Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ILMU TERNAK KERJA

PERBANDINGAN BERAT BADAN TERNAK KERBAU YANG


DIMANFAATKAN TENAGANYA DIBEBERAPA NEGARA










HENNY SUCIYANTI
E1C011004



JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014



Abstarak
Penyusunan paper ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bekerja terhadap berat
badan kerbau dibeberapa negara. Berdasarkan beberapa peneliti menyatakan bahwa ternak
kerbau yang dipekerjakan akan menurun berat badan kerbau secara siknifikan namun
beberapa lagi menyatakan bahwa ternak kerja yang mereka gunakan dalam penelitian
justru sebaliknya, mengalami peningkatan berat badan ternak. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain musim, waktu yang digunakan ssaat bekerja, lama waktu yang
digunakan saat bekerja, jenis ternak yang digunakan, dan pakan. Pakan merupakn point
penting yang harus dipenuhi karena, ternak mendapat energi berasal dari pakan yang
diberikan, sebaik baik kualitas yang diberikan pada ternak maka akan berpengaruh terhadap
kerja dan bobot ternak nantinya. Pemberian pakan dengan kulitas yang rendah dikarenakan
pada saat ternak di pekerjakan pada musim kering sehinggan kesulitan untuk mendapatkan
pakan ternak berupa hijauan segar dengan protein yang tinggi, maka dengan begitu
konsekuensi yang harus dihadapi yaitu ternak akan mengalami penurunan berat badan.
Menurunnya berat badan ternak yang di pekerjakan seharusnya tidak harus dianggap
sebagai konsekuensi buruk, jika ternak mampu mendapatkan kembali berat badannya
dalam jangka waktu yang wajar juga bisa meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Namun, hal ini hanya berlaku untuk ternak yang berada pada kondisi yang relatif baik pada
awal periode kerja.
Key words : Kerbau, Pakan, Berat Badan, Ternak Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa negara berkembang sering manfaatkan tenaga ternak kerja dalam membantu
pekerjaan manusia, antara lain mengolah lahan pertanian dan mengangkat beban. Sekitar
50% ternak kerja yang digunakan dalam mengelola lahan pertanian, salah satu ternak kerja
yang banyak dimanfaatkan dalam membantu petani khususnya di wilayah Asia Tenggara
adalah Ternak Kerbau (Smith, 1991).
Menggunakan kerbau untuk membajak sawah sudah dilakukan secara turun temurun,
sehingga menjadi kebiasaan yang mengakar bagi masyarakat pertanian. Membajak sawah
menggunakan kerbau memberikan keuntungan dibandingakan menggunakan traktor hal ini
disebabkan penggunaan bahan bakar seperti solar dan premium meningkatkan emisi gas
rumah kaca yang menjadi masalah utama didunia yaitu pemanasan global, selain itu
beberapa dari petani berpendapat bahwa menggunakan ternak kerja dalam membajak
sawah tidak memerlukan biaya yang mahal, petani cukup memberikan pakan berupa
rumput pada ternaknya, berbeda dengan traktor yang secara berkala harus selalu dirawat
dan memerlukan bahan bakar.
Di Indonesia usaha ternak kerbau belum sebaik ternak sapi, namun usaha ini
memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan daging dan peningkatan pendapatan
petani maupun peternak. Nanda dan Nakao (2003) menyatakan bahwa populasi kerbau
(Bubalus bubalis) terbanyak didunia terdapat di Asia, tidak hanya digunakan untuk bekerja
ternak kerbau juga sebagai penghasil daging dan susu.
Menurut Suharto et al (1981) kurang berkebangnya penggunaan traktor khususnya di
jawa dan bali disebabkan karena terdesaknya tenaga kerja pertanian, rendahnya tingkat
pemilikan tanah, kondisi topografi yang tidak rata, rendahnya tinggat pendidikan petani dan
tradisi masyarakat.
1.2 Tujuan
Mengetahui penggunaan ternak kerja dibeberapa negara.
Mengetahui pengaruh bekerja terhadap penurunan berat badan ternak di
berbagai negara.

BAB II ISI

Ternak kerbau biasanya dipelihara oleh masyarakat yang tinggal di daerah berawa atau
berair. Borgheze and Mazzi (2005) menyatakan bahwa populasi kerbau di dunia sebanyak
168 juta ekor, 161 juta ekor terdapat di Asia (95,83%), 3.717 juta di Afrika dan juga
dijumapai di Mesir (2,24%), 3.3 juta (1,96%) di Amerika Selatan, 40 ribu di Australia (0,02%),
dan 500 ribu di Eropa (0,30%). Sama hal nya seperti di Indonesia, petani di India lebih
memilih ternak kerja dibandingkan traktor. lebih dari 55% total seluruh area pertanian
dikelola menggunakan ternak kerja dan hanya 20% saja dengan menggunakan traktor.
Population ternak kerbau jantan di India sekitar 7,61 juta dan 0,37 juta betina. (Phaniraja
and Panchasara, 2009).
Ternak kerja tentu saja membutuhkan nutrisi untuk dapat menggerakan aggota
tubuhnya, pemberian pakan dengan low quality akan mengakibatkan dampak buruk bagi
produksi ternak, salah satunya penurunan berat badan. Berdasarkan penelitian Van Thu
dan Uden (2000) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan di vietnam tersebut
menggunakan kerbau yang sedang laktasi selama 4 minggu (exp 1) dan 6 minggu (exp 2).
Pada exp 1 Kerbau bekerja secara berpasangan dengan lama durasi bekerja 3 jam/hari
dalam waktu 5 hari selama seminggu selama 3 bulan. Dengan diberikan pakan berupa
rumpu gajah ad libitum, dedak padi, jerami dan pakan suplementasi berupa UMMB
700g/hari/ternak. Dan pada exp 2 secara berpasangan dengan lama durasi bekerja 3
jam/hari dalam waktu 5 hari selam seminggu selama 2 bulan dengan diberikan pakan
berupa rumput Ruzi ad libitum, 2kg dedak dan 700g/hari/ternak. Pada exp 1 ternak kerja
yang dipekerjakan mengalami penurunan berat badan hingga 5,2 kg, sedangkan berbau
kontrol yang tidak dipekerjakan berat badannya meningkat hingga 9,7 kg selama 3 bulan.
Namun pada exp 2 tidak terlalu menunjukan hasil yang cukup siknifikan karena kerbau
mengalami penurunan berat badan 3,9 kg dan kerbau kontrol meningkatkan bobot badan
8,3 kg.
Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Pearson dan Smith (1994) penelitian yang
mereka lakukan menggunakan jenis ternak yang berbeda dengan umur yang berbeda pula
yang bekerja secara berpasangan, yaitu menggunakan anak sapi umur 8 bulan dengan
berat badan 264 kg dan 266kg, meningkatkan berat badan sebesar 3 kg serta kerbau rawa
umur 2 tahun dengan berat badan 387kg dan 452kg, meningkat kan berat badan yang cukup
tinggi 16 kg dalam waktu 12 hari. Pakan yang diberikan berupa jerami barley ad libitum dan
konsentrat diberikan setiap pukul 16.30 setiap hari dengan lama bekerja 5 jam/hari dan
istirahat selama 1 jam setelah bekerja 2-5 jam, ternak mulai di pekerjakan pada jam 09.30-
15.30, selama bekerja ternak tidak diberikan pakan dan minum. Hal ini dikarenakan pakan
yang diberikan pada ternak kerja mempunyai kulaitas yang baik sehingga ternak walaupun
dipekerjakan tidak akan menurunkan berat bdan ternak sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan Van Thu dan Uden (2000) pemberian pakan suplemen pada ternak kerja
dapat meningkatkan bobot badan hingga 9,9kg. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Winugroho et al (1989) di Indonesia, kerbau yang lebih kecil digunakan untuk bekerja
selama 4 jam/ hari selama 80 hari akan mengalami penurunan berat badan hingga 11 kg
dengan pemberian pakan perupa konsentrat dan jerami padi.
Ternak akan kehilangan bobot tubuhnya akan kehilangan bobot tubuhnya ketika
bekerja terutama jika ternak bekerja sepanjang hari dengan diberikan pakan berkualitas
rendah (Pearson, 1993). Menurunnya berat badan ternak yang di pekerjakan seharusnya
tidak harus dianggap sebagai konsekuensi buruk, jika ternak mampu mendapatkan kembali
berat badannya dalam jangka waktu yang wajar bekerja off beck juga bisa meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan. Namun, hal ini hanya berlaku untuk ternak yang berada pada
kondisi yang relatif baik pada awal periode kerja (Matthewman at al, 1990)


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahawa ternak kerbau yang
dipekerjakan akan mengalami penurunan berat badan namun, ada beberapa penelitian
dengan menggunakan ternak kerbau justru meningkatkan berat badan ternak, hal ini di
karenakan oleh beberapa faktor yaitu, waktu untuk bekerja, lama waktu untuk bekerja,
ternak yang digunakan dan pemebrian pakan. Pemebrian pakan dengan kualitas yang baik
pada kerbau pekerja akan meningkatkan berat badan ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Borgheze, A., and M. Mazzi. 2005. Buffalo Population and Strategies In The World. Animal
Production Research Institute. Salaria 31, 00016 Monterotondo. Roma. Italy.

Matthewman, R.W., J.T. Dijkman, and E. Zerbini. 1990. The Management and Husbandry of
Male and Female Draught Animals.

Nanda, S., and T. Nakao. 2003. Role of buffalo in the socioeconomicdevelopment of rural
Asia: Current status and future prospectus. Anim.Sci. J. 74: 443 455.

Pearson, R.A., and D.G. smith. 1994. The Effects of Work on Food Intake and Ingestive
Behaviour of Draught Cattle and Buffalo Given Barley Straw. Animal Production 1994,
58:339-346. Centre for Tropical Veterinary Medicine. Easter Bust. Roslin. Midlothin.

Pearson, R.A. 1993 Resource Requirements for Draught Animal Power. Centre for Tropical
Veterinary Medicine. Easter Bust. Roslin. Midlothin.

Phaniraja, K.L., and H.H. panchasara. 2009.Indian Draught Animals Power. Vol.2(10):404-
407.Departement of Veterinary Microbilogy, Veterinary College, Karanataka
Veterinary. Animal and Fishery Science University. India.

Smith. 1991. Penelitian Peternakan dalam Menunjang Peninngkatan Produksi Ternak di
Nusa Tenggara. Simposium Perencanaan PembangunanPeternakan di NTB, NTT dan
Timor Timur, Mataram, 21-22 Januari 1991.

Soeharto, P.R., S. Nurtini dan Taryadi. 1981. Masalah ternak kerbau danmekanisasi
pertanian. Pros. Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm.
161 168.

Van, N.T., and P. Uden. 2000. Effect of Work and Urea Molasses Cake Suplementation on
Live Weight and Milk Yield of Murrah Buffalo Cows. Departement of Animal
Husbandry. Faculty of Agriculture. Cantho University. Cantho. Vietnam.

Winugroho, M., Juwarini .E., and Taleni .E. 1989. The Effect of Work on Liveweight Losses in
Buffaloes of Different Body Condition. DAP Project Bulletin 8:9.

Anda mungkin juga menyukai