STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAAN NGIJO,KARANGPLOSO TANAMAN HURTIKULTURA
Disusun Oleh : Kelompok : Senin, 07.30 Asisten : Aziza Arisona
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011
ii
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN STUDI LAPANG DI KEBUN PERCOBAAN NGIJO,KARANGPLOSO
Oleh : KELOMPOK SENIN 07.30 Nama (NIM) Wahyunita P. 115040201111181 Alifia Idatama 115040201111182 Ervansyah Danur S 115040201111183 Afitania Anggraini 115040201111187 Krisna Bagus 115040201111192 Intan Sugiarti 115040201111193 Ramadhan P 115040201111194 Arifatul Fitriyah 115040201111197 M.Nazri Emir 115040201111198 Helmi Dzikrullah A 115040201111199 Asisten : Aziza Arisona
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 1
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayahnya dapat terselesaikan Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman .Dalam Studi Lapang di Kebun Praktikum Universitas Brawijaya Ngijo, Karangploso - Malang . Makalah hasil Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan presentasi. Pada kesempatan ini tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban dan memberikan bantuan baik motivasi maupun materi hingga terselesaikannya laporan hasil Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman ini. 2. Dosen Dasar Perlindungan Tanaman yang membimbing kami. 3. Asisten praktikum yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan hingga terselesaikannya laporan ini, terutama kak Aziza Arisona selaku asisten praktikum kelompok kami. 4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan laporan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah telah meluangkan waktu untuk turut membantu dalam penulisan laporan ini hingga selesai. Dalam laporan ini, membahas tentang Pengendalian Hama Terpadu, Organisme Pengganggu Tanaman, Hama dan Penyakit tanaman Hurtikultura, Keadaan sosial ekonomi petani, Kendala budidaya tanaman hurtikultura. Penyusun menyadari bahwa di dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan sehingga
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 2
diharapkan pada semua pihak untuk dapat memberikakn kritikan dan saran masukan yang bermanfaat guna penyempurnaan laporan ini dan selanjutnya. Akhirnya penulisan berharap semoga penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Malang, 27 Desember 2011
Penyusun
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 3
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................... i LAMPIRAN NAMA ANGGOTA ........................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................... v BAB I : PENDAHULUAN .................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................... 2 1.2.1 Tujuan umum ....................................................... 2 1.2.2 Tujuan khusus ...................................................... 2 1.3 Manfaat ................................................................... 2 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................... 3 2.1 Pengertian Perlindungan Hama tanaman ................ 3 2.2 Pengertian OPT ....................................................... 3 2.3 Pengertian ekosistem .............................................. 4 2.4 Komponen PHT ....................................................... 6 2.5 Komponen ekosistem ........................................... 12 2.6 Peran PHT dalam ekosistem pertanian ................. 15
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 4
2.7 Faktor penyebab timbulnya peledakan hama dan penyakit ................................................................. 16 2.8 Metode pengendaliaan opt .................................... 18 2.9 Konsep ambang ekonomi ...................................... 19
BAB III: METODOLOGI........................................................... 20 3.1 Waktu dan Tempat ............................................... 20 3.2 Metode kerja ......................................................... 21 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 22 4.1 Hasil 4.1.1 Kondisi lahan 4.1.2 Sistem budidaya yang dijalankan oleh petani 4.1.3 Hama yang ditemukan di lapang 4.1.4 Penyakit yang ditemukan di lapang 4.1.5 Musuh alami yang ditemukan di lapang 4.1.6 Kendala budidaya tanaman oleh petani 4.1.7 Pengendalian OPT Oleh Petani 4.1.8 Kebutuhan pestisida yang digunakan dan teknis penggunaan pestisida oleh petani. 4.1.9 Kondisi sosial ekonomi petani 4.2 Pembahasan 4.2.1 Penjelasaan kondisi ekosistem yang ditemukan (baik dari unsur biotik maupun abiotik) serta perbandingan dengan literatur. 4.2.2 Analisis penyebab timbulnya gejala serangan OPT pada lahan. 4.2.3 Analisis kendala pengendalian OPT dan budidaya oleh petani 4.2.4 Solusi pengendalian OPT yang dapat diterapkan berdasar konsep PHT
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 5
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 5.3 Kesan selama praktikum 5.4 Kesan untuk asisten DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 6
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita ketahui bahwa salah satu kendala dalam usaha peningkatan di bidang pertanian adalah adanya gangguan akibat serangan hama yang secara tidak langsung keberadaan hama ini akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani di daerah tersebut. Serangan hama tanaman merupakan salah satu kendala yang sangat meresahkan para petani. Bagaimana tidak, dalam batas tertentu populasi hama dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian yang akhirnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi petani. Serangan hama tersebut dapat terjadi pada berbagai komoditas baik itu komoditas pangan, holtikultura maupun perkebunan.. Keberadaan hama disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya seperti cuaca, factor geografis serta tindakan manusia, sehingga jenis hama, dominansi, intensitas dan luas serangannya berbeda antar daerah satu dengan yang lain. Komponen utama langkah-langkah perlindungan, dewasa ini adalah penggunaan pestisida. Meskipun demikian banyak contoh klasik yang berhasil mengendalikan hama dengan pengendalian hayati dan penggunaan varietas yang resisten; akan tetapi pengunaannya terbatas pada beberapa tanaman, terhadap beberapa hama, dan di beberapa daerah saja. Meskipun demikian kecenderungan dan pemakaian metode ini secara konsisten bertambah dan ada bukti dalam program penelitian lembaga nasional maupun internasional. Alat penting lainnya yang dapat digunakan secara efektif untuk menghindarkan atau menekan populasi adalah manipulasi cara bercocok tanam atau agronomi dalam sistem usaha tani. Namun
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 7
kunci dari keberhasilan pengendalian serangan hama disuatu daerah sangatlah bergantung dari identifikasi, inventarisasi dan analisis permasalahan hama dan lapangan yang dihadapi petani di suatu daerah, sehingga tindakan pengendalian yang dilakukan tepat dan terpadu.
1.2 Tujuan 1.2.1 tujuan umum 1. untuk mengetahui pengendalian hama tanaman di lapang. 2. untuk mengetahui hama dan penyakit tanaman yang di hadapi oleh petani. 3. untuk mengetahui kondisi yang lapang para petani budidaya tanaman, serta penangananannya dalam pengendalian OPT. 1.2.2 Tujuan khusus 1. untuk mengetahui hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya khususnya tanaman hurtikultura. 2. Untuk mengetahui pengendalian OPT pada lahan budidaya khususnya tanaman hurtikultura. 1.3 Manfaat Agar kita bisa mengetahui hama dan penyakit pada tanaman budidaya khususnya tanaman hortikultur dan bagaimana cara pengendaliannya di lapang sesuai dengan konsep PHT apa tidak dan mengetahui keadaan sosial dan ekonomi para petani di lapang.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 8
Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 pengertian Perlindungan Hama tanaman Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang meliputi berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas tetapi dengan dampak negatif terhadap lingkungan sekecil-kecilnya. (Brader, 1979) Suatu sistem pengelolaan hama / system terpadu yang dalam konteks lingkungan bersangkutan dengan dinamika species hama, menggunakan smua teknik dan metode pengendalian yang cocok dengan cara yang seserasi mungkin serta mempertahankan populasi hama di bawah ambang yang mengakibatkan kerugian ekonomi. (FAO,1976) 2.2 Pengertian OPT Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. (Anonymous 1 ,2011)
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 9
2.3 Pengertian ekosistem Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.(Anonymous 1 ,2011) Ekosistem adalah suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G. Tansley berhubungan dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem. Ekosistem atau sistem ekologi adalah merupakan pertukaran bahan-bahan antara bagian-bagian yang hidup dan yang tak hidup di dalam suatu sistem. Ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung diantara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya. Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam (Dephut, 1997).
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 10
Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran enesrgi (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983). Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (UU Lingkungan Hidup Tahun 1997). Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan organisasi ini dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki komponen-komponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara baik sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan dan jaring makanan yang pada setiap proses ini terjadi aliran
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 11
energi dan siklus materi.
2.4 Komponen PHT Komponen PHT terdiri dari : a. PENGENDALIAN FISIK Adalah suatu usaha mempergunakan atau merubah factor lingkungan fisik sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kematian dan mengurangi populasi hama. 1. Perlakuan panas dan kelembaban. Perlakuan seperti ini paling berhasil bila diterapkan dalam ruang tertutup seperti di gudang untuk hama yang menyerang dipenyimpanan. Faktor suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi penyebaran, fekunditas, kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. 2. Penggunaan lampu perangkap. Dapat digunakan untuk mengurangi populasi serangga dewasa. 3. Penggunaan gelombang suara. Penggunaan suara sebagai pengendali serangga belum banyak dilakukan karena system akustik serangga belum banyak diketahui.secara teoritik ada 3 metode, yakni penggunaan suara dengan intensitas rendah serta dengan perekaman suara yang diproduksi serangga untuk mengganggu perilaku serangga hama. 4. Penggunaan penghalang atau barrier. Yakni dengan menggunakanberbagai ragam faktor fisik yang dapat menghalangi atau membatsi serangga hama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani, contoh : peninggian pematang, lubang / selokan jebakan yang diisi air, pagar rapat, lembaran seng/ plastikdisekeliling pertanaman, mulsa plastik/ jerami, pembungkusan buah dengan kantong plastik.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 12
b. PENGENDALIAN MEKANIK Bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat / bahan lain. 1. Pengambilan dengan tangan. Adalah teknik yang paling sederhana dan murah tentunya untuk daerah yang banyak tersedia tenaga manusia. Yang dikumpulkan adalah fase hidup hama yang mudah ditemukan atau bagian- bagian tanaman yang terserang. 2. Gropyokan. Biasanya dilakukan untuk pengendalian hama tikus. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat bantu seperti cangkul dan alat pemukul. Sebaiknya dilakukan secara massal pada sawah dalam keadaan bera. 3. Memasang prangkap. Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap sesuai jenis dan fasenya. Alat diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang dilewati hama. 4. Pengusiran. Sasarannya adalah mengusir hama yang sedang berada di atau sedang menuju pertanaman, dengan memasang patung-patung atau mengeluarkan suara gaduh. 5. Cara-cara lain. Antara lain menggoyang pohon, menyikat, mencuci, memisahkan bagian terserang, memukul, dll. c. KULTUR TEKNIS Merupakan jenis pengendalian yang digunakan oleh petani baik secara sadar atau tidak untuk meningkatkan hasil Metode-metode kultur teknis yang dapat meningkatkan pengendalian OPT : 1. Penggunaan bahan tanaman bebas OPT 2. Pembajakan tanah, dan pembakaran sisa pertanaman sebelumnya 3. Sinkronisasi pertanaman
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 13
4. Penanaman tanaman perangkap 5. Intercropping 6. Rotasi tanaman 7. Aplikasi pupuk yang seimbang 8. Penanaman tanaman pelindung 9. Sanitasi d. VARIETAS TAHAN (Metode pengendalian agronomis) Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan lultivar yang resisten terhadap suatu hama sambil mempertahankan atau memperbaiki sifat-sifat agronomis tanaman yang mendasar. Peranan varietas tahan dalam PHT : 1. Penggunaan praktis dan secara ekonomis menguntungkan. Penerapan tidak memerlukan tambahan biaya dan keterampilan khusus, mengingat cara ini adalah praktek bercocok tanambiasa, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah. 2. Bersifat spesifik. Penggunaan varietas tahan hanya ditujukan kepada opt sasaran 3. Efektifitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten. Penanaman varietas tahan dari musim ke musimdapat semakin menurunkan populasi hama (kumulatif). Persistensi dapat dipertahankan dengan cara pergiliran varietas tahan. 4. Kompatibel dengan cara pengendalian lain. Dapat dipadukan dengan cara pengendalian yang lain, sehingga hasilnya lebih optimal 5. Dampak negatif terhadap lingkungan kecil. Ketahanan tanaman terhadap serangga terbagi kedalam 3 bentuk :
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 14
1. Toleran, yakni dapat bertahan melalui serangan yang hebat tanpa kehilangan hasil yang banyak 2. Non preferen, dimana serangga tidak mau makan, meletakkan telur atau menggunakannya sebagai tempat berlindung 3. Antibiosis, bila serangga tidak tumbuh, bertahan, atau bereproduksi dengan baik Sedangkan ketahanan tanaman terhadap serangga terbagi kedalam 3 bentuk : 1. Imunitas, dimana tanaman tidak dapat diserang oleh penyakit dalam keadaan yang bagaimanapun 2. Hipersensitif, bagian tanaman yang terserang secepatnya diisolasi dan dihancurkan sehingga tidak dapat menyebar 3. Toleran, tanaman yang diserang masih dapat memberikan hasil yang lebih tinggi daripada yang rentan e. PENGENDALIAN SECARA PREVENTATIF Pengukuran preventatif bertujuan untuk mencegah munculnya OPT baru atau untuk membatasi keberadaannya sehingga tidak akan menjadi masalah serius. Pengukuran preventatifbiasanya melibatkan karantina dan undang-undang. Karantina dan peraturan undan-undang ditegakkan dibanyak negara untuk mencegah masuk dan penyebaran OPT. Negara-negara dengan pelayanan karantina yang efisien membutuhkan inspeksi yang ketat dan fumigasi terhadap bahan tanaman impor pada stasiun karantinatempat masuknya. Pembatasan penyebaran OPT baru secara permanen atau secara khusus di daerah perbatasan negara. Pemerintah bertanggung jawab dalam program pengendalian termasuk eradikasi, pembatasan penyebaran dan pemusnahan OPT. Karantina Tumbuhan Indonesia Tujuan : 1. Mencegah masuknya OPTK dari luar negeri ke wilayah Negara RI 2. Mencegah tersebarnya OPTK dari suatu area ke area lain dalam wilayah Negara RI 3.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 15
Mencegah keluarnya OPT dari wilayah Negara RI apabila negara tujuan menghendakinya. OPT : Semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan, antara lain : Hama, serangga, siput, tungau dsb Pathogen, virus, bakteri, jamur Gulma Nematoda OPTK Semua OPT yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dicegah masuknya kedalam, tersebarnya di dalam dan keluarnya dari wilayah Negara RI. f. PENGGUNAAN FEROMON Feromon adalahsuatu zat yang dihasilkan oleh serangga dan tungau sebagai alat komunikasih dalam satu species. Sex feromon memungkinkan serangga jantan untuk mengenali serangga betina. Sebagian besar penelitian adalah menggunakan sex feromon untuk memerangkap serangga jantan dan mengganggu komunikasihnya. Contoh adalah pada hama kapas pectinophora gossypiella yang berhasil dikendalikan secara efektif dengan memenuhi udara sekitar pertanaman kapas dengan feromon. Feromon dilepas dengan system paket perlepasan perlahan sehingga dapat menhalangi jantan yang menemukan betinanya. Perangkap umpan feromon digunakan untuk memonitor distribusi dan melimpahnya populasi untuk menentukan waktu yang paling tepat dalam menggunakan pestisida atau untuk menangkap sejumlah besar serangga jantan dewasa untuk menurunkan kepadatan populasi. Metode ini kurang efektif pada populasi tinggi dan bila serangga mampu untuk melakukan perkawinan lebih dari sekali Feromon sintetis sering digunakan. Kadang-kadang sejenis bahan kimia sederhana pun dapat menjadi sangat menarik bagi serangga sebagaimana sex feromon. Seperti aseton yang dapat sebagai pengganti sex feromon yang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 16
dapat menarik lalat tsetse, namun sayangnya harganya masih relatif mahal.
g. BIOTEKNOLOGI Dalam konteks PHT bioteknologi khususnya teknologi molekuler ditujukan kepada pengembangan metode pengendalian baru,seperti diciptakannya tanaman transgenic yang dimodifikasi secara genetis, diantaranya tanaman yang tahan terhadap herbisida, insektisida, dan virus. Contoh-contoh aplikasi bioteknologi dalam PHT : 1. Antibodi monoklonal yang digunakan pada benih uji, bahan tanaman, stek, dan cangkok untuk mengetahui keberadaan virus dan bakteri. 2. Regenerasi secara invitro berdasarkan fakta bahwa setiap sel tanaman dipenuhi oleh informasi genetik yang dibutuhkan untuk beregenerasi menjadi sebuah tanaman utuh. Jaringan meristem yang tidak mengandung virus digunakan dlm jaringan atau kultur in vitro untuk menghasilkan tanaman bebas virus. 3. Tanaman tahan herbisida yakni tanaman yang dikembangkan melalui transfer gen menggunakan sejenis bakteri yang tahan terhadap herbisida, seperti agrobacterium tumefasciens. 4. Tanaman transgenik tahan virus yang diciptakan dengan memasukkan gen selubung protein dari 6 jenis virus yang penting secara ekonomis seperti TMV dan PVX. Beberapa jenis tanaman transgenic taham virus seperti tembakau, tomat, dan kentang dikembangkan secara built in. 5. Tanaman transgenic tahan terhadap serangga diciptakan dengan mentransfer gen insectisida alami berasal dari bakteri bacillus thuringiensis yang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 17
menghasilkan sejenis protein berupa toksin, sehingga bila termakan oleh ulat maka ia akan mati 6. Tanaman simbion pathogen serangga. Jika sebuah gen memerintahkan untuk menghasilkan toksin serangga dimasukkan dalam bakteri tular tanah Pseoudomonas yang hidup berasosiasi dengan sistem perakaran (rhizophere), tanaman tersebut didorong oleh bakteri transgenic sehingga dapat mematikan serangga dan memakan perakarannya. 7. Baculovirus hypervirulen. Manipulasi genetika dapat meningkatkan virulensi Baculovirus hypervirulen sehingga lebih efektif sebagai agens hayati. Baculovirus juga dapat dimanipulasi untuk menghasilkan protein asing untuk tujuan therapeutic dan prophylactic. Sedangkan objek dari penelitian saat ne adalah : Biologi molekuler dari gen kunci yang mengatur perkembangan dan reproduksi serangga Aspek molekuler dari insectisida biologi saat ini untuk memecahkan masalah dalam produksi dan efikasi. Mempelajari hubungan gen dan gen dari interaksi inang dan pathogen 2.5 Komponen ekosistem 1. Komponen Biotik Berdasarkan caranya memperoleh makanan di dalam ekosistem, organisme anggota komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Produsen, yang berarti penghasil. Produsen merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 18
organisme yang tidak bisa menghasilkan makanan (heterotrof) yang berperan sebagai konsumen. b. Konsumen, yang berarti pemakai. Yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkan zat makanan sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut konsumen tingkat pertama. Karnivora yang mendapatkann makanan dengan memangsa herbivora disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora yang memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat ketiga dan seterusnya. Proses makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini: daun berwarna hijau (Produsen) > ulat (Konsumen I) > ayam (Konsumen II) > musang (Konsumen III) > macan (Konsumen IV/Puncak). Dalam ekosistem, banyak proses rantai makanan yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring makanan (food web) yang merupakan kumpulan dari beberapa rantai makanan. c. Dekomposer atau pengurai. Dekomposer adalah jasad renik yang berperan menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai, organisme akan terurai dan meresap ke dalam tanah menjadi unsur hara yang kemudian diserap oleh tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga akan menghasilkan gas karbon dioksida yang akan dipakai dalam proses fotositesis. (Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.)
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 19
2. Komponen Abiotik Komponen abiotik merupakan komponen tak hidup dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu lingkungan. Komponen abiotik banyak ragamnya, antara lain: tanah, air, udara, suhu, dan lain-lain. a. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. (Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. ) b. Sinar matahari Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. c. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk. d. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 20
tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. . Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. e. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. f. Garis lintang Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. 2.6 Peran PHT dalam ekosistem pertanian
Pengendalian hama terpadu merupakan suatu pendekatan ekologi, dengan kata lain PHT merupakan bagian integral dari pengelolaan agro-ecosystem (ekosistem pertanian). Ekosistem pertanian memiliki keragaman genetika dan biotik yang lebih rendah dari ekosistem alami sehingga memudahkan peningkatan populasi hama tertentu. Hal ini lebih nyata dilihat pada tanaman pangan yang biasanya ditanam pada hamparan yang luas dengan menggunakan varietas tertentu saja tanpa pergiliran tanaman. Orientasi PHT adalah kestabilan lingkungan dan peningkatan pendapatan petani. Meskipun ekosistem pertanian keragamannya lebih rendah dari ekosistem alami, namun masih ditemukan jaringan makanan yang sangat kompleks dan dinamis. Dengan demikian PHT tidak dapat
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 21
menjadi satu paket yang seragam disetiap tempat dan setiap waktu, namun peluang menstabilkan ekosistem pertanian masih cukup besar. Kestabilan ekosistem merupakan harapan besar manusia dibumi. Paling tidak ada empat peristiwa international yang sangat penting menyangkut kestabilan lingkungan dan perkembangan global yang telah dilakukan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sejak 1992 antara lain Konfrensi Lingkungan dan Perkembangan yang popular dengan Pertemuan Puncak Bumi (Earth Summit) di Rio de Jeneiro (1992), Pertemuan Puncak Pangan Dunia di Roma (1996), Pertemuan Puncak Milenium di New York (2000), Pertemuan Puncak Dunia tentang Perkembangan Berkelanjutan di Johannesburg (2002). Peningkatan pendapatan sebagai salah satu orientasi PHT harus selalu diperhatikan petani dalam mengambil keputusan menggunakan suatu tindakan pengendalian. Hanya tindakan yang memberi keuntungan ekonomi yang patut dilakukan oleh petani. Dir. Perlindungan Tanaman. 2003. Pedo-man Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi. Dirjen BPTP. 153 hal.
2.7 Faktor penyebab timbulnya peledakan hama dan penyakit 1. penanaman monokultur Penanaman monokultur merupakan salah satu faktor peledadakan OPT, Dari teori keanekaragaman hayati kita mengetahui bahwa linkungan yang memilki keanekaragaman tinggi merupakan lingkungan yang mantap, sedangkan lingkungan yang memilii keanekaragaman rendah merupakan lingkungan yang tidak mantap. Lingkungan yang mantap adalah lingkungan yang tahan terhadap gangguan dari luar. Penanaman monokultur menyediakan tanaman inang bagi OPT dan kurangnya inang bagi musuh alami 2. Iklim
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 22
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi ledakan populasi suatu hama tanaman. Diantaranya adalah kondisi cuaca yang menguntungkan. Cuaca dan iklim memiliki pengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan dan kematian suatu jenis serangga.
Pada kondisi yang menguntungkan, laju perkembangan tinggi dan kematian rendah. Pengaruh secara tidak langsung adalah pertumbuhan tanaman karena kondisi cuacanya baik. Tanaman juga tumbuh dalam kondisi yang subur, sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk perkembangbiakan hama. Bila kondisi cuaca/iklim menguntungkan bagi pertumbuhan hama dibanding musuh alaminya, laju pertumbuhan hama akan meningkat. Sebaliknya, bila kondisi lebih menguntungkan untuk musuh alami, pertumbuhan hama akan terhambat. 3.Jarak tanam Semakin rapat jarak tanam maka menyebabkan kelembaban tinggi sehingga dapat menyebabkan semakin cepat berkembang biaknya patogen dan juga sebagai tempat bersarang (inangnya) suatu hama. Jadi untuk mencegah meledaknya populasi opt sebaiknya jarak antar tanaman tidak terlalu rapat. 4. Penanaman terus menerus Penanaman terus menerus mengakibatkan terus tersedianya tanaman inang dan juga sumber makanan bagi hama dan penyakit sehingga hama dan penyakit tersebut dapat berkembang biak secara pesat sehingga peledakan populasi tidak dapat dihindarkan. Sehingga rotasi tanaman perlu dilakukan untuk mencegah hama dan penyakit 5. Pemindahan tanaman ke daerah yang berbeda iklim Tanaman yang kita inport dari luar negeri yang berbeda iklim berkemungkinan membawa hama dan juga penyakit,tetapi tanaman inang yang dulu didaerah asalnya dapat sebagai pengendali
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 23
populasi dari pada hama dan juga penyakit tidak ada pada derah yang baru sehingga peledakan populasi tidak dapat di hindarkan 6. Pestisida yang merubah fisiologi tanaman Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak sesuai dengan anjuran dan juga tidak tepat sasaran maka hama dan penyakit juga akan mati tetapi beberapa hama ada yang masih bertahan hidup dan juga telur akan berkembang pesat dan mengakibatkan peledakan hama yang lebih besar dan juga lebih resistensi terhadap pestisida yang sudah pernah di pakai 7. Hasil pemuliaan tanaman Hasil pemuliaan tanaman menghasilkan varietas tanaman baru yang barasal dari persilangan gen. Dapat mengakitbatkan timbulnya jenis hama dan penyakit baru, kemungkinan besar diakibatkan mutasi dari gen. Hama dan penyakit tanaman yang berasal dari hasil pemuliaan tanaman memiliki kekebalan dan kekuatan yang lebih tahan daripada hama penykit yang sudah ada
2.8 Metode pengendaliaan opt
Pengendalian OPT adalah penggenangan atau pembakaran lahan untuk memusnahakan gulma serangga dan hama invertebrata lainnya, serta pengunaan boneka sawah untuk mengusir burung-burung. pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan hama sudah dimulai beberapa ribu tahun sebelumnya. Meskipun demikian demonstrasi pentingya pendekatan ini baru terlihat pada pemanfaatan metode pengendalian biologi untuik melawan serangan kutu bersisik (cottony cushion scale). Tetapi kemudian muncul wacana penggunaan pestisida kimia, dengan konsep ini sedikit demi sedikit hama dapat dikendalikan, disamping mempunyai dampak positif terdapat pula dampak negatifnya yaitu
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 24
penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami, meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan, gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995)
2.9 Konsep ambang ekonomi Ambang ekonomi adalah tingkat populasi terendah yang akan menyebabkan kerugian ekonomi, sebagai landasan untuk melakukan tindakan pengendalian. Ambang ekonomi adalah suatu tingkat/level kerusakan penyakit (keparahan penyakit) yang mengharuskan dilakukan pengendalian sehingga penyakit tidak berkembang mencapai ALE. Dengan kata lain AE adalah ambang tindakan (action threshold). Nilai AE lebih rendah dari ALE, sehingga petani mempunyai kesempatan melakukan tindakan pengendalian untuk mencegah berkembangnya penyakit mencapai/melebihi ALE. Dengan demikian diharapkan tindakan pengendalian yang dilakukan selain menekan penyakit (keparahan penyakit) mencapai level yang dapat menimbulkan kerusakan ekonomi, juga diharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian lebih rendah (setidaknya sama dengan) nilai kehilangan hasil yang dapat diselamatkan oleh tindakan pengendalian tersebut. Model perkembangan penyakit, baik monosiklik dan polisiklik r (R) adalah laju perkembangan penyakit, dimana nilainya bervariasi bergantung pada virulensi patogen, ketahanan tanaman inang, dan lingkungan yang mendukung. Jika xo, r dan ambang kerusakan telah diketahui, maka dapat diprediksikan kapan penyakit akan mencapai/melebihi nilai ambang kerusakan, sehingga petani
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 25
harus tahu kapan harus melukan tindakan pengendalian (pada waktu yang tepat).
Bab III METODELOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu : Minggu, 11 Desember 2011 ; pukul 07.00 WIB Tempat : Suatu lahan cabai di Ngijo, Karang Ploso, Kabupaten Malang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 26
3.2 Metode kerja Mencari lahan pertanian dan menemui petani untuk melakukan wawancara
Membuat beberapa pertanyaan : 1. Bagaimana kondisi Lahan tersebut 2. Tanaman apa saja yang biasa ditanam di lahan tersebut 3. Jenis budidaya yang dilakukan 4. Hama dan Penyakit yang biasanya terdapat di lahan tersebut 5. Pengendalian yang dilakukan 6. Pestisida yang biasa digunakan 7. Kondisi ekonomi para petani 8. Hasil dari tanaman budidaya tersebut
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 27
Melihat disekitar lahan, Hama, musuh alami, dan penyakit apa saja yang terdapat di lahan tersebut
Dokumentasi
Identifikasi hasil Bab IV PEMBAHASAN 4.2 Hasil 4.2.1 Kondisi lahan Terdapat sedikit hama pada lahan cabai seluas 10x15 meter persegi ini, yaitu lalat buah dan kutu daun. Sedangkan penyakit yang diketemukan adalah anthracnose pada beberapa tanaman dan mozaik cabai.
4.2.2 Sistem budidaya yang dijalankan oleh petani Berdasarkan wawancara yang dilakukan, petani melakukan sistem rotasi tanaman, yaitu dengan menanami padi pada musim hujan atau pada saat sawah pemilik mendapat giliran pengairan. Namun saat kering, akan ditanami tanaman hortikultur seperti cabai, terung, tomat dan mentimun.
4.2.3 Hama yang ditemukan di lapang a. Kutu daun Klasifikasi o Kingdom : Animalia
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 28
o Phylum : Arthropoda o Kelas : Insekta o Ordo : Hemiptera o Famili : Aphididae o Genus : Aphis o Spesies : Aphis gossypii Ciri-ciri - Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan.
Foto lapang
b. Mite Klasifikasi o Kingdom : Animalia o Phylum : Arthropoda o Kelas : Arachnida o Ordo : Acariformes o Famili : Pyroglyphidae o Genus : Dermatophagoides o Spesies : D. pteronyssinus Ciri ciri - Bagian bawah tanaman menjadi berwarna kuning kemerahan
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 29
- Bentuk daun menggulung ke bawah dan pucuk mengering yang pada akhirnya rontok - Ukuran mite sangat kecil dengan panjang badan kurang lebih 0,5 mm - Kulit nya lunak dengan kerangka kitin - Berpotensi sebagai pembawa virus
Foto lapang
4.2.4 Penyakit yang ditemukan di lapang a. antraknose Klasifikasi o Kingdom : Fungi o Filum : Deuteromycotina o Kelas : Deuteromycetes o Sub Kelas : Coelomycotidae o Ordo : Melanconiales o Famili : Melanconiaceae o Genus : Colletotrichun o Spesies : C. Gloeosporioides Ciri-ciri - Menginfeksi jaringan buah tanaman - Membentuk bercak cokelat kehitaman - Buah menjadi kering dan keriput - Pada biji dapat menimbulkan rebah kecambah Foto lapang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 30
b. CMV Klasifikasi o Group : Group IV o Family : Bromoviridae o Genus : Cucumovirus o Species : Cucumber mosaic virus
Ciri-ciri
Foto lapang
4.2.5 Musuh alami yang ditemukan di lapang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 31
a. Laba-laba Klasifikasi o Kerajaan:Animalia o Filum:Arthropoda o Kelas: Arachnida o Ordo: Araneae Ciri-ciri Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya. Foto lapang
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 32
b. Capung Klasifikasi o Kerajaan: Animalia o Filum: Arthropoda o Kelas: Insecta o Ordo: Odonata Ciri-ciri Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Foto lapang
4.2.6 Kendala budidaya tanaman oleh petani
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 33
Kendala yang dirasakan petani adalah pengolahan tanah yang sulit, karena tanahnya keras sehingga perlu tenaga yang lebih, selain itu, dengan sistem irigasi yang bergantian dengan lahan warga lainnya ini juga merupakan kendala bagi budidaya yang dilakukan petani yang dilakui wawancara. Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi kendala karena petani hanya sebagai buruh saja tidak sebagai pemilik lahan. 4.2.7 Pengendalian OPT oleh petani Hanya pengendalian dengan pestisida yang dilakukan oleh petani di lahan ini. Pemberian pestisida dilakukan pada waktu sebelum musim hujan datang. Dapat dikatakan, pengendalian ini bersifat preventif.
4.2.8 Kebutuhan pestisida yang digunakan dan teknis penggunaan pestisida oleh petani. Biaya untuk memberikan pestisida tergantung pada pemilik lahan yang sebenarnya, karena petani ini sebagai penggarap saja bukan menjadi pemilik, maka biaya untuk keperluan ini tidak selalu sama setiap kali melakukan penyemprotan. Insektisida Wonder 100 EC konsentrasi 0,5 1,00 CC/Liter.
4.2.9 Kondisi sosial ekonomi petani Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kondisi sosial ekonomi petani sederhana, namun cukup untuk dapat menyekolahkan anaknya. Sebelum menjadi petani, 3 tahun yang lalu menjadi penjual es keliling.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Penjelasaan kondisi ekosistem yang ditemukan (baik dari unsur biotik maupun abiotik) serta perbandingan dengan literatur. Lahan cabai ini,tanahnya kering dank eras, terlihat retakan yang berada di antara tanaman cabai, ini akibat
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 34
dari rotasi tanaman yang dulunya ditanami dengan padi. Namun secara umum, tidak ditemukan suatu hama yang benar-benar merusak lahan ini sehingga tidak memerlukan suatu upaya pengendalian dengan pestisida, tanaman yang berpenyakit yang ditemukan juga sedikit. Di sebelah lahan cabai ini, sebernarnya juga terdapat lahan tanaman lainnya, seperti mentimun, tomat dan ketela pohon. Namun lahan tanaman hortikultur yang dipilih adalah cabai.
4.3.2 Analisis penyebab timbulnya gejala serangan OPT pada lahan. TImbulnya OPT pada lahan cabai ini dapat disebabkan oleh cuaca, terutama cabai rentan mengalami kebusukan pada buahnya di musim hujan. Interaksi dengan tanaman yang ditanam di petak sebelah cabai ini kemungkinan juga menyebabkan timbulnya OPT pada cabai, karena suatu OPT dapat menginfeksi tanaman yang masih dalam satu family, di lahan ini terdapat tomat yang masih satu famili dengan cabai.
4.3.3 Analisis kendala pengendalian OPT dan budidaya oleh petani Kendala pengendalian OPT yang ditemukan sesuai dengan pernyataan dari petani yaitu keuangan. Keadaan keuangan petani hanya cukup untuk menghidupi keluarga sehari hari. Sehingga penambahan biaya untuk pengendalian OPT dan budidaya oleh petani tidak dapat dilaksakanakan.
4.3.4 Solusi pengendalian OPT yang dapat diterapkan berdasar konsep PHT Solusi pengendalian OPT yang dapat diterapkan berdasarkan konsep PHT yaitu dengan menggunakan metode yang melibatkan varietas tahan. Dengan
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 35
menggunakan metode ini kita dapat mengendalikan OPT yang terjadi di lahan tanpa menggunakan bahan kimia. Selain itu kita dapat juga memanfaatkan musuh alami yang sesuai dengan hama yang terdapat di lahan yang dikelola. Cara lain yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi lahan yang ditemukan di lapang yaitu dengan menggunakan jarak tanam yang lebar sekitar 65 -70 cm dan ditanam secara zig-zag. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kelembapan dan sirkulasi udara yang lancar. Ini disebabkan karena jarak antar tanaman semakin lebar. Selain itu keuntungan lainya dapat mempercepat pertumbuhan buah. Kultur teknis yang baik diterapkan sesuai dengan kondisi lahan dan tanaman budidaya (cabai) yaitu pemilihan benih secara selektif yaitu benih cabai yang tahan dengan penyakit antrakhnose. Selain itu dapat juga dilakukan dengan mengambil atau memusnahkan bagian tanaman yang terinveksi dengan catatan tidak merusak tanaman lain disekitarnya. Metode lain yang dapat digunakan yaitu dengan penggunan pupuk nitrogen misalnya Urea ZA ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi. Langkah terakhir yaitu dengam mengadakan pengelolan drainase yang baik di musim hujan.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 36
Bab V PENUTUP 5.2 Kesimpulan Dari hasil fieldwork yang kami laksanakan di desa Ngijo Kabupaten Malang dengan tipe tanaman hortikultura, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada lahan 10x15 m ditemukan OPT seperti kutu daun dan mite serta musuh alami berupa capung dan laba-laba, penyakit anthraknose dan CMV. 2. Pengendalian yang dilakukan oleh petani yaitu dengan menggunakan pestisida yang dosisnya tidak akurat. 3. Pengendalian berdasarkan konsep PHT yang sesuai dengan keadaan sosek petani adalah pengaturan jarak tanam, drainase dan mengambil atau memusnahkan bagian tanaman yang terinveksi dengan catatan tidak merusak tanaman lain disekitarnya.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 37
5.2 Saran Kultur teknis yang baik diterapkan sesuai dengan kondisi lahan dan tanaman budidaya (cabai) yaitu pemilihan benih cabai yang tahan dengan penyakit antrakhnose. Selain itu dapat juga dilakukan dengan mengambil atau memusnahkan bagian tanaman yang terinveksi dengan catatan tidak merusak tanaman lain disekitarnya.
5.5 Kesan selama praktikum Praktikum DPT lebih baik dilakukan secara langsung di lapang, tidak dilakukan di laboratoriu untuk melihat kenyataan yang terjadi di lapang secara aktual.
5.6 Kesan untuk asisten Asisten sangat membantu dalam praktikum dan pengerjaan laporan DAFTAR PUSTAKA Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kusmana & Istomo, 1995. Ekologi Hutan : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mangoen dihardjo, s 1983. Pengendalian hayati. Jurusan Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Reichelderfer, K.H dan D.G. Battrell, 1985Evaluating the economic sociologieal implication of agricultural pest and their contro. Crop port 4 (3) : 281- 297 Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California.
Laporan Fielwork Dasar Perlindungan Tanaman Page 38
Serech, 2006. Majalah Kampus Cultivar Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta , yogyakarta Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.