Anda di halaman 1dari 29

I.

ASPEK PEMASARAN
4.1. Kondisi dan Prospek Makro Ekonomi[
4.1.1. Tinjauan Ekonomi Makro Dunia
Pasca krisis keuangan global tahun 2008 perekonomian dunia terus berupaya
keluar dari krisis. Indikasi pemuliah telah tampak pada paruh kedua tahun 2009
dan semakin kuat pada tahun 2010 yang ditandai oleh angka pertumbuhan
ekonomi yang kembali positif sebesar 5,0 persen. Meskipun pemulihan ekonomi
global telah berlangsung, prosesnya belum merata di berbagai Negara (multi
speed economic recovery). Pemulihan ekonomi Negara-negara emerging
markets relatif lebih cepat, dengan laju pertumbuhan PDB mencapi 7,1 persen
dibandingkan dengan pemulihan ekonomi Negara-negara maju yang hanya
tumbuh 3,0 persen
1
(Gambar 4.1.).
Gambar 4-1
Pertumbuhan Ekonomi Negara-

Proses pemulihan di negara-negara emerging markets yang lebih cepat juga
diikuti oleh tekanan inflasi yang meningkat, sehinga mendorong Negara-negara

1
Estimasi IMF dalam World Economic Outlook, Januari 2011
tersebut untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih awal dengan
Negara-negara maju. Negara-negara maju pada umumnya masih
mempertahankan kebijakan moneter longgar untuk mendorong daya beli
masyarakat (private domestic demand) yang masih lemah. Bahkan pemerintah
Negara-negara maju juga mengeluarkan berbagai paket stimulus fiscal secar
lebih agresif dibandingkan dengan pemerintah Negara-negara emerging
markets
Selain belum merata, proses pemulihan ekonomi global juga mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi di paruh waktu kedua tahun 2010 sehigga
momentum pemulihan juga melemah. Pemulihan ekonomi yang cukup kuat
pada awal tahun terganggu oleh munculnya krisis utang Pemerintah Yunani di
triwulan II tahun 2010. Krisis ini mengakibatkan pemulihan ekonomi Yunani dan
juga Negara-negara lain yang tergabung dalam kawasan Euro terganggu.
Bahkan krisis diperkirakan dapat meluas mengingat beberapa Negara lainnya
seperti Irlandia, Italia, Portugal dan Spanyol juga mengalami permasalahan fiscal
yang cukup berat. Akhir tahun 2010, Irlandia juga mengalami krisis fiscal. Krisis
utang pemerintah di kawasan Uero ini pada gilirannya juga berdampak pada
proses pemulihan global yang baik melalui jalur keuangan maupun jalur
perdagangan. Akibatnya, laju pertumbuhan di banyak Negara, termasuk di
Negara-negara emerging markets melambat pada paruh waktu tahun 2010.
Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2011 diperkirakan tetap tumbuh
relative kuat, walaupun melambat setelah tumbuh cukup pesat pada tahun
2010. Perekonomian Negara-negara maju diperkirakan belum akan sepenuhnya
pulih karena masih mengalami beberapa tantangan berupa penghematan fiscal
ditengah konsumsi rumah tangga yang masih lemah akibat masih tingginya
tingkat pengangguran. Jepang dan Negara-negara di kawasan Eropa
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang malambat pada tahun 2011
Pemulihan ekonomi Negara-negara emerging markets diperkirakan lebih cepat
dibandingkan dengan pemulihan di Negara-negara maju. Pertumbuhan
ekonomi di Negara-negara emerging markets pada tahun 2011 masih cukup
tinggi, walaupun cenderung melambat seiring dengan pengetatan kebijakan
yang ditempuh oleh Negara-negara tersebut. Masih cukup tingginya
pertumbuhan ekonomi di Negara-negara emerging markets tersebut terutama
dimotori oleh China dan India terkait dengan masih kuatnya permintaan
domestik.
Secara keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan
mencapai 4,4 persen (yoy). Negara-negara emerging markets diperkirakan
masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia dengan tingkat
pertumbuhan yang masih cukup tinggi sebesar 6,5 persen. Di sisi lain, Negara-
negara maju diperkirakan hanya akan mencatat pertumbuhan sebesar 2,5
persen sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2011 yang
melambat, volume perdagangan dunia (WTV) pada tahun 2011 diperkirakan
juga mengalami perlambatan, walaupun masih tumbuh cukup tinggi dan
kembali mencapai kisaran rata-rata historis sebelum krisis, sebesar 7,1 persen
2
.
Harga komoditas dunia dan inflasi
Seiring dengan masih kuatnya kinerja ekonomi dunia, terutama di Negara-
negara emerging markets, harga komoditas dunia diperkirakan mengalami
kenaikan. Harga minyak diperkirakan meningkat dan mencapai harga rata-rata
tahun 2011 sebesar 90 dollar AS per barel (Minas). Meningkatnya harga minyak
ke depan, antara lain didorong oleh berlanjutnya kecenderungan pelemahan
dollas AS, yang terlihat dari meningkatnya prosisi kontrak perdagangan
nonkomesial (non-commercial contract) dan peningkatan produksi yang relative
terbatas. Produksi minyak OPEC diperkirakan hanya mengalami kenaikan
sebesar 0,4 juta berel per hari ditengah konsumsi minyak global yang
diperkirakan meningkat hingga sebesar 1,4 juta barel per hari (Short-term
Energy Outlook, U.S Energy Information Administration, Desember 2010).
Sejalan dengan kenaikan harga minyak, harga komoditas lainnya juga
diperkirakan cenderung meningkat. Untuk kelompok komoditas nonmigas,
kenaikan harga antara lain disebabkan kuatnya pertumbuhan ekonomi dunia,
terutama di Negara-negara emerging markets
Inflasi dunia tahun 2011 diperkirakan relative tinggi, terutama di Negara-negara
emerging markets. Masih tingginya tingkat inflasi sejalan dengan pemulihan
Negara-negara emerging markets dan Negara-negara maju serta kenaikan
harga komoditas. Berdasarkan perkiraan IMF (WEO-Januari 2011), tekanan inflasi
di Negara-negara maju dan berkembang pada tahun 2011 masing-masing
sebesar 1,6 persen (yoy) dan 6,0 persen (yoy). Pertumbuhan ekonomi dan
tingkat inflasi di Negara-negara maju di masa mendatang diperkirakan
meningkat, walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan Negara-negara
emerging markets. Kondisi tersebut, kebijakan moneter di Negara-negara maju
secara umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa Negara

2
World Economic Outlook Update,IMF, Januari 2011
maju mulai melakukan pengetatan. Disisi lain, Negara-negara emerging markets
diperkirakan masih akan melanjutkan kebijakan yang lebih ketat.
4.1.2. Gambaran Umum Ekonomi Indonesia
Selama triwulan III 2011 kondisi perekonomian Indonesia tetap terjaga.
Perkembangan tersebut ditandai oleh stabilitas ekonomi yang tercermin dari
inflasi yang terkendali, sistem pembayaran yang stabil, serta kinerja perbankan
dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Nilai tukar rupiah memang sempat
mengalami tekanan terkait pengaruh meningkatnya ketidakpastian di AS dan
Eropa. Namun respon kebijakan Bank Indonesia yang tepat dan terukur dapat
meredam tekanan lebih lanjut pada nilai tukar dan membatasi dampak gejolak
hanya terjadi di pasar keuangan. Berbagai perkembangan tersebut pada
gilirannya berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang pada triwulan
III 2011 yang diperkirakan masih cukup tinggi.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada laporan triwulan 2011masih cukup
terkendali, meskipun terdapat kenaikan permintaan domestik terkait dengan
puasa dan Hari Raya Idul Fitri serta tekanan pada nilai tukar. Inflasi IHK pada
triwulan III-2011 tercatat sebesar 1,89% (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61
persen (yoy). Inflasi ini lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya sebesar 2,88 persen (qtq) atau 5,80 persen (yoy). Untuk keseluruhan
tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun 2011 akan berada
pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%1%. Perkiraan tersebut
sejalan dengan perkembangan inflasi yang hingga akhir periode laporan masih
tercatat rendah sebesar 2,97 persen (ytd), serta perkiraan tetap terjaganya
pasokan barang dan jasa dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi.
Inflasi yang masih terkendali kemudian berkontribusi positif pada pertumbuhan
ekonomi yang diperkirakan masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-
2011 diperkirakan mencapai 6,6 persen didukung oleh konsumsi, kinerja ekspor
dan kegiatan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat,
dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan yang berasal dari hasil ekspor sejalan
dengan kinerja ekspor yang masih tinggi. Investasi ditopang oleh investasi
bangunan dan nonbangunan yang diperkirakan tumbuh meningkat. Dengan
perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2011 pertumbuhan ekonomi
diperkirakan mencapai 6,6 persen
Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011
banyak dipengaruhi oleh dampak meningkatnya sentimen negatif permasalahan
ekonomi di AS dan Eropa. Ketidakpastian di AS dan Eropa memicu terjadinya
aliran keluar modal asing, khususnya berbentuk investasi portofolio, dan
selanjutnya memberikan tekanan terhadap kinerja neraca transaksi modal dan
finansial (TMF). Sementara itu, kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan
masih baik, meskipun mengalami penurunan dibandingkan kinerja pada periode
sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi pertumbuhan impor yang mengalami
peningkatan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian domestik,
meskipun kinerja ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi. Secara
keseluruhan, kuatnya penurunan kinerja TMF kemudian berkontribusi pada
penurunan kinerja keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia. Dengan
perkembangan NPI tersebut, cadangan devisa pada akhir laporan tercatat 114,5
miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri Pemerintah.
Tekanan pada NPI akibat meningkatnya aliran keluar modal asing pada
gilirannya memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sejalan dengan
pelemahan mata uang regional, nilai tukar rupiah secara umum terdepresiasi,
meskipun pada awal triwulan masih berada dalam tren menguat. Tekanan
rupiah lebih jauh dapat sedikit diredam oleh langkah stabilisasi yang ditempuh
secara terukur oleh Bank Indonesia. Pada akhir triwulan III-2011, rupiah ditutup
Rp8.780 per dolar AS, atau melemah Rp207 (2,41 persen) dibandingkan dengan
akhir triwulan sebelumnya.
Kendati nilai tukar rupiah mengalami tekanan, stabilitas sistem keuangan masih
tetap terjaga dan dibarengi terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan
dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Pada Agustus 2011, rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 17,3 persen,
jauh melampaui ketentuan batas minimum permodalan 8 persen. Kondisi
tersebut juga disertai profitabilitas dan efisiensi bank yang terus membaik.
Selain itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian juga
terus berlanjut hingga mencapai 23,8 persen (yoy) dan lebih banyak disalurkan
untuk membiayai sektor-sektor produktif. Penyaluran kredit tersebut disertai
dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio Non Performing Loan
(NPL) gross yang masih dibawah 3 persen. Kinerja sektor perbankan, yang
merupakan sektor utama dalam sistem keuangan Indonesia, mendorong
membaiknya stabilitas sistem keuangan. Pada akhir triwulan II 2011, Indeks
Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) masih tetap sebesar
1,68 persen
3
.

3
Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009, Bank Indonesia
Perekonomian Indonesia 2007-2011
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2010 turut diwarnai oleh dinamika
perekonomian global. Membaiknya pertumbuhan ekonomi global yang
mendorong naiknya volume perdagangan internasional serta memicu kenaikan
harga-harga komoditas berdampak pada tingginya pertumbuhan ekspor
Indonesia. Pada tahun 2010, ekspor menjadi penyumbang terbesar bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenerjanya yang meningkat tinggi mampu
mempertahankan surplus transaksi berjalan, walaupun terjadi peningkatan yang
tinggi di sisi impor maupun pembayaran profit transfer. Disisi transaksi pasar
modal dan financial, pemulihan ekonomi global yang disertai derasnya aliran
modal menyebabkan surplus neraca modal yang besar dalam NPI.
Perkembangan kondisi makroekonomi yang membaik ini membawa
perkembangan positif bagi pasar modal Indonesia. Harga saham meningkat
cukup tinggi hingga menjadikan Bursa Efek Indonesai sebagai bursa terbaik di
Negara-negara kawasan. Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara
(SBN) terus mengalami penurunan signifikan sejak 2009. Derasnya arus modal
masuk juga mengakibatkan terjadinya penguatan nilai likudititas di pasar uang
jangka pendek. Kondis ini mendorong suku bunga PUAB over night (O/N)
bergerak di bawah BI rate dan cenderung mendekati batas bawah koridor.
Meningkatnya keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat menjadi faktor
utama cukup tingginya pertumbuhan konsumsi pada tahun 2010. Kondisi ini
kemudian direspons oleh peningkatan pertumbuhan investasi seiring dengan
membaiknya tendensi bisnis dan permintaan ekspor yang tinggi. Disisi lain,
realisasi belanja pemerintah tumbuh lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.
Berbagai perkembangan ini membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia
meningkat menjadi 6,1 persen dari 4,6 persen pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, inflasi pada tahun 2010 meningkat cukup tinggi dengan
perkembangan inflasi IHK yang mencapai 6,96 persen berada di atas sasaran
inflasi tahun 2010 (51%). Tingginya inflasi ini bersumber dari tekanan kenaikan
inflasi pada kelompok volatife food terkat dengan anomali cuaca yang
menyebabkan terjadinya gangguan pasokan pada kelompok barang ini.
Meskipun demikian, secara fundamental perkembangan inflasi pada dasarnya
cukup terkendali, sejalan dengan penguatan rupiah, terjaganya ekspektasi inflasi
masyarakat, serta kondisi sisi penawaran yang masih memadai dalam meresons
kenaikan permintaan. Perkembangan ini terlihat pada inflasi inti yang tetap
stabil di angka yang relative sama dengan tahun sebelumnya yaitu 4,28 persen
4

Ekonomi Indonesia selama tahun 2007-2010 mengalami pertumbuhan masing-
masing sebesar 6,3 persen (2007), 6,0 persen (2008), 4,6 persen (2009) dan 6,1
persen (2010) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I tahun
2011 bila dibandingkan dengan semester II tahun 2010 tumbuh sebesar 2,2
persen dan bila dibandingkan dengan semester I tahun 2010 (yoy) tumbuh
sebesar 6,5 persen
Tabel 4-1. Laju dan sumber pertumbuhan PDB menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2010 (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik | Data Strategis BPS | Agustus 2011
Sektor pengangkutan dan komunikasi selama tahun 2007-2010 selalu
mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,0 persen (2007), 16,6 persen
(2008), 15,5 persen (2009) dan 13,5 persen (2010). Bahkan kontribusi sektor
pengangkutan-komunikasi terhadap total pertumbuhan ekonomi indoneis
mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2008 dan 2009. Sementara sektor
perdagangan, hotel dan restaurant memberikan pertumbuhan yang terbesar
pada tahun 2007, 2008 dan 2010. Sektor industri pengolahan memberikan
kontribusi terbesar kedua selama periode ini

4
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9
1.Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,5 4,8 4,1 2,9 0,5 0,6 0,5 0,4
2. Pertambangan dan Penggalian 1,9 0,7 4,4 3,5 0,2 0,1 0,4 0,3
3. Industri Pengolahan 4,7 3,7 2,2 4,5 1,2 0,9 0,6 1,1
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,3 10,9 14,3 5,3 0,1 0,1 0,1 0
5. Konstruksi 8,5 7,5 7,1 7 0,5 0,4 0,4 0,4
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,9 6,9 1,3 8,7 1,4 1,1 0,2 1,4
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14 16,6 15,5 13,5 0,9 1,1 1,2 1,1
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 8 8,2 5,1 5,7 0,7 0,7 0,5 0,5
9. Jasa-jasa 6,4 6,2 6,4 6 0,6 0,5 0,6 0,5
PDB 6,3 6 4,6 6,1 6,3 6 4,6 6,1
PDB Tanpa Migas 6,9 6,5 5 6,6 - - - -
Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan
Tabel 4-2. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Semester I-2011 (persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik | Data Strategis BPS | Agustus 2011
Pada semester tahun 2010, sumber pertumbuhan terbesar masih dari sektor
perdagangan, hotel dan restaurant sebesar 1,4 persen terhadap total
pertumbuhan sebesar 6,5 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 8,7 persen
(yoy). Sementara sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan-
komunikasi memberikan kontribusi pertumbuhan masing-masing sebesar 1,3
persen dan 1,0 persen dengan laju pertumbuhan masing-masing 5,4 persen dan
sebesar 12,1 persen. Pada semester ini, pertumbuhan sektor pengangkutan dan
komunikasi masih yang tertinggi dibandingkan setor lain (Tabel 4.2.)
Kondisi Moneter
Berbagai kebijakan telah ditempuh Bank Indonesia selama triwulan 2011 dalam
upaya mendukung kinerja positif perekonomian. Kebijakan tersebut juga
ditempuh dengan berkoodinasi erat bersama pemerintah.
Di bidang moneter, selama triwulan III 2011 Bank Indonesia memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada level 6,75 persen. Kebijakan yang ditempuh Bank
Indonesia tersebut selaras dengan upaya menjaga laju inflasi ke depan agar
tetap berada pada kisaran sasarannya. Arah kebijakan juga ditempuh setelah
mempertimbangkan dampak kecenderungan menurunnya pertumbuhan
ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia dan
-1 -2 -3 -4
1. Perikanan, peternakan, kehutanan dan perikanan 6,9 3,7 0,5
2. Pertambangan dan penggalian 2,6 2,3 0,2
3. Industri Pengolahan 1 5,4 1,3
4. Listri, Gas dan Air Bersih 1 4,1 0
5. Konstruksi -0,5 6,2 0,4
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,7 8,7 1,4
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,7 12,1 1
8. Keuangan, Reas Estate dan Jasa Perusahaan 2,1 6,3 0,6
9. Jasa-jasa 3,8 7,1 0,6
PDB 2,2 6,5 6,5
PDB Tanpa Migas 2,5 7 -
Semester I-
2010
terhadap
Semester
II-2009
Semester I-
2010
terhadap
Semester
II-2009
Sumber
Lapangan Usaha
Pertumbuhan y-o-y
menurunnya harga komoditas global terhadap perekonomian domestik. Dalam
periode laporan yang ditandai oleh arus pembalikan modal, kebijakan BI juga
diperkuat oleh kebijakan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga tidak
memberikan tekanan terhadap stabilitas makroekonomi secara keseluruhan.
Untuk mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses
likuiditas selama ini, Bank Indonesia juga memperlebar batas bawah koridor
suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah
BI Rate. Selain itu, Bank Indonesia juga melanjutkan penerapan strategi
penguatan operasi moneter. Strategi tersebut ditempuh melalui optimalisasi
penyerapan likuiditas, khususnya untuk tenor jangka panjang berupa penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan, Term Deposit (TD) yang didominasi
tenor 6 bulan, dan Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR-SBN) ditawarkan
dengan tenor 2 bulan.
Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah
khususnya dalam penyiapan Protokol Manajemen Krisis (Crisis Management
Protocol). Koordinasi ditempuh sebagai antisipasi terhadap ketidakpastian
global yang semakin meningkat yang membutuhkan kesiapan untuk mengambil
langkah-langkah mitigasi yang cepat dan tepat sehingga dapat mengisolasi
dampak dari krisis. Koordinasi mengantisipasi ketidakpastian global juga
dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai komunitas internasional untuk
membuka berbagai fasilitas yang ada guna mencegah eskalasi dampak krisis
jika gejolak keuangan global semakin memburuk.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai tingginya risiko dan
ketidakpastian di pasar keuangan global serta kecenderungan menurunnya
kinerja perekonomian global akibat permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan
Amerika Serikat. Berdasarkan perkembangan tersebut Bank Indonesia akan
menempuh bauran antara kebijakan moneter serta makroprudensial lainnya
untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia. Untuk
memperkuat efekivitas kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan secara aktif
melakukan komunikasi dan edukasi agar sasaran berbagai kebijakan dapat
tercapai.
Di bidang perbankan, Bank Indonesia mengambil langkah antisipatif dengan
meningkatkan intensitas pengawasan bank guna meminimalisir dampak yang
terjadi pada kondisi likuiditas perbankan nasional. Bank Indonesia juga terus
berupaya meningkatkan ketahanan perbankan melalui penguatan struktur
perbankan nasional, khususnya pada aspek permodalan dengan melanjutkan
implementasi Basel II dan persiapan Basel III. Peningkatan kualitas manajemen
dan operasional perbankan, peningkatan perlindungan nasabah, serta kelanjutan
program sistem keuangan inklusif (financial inclusion) juga akan menjadi
prioritas. Keseluruhan kebijakan tersebut merupakan bagian dari
penyempurnaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Di bidang sistem pembayaran, upaya peningkatan efisiensi, keamanan dan
kehandalan sistem pembayaran ditempuh melalui penataan infrastuktur melalui
National Payment Gateway (NPG) serta melanjutkan rencana standarisasi kartu
ATM/Debet berbasis chip dan interoperabilitas uang elektronik. Terjaganya
kelancaran di bidang sistem pembayaran juga diimbangi dengan kelancaran di
bidang pengedaran uang dengan fokus pada penyediaan uang rupiah dalam
jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan dalam kondisi layak
edar, serta peningkatan jangkauan layanan dan distribusi uang ke wilayah
perbatasan dan daerah terpencil.
Pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran tidak terlepas dari dukungan berbagai kegiatan pendukung
internal. Di bidang perencanaan strategis, Bank Indonesia telah menyusun arah
strategis Bank Indonesia 2012 sebagai pedoman kegiatan dan pencapaian
target yang jelas di tahun mendatang. Dalam mendukung pelaksanaan strategi
dimaksud, Bank Indonesia berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan
kapasitas manajemen internal guna mendukung terciptanya manajemen
organisasi yang lebih efektif dan good governance yang lebih kuat. Untuk itu,
kebijakan di bidang sumber daya manusia tetap konsisten diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kepemimpinan serta penyelarasan organisasi yang
sejalan dengan arah strategi ke depan.
Pada akhirnya, berbagai upaya dan langkah kebijakan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia tersebut diharapkan dapat menjaga kondusifnya situasi perekonomian
nasional, termasuk pencapaian inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan
sebesar 5%1% pada tahun 2011 dan 4,5%1% pada tahun 2012
5
.
Inflasi
Inflasi sampai dengan triwulan III 2011 secara umum masih terkendali meskipun
permintaan domestik cukup kuat sejalan dengan pola musiman terkait puasa
dan Lebaran serta tekanan nilai tukar yang sempat meningkat. Inflasi IHK
tercatat sebesar 1,89 persen (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61 persen

5
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia
(yoy). Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu saat pola
musiman puasa dan Lebaran juga terjadi, inflasi IHK triwulan laporan tercatat
lebih rendah dari inflasi IHK tahun lalu sebesar 2,88 persen (qtq) dan 5,80
persen (yoy).
Berdasarkan kelompoknya, inflasi IHK yang terjaga didorong oleh inflasi harga
kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang cukup rendah
seiring dengan pasokan barang makanan yang cukup dan turunnya harga
komoditas pangan global. Inflasi kelompok administered juga menurun sejalan
dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga barang
dan jasa yang bersifat strategis. Sementara inflasi inti masih tetap terkendali.
Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,14 (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 8,57 persen (yoy). Rendahnya inflasi volatile food
salah satunya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food pada September
2011 sebesar 0,2 persen (mtm).
Inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2011 juga tercatat rendah
yaitu 2,83 persen (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan II2011 sebesar 5,61
persen (yoy). Komoditas administered prices yang berkontribusi pada inflasi
adalah rokok, bahan bakar rumah tangga dan tarif kereta api. Komoditas rokok
masih konsisten memberikan sumbangan inflasi di setiap bulannya akibat
adanya selisih harga transaksi pasar (HTP) dengan harga jual eceran (HJE) yang
ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara itu, komoditas administered prices
lainnya dipengaruhi oleh siklus hari raya.
Inflasi inti triwulan III 2011 secara umum juga masih terjaga. Peningkatan inflasi
inti dari 4,63 persen (yoy) pada triwulan II 2011 menjadi 4,93 persen pada
triwulan III 2011 lebih banyak dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga emas.
Di luar kenaikan harga emas, inflasi inti tercatat lebih rendah 3,96 persen (yoy),
atau relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,11
persen (yoy).
Untuk keseluruhan tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun
2011 akan berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%1%.
Perkiraan tersebut dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi hingga
triwulan III 2011 yang masih tercatat rendah sebesar 2,97 persen (ytd) serta
perkiraan pasokan barang dan jasa kebutuhan masyarakat yang tetap terjaga
dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi. Apabila perkembangan
ini terus berlanjut maka inflasi IHK tahun 2012 diperkirakan akan berada pada
kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 4,5%1%
6
.
Neraca Pembayaran
Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011 diperkirakan
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas
dari pengaruh kuat meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang
kemudian mengakibatkan terjadinya aliran keluar modal asing. Tekanan aliran
keluar modal asing ini kemudian memberikan tekanan kepada kinerja neraca
transaksi modal dan finansial (TMF) sehingga berkontribusi pada penurunan
kinerja keseluruhan NPI pada triwulan III 2011.
Tekanan pada neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2011
tersebut banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap meningkatnya
permasalahan ekonomi krisis di Eropa dan masih tingginya ketidakpastian di AS.
Sentimen itu kemudian memicu aliran keluar modal asing khususnya investasi
portofolio yang cukup sensitif terhadap gejolak global. Sementara itu,
penanaman modal berbentuk penanaman modal asing langsung (PMA) masih
cukup besar sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang masih kuat.
Kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan masih baik, meskipun menurun
dibandingkan kinerja pada periode sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi kinerja
ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi sehingga dapat menopang
kinerja neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2011. Sementara pada sisi lain,
peningkatan impor yang kemudian berkontribusi menurunkan kinerja neraca
transaksi berjalan tidak terlepas dari pengaruh meningkatnya aktivitas
perekonomian domestik.
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan kinerja NPI akan kembali membaik.
Bank Indonesia memperkirakan bahwa penyesuaian aliran modal portofolio
pada triwulan III 2011 bersifat temporer merespon eskalasi ketidakpastian
ekonomi negara maju. Selanjutnya, Bank Indonesia memperkirakan aliran masuk
modal asing baik dalam bentuk investasi portofolio maupun PMA, diperkirakan
akan kembali meningkat sejalan masih kuatnya fundamental ekonomi dan
prospek ke depan. Salah satu kondisi fundamental yang cukup mendukung
ketahanan ekonomi nasional ialah perkembangan cadangan devisa yang masih
cukup besar. Posisi cadangan devisa sampai dengan akhir September 2011

6
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Triwulan III-2011, Bank Indonesia
mencapai 114,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
4.1.3 Prospek Perkonomian Tahun 2012-2015
Prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah diperkirakan berada
pada lintasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas makroekonomi
yang tetap terjaga. Peningkatan akumulasi capital masih menjadi faktor utama
tercapainya akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Selain
didukung oleh tabungan masyarakat, akumulasi capital juga didukung oleh
berbagai perbaikan di sektor riil yang ditempuh oleh pemerintah untuk
mendorong investasi asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing Langsung
(PMA) di Indonesia. Aliran masuk PMA dimungkinkan semakin tinggi apabila
Indonesia berhasil mencapai peringkat investment grade pada tahun 2011.
Dilatarbelakangi kondisi tersebut, investasi dalam jangka menengah diprakirakan
akan terus terakselerasi hingga mencapai kisaran 12,2-13,2 persen pada tahun
2015
Tabel 4-3. Prospek Ekonomi Indonesia Jangka Menengah (2010-2015)

Sumber: Bank Indonesia | Laporan Ekonomi Indonesia 2010 | Maret 2011
Keberhasilan Pemerintah dalam membenahi faktor structural diperkirakan dapat
menopang daya saing sektor tradable, sehingga dapat lebih meningkatkan
tabungan masyarakat. Meningkatnya tabungan masyarakat dan daya saing sektor
tradable yang kuat akan mendukung kesinambungan pendapatan domestic dan
daya beli konsumen ke depan. Besarnya potensi pasar domestic yang didukung
oleh meningkatnya kegiatan akumulasi capital di masyarakat diprakirakan akan
dapat menjaga konsumsi masyarakat tetap kuat dalam jangka menengah. Siklis
pemilu lima tahunan diperkirakan juga akan mampu mendorong permintaan
swasta sekaligus investasi di dunia usaha sebagai mana pola historisnya pada
tahuan 2004 dan 2009. Berdasarkan gambaran tersebut, diprakirakan
pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan meningkat secara bertahap,
puncaknya pada tahun 2014 ketika pemilu dilangsungkan dan mampu bertahan
di kisaran 4,6-5,6 persen pada tahun 2015
Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi Rumah Tangga 4,6 4,5-5,0 4,8-5,3 4,6-5,5 4,8-5,8 4,6-5,6
Konsumsi Pemerintah 0,3 8,8-9,3 1,1-1,8 1,6-2,5 3,6-4,6 1,8-2,8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,5 10-10,5 12,6-13,1 12,1-13,0 12,9-13,9 12,2-13,2
Ekspor Barang dan Jasa 14,9 7,9-8,4 8,1-8,6 8,2-9,1 8,3-9,3 8,6-9,6
Impor Barang dan Jasa 17,3 9,2-9,7 9,8-10,3 9,5-10,4 10,7-11,7 9,8-10,9
PDB 6,1 6,0-6,5 6,1-6,6 6,2-7,1 6,3-7,3 6,5-7,5
Inflasi (Persen, akhir periode) 6,96 5,01,0 4,51,0 4,51,0 4,51,0 3,51,0
Sementara itu disisi eksternal terjadi perbaikan kinerja ekspor sebagai dampak
dari membaiknya daya saing produk domestic disamping karena kembali
pulihnya perekonomian global. Kinerja ekspor diperkirakan dapat tumbuh di
kisaran 8,6-9,6 persen pada tahun 2015 (Tabel 4.3)
Perbaikan kinerja sisi eksternal ini menjadi faktor utama yang mendukung
stabilitas nilai tukar rupiah. Kegiatan impor diperkirakan tetap terkendali
mengingat ekselerasi pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak akan diikuit eleh
peningkatan impor yang melonjak. Hal itu antara lain disebabkan oleh
membaiknya produktivitas perokonomia yang turut berperan dalam mensubstitusi
sebagian barang konsumsi, barang modal dan barang baku yang sebelumnya
dipenuhi oleh impor dengan barang-barang produksi dalam negeri. Melihat
kondisi tersebut, prospek akselerasi pertumbuhan impor diproyeksikan relatif
stabil dan mencapai kisaran 9,8-10,8 persen pada tahun 2015.
Dukungan peningkatan investasi yang disertai dengan peningkatan produktivitas
perekonomian, kapasitas perekonomia diperkiran semakin meningkat hingga
tahun 2015. Peningkatan kapasitas tersebut diperkirakan dapat mengakomodasi
kenaikan sisi permintaan dikisaran 6,5-7,5 persen pada tahun 2015, sehingga
inflasi diperkirakan tetap mengarah pada target jangka menengah sebesar 3,5%
1%. Namun kinerja perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dapat lebih
rendah dari yang diperkirakan, terutama apabila implementasi kebijakan
strukturan tidak secepat yang diperkirakan.
4.2. Overview Industri Pertambangan dan Penggalian Indonesia
Pertambangan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan dan persiapan
untuk pengolahan lanjutan dari benda pada, benda cair dan gas. Kegitan
pertambangan tersebut dapat dilakukan di atas permukaan bum (tambang terbuka)
maupun di bawah tanah (pertambangan dalam). Kegitan pertambagan mencakup
penggalian, pengerukan dan penyedotan dengan tujuan mengambil benda padat,
cair atau gas yang ada di dalamnya. Hasil kegiatan ini antara lain minyak dan gas
bumi, batubara, bijih besi, bijih timah, nikel, bauksit, tembaga, emas dan perak.
Dalam hitungan PDB, sektor pertambangan dikelompokkan menjadi tiga subsektor
yaitu:
Pertambangan minyak dan gas bumi (migas)
Pertambangan bukan migas
Dan penggalian

4.2.1. Peranan dalam Kebijakan Ekonomi Makro
Peranan terhadap Pertumbuah Ekonomi
Selama periode tahun 2004-2011 perkembangan pertumbuhan tahunan
sektor pertambangan dan penggalian sangat berfluktuasi dan umumnya
cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Fluktuasi pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian
terutama dipengaruhi fluktuasi pertumbuhan pada subsektor pertambangan
migas
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tertinggi selama periode
2004-2011 terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,47 persen. Sedangkan
untuk pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar -4,48
persen. Secara rata-rata pertumbuhan untuk sektor pertambangan
menunjukkan trend yang positif. Sumbangan sektor pertambangan terhadap
laju pertumbuhan PDB secara total pada tahun 2011 adalah sebesar 1,7
persen.
Gambar 4-2. Laju Pertumbuhan PDB Total dan PDB Sektor Pertambangan
atas Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2004-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan
Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

Selama periode tahun 2004-2011 sektor Industri Pertambangan dan
Penggalian memberikan sumbangan terbesar ke empat terhadap PDB total
setelah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran
dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada periode
tersebut pertambangan dan penggalian rata-rata menyumbang 10,9 persen
terhadap PDB total.

-4.48
3.20
1.70
1.93
0.71
4.47
3.57
1.36
5.03
5.69
5.50
6.35
6.01
4.63
6.20
6.46
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
Pertambangan
dan
Penggalian
Produk
Domestik
Bruto
Gambar 4-3. Distribusi Persentase PDB atas dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Periode Tahun 2004-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan
Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

Sumbangan subsector Pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi
menunjukkan, subsector pertambangan migas memiliki andil yang cukup
besar terhadap terjadinya peningkatan pada sektor pertambangan. Pada
periode tahun 2004-2011 rata-rata sumbangan subsektor pertambangan
minyak dan gas bumi menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,4 persen, sedangankan untuk subsector pertambangan bukan
migas dan penggalian rata-rata sebesar 4,2 dan 1,3 persen.
Gambar 4-5. Distribusi Persentase PDB atas dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Periode Tahun 2004-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan
Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

14.3
13.1 13 13.7 14.5 15.3 15.3 14.7
8.9 11.1 11
11.2
10.9
10.6 11.2 11.9
28.1
27.4 27.5
27.1
27.8 26.4 24.8 24.3
6.6 7 7.5
7.7
8.5 9.9
10.3 10.2
16.1 15.6 15
14.9
14 13.3 13.7 13.8
6.2 6.5 6.9 6.7
6.3 6.3 6.6 6.6
8.5 8.3 8.1 7.7 7.4 7.2 7.2 7.2
10.3 10 10.1 10.1 9.7 10.2 10.2 10.5
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
9. Jasa-jasa
8. Keuangan, Real Estat dan
Jasa Perusahaan
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
5. Konstruksi
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
3. Industri Pengolahan
2. Pertambangan dan
Penggalian
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
5.2
6.4
6
5.9
5.7
4.5
4.5
5.2
2.8
3.8
3.9
4.1
3.9
4.5
5.2
5.3
0.9
1
1.1
1.2
1.3
1.5 1.5 1.5
0
1
2
3
4
5
6
7
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
Pertambangan
Minyak dan
Gas Bumi
Pertambangan
Bukan Migas
Penggalian
Peranan Sektor Pertambangan terhadap Penerimaan Negara
Pendapatan pemerintah dari penerimaan sektor pertambangan dan
penggalian selama periode 2004-2011 menunjukkan pertumbuhan yang
meningkat. Pertumbuhan selama periode tersebut mencapai rata-rata 2,42
persen per tahun. Pada tahun 2011 penerimaan Negara dari sektor
pertambangan dan penggalian mencapai 189,18 trilyun rupiah.
Tabel 4-3. Penerimaan Negara dari Sektor Pertambangan dan Penggalian
Periode 2004-2011 (trillyun rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan
Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara

Penerimaan sektor pertambangan dan penggalain berasal dari subsektor
pertambangan minyak dan gas bumi pada tahun 2011 mencapai 94,682
trilyun rupiah atau sebesar 50 persen. Sedangkan untuk subsector
pertambangan bukan migas dan penggalian menyumbang sebesar 70,28 dan
24,218 trilyun rupiah atah sebesar 37 dan 13 persen.

4.2.2. Kinerja Sektor Pertambangan
Produksi
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor andalan dalam
menyediakan sumber energy dan sebagai bahan baku bagi industri
menufaktur
Selama peride 10 tahun terakhir perkembangan pertumbuhan tahunan untuk
bahan mineral menunjukkan pertumbuhan yang positif, hanya bauksit yang
memilik pertumbuhan negatif. Produki Baukist mulai terjadi penurunan sejak
tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2009 produksi bauksit menurun
160.10
165.22
168.03
171.28
172.50
180.20
186.63
189.18
98.64
96.89 95.85 94.75 95.17 95.23 95.63 94.68
46.95
52.69
55.24
58.15 57.57
63.82
68.48
70.28
14.52 15.63
16.94 18.38
19.76
21.15
22.53
24.22
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
Pertambangan
dan
Penggalian
Pertambangan
Minyak dan
Gas Bumi
Pertambangan
Bukan Migas
Penggalian
19 persen terhadap tahun 2008 dimana produksi sebesar 1,152 juta ton dan
menurun menjadi 935 ribu ton.
Gambar 4-6. Produksi Sektor Penggalian untuk Bahan Mineral periode
Tahun 2001-20011 (Juta ton)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah Konsultan

Pertumbuhan subsector pertambangan tampa migas melambat di tahun
2010. Sub sektor pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan dan
persiapan pengolahan lanjuta benda padat, baik di bawah Maupin di atas
permukaan bumi serta selurh kegiatan lainya yang bertujuan untuk
memanfaatkan bijih loga dan hasil tambang lainnya. Komoditi tambang
tersebut seperti batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih
tembaga, bijih emas, perak dan sebagainnya. Dalam kurun waktu 10 tahun
dari tahun 2001-2010 subsektor pertambangan tanpa migas mengalami
pertumbuhan rata-rata 5,96 persen per tahun, berada di atas sektor
pertambangan dan penggalian yang hanya tumbuh sebesar 1,10 persen.
Subsector pertambangan tanpa migas sempat mengalami pertumbuhan dua
digit yaitu pada tahun 2001 (14,70 persen), 2005 (12,24 persen) dan 2009
(10,79 persen). Namum pada tahun 2010 pertumbuhn subsektor ini
melambat dan hanya tumbuh sebesar 7,08 persen da hingga semester I-
2011 hanya tumbuh sebesar 5,16 persen
Gambar 4-7. Pertumbuhan Tahunan Subsektor Pertambangan terhadap
Sektor Pertambangan dan Penggalian periode tahun 2001-2011
(semester I)

1.24 1.28 1.26 1.33
1.44
2.12
1.25
1.15
0.94
0.44 0.41
2.47
2.12
2.50
2.11
3.79 3.87
7.11
6.57
5.82
9.48
11.55
3.98 3.98 3.94 4.04
4.30
4.51
1.79
2.05
5.14
8.24
9.87
0.44
0.19 0.25
0.08 0.09 0.08 0.08
4.46
4.56
4.67
4.78
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Bauksit
Nikel
Emas
Perak
Granit
BijiBesi
Konsentrat
Tin
Konsentrat
Tembaga

Keterangan: Bank Indonesia, Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Subsekto
Ekonomi| 2012

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan tersebut, kontribusi subsektor
pertambangan tanpa migas pada tahun 2010 hanya sebesar 0,21 persen
(yoy) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Tabel 4-4. Distribusi atau Share Sektor-sektor sumber PDB terhadap PDB
total periode tahun 2001-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik| Mei 2012

SEKTOR/SUB SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Semester
I-2011
Rata-rata
2001-2010
A. Distribusi/Share Terhadap PDB (%)
Sektor Pertambangan & Penggalian 11.05 8.83 8.32 8.94 11.14 10.98 11.15 10.94 10.56 11.15 11.78 10.31
- Subsek. Minyak dan gas bumi 7.01 5.11 4.73 5.16 6.40 5.99 5.93 5.72 4.55 4.50 5.24 5.51
- Subsek. Pertambangan tanpa migas 3.19 2.81 2.65 2.84 3.77 3.91 4.06 3.95 4.53 5.16 5.08 3.69
- Subsek. Penggalian 0.85 0.91 0.95 0.94 0.97 1.07 1.17 1.27 1.48 1.50 1.47 1.11
B. Distribusi/Share Terhadap Sektor Industri Pengolahan
Tanpa Migas (%)
Sektor Pertambangan & Penggalian 43.82 35.48 34.11 37.31 49.69 49.04 49.71 47.54 46.69 51.75 56.12 44.51
- Subsek. Minyak dan gas bumi 27.79 20.53 19.37 21.54 28.56 26.77 26.42 24.88 20.11 20.87 24.95 23.68
- Subsek. Pertambangan tanpa migas 12.65 11.29 10.85 11.84 16.82 17.49 18.08 17.15 20.04 23.93 24.19 16.01
- Subsek. Penggalian 3.38 3.67 3.89 3.93 4.31 4.78 5.21 5.51 6.54 6.96 6.99 4.82
C. Pertumbuhan (% yoy)
Sektor Pertambangan & Penggalian 0.33 1.00 (1.37) (4.48) 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48 2.51 1.10
- Subsek. Minyak dan gas bumi (4.87) (2.98) (4.66) (4.32) (1.77) (1.07) (1.15) 0.44 0.07 0.40 (0.43) (1.99)
- Subsek. Pertambangan tanpa migas 14.70 9.72 3.96 (7.96) 12.24 4.84 5.27 (1.00) 10.79 7.08 5.16 5.96
- Subsek. Penggalian 4.57 5.48 6.08 7.46 7.69 8.33 8.53 7.50 7.04 6.54 7.30 6.92
D. Kontribusi Terhadap Pertumbuhan PDB (% yoy)
Sektor Pertambangan & Penggalian 0.04 0.12 (0.15) (0.48) 0.31 0.16 0.18 0.06 0.37 0.29 0.20 0.09
- Subsek. Minyak dan gas bumi (0.41) (0.23) (0.34) (0.28) (0.11) (0.06) (0.06) 0.02 0.00 0.02 (0.02) (0.14)
- Subsek. Pertambangan tanpa migas 0.41 0.30 0.13 (0.26) 0.35 0.15 0.16 (0.03) 0.30 0.21 0.15 0.17
- Subsek. Penggalian 0.04 0.05 0.05 0.06 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.06 0.07 0.06
4.3. Perkembangan Sektor Pengangkutan
Angkutan memiliki peran strategis dalam menggerakkan roda perekonomian nasional.
Di sisi lain, bidang angkutan merupakan lahan bisnis seperti sektor-sektor ekonomi
lainnya. Bidang angkutan mencakup angkutan laut, angkutan jalan raya, angkutan
sungai, angkutan udara, angkutan rel dan jasa penunjang angkutan.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 (angka sangat sementara BPS)
menyumbang PDB sebesar 241,285.20 milyar rupiah atau sebesar 9,8 persen. Untuk
sumbangan sektor pengangkutan sendiri pada tahun 2011 menumbang PDB sebesar
91.796,5 milyar rupiah atau 3,73 persen terhadap PDB total tahun 2011. Sumbangan
terbesar berasal dari subsektor angkutan jalan raya dengan sumbangan sebesasr
38,339.30 milyar rupiah atau 1,56 persen terhadap PBD total tahun 2011. Sumbangan
terbesar kedua berasal dari subsektor jasa penunjang angkutan yaitu sebesar 20,647
millyar rupiah atau sebesar 0,84 persen terhadap PDB total 2011.
Tabel 4-5. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha (Millyar Rupiah), 2004-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik| Mei 2012
Keterangan: *)angka sementara **)angka sangat sementara
Sektor pengangkutan selama periode tahun 2004-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif. Rata-rata pertumbuhan untuk sektor pengangkutan selama periode tersebut
sebesar 5,7 persen. Subsektor pengangkutan memiliki rata-rata pertumbuhan terbesar
adalah subsektor angkutan udara (11,3 persen) disusul subsektor angkutan jalan raya
(5,1 persen) dan jasa penunjang angkutan (4,7 persen). Pada tahun 2011 subsektor
angkutan jalan raya memiliki pertumbuhan sebesar 6,6 persen, di atas pertumbuhan
PDB pada tahun 2011 (6,5 persen)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
Pengangkutan dan Komunikasi 96,896.70 109,261.50 124,808.90 142,326.70 165,905.50 192,198.80 217,977.40 241,285.20
a. Pengangkutan 62,495.70 66,404.70 70,796.00 72,791.10 74,786.90 79,571.50 85,290.40 91,796.50
1). Angkutan Rel 603.3 585.3 623 631 721.3 792.2 832 798.8
2). Angkutan Jalan Raya 27,056.60 28,367.10 29,764.20 30,868.20 32,391.40 34,226.50 35,974.40 38,339.30
3). Angkutan Laut 8,142.90 8,855.80 9,497.40 9,278.70 8,809.70 8,855.60 8,864.60 9,115.10
4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 2,254.00 2,342.70 2,431.90 2,512.50 2,631.80 2,760.70 2,962.00 3,078.50
5). Angkutan Udara 9,384.30 10,362.30 11,466.20 12,385.30 13,044.40 14,564.30 17,330.40 19,817.80
6). Jasa Penunjang Angkutan 15,054.60 15,891.50 17,013.30 17,115.40 17,188.30 18,372.20 19,327.00 20,647.00
b. Komunikasi 34,401.00 42,856.80 54,012.90 69,535.60 91,118.60 112,627.30 132,687.00 149,488.70
Produk Domestik Bruto 1,656,516.80 1,750,815.20 1,847,126.70 1,964,327.30 2,082,456.10 2,178,850.40 2,313,838.00 2,463,242.00
Gambar 4-8. Pertumbuhan PDB Sektor Pengangkutan Terhadap PDB Total Tahun
2004-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| diolah konsultan
Keterangan: *) angka sementara **) angka sangat sementara
Subsektor Angkutan Jalan Raya

4.4. Profil Kalimantan
Letak Geografis
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau
terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan
meliputi 73 persen massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan,
yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,
luas seluruhnya mencapai 549.032 km
2
. Luasan ini merupakan 28 persen seluruh
daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10 persen dari wilayah
Indonesia. Bagian utara P. Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan
Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada
sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.
Secara geografis pulau Kalimantan [Indonesia], terletak diantara 4
0
24` LU - 4
0
10` LS
dan anatara 108
0
30` BT - 119
0
00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km
2
.
Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara
yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat
sampai dengan Kalimantan Timur.
5
.
7
%

5
.
5
%

6
.
3
%

6
.
0
%

4
.
6
%

6
.
2
%

6
.
5
%

6.3%
6.6%
2.8%
2.7%
6.4%
7.2%
7.6%
-3.0%
6.4%
1.3%
14.3%
9.8%
5.0%
-4.0%
10.4% 10.7%
8.0%
5.3%
11.7%
19.0%
14.4%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
Produk Domestik Bruto
a. Pengangkutan
1). Angkutan Rel
2). Angkutan Jalan
Raya
3). Angkutan Laut
4). Angkutan Sungai,
Danau &
Penyeberangan
5). Angkutan Udara
6). Jasa Penunjang
Angkutan
Kondisi Fisik Dasar dan Sumber Daya Lahan
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69
%), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran
aluvial (12,47 %), dan lainlain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan
utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan
kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus
dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan
datang.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller,
Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan
Meratus.
Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang
sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan
daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa
gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam.
Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak
ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.
Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan
kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-
import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah
sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 persen wilayah
Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian
tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas,
mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas
alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran
rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah: sawit, kelapa, karet, tebu
dan perkebunan tanaman pangan.
4.5. Potensi Perekonomian Kalimantan
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penopang utama perekonomian
Kalimantan adalah sektor migas dan pertambangan yang berkontribusi sekitar 50
persen dari BDRB total Kalimantan.
Gambar 4-9. Distribusi PDRB Kalimantan tahun 2010-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik, Mei 2012| dioleh konsultan
Kontribusi PDRB Kalimantan masih didominasi oleh sektor migas hampir yaitu hampir
50 persen. Kontribusi migas berasal dari Pertambangan migas (subsektor
pertambangan) dan produksi migas (subsektor pengolahan). Sedangakan untuk sektor
Komunikasi dan pengangkutan memberikan sumbangan terhadap PDRB total
Kalimantan sebesar 7 persen
Pertambangan Batubara
Sektor pertambangan barubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah satu
kegiatan ekonomi yang dapat menopang perekonomian di Kalimantan pada saat
subsektor migas mengalami penurunan. Pada tahun 2010, jumlah batubara yang
digunakan untuk kebutuhan dalam negeri adalah sebesar 60 juta ton (18 persen dari
total produksi). Sektor kelistrikan merupakan pengguna barubara terbesar di dalam
negeri. Sementara sisanya sebesar 265 juta ton diekspor ke berbagai Negara. Adapun,
Negara tujuan utama batubara Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea Selatan
dan beberapa Negara ASEAN.
29%
27%
21% 25%
13%
13%
15%
14%
7% 7%
6% 6%
5% 5%
4% 4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2010 2011
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Bangunan
Jasa
Listrik, Gas dan Air Bersih
Pengangkutan dan Komunikasi
Pertanian
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Industri Pengolahan
Pertambangan & Penggalian
Gambar 4-10. Profil Batubara Indonesia, 2010 (Juta Ton)

Sumber: Asosiasi Pertambangan Indonesia, 2010| diolah Konsultan
Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi barubara mengalami pertumbuhan rata-rata
14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata ekspor batubara Indonesia adalah
15,1 persen per tahun. Sedangkan konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-
rata pertumbuhan sebesar 13,8 persen per tahun selama periode 1996-2010. Jumlah
produksi batubara Indonesia pada tahun 2010 mencapai 325 juta ton dengan dengan
jumlah ekspor 265 juta ton dan penggunaan domestik sebesar 60 juta ton.
Gambar 4-11. Pertumbuhan Produki, Ekspor, dan Penjualan Batubara Domestik
periode 1996-2010

Sumber: Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia
104,800
21,000
325
165
1
10
100
1000
10000
100000
Sumberdaya Cadangan Produksi Ekspor
46.2
54.1
62.1
72.9
79.3
90.7
102.6
121.4
130.86
152.86
190.48
221.1
240
283
325
35.5
40.9
46.7
53.9
57.2
63.4
73.4
85.3
93.76
110.79
144.94
158.6
191
230
265
10.9
13.2
15.4
19
22.1
27.3
29.2
35.74 37.1
41.3
45.54
62.5
49
53
60
0
50
100
150
200
250
300
350
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Produksi
Ekspor
Domestik
Berdasarkan data tahun 2009, disamping cadangan batubara di Sumatera, porsi
cadangan batubara di Kalimantan juga merupakan salah satu terbesar di Indonesia.
Hampir 50 persen cadangan batubara nasional terdapat di Kalimantan.
Gambar 4-12. Sumber Batubara Indonesia Tahun 2009 (Millyar Ton)

Sumber: Dirjen Minerba, Indonesia Coal Book 2008/2009, Studi Literatur| diolah
Konsultan
Kalimantan memiliki potensi besar untuk pertambangan batubara. Untuk wilayah
Kalimantan cadangan terbesar batubara berada di wilayah Kalimantan Timur dengan
porsi mencapai 72 persen, disusul Kalimantan Selatan 23,7 persen ,Kalimantan Tengah
3,1 Persen dan Kalimantan Barat 1 persen.
Pertambangan Mineral
Kalimantan untuk pertambangan mineral memiliki potensi yang cukup besar
diantaranya bijih besi dan bauksit. Kalimantan memiliki cadangan biji besi terbesar di
Indonesia, dan keberadaannya bagi industri besi dan baja Indonesia sangatlah
penting. Sebesar 84 persen cadangan bijih besi baja primer dan 29 persen cadangan
bijih besi laterit Indonesia terdapat di Kalimantan. Sumberdaya dan cadangan bijih
besi di Kalimantan mencapai 319,3 juta ton besi primer dengan total cadangan
sebesar 24 juta ton (Buletin sumber daya geologi, 2010)

52.4
51.9
0.5
104.8
0
40
80
120
Sumatera Kalimantan Lainnya Total
50% 49,6 0,4%
37.5
12.3
1.6
0.5
51.9
0
20
40
60
Kaltim Kalsel kalteng Kalbar Total
72% 23,7% 3,1% 1%
Gambar 4-13. Cadangan Bijih Besi Indonesia (dalam persen)

Sumber: World Bank Commodity Price Data| diolah Konsultan
Kegiatan ekonomi utama besi baja di Kalimantan, terdapat di Kalimantan Tengah
(Kotawaringin Barat) dan Kalimantan Selatan (Batulicin, Tanah Bumbu dan Tanah Laut).
Pengembangan proyek di lokasi tersebut diantaranya pengolahan dan pemurnian bijih
besi serta pengembangan industri benefisiasi yang mengolah bijih besih dari tambang
menjadi bahan baku (pellet and sponge iron) untuk industri baja di Indonesia. Nilai
investasi industri besi dan baja di Kalimantan yang telah terindetifikasi hingga tahun
2015 sebesar IDR 40 trilliun.
Indonesia tercatat sebagai penyimpan cadangan bauksit terbesar nomor tujuh di
dunia sekaligus sebagai produsen bauksit nomor empat di dunia. Besarnya cadangan
bauksit Indonesia diperkirakan mencapai 24 juta ton
Cadangan bauksit terbesar di Kalimantan, berada di wilayah Kalimantan Barat. Hingga
saat ini mayoritas hasil tambang bauksit masih diekspor dalam bentuk bahan baku
mentah. Potensi besarnya cadangan bauksit di Kalimantan merupakan potensi besar
adanya pengembangan industri pengolahan bauksit menjadi alumina di masa yang
akan datang di Kalimantan. Rencana pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah
dengan bahan baku bauksit, pemerintah akan melakukan insentif untuk investasi di
bidang pengolah bauksit menjadi alumina. Rencananya sentra produksi pengolahan
bauksit akan dibangun di Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur dan
Kabupaten Mempawah, Ketapang, dan Sanggau di Propinsi Kalimantan Barat. Nilai
investasi pada industri pengolahan bauksit kurang lebih mencapai IDR 57 trilliun


84
5
8
0 0
4
29
32
0
21
17
0
0
25
50
75
100
Kalimantan Sulawesi Sumatera Papua Maluku Lainnya
Cadangan bijih besi primary
Cadangan bijih besi laterit
4.6. Persaingan dan Competitor
Sebagai daerah dengan potensi dan pertumbuhan sektor pertambangan, jumlah
layanan dan bisnis sektor pengangkutan dan pendukungya semakin berkembang.
Tumbuhnya industri tersebut mengakibatkan tingkat persaingan antar perusahaan
yang ada di dalamnya menjadi semakin kompetitif. Dengan tingkat pertumbuhan
sektor pengangkutan saat ini, maka persaingan pada tahun-tahun mendatang akan
semakin kompetitif, sehingga para pelaku di dalam sektor pengangkutan bersaing
dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan.
Tabel 4-9 Pesaing Perseroan

Sumber : Hasil Survei Konsultan
4.7. Strategi Pemasaran
Perseroan merupakan pamain lama dalam dunia pengangkutan bahan tambang di
Kalimantan, salah satu usaha perseroan dalam mempertahankan pasar adalah
membangun awareness yang seluas mungkin atas segala konsep positif yang dimiliki
oleh Perseroan. Konsep tersebut adalah menyediakan layanan jasa transportasi
angkutan darat yang aman, efisien dan tepat waktu (lead time delivery), system
personalized service yang menjunjung tingkat pelayanan yang tinggi, yang dijalankan
oleh professional yang kompeten dan bermotivasi tinggi. Di samping itu, penetapan
price structure yang wajar akan dijadikan sebagai dasar kiat pemasaran yang
diharapkan akan sangat efektif dalam menghadapi persaingan yang ada.

Untuk mempertahankan layanan yang baik dan professional, dengan menjaga
kokompakan tim kerja dan melakukan pengembangan professional driver dan
menyediakan jasa transportasi angkutan darat dengan kualitas produk yang terbaik.
Kepuasan pelanggan merupakan parameter evaluasi performance kinerja Perseroan.
Tidak hanya hanya layanan yang baik dan professional, tetapi juga memberikan solusi
bagi setiap kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Untuk meningkatkan professional driver, Perseroan melakukan berbagai jenis dan
tingkatan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi driver. Jenis dan
pelatihan pembekalan driver yang dilakukan oleh Perseroan antara lain:
Ketrampilan mengemudi, pengetahuan dan taknik berlalu-lintas
Pengembangan sikap mental dan etika
Pengenalan area/ wilayah operasional dan ketrampilan lainnya

4.8. Prospek Usaha Perseroan
Perekonomian makro Indonesia pada tahun 2011, menunjukkan daya tahan yang kuat
di tengah ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang
lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Solidnya perekonomian
Indonesia diperkirakan mampu mendorong ekonomi Indonesia untuk tetap dapat
tumbuh tinggi ditengah melambatnya perekonomian global pada tahun-tahun
mendatang. Kesetabilan ekonomi merupakan pendukung dari peningkatan
pertumbuhan investasi-investasi baru.
Kalimantan memilik potensi dalam bidang Pertambangan dan penggalian yang cukup
besar. Proposi PDRB untuk propinsi-propinsi di Kalimantan sebagian besar berasal dari
penggalian dan pertambangan. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian
yang penting bagi perekonomian Indonesia, pemerintah mencoba mendorong usaha
eksplorasi baru dan investasi di bidang pertambangan.
Sektor pengangkutan merupakan sektor pendukung seluruh aspek dan kegiatan
pembangunan. Sektor transportasi berperan dalam mendistribusikan barang kepada
pelaku-pelaku ekonomi yang terkait. Untuk itu, sektor tranportasi sangat berperan
dalam menunjung perekonomian baik secara Negara maupun regional.
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Kalimantan 10 tahun ke
belakang yang menunjukkan pertumbuhan positif. Usaha pemerintah dalam menjaga
stabilitas perkonomian mendorong eksplorasi baru dan investasi di bidang
pertambangan dan penggalian juga akan memberikan dampak yang positif kepada
sektor pengangkutan bahan tambang di Kalimantan. Peningkatan akan kebutuhan
sektor pengangkutan bahan tambang diperkirakan akan sejalan dengan pertumbuhan
sektor pertambangan dan penggalian.
Untuk itu, konsep effisiensi dan layanan yang dimiliki Perseroan tersebut, dikemas
dengan baik dan menarik (professional) dan dikelola dengan tepat oleh Team
Management untuk mampu menangkap potensi pasar di sector pengangkutan di
Kalimantan.
Bidang usaha Perseroan, memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang.
Dengan bekal pengalaman di bidang pengangkutan bahan tambang di Kalimantan,
Perseroan telah memiliki nilai tambah dari jaringan yang telah terjalin dan
pengetahuan tentang medan atau keadaan geografis di Kalimantan. Terlebih lagi saat
ini Perseroan telah memiliki kontrak untuk pangangkutan bijih besi dengan PT Kapuas
Prima Coal dan Pengangkutan Batubara di Jati Batulindung dengan PT Ganda Parade
Arthanami


II.

Anda mungkin juga menyukai