Anda di halaman 1dari 10

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita

yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik
kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering
ditemukan pada usia lanjut. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda. Banyak orang yang
merupakan penidur panjang (long sleeper) yang memerlukan tidur 9 hingga 10 jam tidur di
malam hari dan sebagian yang lain merupakan penidur pendek (short sleeper), tetapi lama tidur
tidak selalu berhubungan dengan gangguan tidur. Pada orang normal, gangguan tidur yang
berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,
menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi,
kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain. Terdapat empat gejala utama yang menandai sebagian besar gangguan
tidur, antara lain:









a.
Insomnia


Insomnia adalah kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur. Gangguan ini merupakan keluhan tidur yang paling lazim
ditemui dan dapat bersifat sementara atau menetap. Satu periode singkat
insomnia paling sering disebabkan oleh ansietas, baik sebagai gejala sisa suatu
pengalaman yang mencemaskan atau antisipasi pengalaman yang mencetuskan
anaisetas.






b.
Hipersomnia


Hipersomnia tampak sebagai tidur yang berlebihan, rasa kantuk (somnolen)
di siang hari yang berlebihan. Hipersomnia sementara dan situasional merupakan
gangguan pola tidur-bangun normal; gangguan ini ditandai dengan kesulitan yang
berlebihan untuk tetap terjaga serta kecenderungan untuk tetap berada di tempat tidur dalam periodewaktu
yang
sangat lama atau sering kembali ke tempat tidur dalam periode waktu yang sangat
lama atau sering kembali ke tempat tidur untuk tidur di siang hari.






c.
Parasomnia


Parasomnia merupakan fenomena yang
tidak diinginkan atau yang tidak biasa yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau
terjadi pada ambang antara bangun dan tidur. Parasomnia biasanya terjadi pada
tahap tertentu sehingga dikaitkan dengan ingatan buruk mengenai gangguan ini.






d.
Gangguan
jadwal bangun-tidur


Gangguan ini melibatkan pergeseran tidur
dari periode sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak dapat tidur
ketika mereka ingin tidur, dan mereka tidak bisa benar-benar bangun ketika
mereka ingin benar-benar bangun. Gangguan ini tidak persismenimbulkan insomnia
atau somnolen. Gangguan ini dapat dianggap sebagai ketidaksejajaran antara
perilaku tidur dan bangun.




Klasifikasi Gangguan
Tidur


DSM-IV-TR mengklasifikasi
gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan perkiraan etiologi.
Ketiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV-TR adalah gangguan tidur
primer, gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa lainnya, dan gangguan
tidur lainnya ( akibat keadaan medis umum atau dicetuskan oleh zat).




Gangguan tidur primer (
primary sleep disorder)


A. Disomnia
(Dyssomnias).



Insomnia Primer (Primary Insomnia)


Insomnia primer didiagnosis jika keluahan utama adalah
tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur, dan keluhan ini terus berlangsung sedikitnya satu bulan.
Pasien dengan insomnia primer secara umum memiliki preokupasi mengenai tidur
cukup. Semakin mereka mencoba tidur semakin
besar rasa frustasi dan penderitaan serta semakin sulit terjadinya
tidur. Biasanya terapi yang mungkin dapat membantu pasien ketika ketegangan
somatisasi atau ketegangan otot tampak jelas, kaset relaksasi, meditasi
transsendental, dan mempraktikkan respon relaksasiserta biofeedback.
Psikoterapi belum begitu berguna dalam terapi kasus ini. selain itu juga dapat
menggunakan terapi obat dengan
menggunakan benzodiazepine, zolpidem, dan obat hipnotik lainnya dengan
penggunaan obat tidak lebih dari 2 minggu untuk mengurangi efek adiksi.



Hipersomnia Primer ( Primary Hypersomnia )


Hipersomnia primer didiagnosis jika tidak ada penyebab lain yang
ditemukan untuk somnolen berlebihan yang terjadi dalam waktu sedikitnya 1
bulan. Meskipun panjang, struktur dan fisiologi tidur mereka normal. Efisiensi
waktu tidur dan jadwal tidur-bangun juga normal. Pasien ini tidak mengeluhkan
kualitas tidur, maupun kesulitan dengan mood saat bangun, motivasi dan kinerja.
Beberapa orang meiliki keluhan subjektif berupa rasa kantuk tetapi tanpa temuan
objektif. Terapi untuk kasus ini yaitu pemberian obat yang bersifat stimulan
seperti amphetamine, obat antidepresan nonsedasi (buproprion), dsb dengan
toleransi obat sewajarnya.





Narkolepsi
(Narcolepsy)


Terdiri atas rasa ngantuk yang berlebihan di siang hari serta
manifestasi abnormal tidur rapid eye movement (REM) yang terjadi setiap hari
sedikitnya selama 3 bulan. Serangan tidur ini khasnya terjadi dua sampai enam
kali segari dan berlangsung 10 hingga
20 menit. Serangan ini dapat terjadi pada saat yang tidak tepat, seperti saat
makan, berbicara, atau menyetir. Gangguan ini bisa membahayakan karena dapat
menyebabkan kecelakaan mobil dan industri. Gangguan ini dapat terjadi pada usia
berapapun, tetapi paling sering dimulai pada masa remaja atau dewasa muda,
umumnya sebelum usia 30 tahun. Gangguan
ini sering dikaitkan dengan katapleksi, yaitu hilangnya tonus otot dengan
tiba-tiba. Sejauh ini tidak ada penyembuhan untuk narkolepsi, tetapi
pengelolaan gejala mungkin dilakukan. Suatu regimen untuk memaksa tidur siang
pada waktu yang teratur kadang-kadang dapat membantu pasien dengan narkolepsi,
dan pada beberapa kasus, tanpa obat, dapat menyembuhkan pasien.jika dibutuhkan,
dapat memberikan obat yang bersifat stimulan (paling lazim digunakan) dan terkadang
para ahli meresepkan obat trisiklik atau serotonin selective reuptake
inhibitor(SSRI) untuk mengurangi katapleksi .





Gangguan Tidur Yang Terkait Dengan Pernapasan (Breathing-Related Sleep Disorder)


Gangguan tidur ini ditandai dengan penghentian tidur yang menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan
atau
insomniayang disebabkan gangguan pernapasan terkait tidur. Gangguan pernapasan
yang dapat terjadi selama tidur mencakup apne, hipopnea, dan desaturasi
oksigen. Gangguan ini selalu menyebabkan hipersomnia. Dua gangguan pernapasan
yang dapat menimbulkan hipersomnia adalah apnea tidur, dan hipoventilasi
alveolar sentral. Terapi yang digunakan bagi penderita sindrom apnea tidur
obstruktif yaitu dengan menggunakan nasal continuous airway pressure (nCPAP)
prosedur lain mencakup penurunan berat badan, operasi hidung, trakeostomi,
pemberian obat antidepresan trisiklik,dsb. Sedangkan hipoventilasi alveolar
pusat diterapi dengan mengguanakan ventilasi mekanis (ventilasi nasal).





Gangguan Tidur Irama Sirkadian (Circadian Rhythm Sleep
Disorder)


Gangguan tidur ini mencakup kisaran luas keadaan yang mengakibatkan
ketidak sejajaran antara periode tidur sebenarnya denga periode tidur yang
diinginkan. Dalam DSM-IV-TR menggolongkan gangguan irama sirkadian menjadi
beberapa tipe, antara lain :



Tipe Fase Tidur Tertunda (Delayed) : pola onset tidur dan waktu bangun tertunda yang menetap, dengan
ketidakmampuan untuk jatuh tertidur dan terbangun pada waktu lebih awal yang
diinginkan.



Tipe Jet Lag : rasa kantuk dan
sadar yang terjadi pada saat yang tidak tepat dibandingkan dengan waktu
setempat, terjadi setelah perjalanan berulang melintasi lebih dari satu zona
waktu.



Tipe Kerja Giliran (Shift Work) :
terjadi pada orang yang berulang kali mengubah jadwal kerja mereka dengan cepat
dan kadang-kadang pada orang dengan jadwal tidur yang kacau yang dibuat
sendiri. Gejala yang paling sering adalah periode campuran somnolen dan
insomnia.





Disomnia Yang Tidak Tergolongkan (Dyssomnia Not Otherwise
Specified)




Menurut DSM-IV-TR yang termasuk dalam golongan ini yaitu disomnia yang
tidak tergolongkan kedalam insomnia, hipersomnia, dan gangguan irama isrkadian
yang tidak memenuhi kriteria disomnia apapun. Yang masuk dalam golongan ini
yaitu Mioklonus Noktural, Restless Legs Syndrome, Sindrom Kleine-Levin, Sindrom
Yang Terkait Menstruasi, Gangguan Tidur Saat Hamil, Tidur Yang Tidak Cukup,
Sleep Drunkenness.




B. Parasomnia (Parasomnias)



Gangguan Mimpi Buruk (Nightmare Disorder)


Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang
terbangun dengan rasa ketakutan. Seperti mimpi lain, mimpi buruk hampir selalu
terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM yang panjang di akhir
malam. Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai keadaan yang
berlangsung seumur hidup, yang lainnya mengalami mimpi buurk terutama saat
stress , kelelahan, dan sakit. Terapi yang digunakan terkadang memakai obat
trisisklik dan benzodiazepine.



Gangguan Teror Tidur (Sleep Terror Disorder)


Gangguan
ini merupakan terbangun pada sepertiga awal malam selama tidur non-REM (NREM)
yang dalam. Gangguan in hampir selalu diawali dengan jeritan atau tangisan pilu
dan disertai manifeatasi perilaku ansietas hebat yang hampir mendekati panik.
Biasanya pasien terbangun dengan ekspresi ketakutan, berteriak keras, dan kadang-kadang
bangun secepatnya dengan perasaan terteror yang intens. Terapi spesifik untuk
gangguan ini jarang diperlukan, pemeriksaan situasi keluargayang menimbulkan
stress mungkin penting, dan terapi individual serta keluarga kadang berguna.
Jika diperlukan, pemberian diazepam (valium) dengan dosis kecil dapat
memperbaiki keadaan dan menghilangkan serangan.



Gangguan Berjalan Sambil Tidur (Sleep Walking Disorder)


Gangguan
ini dikenal sebagai somnambulisme , terdiri atas rangkaian perilaku kompleks
yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur NREM dan sering meskipun
tidak selalu, dilanjutkan dengan meninggalkan tempat tidur dan berjalan
berkeliling. Pasien duduk dan terkadang melakukan tindakan motorik pervasif
seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, berteriak, dan
bahkan menyetir. Perilaku kadang berakhir dengan terbangun disertai beberapa
menit kebingungan, atau bahkan mereka tidur kembali tanpa mengingat peristiwa
tidur berjalan tadi.



Parasomnia Yang Tidak Tergolongkan (Parasomnia Not
Otherwise Specified)


Kategori
ini dogolongkan untuk gangguan yang ditandai dengan perlaku atau peristiwa
psikologis abnormal selama tidur atau transisi dari tidur ke bangun, tetapi
yang tidak masuk kedalam kriteria parasomnia yang lebih spesifik. Yang termasuk
dalam katergori ini yaitu:



Bruksisme terkait tidur :
menggertakkan gigi selama ia tidur, seepanjang malam.



Gangguan perilaku tidur rapid eye movement (REM) : hilangnya atonia saat tidur REM, pasien
melakukan apa yang ada dalam
mimpinya.



Berbicara sambil tidur (somniloquy): bicara yang berisiskan mengenai kehidupan dan
kekhawatiran orang yg mengalaminya.



Membenturkan kepala terkait tidur (jactatio capitis nocturna): membenturkan
kepala ke depan dan kebelakang secara ritmis.



Paralisis tidur : ditandai
dengan ketidakmampuan mendadak untuk melakukan gerakan volunter.






Gangguan Tidur Akibat
Gangguan Jiwa Lain (Sleep Disorder
Related To Another Mental Disorder)



Insomnia akibat gangguan jiwa lain (aksis I atau II)


Insomnia
yang terjadi sedikitnya 1 bulan dan jelas disebabkan gejala perilaku dan
psikologis gangguan jiwa yang dikenal baik secara klinis. Masalah tidur
biasanya, tertapi tak selalu, merupakan kesulitan untuk jatuh tertidur dan
akibat ansietas yang merupakan bagian dari berbagai gangguan jiwa yang masuk
dalam daftar.misalkan pada penderita gangguan depresif berat dan ansietas.







Hipersomnia akibat gangguan jiwa lain (aksis i atau II)


Hipersomnia
yang terjadi sedikitnya satu bulan dan terkait dengan gangguan jiwa ditemukan
di dalam berbagai keadaan, temasuk gangguan mood.rasa mengantuk di siang hari
yang berlebihan mungkin dilaporkan pada tahap awal banyak gangguan depresif
ringan dan secara khas pada fase sepresi gangguan bipolar I. Hipersomnia juga
bisa terjadi akibat gangguan kepribadian, gangguan amnestik, gangguan
somatoform dan fugue disosiatif.




Gangguan Tidur Lain (Other
Sleep Disorder)


Mendefinisikan
gangguan tidur yang disebabkan oleh medis sebagai keluhan gangguan tidur akibat
efek fisiologis keadaan medis pada sistem bangun-tidur. Gangguan tidur terkait
zat muncul akibat penggunaan atau penghentian penggunaan zat/ obat tertentu.





Gangguan tidur akibat keadaan medis umum ( sleep diorder
due to a general medical)


Terjadi pada pasien yang memiliki
keadaan medis yang disertai nyeri atau tidak nyaman. Gangguan tidur yang ditimbulkan bisa berupa
insomnia, hipersomnia, parasomnia, atau bahkan kombinasi dari ketiganya. Yang
termasuk dalam kategori ini yaitu :



Bangkitan
epileptik terkait tidur



Sakit kepala
cluster terkait tidur dan hemikrania paroksismal kronik



Sindrom
menelan abnormal terkait tidur



Asma terkait
tidur



Gejala
kardiovaskular terkait tidur



Refluks
gastroesofagus terkait tidur



Hemolisis
terkait tidur ( hemoglobinuria nokturnal paroksismal)



Gangguan tidur yang disebabkan oleh zat


Merupakan
gangguan tidur baik insomnia, hipersomnia, parasomnia atau kombinasinya yang
disebabkan oleh suatu zat. Terdiri dari somnolen dan insomnia yang disebabkan karena toleransi
atau putus obat .

Anda mungkin juga menyukai