Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendicitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang tersering dan
memerlukan tindakan bedah segera untuk menghindari komplikasi yang serius.
Apendicitis akut yang terlambat ditangani akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas penderita. Untuk itu ketepatan diagnosa sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan tindakan. Ketepatan diagnosis tergantung dari
kemampuan dokter melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium.
Insiden apendicitis akut di Indonesia dilaporkan menempati urutan
tertinggi diantara kasus-kasus kegawatan darurat, seperti juga halnya dinegara
barat. Walaupun begitu diagnosis serta keputusan bedah masih cukup sulit
ditegakkan. ada beberapa keadaan apendicitis akut agak sulit didiagnosis,
misalnya pada fase awal dari apendisits akut gejala dan tandanya masih sangat
samar apalagi bila sudah diberi antibiotika. !engan pemeriksaan yang cermat dan
teliti resiko kesalahan diagnosis pada apendicitis akut sekitar "#-$%&. 'ahkan
pada wanita kesalahan diagnosis ini mencapai (#-#%&. )al ini dapat disadari
mengingat wanita terutama yang masih sangat muda sering timbul gangguan yang
mirip apendicitis akut.
Upaya mempertajam diagnosis sudah banyak dilakukan, antara lain
dengan menggunakan sarana diagnosis penunjang seperti* +oto olos Abdomen,
emeriksaan 'arium ,nema, -aparoskopi dan Ultrasonografi.
.engingat masalah diatas maka perlu diketahui tanda, gejala,
pemeriksaan laboratorium sederhana mana yang berperan secara bermakna dalam
mendiagnosis apendicitis akut, serta berapa akurasi, sensitifitas dan spesifitas dari
tanda, gejala dan pemeriksaan laboratorium sederhana tersebut dan untuk
memudahkan dokter dalam mengambil keputusan.
1.2 Tujuan Penulisan
enulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tindakan
anastesi pada tindakan laparaskopi kasus apendiksitis kronik.
1.3 Manfaat Penulisan
.anfaat penulisan ini adalah menambah pengetahuan pembaca umumnya
dan penulis pada khususnya mengenai tindakan laparaskopi kasus apendiksitis
kronik.
1.4 Met!e Penulisan
enulisan ini merupakan tulisan yang ditulis berdasarkan studi
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB II
TIN"AUAN PU#TA$A
2.1 E%i!e&ilgi
Apendicitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang tersering dan
memerlukan tindakan bedah segera untuk menghindari komplikasi yang serius.
Apendicitis akut yang terlambat ditangani akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas penderita. Untuk itu ketepatan diagnosa sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan tindakan. Ketepatan diagnosis tergantung dari
kemampuan dokter melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium.
Insiden apendicitis akut di Indonesia dilaporkan menempati urutan
tertinggi diantara kasus-kasus kegawatan darurat, seperti juga halnya di negara
barat. Walaupun begitu diagnosis serta keputusan bedah masih cukup sulit
ditegakkan. ada beberapa keadaan apendicitis akut agak sulit didiagnosis,
misalnya pada fase awal dari apendisits akut gejala dan tandanya masih sangat
samar apalagi bila sudah diberi antibiotika. !engan pemeriksaan yang cermat dan
teliti resiko kesalahan diagnosis pada apendicitis akut sekitar "#-$%&. 'ahkan
pada wanita kesalahan diagnosis ini mencapai (#-#%&. )al ini dapat disadari
mengingat wanita terutama yang masih sangat muda sering timbul gangguan yang
mirip apendicitis akut.
Upaya mempertajam diagnosis sudah banyak dilakukan, antara lain
dengan menggunakan sarana diagnosis penunjang seperti* +oto polos abdomen,
pemeriksaan 'arium ,nema, laparoskopi dan ultrasonografi.
.engingat masalah diatas maka perlu diketahui tanda, gejala,
pemeriksaan laboratorium sederhana mana yang berperan secara bermakna dalam
mendiagnosis apendicitis akut, serta berapa akurasi, sensitifitas dan spesifitas dari
tanda, gejala dan pemeriksaan laboratorium sederhana tersebut dan untuk
memudahkan dokter dalam mengambil keputusan.
2.2 Definisi A%en!isitis $rnik
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks /ermiformis dan merupakan
kegawat daruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan. Apendisitis
kronik merupakan infeksi pada apendiks dengan gejala berupa nyeri pada perut
kanan bawah lebih dari $ minggu. Apendisitis kronik dapat berupa fibrosis
menyeluruh pada dinding apendiks,sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa. Insiden dari apendisitis kronik
antara "-#&.
"
2.3 Etilgi
0ecara garis besar kasus dari apendisitis akut merupakan akibat dari
obstruksi. 'erbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada
apendiks antara lain*
a. 'atu 1fecalith2
b. .akanan
c. .ukus 1paling sering terjadi pada kistik fibrosis2
d. Apendiks yang terangulasi
e. arasit
f. 3umor pada apendiks atau sekum
g. ,ndometriosis
h. 'enda asing
i. )iperplasia limfoid 1khususnya terjadi sekunder akibat infeksi /irus2
2.4 'aktr (isik
". eranan -ingkungan, diet dan higiene
enelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis. Konstipasi
akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. 0emuanya ini akan
mempermudah timbulnya appendicitis. !iet memainkan peran utama pada
pembentukan sifat feses, yang mana penting pada pembentukan fekalit. Kejadian
appendicitis jarang di negara yang sedang berkembang, dimana diet dengan tinggi
serat dan konsistensi feses lebih lembek. Kolitis, di/ertikulitis dan karsinoma
kolon adalah penyakit yang sering terjadi di daerah dengan diet rendah serat dan
menghasilkan feses dengan konsistensi keras.
#
$. eranan 4bstruksi
4bstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan dalam
appendicitis akut. +ekalit merupakan penyebab terjadinya obstruksi lumen
apendiks pada $%& anak-anak dengan appendicitis, terjadinya fekalit
berhubungan dengan diet rendah serat. +rekuensi obstruksi meningkat sesuai
dengan derajat proses inflamasi. +ekalit ditemukan (%& pada kasus appendicitis
sederhana 1simpel2, sedangkan pada appendicitis akut dengan gangren tanpa
ruptur terdapat 5#& dan appendicitis akut dengan gangren disertai ruptur terdapat
6%& .
#
2.) Patgenesis !an Patfisilgi
!alam patogenesisnya, terdapat dua faktor yang memegang peranan
penting yaitu obstruksi dan infeksi. 0etelah terjadi obstruksi lumen apendiks
/ermiformis akan terbendung. 0ekret yang terus menerus dikeluarkan ini akan
menyebabkan apendiks /ermiformis teregang. Akibat regangan tersebut terjadi
tekanan terhadap pembuluh darah sehingga dinding apendiks /ermiformis
menjadi edema. Karena edema ini resistensi selaput lendir berkurang, terjadi
ulserasi juga terjadi in/asi dan multiplikasi bakteri pada dinding apendiks
/ermiformis. 'akteri ini akan menembus mukosa, submukosa dan muskularis
yang akan menimbulkan edema, gangguan /askular dan hiperplasia dari folikel
limfoid. ada akhirnya dapat terjadi trombosis pada aliran /ena dengan nekrosis
dan perforasi.
ada fase-fase awal dari apendicitis akut, apendiks /ermiformis tampak
edema yang terjadi selain karena tekanan terhadap pembuluh-pembuluh juga
karena banyak terdapatnya cairan yang meninggalkan kapiler dan masuk kedalam
jaringan. )al ini terjadi karena permeabilitas kapiler yang meningkat. 7airan dari
kapiler ini mengandung molekul-molekul protein seperti albumin, globulin, dan
fibrinogen. 0elain edema, apendiks /ermiformis tampak tegang dan terdapat
eksudasi netrofil pada mukosa, submukosa. 'iasanya keterlibatan mukosa yang
paling menonjol. ada tahap ini pembuluh darah subserosa menjadi kongesti dan
mengandung netrofil matang. Kongesti ini terjadi karena /askular-mikro jaringan
melebar yang berisi darah terbendung. 8etrofil tersebut kemudian akan migrasi ke
peri/askular. 9eaksi ini akan mengubah serosa yang mengkilat menjadi suram dan
tampak hiperemi. enampakan makroskopik ini dikenal sebagai apendicitis akut
tahap awal 1apendicitis akut mukosa2
ada fase awal dari apendicitis dapat terjadi penyembuhan, apendiks
/ermiformis jarang sekali kembali pada keadaan semula. 'iasanya timbul jaringan
fibrotik terutama pada daerah mukosa. 9esiko terjadinya serangan ulangan kurang
lebih "%& dalam waktu 5 bulan dan kurang lebih #%& dalam # tahun. 'eberapa
kasus sembuh secara inkomplit, sel polimorfonuklear diganti dengan mononuklear
dan juga terdapat fibrosis pada dinding apendiks /ermiformis, terjadilah
apendicitis kronis.
ada tahap selanjutnya eksudasi netrofil pada dinding apendiks
/ermiformis semakin banyak terutama lekosit polimorfonuklear sampai pada
lapisan muskularis. Keadaan ini disebut apendicitis akut flegmonosa. ada
apendicitis akut flegmonosa bisa terdapat fokus-fokus purulen dan nekrosis pada
mukosa yang disebut sebagai apendicitis akut nekrotikans. !engan bertambah
buruknya reaksi inflamasi akan terbentuk abses pada dinding, pus dalam lumen
serta terjadi ulserasi. ada tahap ini lapisan serosa biasanya dilapisi oleh eksudat
fibrin purulen dan tahap ini disebut apendicitis akut purulenta.
Kelanjutan dari reaksi ini adalah apendiks /ermiformis tampak lebih
merah akibat hiperemi yang berlebihan dan edema dengan tanda-tanda perdarahan
dibawah lapisan serosa. !ari luar juga tampak eksudat bercampur fibrin dan
mesoapendiks yang membengkak. 9ongga apendiks /ermiformis juga
mengandung pus berwarna merah karena perdarahan. 'ersamaan dengan itu
terjadi gangren yang berwarna kehitaman karena nekrosis sepanjang dinding
sampai lapisan serosa. 3ahap ini disebut apendicitis akut gangrenosa dan
merupakan keadaan yang dapat berlanjut menjadi ruptur pada apendiks
/ermiformis.
ada tahap selanjutnya terjadi apendicitis perforata bila apendiks
/ermiformis telah ruptur dan pus yang terdapat didalam lumen apendiks
/ermiformis dapat keluar menyebar ke organ-organ lain maupun di dalam fossa
apendiks /ermiformis yang dapat mengakibatkan peritonitis.
2.* Manifestasi $linis
:ejala awal yang merupakan gejala klasik apendicitis adalah nyeri
samar-samar dan tumpul di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini sering disertai rasa mual dan kadang ada muntah. ada
umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan
berpindah ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. !i titik ini nyeri terasa
lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
8amun terkadang tidak dirasakan nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. 3indakan ini
dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. 'ila terdapat
rangsangan peritoneum, biasanya penderita mengeluh sakit perut bila berjalan
atau batuk. Appendicitis juga dapat disertai dengan demam ringan, dengan suhu
sekitar ;<,# -;=,#
o
7.
",$
3imbulnya gejala peradangan apendiks tergantung dari letak
apendiksnya. 'ila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang
sekum 1terlindung oleh caecum2, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas
dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. 9asa nyeri lebih kearah perut kanan
atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam,
batuk, dan mengedan. 8yeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor
yang menegang dari dorsal.

'ila apendiks terletak di rongga pel/is dan terletak di
dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid
atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi
lebih cepat dan berulang-ulang. >ika apendiks terletak di dekat atau menempel
pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena
rangsangan dindingnya.
",$
2.+ Diagnsis
!iagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik 1inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi2. 'ila diperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, +oto
polos abdomen, U0: ataupun 73-0can, dan sebagainya.
",5
Rovsings sign ositif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri
bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign
atau
Obraztsovas
sign
asien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi
dari panggul kanan. ositif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign ada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi
internal pada panggul. ositif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau /agina.
Dunphys sign ertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
Ten Horn sign 8yeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda
spermatic kanan
Kocher
(Kosher)s
sign
8yeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat,
kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy
(Rosenstein)s
sign
8yeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah
saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
Bartoier!
"iche#sons
sign
8yeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada
pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi
terlentang
$ure!
Rozanovas
sign
'ertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan 1akan
positif 0hchetkin-'loomberg?s sign2
B#uberg sign !isebut juga dengan nyeri lepas. alpasi pada kuadran kanan
bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba
3abel ". Sign of Appendicitis
5-<
2.+ Tatalaksana A%%en!isitis
3atalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.
Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.
<
!engan
peningkatan penggunaan laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik,
apendektomi laparoskopik menjadi lebih sering. rosedur ini sudah terbukti lebih
sedikit menghasilkan nyeri pasca bedah, pemulihan yang lebih cepat dan angka
kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi terdapat peningkatan kejadian
abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. -aparoskopi itu dikerjakan
untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada
wanita. 'eberapa studi mengatakan bahwa laparoskopi meningkatkan kemampuan
dokter bedah untuk operasi.
=
-aparoskopi adalah bagian dari tekhnik endoskopi, berasal dari kata lapar
yang berarti abdomen dan oskopi artinya melihat melalui skope. -aparoskopi
memang khusus untuk melihat rongga perut atau rongga di luar usus melalui
pencintraan pada monitor /ideo menggunakan teleskop dan sistem endokamera.
2., Tin!akan Anestesi !ala& Tatalaksana A%en!isitis
3atalaksana apendistis dapat melalui apendiktomi dan atau laparoskopi,
dimana jenis tindakan anestesi yang dapat dilakukan berupa anestesi umum
ataupun anestesi regional. Anestesi regional terdiri dari anestesi epidural dan sub
arachnoid. 0edangkan untuk anestesi umum dapat dilakukan dengan cara inhalasi
dan parenteral.
3indakan anestesi umum bertujuan untuk meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali 1re/ersible2.
Komponen anestesi yang ideal terdiri dari analgetik, hipnotik, dan relaksasi otot.
!alam memberikan obat-obatan pada penderita yang akan menjalani
operasi maka perlu diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi,
maintenance, dan lain-lain.
1. Persia%an Pra Anestesi
Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan
pembedahan baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk keberhasilan
tindakan tersebut. Adapun tujuan pra anestesi adalah*
". .empersiapkan mental dan fisik secara optimal.
$. .erencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang
sesuai dengan fisik dan kehendak pasien.
;. .enentukan status fisik dengan klasifikasi A0A 1American
Society Anesthesiology2*
"

i. A0A I * asien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa
kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas $&.
ii. A0A II * asien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan
sedang sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka
mortalitas "5&.
iii. A0A III * asien dengan gangguan sistemik berat sehingga akti/itas
harian terbatas. Angka mortalitas ;=&.
i/. A0A I@ * asien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam
jiwa, tidak selalu sembuh dengan operasi. .isal * insufisiensi fungsi
organ, angina menetap. Angka mortalitas 5=&.
/. A0A @ * asien dengan kemungkinan hidup kecil. 3indakan operasi
hampir tak ada harapan. 3idak diharapkan hidup dalam $( jam tanpa
operasi A dengan operasi. Angka mortalitas 6=&.
Untuk operasi cito, A0A ditambah huruf , 1,mergency2 tanda darurat .
"
.acam-macam teknik anestesi yang dapat digunakan *
a. 4pen drop method * cara ini dapat digunakan untuk anestetik yang
menguap, peralatan sangat sederhana dan tidak mahal. Bat anestetik diteteskan
pada kapas yang diletakkan di depan hidung penderita sehingga kadar yang
dihisap tidak diketahui, dan pemakaiannya boros karena Cat anestetik menguap ke
udara terbuka.
b. 0emi open drop method * hampir sama dengan open drop, hanya
untuk mengurangi terbuangnya Cat anestetik , digunakan masker. Karbondioksida
yang dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi hipoksia. Untuk
menghindarinya dialirkan /olume fresh gas flow yang tinggi minimal ;D dari
minimal /olume udara semenit.
c. 0emi closed method * udara yang dihisap diberikan bersama
oksigen murni yang dapat ditentukan kadarnya kemudian dilewatkan pada
/aporiCer sehingga kadar Cat anestetik dapat ditentukan. Udara panas yang
dikeluarkan akan dibuang ke udara luar. Keuntungannya dalamnya anestesi dapat
diatur dengan memberikan kadar tertentu dari Cat anestetik, dan hipoksia dapat
dihindari dengan memberikan /olume fresh gas flow kurang dari "%% &
kebutuhan.
d. 7losed method * cara ini hampir sama seperti semi closed hanya
udara ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat 74
$
, sehingga
udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
$
ada kasus isi dipakai semi closed anestesi karena memiliki beberapa
keuntungan, yaitu
$
Konsentrasi inspirasi relatif konstan
Konser/asi panas dan uap
.enurunkan polusi kamar
.enurunkan resiko ledakan dengan obat yang mudah terbakar.
2. Pre&e!ikasi Anestesi
remedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun
tujuan dari premedikasi antara lain *
$
". memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal * diaCepam.
$. menghilangkan rasa khawatir, misal * diaCepam
;. membuat amnesia, misal * diaCepam, midaColam
(. memberikan analgesia, misal * pethidin
#. mencegah muntah, misal * droperidol
5. memperlancar induksi, misal * pethidin
<. mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
=. menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal * sulfas
atropin.
6. mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal * sulfas atropin
dan hiosin
3. -.at/.atan Pre&e!ikasi
a. #ulfas Atr%in
0ulfas atropin termasuk golongan anti kolinergik. 'erguna untuk
mengurangi sekresi lendir dan menurunkan efek bronchial dan kardial yang
berasal dari perangsangan parasimpatis akibat obat anestesi atau tindakan operasi.
,fek lainnya yaitu melemaskan otot polos, mendepresi /agal reflek, menurunkan
spasme gastrointestinal, dan mengurangi rasa mual serta muntah. 4bat ini juga
menimbulkan rasa kering di mulut serta penglihatan kabur, maka lebih baik tidak
diberikan pra anestesi lokal maupun regional. !alam dosis toksik dapat
menyebabkan gelisah, delirium, halusinasi, dan kebingungan pada pasien. 3etapi
hal ini dapat diatasi dengan pemberian prostigmin " E$ mg intra/ena
$
.
0ediaan * dalam bentuk sulfat atropin dalam ampul %,$# dan %,# mg.
!osis * %,%" mgA kg''.
emberian* 07, I., I@
.. Pet0i!in
ethidin merupakan narkotik yang sering digunakan untuk premedikasi.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah memudahkan induksi, mengurangi
kebutuhan obat anestesi, menghasilkan analgesia pra dan pasca bedah,
memudahkan melakukan pemberian pernafasan buatan , dan dapat diantagonis
dengan naloDon.
ethidin dapat menyebabkan /asodilatasi perifer, sehingga dapat
menyebabkan hipotensi orthostatik. )al ini akan lebih berat lagi bila digunakan
pada pasien dengan hipo/olemia. >uga dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan di medula yang dapat ditunjukkan dengan respon turunnya 74
$
. mual
dan muntah menunjukkan adanya stimulasi narkotik pada pusat muntah di
medula. osisi tidur dapat mengurangi efek tersebut.
0ediaan * dalam ampul "%% mgA $cc.
!osis * " mgA kg''.
emberian * I@, I.
;
1. Mi!a2la&
.idaColam merupakan suatu golongan imidaCo-benCodiaCepin dengan
sifat yang sangat mirip dengan golongan benCodiaCepine. .erupakan benCodiapin
kerja cepat yang bekerja menekan 00. .idaColam berikatan dengan reseptor
benCodiaCepin yang terdapat di berbagai area di otak seperti di medulla spinalis,
batang otak, serebelum system limbic serta korteks serebri. ,fek induksi terjadi
sekitar ",# menit setelah pemberian intra /ena bila sebelumnya diberikan
premedikasi obat narkotika dan $-$,# menit tanpa premedikasi narkotika
sebelumnya.
0ediaan * dalam ampul "% mgAml
!osis dewasa * %,%<- %," mgA kg '' secara I. sesuai dengan keadaan
umum pasien, laCimnya diberikan # mg. !osis usia lanjut dan pasien
lemah %,%$# E %,%# mgA kg '' 1I.2. Untuk basal sedation pada dewasa
tidak melebihi $,# mg I@ #-"% menit sebelum permulaan operasi, pada
orang tua dosis harus diturunkan "- ",# mg dengan total dosis tidak
melebihi ;,# mg I@.
4. In!uksi
ada kasus ini digunakan ropofol. ropofol adalah campuran "& obat
dalam air dan emulsi yang berisi "%& soya bean oil, ",$& phosphatide telur dan
$,$#& glyserol. !osis yang dianjurkan $,#mgAkg'' untuk induksi tanpa
premedikasi.
(

emberian intra/ena propofol 1$mgAkg2 menginduksi anestesi secara
cepat. 9asa nyeri kadang-kadang terjadi di tempat suntikan, tetapi jarang disertai
plebitis atau trombosis. Anestesi dapat dipertahankan dengan infus propofol yang
berkesinambungan dengan opiat, 8
$
4 danAatau anestetik inhalasi lain.
ropofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira =%& tetapi efek
ini disebabkan karena /asodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.
3ekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea.
ropofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,
metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun. Keuntungan propofol
karena bekerja lebih cepat dari tiopental dan konfusi pasca operasi yang minimal.
(
,fek samping propofol pada sistem pernapasan adanya depresi
pernapasan, apnea, brokospasme dan laringospasme. ada sistem kardio/askuler
berupa hipotensi, aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi. ada susunan saraf
pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, kejang, mual dan
muntah.
;
). Pe&eli0araan
a. Nitrus -ksi!a 34as 4elak 5N
2
-6
.erupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak iritatif,
tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakarAmeledak, dan tidak
bereaksi dengan soda lime absorber 1pengikat 74
$
2. .empunyai sifat anestesi
yang kurang kuat, tetapi dapat melalui stadium induksi dengan cepat, karena gas
ini tidak larut dalam darah. :as ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot, oleh
karena itu pada operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan Cat
relaksasi otot. 3erhadap 00 menimbulkan analgesi yang berarti. !epresi nafas
terjadi pada masa pemulihan, hal ini terjadi karena 8itrous 4ksida mendesak
oksigen dalam ruangan-ruangan tubuh. )ipoksia difusi dapat dicegah dengan
pemberian oksigen konsentrasi tinggi beberapa menit sebelum anestesi selesai.
enggunaan biasanya dipakai perbandingan atau kombinasi dengan oksigen.
enggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi 8
$
4 * 4
$
adalah
sebagai berikut 5%& * (%& F <%& * ;%& atau #%& * #%&
5
.
.. Et0rane 5 Enflurane6
.erupakan anestesi yang poten. !apat mendepresi 00 menimbulkan
efek hipnotik. ada kontrasepsi inspirasi ; E ;,# & dapat menimbulkan perubahan
,,: yaitu epileptiform, karena itu sebaiknya tidak digunakan pada pasien
epilepsi. !an dapat meningkatkan aliran darah ke otak. ada anestesi yang dalam
dapat menurunkan tekanan darah disebabkan depresi pada myokardium. Aritmia
jarang terjadi dan penggunaan adrenalin untuk infiltrasi relatif aman. ada sistem
pernafasan, mendepresi /entilasi pulmoner dengan menurunkan /olume tidal dan
mungkin pula meningkatkan laju nafas. 3idak menyebabkan hipersekresi dari
bronkus. ada otot, ,thrane menimbulkan efek relaksasi yang moderat.
.enyebabkan peningkatan akti/itas obat pelumpuh otot non depolarisasi.
enggunaan ,thrane pada operasi sectio cesaria cukup aman pada konsentrasi
rendah 1%,# - %,= /ol &2 tanpa menimbulkan depresi pada fetus. 'erhati-hati pada
penggunaan konsentrasi tinggi karena dapat menimbulkan relaksasi otot uterus.
"
Untuk induksi, ,thrane $ E ( /ol & dikombinasikan 4
$
atau campuran
8
$
4-4
$
, sedangkan untuk mempertahankan anestesi diperlukan %,# E ; &.
Keuntungan dari ,thrane adalah harum, induksi dan pemulihan yang
cepat, tidak ada iritasi, sebagai bronkodilator, relaksasi otot baik, dapat
mempertahankan stabilitas dari sistem kardio/askuler serta bersifat non emetik.
0edangkan kerugiannya bersifat myocardial depresan, iritasi pada 780, ada
kemungkinan kerusakan hati. 0ebaiknya dihindari pemberiannya pada pasien
dengan keparahan ginjal.
5
1. Halt0ane 5'lut0ane6
'erbentuk cairan jernih, sangat mudah menguap dan berbau manis, tidak
tajam dan mempunyai titik didih #% 7. Konsentrasi yang digunakan untuk anestesi
beragam dari %,$ E ;&. .erupakan Cat yang poten sehingga membutuhkan
/aporiCer yang dikalibrasi untuk mencegah dosis yang berlebihan. Karena kurang
larut dalam darah dibandingkan dengan eter, maka saturasi dalam darah lebih
cepat, sehingga induksi inhalasi relatif lebih cepat dan menyenangkan untuk
pasien. >ika persediaan terbatas maka sebaiknya )alothane digunakan untuk
menstabilkan setelah indeuksi intra/ena. ada kondisi klinis halothane tidak
mudah terbakar dan meledak.
)alothane memberikan induksi anestesi yang mulus, tetapi mempunyai
sifat analgesi yang buruk. enggunaan Cat ini untuk anestesi secara tunggal akan
menyebabkan depresi kardiopulmoneryang ditandai dengan sianosis, kecuali bila
gas inspirasi mengandung oksigen dengan konsentrasi tinggi. )alothane
mempunyai efek relaksasi otot yang lebih kecil daripada eter, merupakan suatu
bronkodilator. !epresi pusat pernafasan oleh halothane ditandai dengan
pernafasan yang cepat dan dangkal, peningkatan frekuensi pernafasan ini lebih
kecil bila diberikan premedikasi dengan opium. ,fek pada kardio/askuler adalah
depresi langsung pada miokardium dengan penurunan curah jantung dan tekanan
darah, tetapi terjadi /asodilatasi kulit sehingga mungkin perfusi jaringan lebih
baik. Kerugian dari halothane dapat diatasi dengan dikombinasikan dengan 8
$
4
1#% E <%&2 atau trikloroetilen 1%,#-"&2
<
.
*. -.at Pelu&%u0 -tt
a. #uksa&etniu& 5#u117nil 10line6.
3erutama digunakan untuk mempermudahA fasilitas intubasi trakea
karena mula kerja cepat 1"-$ menit2 dan lama kerja yang singkat 1; E # menit2.
>uga dapat dipakai untuk memelihara relaksasi otot dengan cara pemberian
kontinyu per infus atau suntikan intermitten. !osis untuk intubasi "-$
mgAkg''AI.@.
Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah 1"2 bradikardi,
bradiaritma dan asistole pada pemberian berulang atau terlalu cepat serta pada
anak-anakF 1$2 takikardi dan takiaritmiaF 1;2 lama kerja memanjang terutama bila
kadar kolinesterase plasma berkurangF 1(2 peningkatan tekanan intra okulerF 1#2
hiperkalemiF 152 dan nyeri otot fasikulasi.
4bat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk "%% mg dan #%% mg.
engenceran dengan garam fisiologis A aGuabidest steril # atau $# ml sehingga
membentuk larutan $ &. 7ara pemberian I.@AI..A intra lingualA intra bukal.
"
.. Atrakuriu& .es7late 5 tra1riu&6
0ebagai pelumpuh otot dengan struktur benCilisoGuinolin yang memiliki
beberapa keuntungan antara lain bahwa metabolisme di dalam darah 1plasma2
melalui suatu reaksi yang disebut eliminasi hoffman yang tidak tergantung fungsi
hati dan fungsi ginjal, tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang,
tidak menyebabkan perubahan fungsi kardio/askuler yang bermakna.
.enurut 7happle !> dkk 1"6=<2 dan 3ateishi 1"6=62 bahwa pada
binatang atracurium tidak mempunyai efek yang nyata pada CBF, CMR 4$ atau
ICP. .etabolitnya yang disebut laudanosin, menembus blood brain barrier dan
dapat menimbulkan kejang ,,:, tetapi kadar laudanosin pada dosis klinis
atracurium tidak menimbulkan efek ini. -anier dkk mengatakan bahwa tidak ada
perbedaan ambang kejang dengan lidokain pada kucing yang diberikan
atracurium. pancuronium, atau /ecuronium. 4bat ini menurunkan MAP tetapi
tidak menyebabkan perubahan ICP. !osis atracurium untuk intubasi adalah %,#
mgAkg dan dosis pemeliharaan adalah #-"% ugAkgAmenit. Kemasan * $,# ml dan #
ml yang berisi $# mg dan #% mg atrakurium besylate. .ula kerja pada dosis
intubasi $-; menit sedangkan lama kerjanya pada dosis relaksasi "#-;# menit.
"
+. Intu.asi En!trakeal
0uatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea, sehingga jalan
nafas bebas hambatan dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan
untuk *
". .empermudah pemberian anestesi.
$. .empertahankan jalan nafas agar tetap bebas.
;. .encegah kemungkinan aspirasi lambung.
(. .empermudah penghisapan sekret trakheobronkial.
#. emakaian /entilasi yang lama.
5. .engatasi obstruksi laring akut
"
.
,. Tera%i 8airan
rinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang diberikan harus mendekati
jumlah dan komposisi cairan yang hilang. 3erapi cairan perioperatif bertujuan
untuk *
". .emenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah yang hilang
selama operasi.
$. .engatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan karena terapi yang
diberikan.
emberian cairan operasi dibagi *
a. Pra %erasi
!apat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah,
penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti pada ileus
obstriktif, perdarahan, luka bakar dan lain-lain. Kebutuhan cairan untuk dewasa
dalam $( jam adalah $ ml A kg '' A jam. 0etiap kenaikan suhu "
%
7elcius
kebutuhan cairan bertambah "%-"# &.
.. #ela&a %erasi
!apat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan
pada dewasa untuk operasi *
". 9inganH ( mlAkg''Ajam.
$. 0edangH 5 ml A kg''Ajam
;. 'erat H = ml A kg''Ajam.
'ila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan kurang dari
"% & ,'@ maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak ; kali
/olume darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari "% & maka dapat
dipertimbangkan pemberian plasma A koloid A dekstran dengan dosis "-$ kali
darah yang hilang.
1. #etela0 %erasi
emberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan
selama operasi ditambah kebutuhan sehari-hari pasien
"
.
9. Pe&uli0an
asca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan
anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau reco/ery room yaitu
ruangan untuk obser/asi pasien pasca atau anestesi. 9uang pulih sadar merupakan
batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan
perawatan intensif di I7U. !engan demikian pasien pasca operasi atau anestesi
dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena operasi atau pengaruh
anestesinya.
"
". ,/aluasi
a. enilaian status pasien
b. ,/aluasi status generalis dengan pemeriksaan fisik dan penunjang
sesuai indikasi
$. ersiapan praoperatif
a. ersiapan rutin
b. ersiapan khusus
;. remedikasi, disesuaikan dengan kebutuhan
(. ilihan anestesinya
a. asien dewasa dan diperkirakan operasi lebih dari " jam* analgesia
spinal subarachnoid rendah.
b. ada pasien dewasa yang operasi I"jam * anesthesia umum
inhalasi sungkup muka atau anesthesia umum intra/ena diaCepam
ketamine.
c. ada bayi atau anak* anesthesia umum, sesuai dengan anesthesia
pediatric.
d. asien rawat jalan* sesuai dengan tatalaksana anesthesia E
analgesia rawat jalan.
#. emantauan selama anesthesia, sesuai dengan standar pemantauan dasar
intra operatif
5. 3erapi cairan disesuaikan dengan pilihan aneatesinya
<. emulihan anastesia sesuai dengan pilihan anastesianya
=. asca anesthesia
a. asien dirawat di ruang pulih sesuai dengan tatalaksana pasca
anesthesia-analgesia.
b. asien kembali ke ruangan, setelah memenuhi kriteria pemulihan.
'A' III
-A49A8 KA0U0
8ama * 8y. 30
>enis Kelamin * erempuan
.9 * =5.5".56
Usia * ;= tahun
)ari 9awatan ke * (
1. La%ran Pre/-%erasi
Ana&nesis
$elu0an Uta&a :
0eorang pasien perempuan usia ;= tahun datang ke I:! 90U !r...!jamil
adang pada tanggal # .aret $%"( dengan keluhan nyeri dari 0IA0 kanan
menjalar ke punggung kanan.
(i;a7at Pen7akit #ekarang :
0ebelumnya pasien berobat ke 90U .ayjen ). A. 3halib 0ungai penuh ,
dicurigai 8efrolitik !eDtra sehingga pasien dirujuk ke 90U . !jamil.
3erdapat demam.
3idak terdapat mual dan muntah.
(i;a7at Pen7akit Da0ulu:
3idak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, !. dan
)ipertensi.
9iwayat alergi obat 1-2
Ana&nesis Pen7ulit Anastesi
Asma 1-2
!. 1-2
Alergi 1-2
Angina ectoris 1-2
)ipertensi 1-2
enyakit )ati 1-2
enyakit :injal 1-2
:igi alsu 1-2
Kejang 1-2
'atuk 1-2
ilek 1-2
!emam 1-2
Kelainan Kardio/esikular 1-2
(i;a7at .at 7ang se!ang3tela0 !igunakan
Anti )ipertensi 1-2
Anti 9eumatik 1-2
Anti !iabetes 1-2
4bat >antung 1-2
(i;a7at %erasi se.elu&n7a : 5/6
(i;a7at Anastesi : 5/6
$e.iasaan .uruk se0ari/0ari 7ang &e&%ersulit %erasi :
9okok * 1-2
Alkohol * 1-2
4bat enenang * 1-2
A#A : 1
Pe&eriksaan 'isik 5sekarang +/<4/2<146 :
Keadaan umum*
Kesadaran * 7omposmentis 7ooperati/e
Keadaan umum * 'aik
3ekanan !arah * "$%A=% mm)g
8adi * =< DAmenit, teratur dan kuat angkat
8afas * $(D Amenit, reguler
0uhu * afebris
.ata * konjungti/a tidak anemis
0klera tidak ikterik
upil isokor
>alan 8apas * bebas
aru * /esikuler JAJ, rh -A-, wh -A-
>antung * irama teratur, bising 1-2
Abdomen * 'ising usus 1J2 8ormal, mual 1-2, muntah 1-2, distensi abdomen
1J2
:enitalia * kateter 1-2, hematuria 1-2
,kstrimitas * edema -A-, akral teraba hangat, kering, dan merah.
8eurologis * defisit neurologis 1-2
Hasil La.ratriu& 524 A%ril 2<146
)b * "(,$ gAdl
)t * ("&
-eukosit * <6%%
3rombosit * $(5.%%%
3 * "%,= s
A33 * ;#," s
Ureum * "5 mg&
Kreatinin * %,5 mg&
Hasil (ntgen :
3idak tampak bayangan batu radioopak sepanjang proyeksi traktus urinarius
Plan
-aparoscopy appendiks
Diagnsa
Apendiksitis kronik
2. La%ran Intra -%eratif
4bat premedikasi *
9anitidin #% mg
4ndansentron (mg
4bat medikasi
Anestesi Intra/ena *
+ortanest ;mg
+entanyl ;%% Kg
ropofol $%% mg
+entanyl "%% Kg
+ortanest $ mg
Anestesi Inhalasi *
4ksigen $liter
8
$
4 $ liter
0e/ofluran $liter
Mnitring 7ang !ilakukan :
>am 3ekanan !arah 1sistoleAdiastole2
mm)g
8adi 1kali2
%6.%# "6"A66 "%6
%6.$% "(=A<6 =%
%6.$# "#%A=; <%
%6.;% "#%A=6 <=
%6.(% "#%A=# =#
%6.(# ";"A=# 56
%6.#% "5"A6= 5%
%6.## "5"A6= #(
"%.%% ";=A<= ##
"%.%# ";#A6= 5=
"%."% "$=A<= #=
"%."# "$%A<% #=
"%.$% ""=A<= #5
"%.$# "$$A<= #5
"%.;# ";=A#$ #=
"%.(# ";#A#= "%%
"u&la0 1airan 7ang &asuk : (L 1<<< L !an Tutfusin
Per!ara0an : &ini&al
"u&la0 urine : ti!ak !a%at !inilai= kateter 5/6
3. Mnitring Pst -%eratif
Instruksi dokter yang diberikan *
+entanyl $%%Kg, Ketorolac ;% mg yang dimasukan ke dalam tuto fuschin.
>am 3ekanan !arah 1sistoleAdiastole2
mm)g
8adi 1kali2
"%.(# "($A6" 5%
"%.#% "#%A<$ <;
"%.## "#$A<; <;
"".%% "($A== <"
"".%# ""%A=% <%
""."% ""%A=% <=
#kr al!rete :
Akti/itas * menggerakkan ( ekstremitas 1$2
9espirasi * dapat bernafas dalam 1$2
0irkulasi * 3! $%& dari nilai re 4p
Kesadaran * 0adar penuh
0aturasi * saturasi 4ksigen "%%&
'A' I@
!I0KU0I
3elah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan, umur ;= tahun datang
ke I:! 90U !r...!jamil adang dengan diagnosis apendisitis kronik. !ari
anamnesa didapatkan keluhan nyeri dari 0IA0 kanan menjalar ke punggung
kanan. ada pasien tidak ditemukan penyulit anamnesa,tidak ada riwayat
penggunaan obat, tidak ada riwayat operasi dan anestesi sebelumnya, serta pasien
juga tidak memiliki riwayat kebiasaan yang dapat mempersulit operasi.
'erdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kondisi pasien dalam
keadaan umum baik, pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan dan dengan
pemeriksaan laboratorium normal.
ada pasien dilakukan tindakan laparoskopy appendiks dengan
menggunakan anestesi umum. 4bat premedikasi yang diberikan berupa 9anitidin
#% mg dan 4ndansentron (mg. Untuk anestesi inhalasi yang diberikan adalah
oksigen $ liter, 8
$
4 $ liter, 0e/ofluran $ liter, sedangkan anestesi intra/ena yang
diberikan adalah +ortanest ;mg, +entanyl ;%% Kg, ropofol $%% mg, +entanyl "%%
Kg, +ortanest $ mg. >umlah cairan yang diberikan "%%% ml dan 3utofusin #%% ml.
Kemudian pasien diberikan +entanyl $%%Kg, Ketorolac ;% mg dalam 3uto
+uschin. Aldrette skor pasien "% karena pasien dapat menggerakkan ( ekstremitas,
dapat bernafas dalam, tekanan darah ""%A=% mm)g, kesadaran penuh.
Daftar Pustaka
". 0jamsuhidajat, 9 dan de >ong, Wim. $%%(. Buku Ajar Ilmu Bedah >akarta*
,:7
$. )ackam, !a/id. $%%=. Appendicitis 9etrie/ed .ay $$, $%"%, from Knol E A
Unit of Knowledge * http*AAknol.google.comAkAdr-da/id-
hackamAappendicitisA98K:bbtdAB"o%Lg
;. 7raig, 0andy. $%%=. Appendicitis! Acute 9etrie/ed .ay $$, $%"%, from
e.edicine * http*AAemedicine.medscape.comAarticleA<<;=6#-o/er/iew
(. 'runicardi, +.7., et al. $%%<. Sch"art#$s Principle of Surgery. U0A * 3he .c
:raw )ill 7ompany.
#. 'edah !igestif. $%%=. Apendicitis akut. 9etrie/ed .ay $$, $%"%, from Ilmu
'edah U:.* http*AAbedahugm.netA'edah-!igestiAApendicitis-akut.html
5. )ardin, .ike. "666. Acute Appendicitis Re%ie" and &pdate. 9etrie/ed .ay
$$, $%%6, from American Academy of +amily hysicians.*
http*AAwww.aafp.orgAafpA66""%"apA$%$<.htm
<. 3emple 7-, )uchcroft 0A, 3emple W>. 3he natural history of appendicitis
in adults. A prospecti/e study. Ann 0urg "66# .arF $$"* $<=-=".
=. 'irnbaum 'A, Wilson 09. Appendicitis at the millennium. 9adiology $%%%
.ayF $"#* ;;<e(=.

Anda mungkin juga menyukai