Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, definisi apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Menurut Permenkes RI No. 922 / MENKES / PER / X / 1993 yang dimaksud apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Di samping itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dinyatakan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, di mana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Ketentuan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang perapotekan yang berlaku hingga sekarang adalah Permenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, yaitu : 1. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. 2. SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. 3. Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi SIA. 4. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. 5. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 5
6. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku berhak untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. B. Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 2, apotek mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut: 1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat / bahan obat. 3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Apotek berkewajiban melayani resep dokter umum, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep adalah menjadi tanggung jawab APA. Apoteker wajib melayani resep sesuai tanggung jawab dan keahlian profesinya dan dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker wajib memberi informasi tentang penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional kepada pasien, termasuk pelayanan pengobatan sendiri kepada masyarakat. C. Peraturan Perundang-undangan Apotek Peraturan dan perundang-undangan yang mendasari pendirian dan pengelolaan apotek meliputi : 1. UU RI. No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. UU RI. No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 3. UU RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 Tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. 5. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 28/MenKes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 6
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 26/MenKes/Per/I/1981 tentang Persyaratan Apotek. 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 922/MenKes/Per/X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. 9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 280/MenKes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek. 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 347/Menkes/SK/VII/1990, Tentang Obat Wajib Apotek. 11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 924/Menkes/PER/X/1993, Tentang Obat Wajib Apotek II. 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1176/Menkes/SK/X/1999, Tentang Obat Wajib Apotek III. 13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 922/MenKes/Per/X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. 14. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. D. Persyaratan Pendirian Apotek Permohonan ijin mendirikan apotek tidak hanya memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) saja tetapi juga harus memenuhi persyaratan apotek yang ketentuan dan tata cara persyaratan apotek dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 BAB IV pasal 6 yang meliputi : 1. Untuk mendapatkan ijin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2. Perbekalan farmasi yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri dari obat generik sesuai dengan DOEN atau Rumah Sakit tipe C.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 7
3. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. 4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Ijin apotek berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta APA dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian dengan baik. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, dalam permohonan ijin apotek harus dilampirkan : a. Salinan/Foto kopi Surat Ijin Kerja Apoteker. b. Salinan/ Foto kopi Kartu Tanda Penduduk. c. Salinan/ Foto kopi denah bangunan. d. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik / sewa / kontrak. e. Daftar Asisten Apoteker (AA) dengan mencantumkan nama alamat, tanggal lulus dan nomor Surat Ijin Kerja f. Asli dan salinan/Foto kopi daftar terperinci alat perlengkapan apotek. g. Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain. h. Asli dan salinan/ Foto kopi surat ijin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri, anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya. i. Akte perjanjian kerja sama APA dan Pemilik Sarana Apotek (PSA). j. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. Selain itu juga disebutkan: 1) Lokasi Jarak minimum antara apotek satu dengan apotek yang lain tidak dipersyaratkan, namun sebaiknya dipertimbangkan studi kelayakannya yang ditinjau dari segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah dan kondisi ekonomi penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, hygiene lingkungan, keamanan dan kemudahan dijangkau. Sarana praktek dapat
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 8
didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi dan ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Selain itu tempat parkir juga berperan penting karena dengan adanya tempat parkir yang luas maka konsumen akan lebih nyaman datang ke apotek. 2) Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu hanya dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari wajib pajak. 3) Bangunan Bangunan apotek harus dalam bentuk akte hak milik / sewa / kontrak dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang peracikan dan penyerahan resep, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang tunggu, ruang penyimpanan obat, ruang pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi serta sistem sanitasi harus mematuhi persyaratan higiene serta penerangan cukup, alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang- kurangnya dua buah, papan nama berukuran minimal panjang: 60 cm, lebar: 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm tebal 5 cm. 4) Perlengkapan Apotek Perlengkapan yang harus dimiliki oleh suatu apotek antara lain : a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan Yang termasuk di dalamnya adalah timbangan milligram dengan anak timbang yang sudah ditara, timbangan gram dengan anak timbang yang sudah ditara, gelas ukur, labu Erlenmeyer, gelas piala, panci pengukur, corong, thermometer, spatel logam/tanduk, cawan penguap porselen, batang pengaduk, pemanas air, kompas, panci dan rak pengeringan alat.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 9
b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi. Terdiri dari lemari dan rak penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari untuk menyimpan narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus (etiket, wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat). d. Perlengkapan administrasi. Yang termasuk di dalamnya adalah blanko pesanan obat, blanko kartu stock obat, blanko salinan resep, blanko faktur dan nota penjualan, kwitansi, buku pembelian, penerimaan dan pengiriman, buku pembukuan keuangan, buku pencatatan narkotika, buku pesanan narkotika, form laporan narkotika, dan buku pencatatan penyerahan racun. e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan apotek. 5) Perbekalan Apotek Perbekalan apotek meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetika. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat Generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). E. Tata Cara Pemberian Ijin Apotek 1. Tata Cara Pemberian Ijin Apotek Ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek telah diatur dalam Permenkes No. 922 / Menkes / Per / X / 1993. Dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Pasal 4 menjelaskan mengenai pelimpahan wewenang dan pemberian izin apotek, dari Menteri Kesehatan RI kepada Direktur Jenderal. Direktur Jenderal melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala kantor wilayah. Kepala kantor wilayah wajib melaporkan pelaksanaan pemberian ijin, pembekuan ijin, pencairan ijin dan pencabutan ijin apotek sekali setahun
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 10
kepada Kepala BPOM. Pada pelaksanakan pelimpahan wewenang tersebut Kepala kantor wilayah tidak diijinkan mengadakan pengaturan yang membatasi pemberian ijin. Ketentuan dan tata cara pemberian ijin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Bab I Pasal 7 sebagai berikut : a. Permohonan ijin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1; b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai Besar POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan; c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai Besar POM selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3; d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4; e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5; f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai Besar POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 11
belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6; g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Pasal 8 : Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Pasal 9 : Terhadap permohonan ijin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan mempergunakan contoh Formulir Model APT-7.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 12
Apoteker ber SP/SIK Permohonan ijin Dengan form APT-1
Maksimal 6 hari menugaskan Dengan form APT-2
Maksimal 6 hari melaporkan hasil pemeriksaan Dengan form APT-3
2. Perubahan Surat Ijin Apotek Perubahan surat ijin apotek diperlukan apabila terjadi pergantian nama apotek, terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan untuk alamat apotek tanpa pemindahan lokasi apotek, surat ijin apotek hilang atau rusak, terjadi pergantian Apoteker Pengelola Apotek, pergantian Pemilik Sarana Apotek, SIK Apoteker Pengelola Apotek dicabut dalam hal Apoteker Pengelola Apotek Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tim Dinkes Kabupaten/Kota dan Kepala Balai Besar POM Jika pemeriksaan tidak dilakukan, apoteker membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan ke Kadinkes Kabupaten/Kota, dengan tembusan kepada kepala Kadinkes Propinsi dengan form APT-4. Belum memenuhi persyaratan (12 hari kerja) Memenuhi persyaratan (12 hari kerja) Tidak memenuhi persyaratan (12 hari kerja) Surat Penundaan Form model APT-6 Surat Ijin Apotek Form model APT-5 Surat Penolakan Form model APT-7 Diberi kesempatan melengkapi (1 bulan) Melaksanakan pembukaan Surat Ijin Apotek Form model APT-5 Gambar 1. Skema Proses Perizinan Pendirian Apotek
12 hari kerja 12 hari kerja 12 hari kerja Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 13
bukan sebagai Pemilik Sarana Apotek, terjadi pemindahan lokasi apotek, bila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, maka dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam ahli waris Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pada pelaporan mengenai Apoteker Pengelola Apotek telah meninggal dunia kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota disertai dengan laporan mengenai penyerahan resep, obat-obat narkotika dan psikotropika, obat-obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. 3. Pencabutan Surat Ijin Apotek Suatu apotek yang sudah berjalan dapat dicabut ijinnya oleh Kepala Dinas Kabupaten/ Kota apabila: a) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud Permenkes No. 922 th 1993 pasal 5 dan atau, b) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 15 ayat (2) dan atau, c) Apoteker pengelola apotek terkena ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) dan atau, d) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan atau, e) Surat ijin kerja apoteker pengelola apotek dicabut dan atau, f) Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang- undangan dibidang obat dan atau, g) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang dimakud pasal 6 Keputusan pencabutan dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dan disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan tembusan Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar POM. Pencabutan dilakukan setelah diberi peringatan tiga
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 14
kali berturut-turut dengan selang waktu 2 bulan atau telah dibekukan minimal 6 bulan. Bila ijin apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek wajib mengamankan sediaan farmasi yang ada dengan cara : 1. Inventarisasi Narkotika, Psikotropika dan obat lainnya serta resep. 2. Narkotika dan Psikotropika dimasukkan dalam lemari terkunci. 3. APA wajib melaporkan tentang penghentian kegiatan. Pembekuan dapat dicairkan sepanjang telah memenuhi persyaratan lagi dan dibuktikan dengan laporan pemeriksaan oleh Tim Dinas Kabupaten / Kota atau petugas Balai Besar POM. F. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang mendukung kegiatan di apotek adalah : 1. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ), yaitu apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) oleh Menteri Kesehatan dan bertugas mengelola apotek sebagai penanggung jawab atas semua kegiatan kefarmasian yang berlangsung di apotek. 2. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan atau menggantikannya pada jam - jam tertentu pada hari buka apotek yang telah memiliki Surat Izin Kerja. 3. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek (APA) selama APA tersebut tidak ada di tempat lebih dari 3 ( tiga ) bulan secara terus - menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. 4. Asisten Apoteker (AA), yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker yang memiliki SIK dari Dinas Kesehatan. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah pengawasan apoteker. 5. Juru resep, yaitu personil yang membantu pekerjaan asisten apoteker untuk meracik obat sehingga menjadi sediaan atau preparat.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 15
6. Kasir, yaitu personil yang bertanggung jawab mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi, nota tanda setoran dan lain - lain. 7. Pegawai Tata Usaha, yaitu personil yang melaksanakan administrasi apotek dan kemudian membuat laporan pembelian, penyimpanan, penjualan dan keuangan apotek. 8. Tenaga lain-lain, seperti satpam, tukang parkir, dan lain-lain. Sedikit banyak tenaga kerja di apotek tergantung besar kecilnya apotek. G. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 / Menkes / SK / X / 2002 menerangkan bahwa, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang telah diberi Surat Ijin Apotek (SIA). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 / MENKES / PER / X / 1993 BAB III pasal 5 tentang Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek, yaitu : 1. Ijasahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. 3. Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 4. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. 5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Lingkup tanggung jawab apoteker meliputi : 1. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. 2. Menjamin mutu, keamanan, efektifitas obat yang diberikan dan memperhatikan hak asasi dan keunikan setiap pribadi.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 16
3. Menjamin setiap orang atau masyarakat yang menggunakan obat atau alat kesehatan mendapatkan informasi tentang obat atau alat kesehatan yang digunakan demi tercapainya kepatuhan penggunaan. 4. Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lain dan pasien dalam menghasilkan terapi pengobatan yang optimal (Anonim, 2004). H. Pengelolaan Resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan, dan praktisi lain yang berijin kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan/membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien (Lestari dkk, 2000). Selain resep asli, apotek dapat pula melayani salinan resep atau kopi resep. Kopi resep yang diterima juga harus memenuhi kelengkapan yaitu : 1. Nama dan alamat apotek 2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek 3. Nama dan umur pasien 4. Nama dokter penulis resep 5. Nomor dan tanggal pembuatan resep 6. Nama sediaan obat, dosis dan aturan pakai, sesuai dengan aslinya 7. Tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek 8. Tanda detur untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet untuk obat yang belum diserahkan (Anief, 1988). Pelayanan resep maupun kopi resep merupakan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek dan apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesi yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Pelayanan resep oleh apoteker hendaknya disertai informasi sesuai permintaan pasien mengenai cara penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman dan rasional.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 17
Pengelolaan resep yang telah dikerjakan : Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/pembuatan resep. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya, ditandai garis merah di bawah nama obatnya. Resep yang telah disimpan melebihi tiga tahun dapat dimusnahkan dan cara pemusnahannya adalah dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan seorang petugas apotek yang ikut memusnahkan. Berita acara pemusnahan ini harus disebutkan hari dan tanggal pemusnahan, tanggal yang terawal dan terakhir dari resep, berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram (Anief, 1988).
I. Penggolongan Obat Mengingat hakekat obat adalah suatu racun dan merupakan komoditi istimewa maka dalam peredaran dan penggunaannya di masyarakat memerlukan pengawasan agar obat dapat digunakan dan terdistribusi dengan tepat, benar, aman dan rasional sehingga perlu adanya penggolongan obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi, golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang tidak dinyatakan sebagai obat narkotika atau psikotropika atau obat keras atau obat bebas terbatas yang dapat diberikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 18
tanpa resep dokter. Dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 pasal 3 menetapkan tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, tanda khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali. 2. Obat Bebas Terbatas Republik Indonesia No.2380/A/SK/VI/83 pasal 3 menetapkan tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan tanda khusus dimaksud harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali. Dalam pasal 2 disebutkan untuk obat bebas terbatas harus dicantumkan pula tanda peringatan P. No.1, P. No.2, P. No.3, P. No.4, P. No.5, atau P. No.6 yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dir.Jend./SK/69 Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter dalam jumlah terbatas. Pada surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 28 Oktober 1969. Tanda peringatan tersebut adalah sebagai berikut: P.No.1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. P.No.2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. P.No.3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P.No.4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. P.No.5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. P.No.6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan 3. Obat Keras Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevarlijk = berbahaya) adalah obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter (Haris M.,2004) Pada kutipan dari surat-surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No.633/Ph/62/b.- yang ditetapkan sebagai obat keras adalah: a. Semua obat yang pada bungkus luar oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 19
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan. c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis, bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. d. Yang dimaksud dengan obat baru disini yakni semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan Daftar Obat Keras atau obat yang hingga saat dikeluarkannya Surat Keputusan ini secara resmi belum pernah di import atau digunakan di Indonesia. Pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.02396/A/SK/VIII/86 ditetapkan bahwa pada obat keras daftar G diberikan tanda khusus yang berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Tanda khusus tersebut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali. Selain hal itu harus dicantumkan pula kalimat Harus dengan resep dokter yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.197/A/SK/77 tanggal 15 Maret 1977. 4. Obat Wajib Apotik (OWA) Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Obat yang termasuk daftar OWA ditetapkan SK Menteri Kesehatan RI No.347/MenKes/SK/VII/1990 tanggal 16 Juli 1990 tentang OWA No.1. Permenkes No.924/MenKes/SK/X/1993 tentang OWA No.2 yang merupakan tambahan lampiran Kepmenkes No.347/MenKes/VII/1990 tentang OWA yang terlampir dan Kepmenkes No.1176/MenKes/SK/X/1999 tentang OWA No.3. Obat yang tercantum dalam lampiran SK ini dapat diserahkan apoteker di apotek dan dapat ditinjau kembali dan disempurnakan setiap waktu sesuai dengan ketentuan UndangUndang yang berlaku. Dengan adanya SK tersebut
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 20
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan. 5. Narkotika Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Dalam penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 golongan narkotika dibedakan sebagai berikut : 1) Narkotika Golongan I : adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Reagensia diagnostik, reagensia laboratorium, tanaman Papaver somniferum L. penghasil heroin, Erythroxylon coca penghasil kokain, Cannabis sativa penghasil ganja. 2) Narkotika Golongan II : adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Alfentanil, Benzetidin, Ekgonin, Fentanil, Hidromorfinol, Metadona, Levometorfan, Morfina, Petidina, Sufentanil, Tebakon dan lainnya. 3) Narkotika Golongan III : adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 21
Contoh : Dekstropropoksifena, Dihidrokodein, Etilmorfina, Kodeina, Doveri, dan lainnya. Apotek diberi ijin oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki dan menyimpan persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, membawa, dan mengangkut narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan resep dan pemusnahan narkotika. 1) Pemesanan Narkotika Apotek dan Apotek Rumah Sakit mendapatkan obat narkotika dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan jalan menulis dan mengirimkan surat pesanan (SP). Surat pesanan dibuat 4 rangkap. Satu untuk arsip apotek dan sisanya untuk PBF, selanjutnya PBF mengirimkannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan setempat. 2) Penyimpanan Narkotika Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus. 3) Pelaporan Narkotika Industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika. Penggunaan narkotika dilaporkan tiap bulan sekali kepada DinKes Kota/Kabupaten dan juga memberikan tembusan kepada Kepala DinKes Propinsi dan Kepala Balai Besar POM.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 22
4) Pelayanan resep yang mengandung narkotika Undang-undang No. 35 tahun 2009 menyebutkan bahwa narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan. Narkotika boleh digunakan untuk pengobatan penyakit hanya berdasarkan resep dokter. Resep yang diberi tanda merah berarti resep narkotika. Resep tersebut harus dipisahkan dengan resep lainnya dan dicatat di buku khusus catatan narkotika. Pencatatan meliputi tanggal, atau nomor resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter. Penulisan resep narkotika tidak boleh ada pengulangan (iter) dan boleh diberikan salinan resepnya. 5) Pemusnahan narkotika Pemusnahan narkotika wajib disertai dengan pembuatan berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian. 6. Psikotropika Pengertian sederhana dari psikotropika adalah zat/obat alami/obat sintesis/ yang mengalami perubahan khas sehingga mempengaruhi aktifitas mental/perilaku pengguna. Sedangkan menurut UU No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat/obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh Sistem Syaraf Pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Dalam penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 5 tahun 1997 Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan sebagai berikut : a. Psikotropika golongan I : hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah DMA, MDMA, meskalin, psilosibina. b. Psikotropika golongan II : digunakan untuk terapi pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin, metakualon, sekobarbital.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 23
c. Psikotropika golongan III : banyak digunakan dalam terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah amobarbital, flunitrazepam, pentobarbital, siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV : sangat luas digunakan dalam terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya alprazolam, diazepam, klobazam, klordiazepoksida. Tujuan pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Sama halnya dengan narkotika, pengelolaan psikotropika juga meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan psikotropika. a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 menggunakan surat pesanan khusus. Dipesan oleh apotek kepada PBF. Penyerahan psikotropika dari apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas dan pelayanan resep. Surat pesanan dibuat 4 rangkap. b. Penyimpanan Psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dalam penyimpanannya diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus, terpisah dari obat-obat yang lain. Pemasukan dan pengeluaran dikontrol dengan menggunakan kartu stok dan kartu stelling. c. Pelaporan Psikotropika Penggunaan psikotropika dimonitor dengan mencatat resep-resep yang berisi obat psikotropika secara tersendiri. Buku catatan harian berisi nomor, tanggal, nama sediaan, persediaan awal, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, sisa akhir, bulan, nama dan alamat pasien, dokter penulis resep
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 24
dan keterangan. Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan psikotropika kemudian dilaporkan kepada Kepala DinKes Kota/Kabupaten dengan tembusan kepada Kepala DinKes Propinsi dan Kepala BBPOM Propinsi secara berkala satu tahun sekali. d. Pemusnahan Psikotropika Undang-undang No. 5 tahun 1997 menyebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, sudah kadaluwarsa dan tidak memenuhi syarat-syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib disertai dengan pembuatan berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian. J. Pengelolaan dan Administrasi Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 BAB II, Pengelolaan apotek yaitu : 1. Sumber Daya Manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. 2. Sarana dan Prasarana Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis nama apotek. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 25
terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus memiliki: a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien b. Tempat untuk mendisplay informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur / materi informasi c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien d. Ruang racikan e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. 3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out). 1) Perencanaan. Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, perlu diperhatikan: a. Pola penyakit b. Kemampuan masyarakat c. Budaya masyarakat 2) Pengadaan. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 26
3) Penyimpanan. 1. Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. 2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. 4. Administrasi. Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : 1) Administrasi Umum. Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Administrasi Pelayanan. Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. K. Pajak Apotek Pajak adalah kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan atau hasil pendapatan kepada negara menurut peraturan atau undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat atau iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang. Macam-macam pajak yang perlu diketahui adalah : 1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN adalah pajak yang harus dibayar apotek pada setiap pembelian obat dari PBF. Besarnya PPN adalah 10%. 2. Pajak Reklame atau Iklan (papan nama apotek) Pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama apotek, lokasi dan lingkungan apotek.
Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta di Apotek Akrab Sehat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Universitas Setia Budi Surakarta Angkatan XXIV Periode Mei 2013 27
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak ini dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung pada luas tanah, bangunan serta lokasi apotek. 4. Pajak Penghasilan Pribadi (PPh 21) Besarnya pajak ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak). Pembayaran pajak penghasilan pribadi dengan ketentuan : Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Ber NPWP Tidak NPWP Sampai dengan Rp. 50.000.000,-