Anda di halaman 1dari 24

Praktek Kerja Profesi Apoteker

Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat



Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, definisi apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker.
Menurut Permenkes RI No. 922 / MENKES / PER / X / 1993 yang
dimaksud apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Di samping itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
dinyatakan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, di mana dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
Ketentuan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
perapotekan yang berlaku hingga sekarang adalah Permenkes RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, yaitu :
1. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker.
2. SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker untuk
menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu.
3. Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi SIA.
4. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA
dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
5. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah
memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 5


6. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku berhak untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
B. Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 2, apotek
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat / bahan obat.
3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Apotek berkewajiban melayani resep dokter umum, dokter gigi, dan dokter
hewan. Pelayanan resep adalah menjadi tanggung jawab APA. Apoteker wajib
melayani resep sesuai tanggung jawab dan keahlian profesinya dan dilandasi pada
kepentingan masyarakat. Apoteker wajib memberi informasi tentang penggunaan
obat secara tepat, aman dan rasional kepada pasien, termasuk pelayanan
pengobatan sendiri kepada masyarakat.
C. Peraturan Perundang-undangan Apotek
Peraturan dan perundang-undangan yang mendasari pendirian dan
pengelolaan apotek meliputi :
1. UU RI. No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. UU RI. No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. UU RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 Tentang Masa
Bakti dan Izin Kerja Apoteker.
5. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 28/MenKes/Per/I/1978 tentang
Penyimpanan Narkotika.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 6


7. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 26/MenKes/Per/I/1981 tentang
Persyaratan Apotek.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 922/MenKes/Per/X/ 1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 280/MenKes/SK/V/1981 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 347/Menkes/SK/VII/1990, Tentang Obat
Wajib Apotek.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 924/Menkes/PER/X/1993, Tentang Obat
Wajib Apotek II.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1176/Menkes/SK/X/1999, Tentang Obat
Wajib Apotek III.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 922/MenKes/Per/X/
1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek.
14. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
D. Persyaratan Pendirian Apotek
Permohonan ijin mendirikan apotek tidak hanya memenuhi persyaratan
Apoteker Pengelola Apotek (APA) saja tetapi juga harus memenuhi persyaratan
apotek yang ketentuan dan tata cara persyaratan apotek dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/MENKES/PER/X/1993 BAB IV pasal 6 yang meliputi :
1. Untuk mendapatkan ijin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Perbekalan farmasi yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri dari obat
generik sesuai dengan DOEN atau Rumah Sakit tipe C.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 7


3. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
Ijin apotek berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta
APA dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan baik.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, dalam
permohonan ijin apotek harus dilampirkan :
a. Salinan/Foto kopi Surat Ijin Kerja Apoteker.
b. Salinan/ Foto kopi Kartu Tanda Penduduk.
c. Salinan/ Foto kopi denah bangunan.
d. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik / sewa /
kontrak.
e. Daftar Asisten Apoteker (AA) dengan mencantumkan nama alamat, tanggal
lulus dan nomor Surat Ijin Kerja
f. Asli dan salinan/Foto kopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek.
g. Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain.
h. Asli dan salinan/ Foto kopi surat ijin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri,
anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya.
i. Akte perjanjian kerja sama APA dan Pemilik Sarana Apotek (PSA).
j. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang-undangan di
bidang obat.
Selain itu juga disebutkan:
1) Lokasi
Jarak minimum antara apotek satu dengan apotek yang lain tidak
dipersyaratkan, namun sebaiknya dipertimbangkan studi kelayakannya yang
ditinjau dari segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah dan kondisi
ekonomi penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, hygiene
lingkungan, keamanan dan kemudahan dijangkau. Sarana praktek dapat

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 8


didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya
di luar sediaan farmasi. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien,
termasuk penempatan brosur/materi informasi dan ruangan tertutup untuk
konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari
untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Selain itu tempat parkir juga
berperan penting karena dengan adanya tempat parkir yang luas maka
konsumen akan lebih nyaman datang ke apotek.
2) Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu hanya dengan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) dari wajib pajak.
3) Bangunan
Bangunan apotek harus dalam bentuk akte hak milik / sewa / kontrak
dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang
farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang peracikan dan
penyerahan resep, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang tunggu,
ruang penyimpanan obat, ruang pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi
serta sistem sanitasi harus mematuhi persyaratan higiene serta penerangan
cukup, alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang-
kurangnya dua buah, papan nama berukuran minimal panjang: 60 cm, lebar: 40
cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm tebal 5
cm.
4) Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang harus dimiliki oleh suatu apotek antara lain :
a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan
Yang termasuk di dalamnya adalah timbangan milligram dengan
anak timbang yang sudah ditara, timbangan gram dengan anak timbang yang
sudah ditara, gelas ukur, labu Erlenmeyer, gelas piala, panci pengukur,
corong, thermometer, spatel logam/tanduk, cawan penguap porselen, batang
pengaduk, pemanas air, kompas, panci dan rak pengeringan alat.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 9


b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi.
Terdiri dari lemari dan rak penyimpanan obat, lemari pendingin,
lemari untuk menyimpan narkotika dan psikotropika.
c. Wadah pengemas dan pembungkus (etiket, wadah pengemas dan
pembungkus untuk penyerahan obat).
d. Perlengkapan administrasi.
Yang termasuk di dalamnya adalah blanko pesanan obat, blanko
kartu stock obat, blanko salinan resep, blanko faktur dan nota penjualan,
kwitansi, buku pembelian, penerimaan dan pengiriman, buku pembukuan
keuangan, buku pencatatan narkotika, buku pesanan narkotika, form laporan
narkotika, dan buku pencatatan penyerahan racun.
e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan apotek.
5) Perbekalan Apotek
Perbekalan apotek meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, alat
kesehatan dan kosmetika. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat Generik
sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).
E. Tata Cara Pemberian Ijin Apotek
1. Tata Cara Pemberian Ijin Apotek
Ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek telah diatur dalam
Permenkes No. 922 / Menkes / Per / X / 1993. Dalam ketentuan umum
dinyatakan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan
oleh Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik
sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu.
Pasal 4 menjelaskan mengenai pelimpahan wewenang dan pemberian
izin apotek, dari Menteri Kesehatan RI kepada Direktur Jenderal. Direktur
Jenderal melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala kantor
wilayah. Kepala kantor wilayah wajib melaporkan pelaksanaan pemberian ijin,
pembekuan ijin, pencairan ijin dan pencabutan ijin apotek sekali setahun

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 10


kepada Kepala BPOM. Pada pelaksanakan pelimpahan wewenang tersebut
Kepala kantor wilayah tidak diijinkan mengadakan pengaturan yang membatasi
pemberian ijin.
Ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Bab I
Pasal 7 sebagai berikut :
a. Permohonan ijin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;
b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Besar POM
untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan;
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai Besar POM
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3;
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-4;
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat
Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5;
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai Besar POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 11


belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan
contoh Formulir Model APT-6;
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
Pasal 8 :
Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan
pemilik sarana. Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi
persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang
bersangkutan.
Pasal 9 :
Terhadap permohonan ijin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib
mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan
mempergunakan contoh Formulir Model APT-7.











Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 12


Apoteker ber SP/SIK
Permohonan ijin
Dengan form APT-1


Maksimal 6 hari menugaskan
Dengan form APT-2


Maksimal 6 hari melaporkan hasil pemeriksaan
Dengan form APT-3














2. Perubahan Surat Ijin Apotek
Perubahan surat ijin apotek diperlukan apabila terjadi pergantian nama
apotek, terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan untuk alamat apotek
tanpa pemindahan lokasi apotek, surat ijin apotek hilang atau rusak, terjadi
pergantian Apoteker Pengelola Apotek, pergantian Pemilik Sarana Apotek, SIK
Apoteker Pengelola Apotek dicabut dalam hal Apoteker Pengelola Apotek
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Tim Dinkes Kabupaten/Kota
dan Kepala Balai Besar POM
Jika pemeriksaan tidak
dilakukan, apoteker membuat
surat pernyataan siap melakukan
kegiatan ke Kadinkes
Kabupaten/Kota, dengan
tembusan kepada kepala
Kadinkes Propinsi dengan form
APT-4.
Belum memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)
Memenuhi persyaratan
(12 hari kerja)
Tidak memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)
Surat Penundaan
Form model APT-6
Surat Ijin Apotek
Form model APT-5
Surat Penolakan
Form model APT-7
Diberi kesempatan
melengkapi (1 bulan)
Melaksanakan
pembukaan
Surat Ijin Apotek
Form model APT-5
Gambar 1. Skema Proses Perizinan Pendirian Apotek


12 hari kerja 12 hari kerja 12 hari kerja
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 13


bukan sebagai Pemilik Sarana Apotek, terjadi pemindahan lokasi apotek, bila
Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, maka dalam
jangka waktu dua kali dua puluh empat jam ahli waris Apoteker Pengelola
Apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat
apoteker pendamping, maka pada pelaporan mengenai Apoteker Pengelola
Apotek telah meninggal dunia kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
disertai dengan laporan mengenai penyerahan resep, obat-obat narkotika dan
psikotropika, obat-obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika.
3. Pencabutan Surat Ijin Apotek
Suatu apotek yang sudah berjalan dapat dicabut ijinnya oleh Kepala
Dinas Kabupaten/ Kota apabila:
a) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud Permenkes
No. 922 th 1993 pasal 5 dan atau,
b) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 15
ayat (2) dan atau,
c) Apoteker pengelola apotek terkena ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19
ayat (5) dan atau,
d) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan atau,
e) Surat ijin kerja apoteker pengelola apotek dicabut dan atau,
f) Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat dan atau,
g) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang dimakud pasal 6
Keputusan pencabutan dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotamadya dan disampaikan langsung kepada yang bersangkutan
dengan tembusan Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kepala Balai Besar POM. Pencabutan dilakukan setelah diberi peringatan tiga

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 14


kali berturut-turut dengan selang waktu 2 bulan atau telah dibekukan minimal 6
bulan. Bila ijin apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek wajib
mengamankan sediaan farmasi yang ada dengan cara :
1. Inventarisasi Narkotika, Psikotropika dan obat lainnya serta resep.
2. Narkotika dan Psikotropika dimasukkan dalam lemari terkunci.
3. APA wajib melaporkan tentang penghentian kegiatan.
Pembekuan dapat dicairkan sepanjang telah memenuhi persyaratan lagi
dan dibuktikan dengan laporan pemeriksaan oleh Tim Dinas Kabupaten / Kota
atau petugas Balai Besar POM.
F. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang mendukung kegiatan di apotek adalah :
1. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ), yaitu apoteker yang telah memiliki Surat
Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) oleh Menteri Kesehatan dan
bertugas mengelola apotek sebagai penanggung jawab atas semua kegiatan
kefarmasian yang berlangsung di apotek.
2. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di samping Apoteker
Pengelola Apotek (APA) dan atau menggantikannya pada jam - jam tertentu
pada hari buka apotek yang telah memiliki Surat Izin Kerja.
3. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola
Apotek (APA) selama APA tersebut tidak ada di tempat lebih dari 3 ( tiga )
bulan secara terus - menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
4. Asisten Apoteker (AA), yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang -
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
asisten apoteker yang memiliki SIK dari Dinas Kesehatan. Asisten apoteker
melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah pengawasan apoteker.
5. Juru resep, yaitu personil yang membantu pekerjaan asisten apoteker untuk
meracik obat sehingga menjadi sediaan atau preparat.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 15


6. Kasir, yaitu personil yang bertanggung jawab mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi, nota tanda setoran dan lain
- lain.
7. Pegawai Tata Usaha, yaitu personil yang melaksanakan administrasi apotek
dan kemudian membuat laporan pembelian, penyimpanan, penjualan dan
keuangan apotek.
8. Tenaga lain-lain, seperti satpam, tukang parkir, dan lain-lain.
Sedikit banyak tenaga kerja di apotek tergantung besar kecilnya apotek.
G. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 / Menkes / SK / X / 2002
menerangkan bahwa, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker. Sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah
seorang apoteker yang telah diberi Surat Ijin Apotek (SIA).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 / MENKES / PER / X /
1993 BAB III pasal 5 tentang Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek, yaitu :
1. Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker.
3. Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai apoteker.
5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di apotek lain.
Lingkup tanggung jawab apoteker meliputi :
1. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat.
2. Menjamin mutu, keamanan, efektifitas obat yang diberikan dan memperhatikan
hak asasi dan keunikan setiap pribadi.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 16


3. Menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat
kesehatan mendapatkan informasi tentang obat atau alat kesehatan yang
digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan.
4. Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien
dalam menghasilkan terapi pengobatan yang optimal (Anonim, 2004).
H. Pengelolaan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan,
dan praktisi lain yang berijin kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk
menyediakan/membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien (Lestari dkk,
2000).
Selain resep asli, apotek dapat pula melayani salinan resep atau kopi resep.
Kopi resep yang diterima juga harus memenuhi kelengkapan yaitu :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek
3. Nama dan umur pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Nomor dan tanggal pembuatan resep
6. Nama sediaan obat, dosis dan aturan pakai, sesuai dengan aslinya
7. Tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
8. Tanda detur untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet untuk obat yang
belum diserahkan (Anief, 1988).
Pelayanan resep maupun kopi resep merupakan tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotek dan apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung
jawab dan keahlian profesi yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
Pelayanan resep oleh apoteker hendaknya disertai informasi sesuai permintaan
pasien mengenai cara penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara
tepat, aman dan rasional.



Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 17


Pengelolaan resep yang telah dikerjakan :
Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor
penerimaan/pembuatan resep.
Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya,
ditandai garis merah di bawah nama obatnya.
Resep yang telah disimpan melebihi tiga tahun dapat dimusnahkan dan cara
pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai.
Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai
dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani
oleh Apoteker Pengelola Apotek dan seorang petugas apotek yang ikut
memusnahkan. Berita acara pemusnahan ini harus disebutkan hari dan tanggal
pemusnahan, tanggal yang terawal dan terakhir dari resep, berat resep yang
dimusnahkan dalam kilogram (Anief, 1988).

I. Penggolongan Obat
Mengingat hakekat obat adalah suatu racun dan merupakan komoditi
istimewa maka dalam peredaran dan penggunaannya di masyarakat memerlukan
pengawasan agar obat dapat digunakan dan terdistribusi dengan tepat, benar,
aman dan rasional sehingga perlu adanya penggolongan obat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.917/MENKES/PER/X/1993
tentang Wajib Daftar Obat Jadi, golongan obat adalah penggolongan yang
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta
pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang tidak dinyatakan sebagai obat narkotika
atau psikotropika atau obat keras atau obat bebas terbatas yang dapat diberikan

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 18


tanpa resep dokter. Dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 pasal 3 menetapkan tanda khusus untuk obat
bebas yaitu lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, tanda
khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan
mudah dikenali.
2. Obat Bebas Terbatas
Republik Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 pasal 3 menetapkan tanda
khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam dan tanda khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali. Dalam pasal 2 disebutkan untuk
obat bebas terbatas harus dicantumkan pula tanda peringatan P. No.1, P. No.2,
P. No.3, P. No.4, P. No.5, atau P. No.6 yang ditetapkan dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No.6355/Dir.Jend./SK/69 Obat bebas terbatas adalah obat
keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter dalam jumlah
terbatas. Pada surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 28 Oktober 1969.
Tanda peringatan tersebut adalah sebagai berikut:
P.No.1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya.
P.No.2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
P.No.3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan.
P.No.6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan
3. Obat Keras
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevarlijk = berbahaya) adalah
obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter
(Haris M.,2004)
Pada kutipan dari surat-surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
No.633/Ph/62/b.- yang ditetapkan sebagai obat keras adalah:
a. Semua obat yang pada bungkus luar oleh si pembuat disebutkan bahwa obat
itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 19


b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan
cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis, bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
d. Yang dimaksud dengan obat baru disini yakni semua obat yang tidak
tercantum dalam Farmakope Indonesia dan Daftar Obat Keras atau obat
yang hingga saat dikeluarkannya Surat Keputusan ini secara resmi belum
pernah di import atau digunakan di Indonesia.
Pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.02396/A/SK/VIII/86 ditetapkan bahwa pada obat keras daftar G diberikan
tanda khusus yang berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Tanda khusus
tersebut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah
dikenali. Selain hal itu harus dicantumkan pula kalimat Harus dengan resep
dokter yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.197/A/SK/77
tanggal 15 Maret 1977.
4. Obat Wajib Apotik (OWA)
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk
daftar OWA ditetapkan SK Menteri Kesehatan RI
No.347/MenKes/SK/VII/1990 tanggal 16 Juli 1990 tentang OWA No.1.
Permenkes No.924/MenKes/SK/X/1993 tentang OWA No.2 yang merupakan
tambahan lampiran Kepmenkes No.347/MenKes/VII/1990 tentang OWA yang
terlampir dan Kepmenkes No.1176/MenKes/SK/X/1999 tentang OWA No.3.
Obat yang tercantum dalam lampiran SK ini dapat diserahkan apoteker di
apotek dan dapat ditinjau kembali dan disempurnakan setiap waktu sesuai
dengan ketentuan UndangUndang yang berlaku. Dengan adanya SK tersebut

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 20


diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan.
5. Narkotika
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Bab I Pasal 1
menyatakan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Dalam
penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009
golongan narkotika dibedakan sebagai berikut :
1) Narkotika Golongan I : adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : Reagensia diagnostik, reagensia laboratorium, tanaman Papaver
somniferum L. penghasil heroin, Erythroxylon coca penghasil
kokain, Cannabis sativa penghasil ganja.
2) Narkotika Golongan II : adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Alfentanil, Benzetidin, Ekgonin, Fentanil, Hidromorfinol,
Metadona, Levometorfan, Morfina, Petidina, Sufentanil,
Tebakon dan lainnya.
3) Narkotika Golongan III : adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 21


Contoh : Dekstropropoksifena, Dihidrokodein, Etilmorfina, Kodeina,
Doveri, dan lainnya.
Apotek diberi ijin oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk
membeli, meracik, menyediakan, memiliki dan menyimpan persediaan,
menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, membawa, dan mengangkut
narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pengelolaan narkotika meliputi
pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan resep dan pemusnahan
narkotika.
1) Pemesanan Narkotika
Apotek dan Apotek Rumah Sakit mendapatkan obat narkotika dari
Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan jalan menulis dan
mengirimkan surat pesanan (SP). Surat pesanan dibuat 4 rangkap. Satu
untuk arsip apotek dan sisanya untuk PBF, selanjutnya PBF
mengirimkannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan setempat.
2) Penyimpanan Narkotika
Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, Pedagang
Besar Farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan
lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
3) Pelaporan Narkotika
Industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai
pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika. Penggunaan narkotika
dilaporkan tiap bulan sekali kepada DinKes Kota/Kabupaten dan juga
memberikan tembusan kepada Kepala DinKes Propinsi dan Kepala Balai
Besar POM.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 22


4) Pelayanan resep yang mengandung narkotika
Undang-undang No. 35 tahun 2009 menyebutkan bahwa narkotika
hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan tujuan ilmu
pengetahuan. Narkotika boleh digunakan untuk pengobatan penyakit hanya
berdasarkan resep dokter. Resep yang diberi tanda merah berarti resep
narkotika. Resep tersebut harus dipisahkan dengan resep lainnya dan dicatat
di buku khusus catatan narkotika. Pencatatan meliputi tanggal, atau nomor
resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama dan alamat pasien, nama dan
alamat dokter. Penulisan resep narkotika tidak boleh ada pengulangan (iter)
dan boleh diberikan salinan resepnya.
5) Pemusnahan narkotika
Pemusnahan narkotika wajib disertai dengan pembuatan berita acara
dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah
mendapat kepastian.
6. Psikotropika
Pengertian sederhana dari psikotropika adalah zat/obat alami/obat
sintesis/ yang mengalami perubahan khas sehingga mempengaruhi aktifitas
mental/perilaku pengguna. Sedangkan menurut UU No. 5 tahun 1997,
psikotropika adalah zat/obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh Sistem Syaraf Pusat (SSP) yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Dalam penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 5 tahun
1997 Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan I : hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contohnya adalah DMA, MDMA, meskalin, psilosibina.
b. Psikotropika golongan II : digunakan untuk terapi pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin, metakualon, sekobarbital.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 23


c. Psikotropika golongan III : banyak digunakan dalam terapi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah amobarbital,
flunitrazepam, pentobarbital, siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV : sangat luas digunakan dalam terapi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya alprazolam, diazepam,
klobazam, klordiazepoksida.
Tujuan pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan
psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran
gelap psikotropika.
Sama halnya dengan narkotika, pengelolaan psikotropika juga meliputi
pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan psikotropika.
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997
menggunakan surat pesanan khusus. Dipesan oleh apotek kepada PBF.
Penyerahan psikotropika dari apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lain, rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas dan pelayanan resep. Surat
pesanan dibuat 4 rangkap.
b. Penyimpanan Psikotropika
Obat-obat golongan psikotropika dalam penyimpanannya diletakkan
tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus, terpisah dari obat-obat yang
lain. Pemasukan dan pengeluaran dikontrol dengan menggunakan kartu stok
dan kartu stelling.
c. Pelaporan Psikotropika
Penggunaan psikotropika dimonitor dengan mencatat resep-resep
yang berisi obat psikotropika secara tersendiri. Buku catatan harian berisi
nomor, tanggal, nama sediaan, persediaan awal, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran, sisa akhir, bulan, nama dan alamat pasien, dokter penulis resep

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 24


dan keterangan. Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997, apotek
wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang dilakukan
berhubungan dengan psikotropika kemudian dilaporkan kepada Kepala
DinKes Kota/Kabupaten dengan tembusan kepada Kepala DinKes Propinsi
dan Kepala BBPOM Propinsi secara berkala satu tahun sekali.
d. Pemusnahan Psikotropika
Undang-undang No. 5 tahun 1997 menyebutkan bahwa pemusnahan
psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, sudah kadaluwarsa
dan tidak memenuhi syarat-syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika
wajib disertai dengan pembuatan berita acara dan disaksikan oleh pejabat
yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian.
J. Pengelolaan dan Administrasi Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 BAB II, Pengelolaan apotek yaitu :
1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan
pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar
sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang
untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis
nama apotek. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 25


terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna
untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan
mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan
apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus memiliki:
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
b. Tempat untuk mendisplay informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur / materi informasi
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien
d. Ruang racikan
e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi,
terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan
pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,
pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).
1) Perencanaan.
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, perlu
diperhatikan:
a. Pola penyakit
b. Kemampuan masyarakat
c. Budaya masyarakat
2) Pengadaan.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 26


3) Penyimpanan.
1. Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi
yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang kurangnya memuat nomor
batch dan tanggal kadaluarsa.
2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan.
4. Administrasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi :
1) Administrasi Umum.
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Administrasi Pelayanan.
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat.
K. Pajak Apotek
Pajak adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian
dari kekayaan atau hasil pendapatan kepada negara menurut peraturan atau
undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat atau iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-
undang. Macam-macam pajak yang perlu diketahui adalah :
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang harus dibayar apotek pada setiap pembelian
obat dari PBF. Besarnya PPN adalah 10%.
2. Pajak Reklame atau Iklan (papan nama apotek)
Pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama apotek, lokasi
dan lingkungan apotek.

Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV
Periode Mei 2013 27


3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak ini dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung pada luas
tanah, bangunan serta lokasi apotek.
4. Pajak Penghasilan Pribadi (PPh 21)
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi
biaya jabatan dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak). Pembayaran
pajak penghasilan pribadi dengan ketentuan :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif
Ber NPWP Tidak NPWP
Sampai dengan Rp. 50.000.000,-

>Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 250.000.000,-
>Rp. 250.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,-
>Rp. 500.000.000,-
5%

15%
25%
30%
6%
(5% + 20% x 5%)
18%
30%
36%

Anda mungkin juga menyukai