Anda di halaman 1dari 2

Saxagliptin

Seperti diketahui, mayoritas pasien diabetes tipe 2 akan kesulitan mencapai atau
mempertahankan target glikemik mereka, sehingga akhirnya memerlukan terapi kombinasi 2
obat antidiabetes (OAD) atau lebih, terkait dengan penurunan progresif fungsi sel beta. Saat
ini, beberapa studi klinis membuktikan Saxagliptin (OAD golongan baru, yaitu penghambat
DPP-4), teruji efektif dan dapat ditoleransi dengan baik sebagai terapi kombinasi dengan
OAD golongan terdahulu (seperti sulfonilurea, metformin, dan thiazolidinedione/TZD),
untuk memperbaiki kontrol glikemik pasien-pasien diabetes tipe 2, yang kondisinya tidak
terkontrol dengan monoterapi OAD saja.


Saxagliptin merupakan penghambat kuat enzim dipeptidil peptidase-4 selektif (penghambat
DPP-4), yang diformulasikan untuk menghasilkan efek hambatan enzim DPP-4 yang lebih
lama. Penghambatan DPP-4 akan meningkatkan kadar hormon GLP-1 (glocagon like
peptide-1) dan GIP (glucose dependent insulinotropic peptide), dua jenis hormon pengatur
homeostasis glukosa darah yang bekerja menstimulasi sintesis dan penglepasan insulin, serta
menghambat pengosongan lambung dan sekresi glukagon. Obat-obat penghambat DPP-4
diketahui memiliki profil keamanan yang baik, termasuk resiko hipoglikemia yang rendah
terkait kerjanya yang glucose-dependet dan efek terhadap berat badan yang netral.

Tiga studi klinis baru-baru ini mengungkapkan efektivitas dan keamanan terapi saxagliptin
sekali sehari sebagai terapi tambahan pada sulfonilurea, metformin, dan TZD. Berikut sekilas
ulasan ketiga studi klinis tersebut.

Saxagliptin sebagai terapi tambahan sulfonilurea dosis submaksimal hasilkan kontrol
glikemik yang lebih baik, dibanding peningkatan dosis sulfonilurea. Hasil studi ini
menunjukkan 92% pada kelompok monoterapi membutuhkan peningkatan dosis
glibenklamid. Penambahan saxagliptin 2,5 dan 5 mg menghasilkan rerata penurunan
signifikan pada minggu ke-24 vs peningkatan dosis glibenklamid saja. Proporsi pasien yang
mampu mencapai target A1c <7% terlihat lebih besar pada kelompok saxagliptin vs
monoterapi, dan juga didapatkan penurunan postprandial glucose area under the curve/PPG
AUC untuk kelompok saxagliptin vs monoterapi. Sementara itu, kejadian efek samping yang
terjadi (termasuk hipoglikemia) tampak serupa pada semua kelompok.

Saxagliptin sekali sehari plus metformin merupakan terapi pilihan untuk penanganan pasien-
pasien diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol hanya dengan monoterapi metformin. Hasil studi
menunjukkan terapi saxagliptin (2,5; 5; dan 10 mg) plus metformin sampai dengan minggu
ke-24, secara signifikan mampu menghasilkan rerata penurunan nilai A1c, glukosa plasma
puasa dan PPG, bila dibandingkan dengan monoterapi metformin. Proporsi pasien dengan
A1c <7% terlihat lebih besar pada kelompok saxagliptin. Fungsi sel beta dan postprandial c-
peptide, insulin, dan glukagon AUC juga terlihat lebih baik pada kelompok saxagliptin.
Insidensi efek samping hipoglikemia dan penurunan berat badan sebanding dengan plasebo.

Penambahan saxagliptin pada terapi TZD hasilkan perbaikan kontrol glikemis klinis penting
dan dapat ditoleransi dengan baik, dibanding monoterapi TZD. hasil studi menunjukkan pada
minggu ke-24, terapi saxagliptin (2,5 dan 5 mg) plus TZD menghasilkan penurunan rerata
yang signifikan vs plasebo untuk nilai A1c dan glukosa plasma puasa. Proporsi pasien dengan
A1c <7% lebih besar pada kelompok saxagliptin vs plasebo. PPG AUC juga dapat diturunkan
secara signifikan. Saxagliptin juga diperlihatkan secara umum dapat ditoleransi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai