadi: EF(/) = ES(/) + D(/) Pilih angka terbesar dari ES(i) + SS(i-j) atau ES(i) + SF(i j) - D(j) atau EF(i) + FS(i-j) atau EF(i) + FF(i-j) - D(j) Menentukan LS, LF dan kurun waktu flont Bila lebih dari satu kegiatan bergabum: diambil angka LS terkecil. Notasi (i) bagi kegiatan yang sedan,: ditinjau sedangkan (j) adalah kegiatar berikutnya. 1. Hitung LF(i), waktu selesai paling akhi.kegiatan (i) yang sedang ditinjau, van , : merupakan angka terkecil dari jumlah kegiatan LS dan LF plus konstrain van,: bersangkutan. LF(i)= 2. Waktu mulai paling akhir kegiatan yan~ sedang ditinjau LS(i), adalah sama denga: waktu selesai paling akhir kegiata:tersebut LF(i), dikurangi kurun wakt.. yang bersangkutan. Atau LS(i) = LF(i) - D(i) Jalur dan Kegiatan Kritis Jalur dan kegiatan kritis PDM mempuma: sifat sama seperti CPM/ AOA, yaitu: Pilih angka terkecil dari LF(j) - FF(i-j) atau LS(i') - FS(i-j) atau LF(j)-SF(i-j) + Di: atau LS(j)-SS(i j) + D( Metode, Te'<mk 1'crencanaan Waktu dan Menyusun /adeual 285 Ss(H) Keterangan D(i ) FS(i j ) Keterangan D(j) LS LF LS LF SF(i j ) FF(i j ) Gambar 13-27 Menghitung LS dan LF. Waktu mulai paling awal dan akhir harus Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK D. Contoh Menghitung dan Menyusun Jaringan PDM lustrasi di bawah ini memberikan petunjuk )agaimana mempergunakan rumus-rumus di tas, guna menyusun jaringan PDM dari suatu informasi tertentu yang telah diketahu . isalnya, sebagai berikut: Proyek terdiri dari enam kegiatan A,B,C,D,E, dan F dengan nomor urut 1,2,3,4,5, dan 6. Kurun waktu kegiatan tercantum pada Tabel 13-16. Telah diketahui pula konstrain antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. sama ..................................... ES = LS . Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama ...................................... EF = LF M
Kurun waktu kegiatan adalah sama
dengan perbedaan waktu selesai paling akhir dengan waktu mulai paling awal ................................................ LF-ES=D . Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara utuh dianggap kritis. Diminta menyusun jaringan PDM, meentukan jalur kritis dan kurun waktu penyelesaian proyek. Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat denah node sesuai de ngan jumlah kegiatan. Jadi, dalam hal ini akan terdapat enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan. Tabel 13-16 Data proyek terdiri dari enam kegiatan yang diminta untuk disusun dalam bentuk PDM. No Nama Kegiatan Kurun waktu (D) Konstrain 1 A 5 - 2 B 6 SS(1-2) = 3 3 C 6 FS(1-3) = 2 FF(2-3) = 2 4 D 7 SF(2-4) = 11 5 E 6 FS(2-5) = 1 SF(3-5) = 9 SS(4-5) = 4 6 F 8 SS(5-6) = 5 Gambar 13-28 Denah node proyek sesuai Tabel 13-16. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Gambar 13-29 Menentukan kendala sesuai Tabel 13-16. 2. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai dengan ketergantungan dan konstrain. 3. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang diperlukan. 4. Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, jalur kritis, float, clan waktu penyelesaian proyek. Perincian langkah-langkah di atas adalah sebagai berikut: 1. Membuat denah node sesuai jumlah kegiatan seperti diperlihatkan pada Gambar 13-28. 2. Menentukan urutan kegiatan, konstrain, dan melengkapinya dengan atribut seperti diperlihatkan pada Gambar 13-29. Langkah berikutnya menghitung ES, LS, EF, dan LF sebagai berikut: Hitungan Maju Kegiatan A Dianggap mulai awal = 0 ES(1) = 0 EF(1) = ES(1) + D(A) = 0 + 5 = 5 Kegiatan B ES(2) = ES(1) + SS(1-2) = 0 + 3 = 3 EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9
Metode, Teknik Perencanaan Waktu dan Menyusun Jadznal
Kegiatan C ES(3) = pilih EF(2) + FF(2-3) - D(C) . 287 Hitungan Mundur Dimulai dari kegiatan terakhir F angka =9+2-6=5 LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik ter akhir proyek) besar EF(1) + FS (1-3) _ dari 5+2=7 . Kegiatan E LF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E) EF(3) = ES(3) + D(C) = 7 + 6 = 13 =76-5+6=17 Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK LS(5) = LF(5) - D(E) = 17 - 6 = 11 Kegiatan D ES(4) = ES(2) + SF(2-1) - D(D) Kegiatan D = 3+11-7=7 LF(4) = LS(5) - SS(4-5) +D(D) EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14 = 11 - 4 + 7 = 14 Ls(4) = LF(4) - D(D) = 14 - 7 = 7 Kegiatan E . Kegiatan C ES(5) _ pilih ES(4) + SS(4-5) angka =7+4=11 LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C) = 17-9+6=14 terbesar EF(2) + FS(2-5) LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8 dari =9+1=10 ES(3) + SF(3-5) - D(E) Kegiatan B = 7 + 9 - 6 = 10 LF(2) = LF(3) - FF(2-3) = 14 - 2 = 12 EF(5) = ES(5) + D(E) = 11 + 6 = 17 LF(2) = LS(5) - FS(2-5) = 11 - 1 = 10 LF(2) = LF(4) - sF(2--4) + D(B) Kegiatan F = 14 - 11 + 6 = 9 ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 11 + 5 = 16 Dipakai angka terkecil yaitu LF(2) = 9 EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 = 24 LS(2) = LF(2) - D(B) = 9 - 6 = 3 SS(4-5) = 4 Gambar 13-30 Jaringan PDM lengkap dengan atribut dan simbol. 288 Bagi an 1I1: Perencanaan, Perangkat , dan i - . - , Kegiatan A LF(1) = LS(2) - SS(1-2) + D(A) =3-3+5=5 LF(1) = LS(3) - FS(1-3) = 8 - 2 = 6 Dipakai angka terkecil yaitu LF(1) = 5 Ls(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = o Akhimya, setelah angka-angka ES, EF, LS, dan LF dimasukkan ke dalam node yang ber- sangkutan, maka diperoleh diagram PDM yang lengkap seperti pada Gambar 13-30. Jalur Kritis clan Float Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK Kegiatan C bukanlah kegiatan kritis karena LS tidak sama besar dengan ES, demikian juga LF tidak sama besar dengan EF. Float kegiatan C = LF(3) - EF(3) = LS - ES = 14 - 13 = 8 - 7 = 1. Jalur kritis mengikuti rangkaian kegiatan dengan konstrain sebagai berikut. A -~ SS(1-2) --~ B -> SF(2-4) --> D --~ SS(4-5) - 4 E --~ SS(5-6) --~ F -7 +4 0 +5 8 = 24 Terlihat bahwa angka 24 hari lebih kecil dari pada angka masing-masing kegiatan kritis bila dijumlahkan (5 + 6 + 7 + 6 + 8 = 32). Hal ini karena kegiatan-kegiatan tersebut tumpang tindih. E. Interupsi Kegiatan Oleh karena alasan tertentu, dalam PDM kadang-kadang dijumpai suatu kegiatan dihentikan dan pelaksanaan selanjutnya dari sisa kegiatan tersebut ditunda. Hal ini dikenal sebagai splitting atau interupsi. Contoh di bawah ini menjelaskan hal tersebut. Gambar 13-31a Proyek terdiri dari dua kegiatan, yaitu menggali tanah dan meletakkan pipa. Kedua kegiatan menggali tanah dan mele!.:, kan pipa dikerjakan secara tumpang tir.,: - mengikuti konstrain antara keduan . : Penyajian dengan PDM pada Gambar 13-=: dan analisis selanjutnya dengan CPM/AU ~ pada Gambar 13-31c, akan mengungkapk~beberapa hal yang perlu diperhatikan, ya:v_ adanya interupsi pada pekerjaan memasar ~ pipa 4-5-6. Ini disebabkan karena konstra:SS(1-2) = 3, sehingga pekerjaan meletakkapipa harus dimulai 3 hari (bila dipakai hasebagai satuan waktu) sesudah pekerjaa: menggali tanah mulai. Jadi, konstrain i:menentukan kedudukan peristiwa E(4). Ada - pun konstrain lain, yaitu FF(1-2) menentukar kedudukan E(6), di mana pekerjaan memasanc pipa harus selesai 4 hari setelah pekerjaar menggali tanah selesai E(3). Sehingga peristiwa E(6) jatuh pada hari ke-15 (11 + 4), dar peristiwa E(5) yang waktunya sama dengar E(3), haruslah terjadi pada hari ke-11. Akibatnya, kegiatan memasang pipa 4-5-6 mengalami penundaan atau berhenti selama 3 har: (15 - 5 - 4 - 3 = 3). Pada contoh di atas jalur kritis adalah 1 - 2 - 3 - 5 - 6 dengan tota: waktu 15 hari. Umumnya dikatakan interupsi akan terjadi bila kombinasi berbagai konstrain terhadap kegiatan yang bersangkutan menghasilkan EF dan ES atau LF clan LS, yang perbedaannya melebihi kurun waktu kegiatan tersebut. Untuk contoh di atas, hal ini terlihat konstrain-konstrain FF(1-2) menentukan EF dan SS(1-2) menentukan ES pekerjaan meletakkan pipa, di mana angka EF - ES = 15 - 3 = 12 lebih besar dari kurun waktu pekerjaan yang bersangkutan (= 9). Dan ini mengakibatkan interupsi selama 12 - 9 = 3 hari. Pengaruh Interupsi Terhadap Pekerjaan Dalam praktek di lapangan, adanya interupsi demikian sering menurunkan produktivitas tenaga kerja. Oleh karenanya, diusahakan dihindari dengan berbagai cara, misalnya untuk contoh di atas, dengan memperpanjang kurun waktu kegiatan meletakkan pipa dari 9 hari menjadi 12 hari, (Gambar 13-31d) dengan mengurangi jumlah tenaga dan sumber daya yang dipergunakan. Atau mengundurkan mulainya pekerjaan meletakkan pipa dari hari ke-3 menjadi hari ke-6. Cara pertama mungkin berpengaruh No. 1 Mt Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK SS(1-2) = 3 3 3 No. 2 MP 9 15 15 FF(1-2) = 4 Gambar 13-31b Proyek memasang pipa dengan kendala-kendala yang bersangkutan. 2 4 v v 10 12 14 16 18 Gambar 13-31c Interupsi kegiatan. Gambar 13-31d Proyek seperti Gambar 13-31b dianalisis dengan metode CPM/AOA. Orhadap efisiensi pekerjaan, sedangkan cara edua harus diteliti betul-betul apakah tidak E:rakibat terhadap penyelesaian proyek secara eseluruhan. Ini terjadi, misalnya pada hari e-4 pelaksanaan proyek, telah direncanakan iemulai pekerjaan inspeksi pipa-pipa yang telah diletakkan di parit galian. Jadi, kalau pekerjaan meletakkan pipa baru dimulai pada hari ke-6, maka pekerjaan inspeksi helu~-dapat dimulai, sehingga akan menk,:.::.: : v jadwal pekerjaan inspektor, dtem:~.:.:r . terhadap jadwal penvelc~,aian .,- . Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Mawardi Amin MT PERENCANAAN PENGENDALIAN PROYEK