Anda di halaman 1dari 15

44

BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


IV.1. Hasil Penelitian

Data dari penelitian ini merupakan data primer yang dilakukan pada
tanggal 26 Oktober 2011 sampai dengan 30 November 2011 di Rw 006 Jatimurni,
Pondok Melati, Bekasi. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner
Parenting Style Questionnaire serta kuesioner tentang karakteristik keluarga
kepada orangtua responden dan melakukan tes perkembangan anak kepada
responden dengan menggunakan tes Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP). Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di RW 006
Jatimurni, Pondok Melati, Bekasi untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
keluarga dengan perkembangan anak.

IV. 2. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah anak usia 3-5 tahun di RW 006 Jatimurni,
Pondok Melati, Bekasi berjumlah 86 orang, dan terdapat 75 anak yang memenuhi
kriteria penelitian dan semuanya dijadikan sampel penelitian. Responden
penelitian terdiri dari 35 anak laki-laki dan 40 anak perempuan.



44
45
IV.3. Analisis Univariat
IV.3.1. Posisi Anak Ke

















Gambar 4.1. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Urutan Kelahiran
Gambar 4.1 menunjukkan rerata untuk variabel urutan kelahiran anak.
Hasil yang diperoleh menunjukan mayoritas adalah anak pertama sebesar 42,67%.


46
IV.3.2. Jumlah Anak.

Gambar 4.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Besar Keluarga.

Gambar 4.2 menunjukkan rerata untuk besar ukuran keluarga, keluarga
dengan anak 1-3 merupakan keluarga kecil dan keluarga dengan anak 4-5
merupakan keluarga sedang. Mayoritas responden adalah keluarga kecil dengan
jumlah 1-3 anak sebesar 74.87 %.









47
IV.3.3. Penghasilan Bulanan.


Gambar 4.3. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Penghasilan Bulanan

Gambar 4.3 menunjukkan rerata untuk variabel Penghasilan Bulanan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
penghasilan sebulan diatas UMR Kota Bekasi 2012 yaitu Rp 1.300.000,00 sebesar
52%.



48
IV.3.4. Keikutsertaan Orang Lain.

Gambar 4.4. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Peran Orang Ketiga

Gambar 4.4 menunjukkan rerata untuk variabel keikutesertaan orang lain
dalam mengasuh, keikutsertaan ini menunjukan adanya peran orang ketiga. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas tidak adanya peran pihak ketiga
dalam pengasuhan sebesar 73.3 %.


49
IV.3.5. Sikap Orang Tua.

Gambar 4.5. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Pola Asuh

Gambar 4.5 menunjukkan rerata untuk variabel sikap orang tua atau pola
asuh yang digunakan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas
responden bersikap demokratis dengan komposisi sebesar 62.67%.


50
IV. 3. 6. Perkembangan Anak


Gambar 4.6. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Perkembangan Anak

Gambar 4.6 menunjukkan rerata untuk variabel perkembangan anak. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki perkembangan
yang normal, dengan komposisi sebesar 62,67%, dan sisanya 37,33% tidak
normal.


51
IV.4. Pembahasan Analisis Bivariat
IV.4.1. Analisis Chi Square Hubungan antara Urutan kelahiran dan
Perkembangan Anak.
Tabel 4.1.
Analisis Chi Square antara urutan kelahiran dengan Perkembangan Anak
Urutan
kelahiran
Perkembangan anak
Total P
value
Normal Rujuk
N % N % N %
Sulung 22 68.8 10 31.3 32 100
0.379 Tengah 10 12.5 1010 7.5 20 100
Bungsu 15 65.2 8 34.8 23 100
Total 47 62,7 28 37.3 75 100

Tabel 4.1 menunjukkan hubungan antara posisi anak kel atau urutan
kelahiran dengan Perkembangan Anak. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah
sebesar 0,379; nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara urutan kelahiran anak dan Perkembangan Anak.

IV.4.2. Analisis Chi Square Hubungan antara Besar Keluarga dan
Perkembangan Anak.
Table 4.2.
Analisis Chi Square antara Besar Keluarga dengan Perkembangan Anak
Besar
keluarga
Perkembangan anak
Total P
value
Normal Rujuk
N % N % N %
Kecil 38 35.1 18 20.9 56 100
0.186
Sedang 9 11.9 1010 7.1 19 100
Total 47 62,7 28 37.3 75 100

Tabel 4.2 menunjukkan hubungan antara jumlah anak yang menentukan
besarnya keluarga dengan Perkembangan Anak. Nilai signifikansi yang diperoleh
adalah sebesar 0,186; nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara besarnya keluarga dan perkembangan anak.


52
IV.4.3. Analisis Chi Square Hubungan antara Penghasilan dan
Perkembangan Anak.
Tabel 4.3.
Analisis Chi Square antara Penghasilan dengan Perkembangan Anak
Pendapatan
Perkembangan anak
Total P
value
Normal Rujuk
N % N % N %
Dibawah
umur
23 63.9 13 36.1 36 100
1.000
Diatas umr 24 61.5 10 15 38.5 39 100
Total 47 62,7 28 37.3 75 100

Tabel 4.3 menunjukkan hubungan antara penghasilan bulanan dengan
Perkembangan Anak. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 1.00; nilai
ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara penghasilan keluarga dan perkembangan anak.
.
IV.4.4. Analisis Chi Square Hubungan antara Peran orang Ketiga dalam
Mengasuh dengan Perkembangan Anak.
Tabel 4.4.
Analisis Chi Square antara Peran orang Ketiga dalam Mengasuh dengan
Perkembangan Anak
Peran
orang ke 3
Perkembangan anak
Total P
value
Normal Rujuk
N % N % N %
Ada 16 80 4 20 20 100
0.109
Tidak 31 56.4 1024 43.6 55 100
Total 47 62,7 28 37.3 75 100

Tabel 4.4 menunjukkan hubungan antara peran pihak ketiga dengan
Perkembangan Anak. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,109; nilai
ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara peran orang ketiga dalam pengasuhan dengan perkembangan anak.



53
IV.4.5. Analisis Chi Square Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan
Perkembangan Anak.
Tabel 4.5.
Analisis Chi Square antara Pola Asuh Orang Tua
dengan Perkembangan Anak
Pola asuh
Perkembangan anak
Total P
value
Normal Rujuk
N % N % N %
Demokratis 32 68.1 15 31.9 47 100
0.011 Otoriter 11 78.6 13 21.4 14 100
Permisif 4 28.6 10 71.4 14 100
Total 47 62,7 28 37.3 75 100

Tabel 4.5 menunjukkan hubungan antara pola asuh orang tua dengan
Perkembangan Anak. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai signifikasi
0.011;nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh orangtua dengan perkembangan anak.


54
IV.5. Pembahasan.
IV.5.1. Pembahasan Hasil Analisis Univariat
Terjadi perubahan dalam berbagai aspek keluarga seperti ibu bekerja,
peningkatan jumlah keluarga bercerai, dan variasi jumlah saudara, perbedaan
dalam budaya dan status sosioekonomi keluarga. Perubahan budaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor, seperti semakin seringnya perjalanan internasional,
internet dan komunikasi elektronik, serta globalisasi ekonomi merambahi keluarga
(John Santrock,2011). Ada kecenderungan mobilitas keluarga, keluarga menjadi
lebih kecil karena makin sedikit keluarga dengan anggota yang banyak, serta
meningkatnya ibu yang bekerja (Brown&Larson,2002). Peningkatan ibu bekerja
ini pula yang menyebabkan adanya peran orang lain dalam pengasuhan, dan
terjadi pula peningkatan status sosialekonomi yang berdampak pada
perkembangan anak terutama pendidikan (Huston&Ripke, 2006). Adanya
perubahan besar keluarga juga merubah pola asuh yang diterapkan, ketika jumlah
angggota keluarga banyak cenderung menerapkan pola asuh otoriter
(Hurlock,1978).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas keluarga dengan
ukuran keluarga kecil dengan jumlah 56 keluarga (74.67%) dan pola asuh yang
terbanyak diterapkan adalah demokratis sebanyak 47 keluarga (62.67%) serupa
dengan pembahasan diatas. Namun terdapat perbedaan bahwa pada lebih banyak
keluarga tanpa peran mengasuh dari orang ketiga sebesar 73,3%, diakibatkan
tidak lagi tinggal berdekatan dengan kakek-nenek,paman-bibi menunjukan
mobilitas melonggarkan ikatan keluarga (John Santrock,2011).
IV.5.2. Pembahasan Hasil Analisis Bivariat
IV.5.2. 1. Hubungan antara urutan kelahiran anak dengan perkembangan
anak.
Menurut Dunn 2002; Brody 2004, terdapat hubungan antara urutan
kelahiran dan jumlah saudara dengan perkembangan anak, anak yang memiliki
saudara lebih tua memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik. Sementara,
menurut Zajonc dan Marcus (1975), jumlah saudara yang bertambah membuat
stimulus untuk perkembangan anak berkurang. Menurut Alfred Adler urutan
kelahiran dalam keluarga mempengaruhi perkembangan anak, terutama
55
perkembangan psikologis, anak pertama biasanya memiliki tanggung jawab yang
lebih besar dan anak terakhir lebih sedikit memiliki tanggung jawab. seiring
dengan perkembangan waktu, teori ini mulai tidak berlaku.
Pada hasil penelitian didapatkan bahwa posisi anak yaitu sulung,
diantaranya atau bungsu tidak berhubungan dengan perkembangan anak. Hal
serupa didukung oleh penelitian Kessler,1991 yang menemukan bahwa tidak
hubungan antara urutan kelahiran dengan perkembangan anak. Beberapa psikolog
menemukan bahwa urutan kelahiran yang mempengaruhi perkembangan anak
bukan hanya sekadar posisi anak tersebut dalam keluarga yaitu anak sulung atau
tertua, anak tengah dan anak terakhir atau bungsu, namun dipengaruhi juga oleh
jarak umur antar anak, perbedaan jenis kelamin, Peran orangtua dalam
menanggapi posisi urutan kelahiran anak, dan banyak faktor sosiodinamik dalam
keluarga lainnya.
IV.5.2.2. Hubungan antara besar keluarga dalam keluarga dengan
perkembangan anak.
Semakin besar keluarga, semakin besar jumlah interaksi dan biasanya
semakin besar perselisihan yang terjadi. Untuk menghindari situasi rumah yang
tidak sehat, yang ditimbulkan oleh perselisihan dan untuk memungkinkan tercipta
keluarga harmonis, orang tua keluarga besar lebih sering menggunakan metode
pendidikan otoriter dibandingkan orang tua keluarga kecil. Chouhury dan
beberapa peneliti lainnya mengungkapkan bahwa jumlah anak dalam keluarga
mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak, sehubungan dengan intensitas
komunikasi antara orang tua dan anak.
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah anak dalam keluarga
yang menentukan ukuran keluarga tidak mempengaruhi perkembangan anak. Hal
serupa ditemukan pada penelitian Black, Devereux dan Salvanes (2005)
mengungkapkan bahwa ukuran keluarga tidak mempengaruhi perkembangan anak
terutama perkembangan intelektual, sementara penelitian dari Elder (1963)
menunjukan bahwa besar keluarga selain mempengaruhi perkembangan
intelektual namun juga mempengaruhi emosional.


56

IV.5.2.3. Hubungan antara penghasilan bulanan dengan perkembangan
anak.
Dari hasil penelitian ini didapatkan penghasilan bulanan yang menentukan
status sosial ekonomi tidak mempengaruhi perkembangan anak. Kemiskinan
menempatkan anak pada resiko meningkatnya problem-problem rumah tangga
(Halpern, 2000). Kemiskinan secara signifikan mempertinggi resiko terpaparnya
masalah kesehatan seperti asma, malnutrisi (Klerman, 1991); gangguan kesehatan
mental (Gore & Eckenrode, 1996; McLoyd, 1990; McLoyd & Wilson, 1991);
kurang perhatian dan ketidak-teraturan perawatan dari orang tua (Halpern, 1993);
dan defisit dalam perkembangan kognisi dan pencapaian keberhasilan (Duncan,
Klebanov, & Brooks-Gunn, 1994; Levin, 1991). Status sosial dan ekonomi
mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak, serta penghasilan keluarga
mempengaruhi stimulasi yang dapat diberikan ke anak guna menunjang tumbuh
kembangnya (Elizabeth Hurlock,1975).
Dari hasil penelitian ini didapatkan penghasilan bulanan yang menentukan
status sosial ekonomi tidak mempengaruhi perkembangan anak. Status
sosioekonomi bukan merupakan satu-satunya hal yang berpengaruh dalam
perkembangan anak, sebab dalam stimulasi diperlukan kreativitas dari orangtua
selain itu perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang penting
dalam perkembangan anak .

IV.5.2.4. Hubungan antara peran orang ketiga dengan perkembangan anak.
Dengan adanya peran orang ketiga membantu optimalisasi perkembangan
anak. hal tersebut diakibatkan adanya peranan orang ketiga mencakup peran
formal yang mencakup perlakuan khusus dan hadiah-hadiah dan sikap lepas
tangan dalam pendidikan anak, sumber kegembiraan seperti kegiatan bermain,
pengganti orangtua yang mengambil alih pengasuhan dan pendisiplinan anak
selama orangtua bekerja dan kearifan keluarga yaitu mengajar anak berbagai
kecakapan dan pengetahuan khusus (Elizabeth Hurlock,1975).
Dari hasil penelitian ini didapatkan peran orang ketiga tidak
mempengaruhi perkembangan anak. Hal tersebut serupa dengan penelitian
57
Greenstein 1995 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara pengasuhan
yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan perkembangan anak terutama
perkembangan kognitif. Frank Mott,1991 menyatakan pula pada penelitian yang
dilakukan pada anak usia 1-4 tahun bahwa pengasuhan selain oleh orangtua tidak
berpengaruh pada skor pada tes perkembangan Memory for Location and Social
and Motor Development. Ada peran orang ketiga dalam pengasuhan biasanya
didapatkan orangtua yang bekerja terutama ibu. Pekerjaan orang tua menghasilkan
efek positif dan negatif pada pengasuhan, dan yang terpenting sifat dari
pengasuhan tersebut. Pengaruh peran orang ketiga dalam pengasuhan dengan
perkembangan anak dipengaruhi oleh banyaknya waktu dan reaksi anak terhadap
orang tersebut.

IV.5.2.5. Hubungan antara pola asuh orangtua dengan perkembangan anak.
Banyak penelitian yang dilakukan yang menunjukan bahwa pola asuh
orang tua berpengaruh dalam perkembangan anak. Pola asuh demokratis
merupakan pola asuh yang paling efektif dalam perkembangan anak (Baumrind,
1967, 1971; Gray & Steinberg 1999; Lamborn et all, 1991; Radziszweska,
Richardson, Dent & Flay,1996; Steinberg et all, 1994). Shucksmith, Hendry dan
Glendinning, 1995, menambahkan bahwa pola asuh demokratis menunjukan nilai
perkembangan yang paling baik, diikuti dengan pola asuh otoriter dan nilai
perkembangan terburuk dengan penerapan pola asuh permisif.
Dari hasil penelitan didapatkan pola asuh orangtua mempengaruhi
perkembangan anak. Gaya pengasuhan yang paling efektif adalah gaya
demokratis menurut teori Baumrind:
1. Keseimbangan yang tepat antara kendali dan autonomi,sehingga memberi
anak kesempatan untuk membentuk kemandirian sambil memberikan standar,
batas dan panduan yang dibutuhkan anak.
2. Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam kegiatan
memberi dan menerima secara verbal dan memperbolehkan mengutarakan
pendapat serta pandangan, hal seperti ini membantu anak memahami
hubungan sosial dan apa yang dibutuhkan menjadi orang yang kompeten.
58
3. Kehangatan dan keterlibatan orangtua membuat anak lebih bias menerima
pengaruh orangtua.

IV.6. Keterbatasan Penelitian.
Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan mengingat adanya
keterbatasan dalam hal variabel dan jumlah sampel, karena banyaknya batasan
yang dilakukan oleh peneliti. Dikarenakan peneliti tidak meneliti dengan detail
aspek perkembangan yang dinilai, peneliti hanya menggunakan kuesioner
praskrining agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining perkembangan anak.
tes yang digunakan seharusnya dilakukan paling sedikit 6 bulan sekali pada anak
umur 1 tahun atau lebih. Peneliti tidak meneliti karakteristik keluarga yang lain
yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu tingkat pendidikan
orangtua.

Anda mungkin juga menyukai