Disusun Untuk Memenuhi Nilai Ujian Kompetensi Dasar I Mata Kuliah Kapita Selekta Hukum Pidana
Oleh : Marina Kurnianingsih E0011188
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam lingkup perilaku seksual, konsep yang kita miliki tentang apa yang normal dan apa yang tidak normal sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Misalkan saja berbagai perilaku seksual yang dianggap normal di Inis Beag seperti masturbasi, hubungan seks premarital, dan seksoral-genital dikatakan normal pada masyarakat Amerika (Jeffrey S. Nevid et al). Perilaku seksual dapat dianggap abnormal jika hal tersebut bersifatself defeating ,menyimpang dari norma sosial, menyakiti orang lain, menyebabkan stress personal, atau memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Gangguan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah gangguan pedhopilia seksual yang mempunyai satu atau lebih kriteria abnormalitas. Dalam mengeksplorasi gangguan-gangguan ini, kita menyentuh pertanyaan yang menggali batas antara normal dan abnormal. Kejahatan seksual khususnya pedofilia yang saat ini banyak terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan. Anak-anak yang menjadi korban umumnya tidak berani melapor kepada orang tuanya karena ancaman dari pelaku. Nampaknya hal ini menjadi celah yang menguntungkan bagi pelaku pedofilia untuk berulang kali melakukan aksinya dan semakin menambah banyak korban. Pada umumnya kejahatan seksual yang berupa pedofilia ini adalah akibat dari mata rantai yang tidak pernah putus. Korban yang tidak berani melapor terus memendam rasa dendam dan kekecewaan dalam dirinya terhadap pelaku. Ahkirnya dari statusnya sebagai korban berubah menjadi pelaku dikemudian harinya. Nasib anak-anak yang seperti inilah yang harus diperhatikan oleh setiap lapisan masyarakat. Dukungan dari orang tua dan masyarakat untuk bangkit dan tidak mencibir para korban merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pemutusan mata rantai pedofilia. Para pelaku yang telah merusak ribuan psikis anak Indonesia dirasa layak untuk mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Makalah ini menekankan pengenaan hukuman kebiri yang penulis rasa bahwa hukuman itui layak diterima. Selain sebagai sanksi yang dapat menimbulkan efek jera juga dapat secara efektif memutus mata rantai jaringan pedofilia.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah arti luas tentang pedofilia dan pelaku pedofilia? 2. Bagaimana pengenaan hukuman kebiri bagi pelaku pedofilia di Indonesia? 3. Bagaimana Perbandingan Hukuman Bagi Pelaku Pedofilia di Negara Lain Dan di Indonesia terkait dengan kasus nyata?
BAB II PEMBAHASAN
I. Definisi Pedhofilia Penyimpangan seksual yang paling tragis adalah ketertarikan seksual terhadap anak- anak (atau remaja yang masih sangat muda) yang disebut pedophilia (pedofilia) 1 . Sebagai diagnosa medis, pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau lebih muda, walaupun pubertas dapat bervariasi). Anak harus minimal lima tahun lebih muda dalam kasus pedofilia remaja (16 atau lebih tua) baru dapat diklasifikasikan sebagai pedofilia. Kata pedofilia berasal dari bahasa Yunani: paidophilia ()pais (, "anak-anak") dan philia (, "cinta yang bersahabat" atau "persahabatan",meskipun ini arti harfiah telah diubah terhadap daya tarik seksual pada zaman modern, berdasarkan gelar "cinta anak" atau "kekasih anak," oleh pedofil yang menggunakan simbol dan kode untuk mengidentifikasi preferensi mereka. Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) mendefinisikan pedofilia sebagai "gangguan kepribadian dewasa dan perilaku" di mana ada pilihan seksual untuk anak-anak pada usia pubertas atau pada masa prapubertas awal. Istilah ini memiliki berbagai definisi seperti yang ditemukan dalam psikiatri, psikologi, bahasa setempat, dan penegakan hukum. Menurut Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM), pedofilia adalah parafilia di mana seseorang memiliki hubungan yang kuat dan berulang terhadap dorongan seksual dan fantasi tentang anak-anak prapuber dan di mana perasaan mereka memiliki salah satu peran atau yang menyebabkan penderitaan atau kesulitan interpersonal. Pada saat ini rancangan DSM-5 mengusulkan untuk menambahkan hebefilia dengan kriteria diagnostik, dan akibatnya untuk mengubah nama untuk gangguan pedohebefilik. Meskipun gangguan ini (pedofilia) sebagian besar didokumentasikan pada pria, ada juga wanita yang menunjukkan gangguan tersebut,dan peneliti berasumsi perkiraan yang ada lebih rendah dari jumlah sebenarnya pada pedofil perempuan. Tidak ada obat untuk pedofilia yang telah dikembangkan. Namun, terapi tertentu yang dapat mengurangi kejadian seseorang untuk melakukan pelecehan seksual terhadap anak. Di Amerika Serikat, menurut Kansas v. Hendricks, pelanggar seks yang didiagnosis dengan gangguan mental tertentu, terutama
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia
pedofilia, bisa dikenakan pada komitmen sipil yang tidak terbatas, di bawah undang-undang berbagai negara bagian (umumnya disebut hukum SVP) dan Undang-Undang Perlindungan dan Keselamatan Anak Adam Walsh pada tahun 2006. Dalam penggunaan populer, pedofilia berarti kepentingan seksual pada anak-anak atau tindakan pelecehan seksual terhadap anak, sering disebut "kelakuan pedofilia." Misalnya, The American Heritage Stedman's Medical Dictionary menyatakan, "Pedofilia adalah tindakan atau fantasi pada dari pihak orang dewasa yang terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak atau anak-anak." Aplikasi umum juga digunakan meluas ke minat seksual dan pelecehan seksual terhadap anak-anak dibawah umur atau remaja pasca pubertas dibawah umur. Para peneliti merekomendasikan bahwa tidak tepat menggunakan dihindari, karena orang yang melakukan pelecehan seksual anak umumnya menunjukkan gangguan tersebut, tetapi beberapa pelaku tidak memenuhi standar diagnosa klinis untuk pedofilia, dan standar diagnosis klinis berkaitan dengan masa prapubertas 2 . Selain itu, tidak semua pedofil benar-benar melakukan pelecehan tersebut. Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan disebut pada akhir abad ke-19. Sebuah jumlah yang signifikan di daerah penelitian telah terjadi sejak tahun 1980-an. Saat ini, penyebab pasti dari pedofilia belum ditetapkan secara meyakinkan. Penelitian menunjukkan bahwa pedofilia mungkin berkorelasi dengan beberapa kelainan neurologis yang berbeda, dan sering bersamaan dengan adanya gangguan kepribadian lainnya dan patologi psikologis. Dalam konteks psikologi forensik dan penegakan hukum, berbagai tipologi telah disarankan untuk mengkategorikan pedofil menurut perilaku dan motivasinya. Pelaku pedofilia umumnyatermasuk dalam klasifikasi penjahat menurut Lambroso masuk kedalam Criminaloid yaitu pelaku kejahatan yang dipengaruhi atas kebiasaan yang terus menurus 3 . II. Hukuman Kebiri Bagi Pelaku Pedofilia Pasal pasal yang terkait kejahatan pedofilia di Indonesia : 1. Pasal 290 Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: a. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2 Wikipedia. (February 24, 2009). "Human Sexual Behavior ." This data retrieved from http://en.wikipedia.org/wiki/Human_sexual_behavior http://www.minddisorders.com/Py-Z/Sexual-sadism.html 3 Santoso, Topo, S.H,M.H, Kriminologi ,2001,PT Raja Gravindo Persada,Jakarta
b. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin; c. Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas yang bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain. 2. Pasal 292 Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 4
3. Pasal 81 a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). b. Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. 4. Pasal 82 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). 5
Banyak di negara maju yang telah menjatuhkan sanksi kebiri bagi para pelaku pedofilia. Karena mereka sangat peduli akan anak bangsa yang kelak akan melanjutkan kejayaan negara mereka. Kejahatan seksual yang amat tragis ini dianggap sangat mengerikan sehingga perlu adanya sanksi yang tegas agar tidak menimbulkan korban yang semakin banyak dan pelaku yang terus bertambah setiap waktu. Dengan hukuman kebiri pada pelaku
diharapkan dapat menjadi efek jera dan sekaligus memberikan stigma takut akan hukuman kepada masyarakat luas agar tidak melakukan tindakan jahat tersebut. Kebiri (juga disebut pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah atau kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. Pengebirian dapat dilakukan baik pada hewan ataupun manusia 6 . Kebiri yang digunakan dalam pemidaan pelaku pedofilia adalah kebiri kimiawi dengan cara penyuntikan zat yang akan membuat libido seorang laki-laki berangsur menghilang sehingga tidak memiliki hasrat untuk melakukan aktifitas seksual lagi. Contoh negara yang telah melaksanakan hukuman kebiri bagi pelaku pedhofilia adalah Negara bagian California merupakan yang negara bagian AS pertama yang memberlakukan hukuman kebiri secara kimiawi bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Hukuman kebiri di California diterapkan sejak tahun 1996. Sedangkan di negara bagian Florida, hukuman kebiri diberlakukan sejak tahun 1997. Negara bagian lainnya ialah Georgia, Iowa, Louisiana, Montana, Oregon, Texas dan Wisconsin.Di beberapa negara bagian tersebut, hukuman kebiri kimiawi bisa dilakukan tergantung pada keputusan pengadilan, untuk tindak pidana pertama. Namun untuk tindak pidana kedua, hukuman kebiri diberlakukan secara paksa kepada pelaku kejahatan seksual. Negara yang lain adalah Polandia,Moldova,Estonia,Israel,Argentina,Australia,Korea Selatan 7 . III. Perbandingan Hukuman Bagi Pelaku Pedofilia di Negara Lain Dan di Indonesia Contoh Kasus TEMPO.CO, Jakarta - Setelah kasus kekerasan pada anak di Jakarta International School (JIS) terungkap, kini muncul pelaku pedofilia baru. Dia adalah Andri Sobari alias Emon, 26 tahun. Emon yang sejak usia 7 tahun sudah menonton video porno berhasil memperdaya lebih dari 80 anak di Sukabumi. Hukuman bagi pelaku pedofilia di Indonesia dinilai belum mampu berefek jera. Hukuman di Indonesia kalah dibanding penerapan di negara lain. Banyak negara sudah menerapkan hukuman kebiri bagi pelaku sodomi pada anak atau pelaku pedofilia. Bahkan, beberapa negara juga menerapkan pengebirian untuk kasus pemerkosaan.
6 Patrick Barbier, The World of the Castrati: the History of an Extraordinary Operatic Phenomenon Souvenir, 1996 7 http://news.detik.com/read/2014/05/15/143524/2583289/10/ini-9-negara-yang-menerapkan- sanksi-kebiri-untuk-pelaku-kejahatan-seks?nd771104bcj
Kebiri zaman sekarang bebeda dengan zaman purba. Dulu kebiri dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin pria. Sekarang, kebiri dilakukan dengan tindakan bedah atau kimia. Kebiri bedah dilakukan dengan cara memotong kelenjar testis pria. Sedangkan kebiri kimia dilakukan dengan memasukkan obat-obatan penurun hasrat seksual pria. Pengalaman Korea Selatan bisa menjadi contoh membuat jera pelaku pedofila. Pada tahun 2011 pengadilan negara itu menghukum pelaku pedofilia penjara 15 tahun penjara. Pelaku terbukti melakukan tindakan seksual terhadap anak di bawah umur. Hukuman tambahan yang diberikan pengadilan adalah vonis kebiri kimia. Beberapa negara di Eropa juga menerapkan hukuman kebiri. Polandia sejak tahun 2009 sudah menerapkan hukuman penjara dan pengebirian kimia bagi pelaku pedofilia. Orang asing yang melakukan pedofilia di Moldova akan diganjar kebiri kimia sejak tahun 2012. Rusia pun sejak tahun 2010 menghukum para pedofilia dengan kebiri kimia dan penjara. Negara tetangga kita, Malaysia, sudah sejak tahun 2013 mulai mempertimbangkan penerapan kebiri kimia bagi para pelaku pedofilia. Menurut pihak berwenang di Malaysia, mereka ingin mengikuti pemerintah Korea Selatan yang memberikan hukuman keras untuk melindungi anak-anak.Bagaimana dengan Indonesia? Belum adanya hukuman yang berat membuat warga negara asing yang menjadi pelaku di Indonesia hanya diganjar hukuman di bawah 15 tahun. Seperti Tonny William, pedofilia asal Australia yang ditangkap di Bali karena memperkosa dua anak di sana, hanya dihukum 13 tahun. Kasus lainnya adalah Mario Monara hanya dipenjara 9 bulan. Tidak heran Federal Bureau Investigation menyatakan angka kasus pedofilia di Indonesia tertinggi di Asia 8 . Tanggapan atas kasus tersebut penulis setuju dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang telah mengusulkan pada pemerintah Indonesia untuk menjatuhkan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual. Layaknya negara lain yang telah menjalankan sistem ini, Indonesia seharusnya juga ikut berbenah agar tunas-tunas penerus bangsa dapat terlindung daroi aksi keji ini. Tindakan kebiri ini dianggap tidak melanggar Hak Asasi Manusia daripada hukuman mati. Selain tetap menghargai hak hidup seseorang namun juga sebagai pembelajaran serta efek jera bagi pelaku.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia http://news.detik.com/read/2014/05/15/143524/2583289/10/ini-9-negara-yang-menerapkan- sanksi-kebiri-untuk-pelaku-kejahatan-seks?nd771104bcj http://www.tempo.co/read/news/2014/05/06/063575805/Di-Negara-Lain-Pelaku-Pedofil- Dikebiri http://www.dw.de/darimana-hasrat-seksual-pedofil-berasal/a-17651137 Wikipedia. (February 24, 2009). "Human Sexual Behavior ." This data retrieved from http://en.wikipedia.org/wiki/Human_sexual_behavior http://www.minddisorders.com/Py- Z/Sexual-sadism.html Patrick Barbier, The World of the Castrati: the History of an Extraordinary Operatic Phenomenon Souvenir, 1996, ISBN 0-285-63309-0 Susan Elliott, Cutting Too Close for Comfort: Paul's Letter to the Galatians in Its Anatolian Cultic Context Reviews in Review of Biblical Literature http://hukumpidana.bphn.go.id/babbuku/bab-xiv-kejahatan-terhadap-kesusilaan/