Anda di halaman 1dari 5

CHIKUNGUNYA

Etiologi
Virus Chikungunya adalah Arthopod borne virus yang ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk.
Hasil uji Hemaglutinasi Inhibisi dan uji Komplemen Fiksasi, virus ini termasuk genus alphavirus ( Group A
Arthropod-borne viruses) dan famili Togaviridae. Sedangkan DBD disebabkan oleh Group B arthrophod-
borne viruses (flavivirus).
Vektor Penular Chikungunya
Vektor utama penyakit ini sama dengan DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut.
Nyamuk Aedes spp seperti juga jenis nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur -
jentik (larva) - pupa - nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik/larva dalam waktu 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya
berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung antara 24 hari. Pertumbuhan dari telur
menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan.

Habitat Perkembangbiakan
Habitat perkembangbiakan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung air di dalam, di luar
atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir,
tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas
bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air kulkas/dispenser,
barang-barang bekas (contoh : ban, kaleng, botol, plastik, dll).
3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung
kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung coklat/karet, dll.
2. Perilaku Nyamuk Dewasa
Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah
itu, sayap meregang menjadi kaku,
sehingga nyamuk mampu terbang mencari makanan. Nyamuk Aedes sp jantan mengisap cairan
tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk
betina ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat antropofilik). Darah diperlukan untuk
pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan
telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari.
Jangka waktu tersebut disebut dengan siklus gonotropik.
Aktivitas menggigit nyamuk Aedes sp biasanya mulai pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas
antara pukul 09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang
kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini
sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk akan beristirahat pada tempat yang gelap dan lembab di dalam atau
di luar rumah, berdekatan dengan habitat perkembangbiakannya. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu
proses pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di atas
permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya.
Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu 2 hari. Setiap kali bertelur nyamuk
betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air) dapat
bertahan 6 bulan, jika tempat-tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka
telur dapat menetas lebih cepat.



3. Penyebaran
Kemampuan terbang nyamuk Aedes spp betina rata-rata 40 meter, namun secara pasif misalnya karena
angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Aedes spp tersebar luas di daerah tropis dan
sub-tropis, di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat umum. Nyamuk Aedes
spp dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah 1.000 m dpl. Pada ketinggian diatas
1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan nyamuk berkembangbiak.
4. Variasi Musiman
Pada musim hujan populasi Aedes sp akan meningkat karena telur-telur yang tadinya belum sempat
menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya (TPA bukan keperluan sehari-hari dan
alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat
menyebabkan peningkatan penularan penyakit Demam Chikungunya.
D. Faktor Resiko
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan dalam penularan penyakit Chikungunya, yaitu: manusia,
virus dan vektor perantara.
Beberapa faktor penyebab timbulnya KLB demam Chikungunya adalah:
1. Perpindahan penduduk dari daerah terinfeksi
2. Sanitasi lingkungan yang buruk.
3. Berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk (sanitasi lingkungan yang buruk)
Ada gelombang epidemi 20 tahunan mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Anti bodi yang timbul dari
penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu perlu waktu
panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali.


E. Mekanisme Penularan
Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes SPP Nyamuk lain mungkin
bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut. Nyamuk Aedes tersebut dapat
mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari
sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.





















Masa Inkubasi
Masa inkubasi terdiri dari masa inkubasi intrinsik dan ekstrinsik. Masa inkubasi intrinsik adalah periode
sejak seseorang terinfeksi virus Chik sampai timbulnya gejala klinis, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik
adalah periode sejak nyamuk terinfeksi virus Chik sampai virus tersebut dapat menginfeksi orang lainnya
melalui gigitan nyamuk tersebut.
Masa inkubasi intrinsik Chikungunya rata-rata antara 3-7 hari (range 1-12 hari), sedangkan masa inkubasi
ekstrinsik berkisar 10 hari. (WHO PAHO, 2011).


Kepekaan dan Kekebalan
Sekali seseorang terinfeksi virus Chik maka akan diikuti dengan terbentuknya imunitas jangka panjang
(long-lasting imunity) di dalam tubuh penderita (WHO PAHO, 2011). Sampai saat ini hanya diketahui satu
serotipe Chikungunya. Terjadinya serangan kedua belum diketahui dengan pasti.
D. Gejala Klinis
1. Demam
Pada fase akut selama 2-3 hari selanjutnya dilanjutkan dengan penurunan suhu tubuh selama 1-2
hari kemudian naik lagi membentuk kurva Sadle back fever (Bifasik). Bisa disertai menggigil dan
muka kemerahan (flushed face). Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata
dan bisa terlihat mata kemerahan (conjunctival injection).
2. Sakit persendian
Nyeri persendian ini sering merupakan keluhan yang pertama muncul sebelum timbul demam. Nyeri
sendi dapat ringan (arthralgia) sampai berat menyerupai artritis rheumathoid, terutama di sendi sendi
pergelangan kaki (dapat juga nyeri sendi tangan) sering dikeluhkan penderita. Nyeri sendi ini
merupakan gejala paling dominan, pada kasus berat terdapat tanda-tanda radang sendi, yaitu
kemerahan, kaku, dan bengkak. Sendi yang sering dikeluhkan adalah pergelangan kaki, pergelangan
tangan, siku, jari, lutut, dan pinggul. Artritis ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan
ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid Arthritis.

3. Nyeri otot
Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga berat badan seperti
pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang - kadang terjadi pembengkakan
pada otot sekitar sendi pergelangan kaki (achilles) atau sekitar mata kaki.

4. Bercak kemerahan (rash) pada kulit
Kemerahan di kulit bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular (viral rash), sentrifugal
(mengarah ke bagian anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak kemerahan ini terjadi
pada hari pertama demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4 - 5 demam. Lokasi kemerahan di
daerah muka, badan, tangan, dan kaki.

5. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejang biasanya pada anak karena demam yang terlalu tinggi, jadi kemungkinan bukan secara
langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan
cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia atau jumlah sel.
6. Manifestasi perdarahan
Tidak ditemukan perdarahan pada saat awal perjalanan penyakit walaupun pernah dilaporkan di India
terjadi perdarahan gusi pada 5 anak dari 70 anak yang diobservasi.

7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang-kadang dapat timbul adalah kolaps pembuluh darah kapiler dan pembesaran
kelenjar getah bening.


PENGENDALIAN VEKTOR
1. Metode Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor dengan
meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi
kontak antara vektor dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit
Metode pengendalian vektor Chikungunya bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor
faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya
(Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor Chikungunya yang paling efektif adalah dengan melibatkan
peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode pengendalian vektor cara lain merupakan upaya
pelengkap untuk secara cepat memutus rantai penularan.
Berbagai metode PengendalianVektor (PV) Chikungunya yaitu:
- Kimiawi
- Biologi
- Manajemen lingkungan
- Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
- Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)
a. Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan salah satu metode
pengendalian yang lebih populer di masyarakat dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran
insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya
harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia.
Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk
dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian vektor adalah :
Sasaran nyamuk dewasa adalah : Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos), Pyrethroid
(Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine, Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan
untuk stadium dewasa yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan
pengabutan dingin/ULV
Sasaran jentik dengan menggunakan larvasida : golongan Organophospat (Temephos).
b. Biologi
Pengendalian vektor dengan biologi menggunakan agent biologi seperti predator/pemangsa, parasit,
bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor Jenis predator yang digunakan adalah Ikan
pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites,
Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk
pengendalian vektor .
Jenis pengendalian vektor biologi :
Parasit : Romanomermes iyengeri
Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensis
Golongan insektisida biologi untuk pengendalian vektor (Insect Growth Regulator/IGR dan Bacillus
Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang diaplikasikan kedalam
habitat perkembangbiakan vektor.
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhan nyamuk di masa pra dewasa dengan
cara merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama masa jentik berganti kulit atau mengacaukan
proses perubahan pupae dan nyamuk dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap
mamalia (nilai LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ).
Bacillus thruringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida yang tidak menggangu
lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal.
Keunggulan BTi adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus
dan spesies lain. Formula BTi cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu
dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar dan rusak oleh sinar matahari.


c. Manajemen lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air, vegetasi dan musim sangat
berpengaruh terhadap tersedianya habitat perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor. Nyamuk
Aedes sp sebagai nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di
daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan sehingga tidak
kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai source reduction seperti 3M plus
(menguras, menutup dan mengubur, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur
larvasida dll); dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll)
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN
Pengendalian Vektor yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui
pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN dalam bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara serempak dan terus
menerus/berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang sangat beragam sering
menghambat suksesnya gerakan ini.

Cara PSN
PSN dilakukan dengan cara 3M-Plus, 3M yang dimaksud yaitu:
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-
lain seminggu sekali (M1).
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).
Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
(M3).
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-
lain)

Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang
sulit air
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
Memasang kawat kasa
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
Menggunakan kelambu
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah dengan 3M-Plus.
5). Pelaksanaan
a). Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga.
b). Tempat tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat tempat umum.

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet LBP
    Leaflet LBP
    Dokumen1 halaman
    Leaflet LBP
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Tolong
    Tolong
    Dokumen2 halaman
    Tolong
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Tolong
    Tolong
    Dokumen2 halaman
    Tolong
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Cover Hifema
    Cover Hifema
    Dokumen1 halaman
    Cover Hifema
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Lapkas KET
    Lapkas KET
    Dokumen21 halaman
    Lapkas KET
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Daun Sendok
    Daun Sendok
    Dokumen2 halaman
    Daun Sendok
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Huruf Huruf
    Huruf Huruf
    Dokumen1 halaman
    Huruf Huruf
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • 3 Pelayanan Asuhan Pasien
    3 Pelayanan Asuhan Pasien
    Dokumen79 halaman
    3 Pelayanan Asuhan Pasien
    Mylindha P Maharani
    Belum ada peringkat
  • Angka Angka
    Angka Angka
    Dokumen1 halaman
    Angka Angka
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadah Meditasi
    Tata Ibadah Meditasi
    Dokumen2 halaman
    Tata Ibadah Meditasi
    Pinkan J. Lintong
    93% (14)
  • Memey ETIKA
    Memey ETIKA
    Dokumen11 halaman
    Memey ETIKA
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Pertemuan Cardio Edit
    Jadwal Pertemuan Cardio Edit
    Dokumen2 halaman
    Jadwal Pertemuan Cardio Edit
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadah Natal Rukun
    Tata Ibadah Natal Rukun
    Dokumen3 halaman
    Tata Ibadah Natal Rukun
    Pinkan J. Lintong
    100% (4)
  • Mioma Uteri
    Mioma Uteri
    Dokumen26 halaman
    Mioma Uteri
    JacksonSembel
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Hordeolum
    Lapkas Hordeolum
    Dokumen9 halaman
    Lapkas Hordeolum
    Ferdinan Goutama
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Tifoid
    Leaflet Tifoid
    Dokumen1 halaman
    Leaflet Tifoid
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • CHIKUNGUNYA
    CHIKUNGUNYA
    Dokumen5 halaman
    CHIKUNGUNYA
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Cacar Air
    Leaflet Cacar Air
    Dokumen1 halaman
    Leaflet Cacar Air
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Tata Ibadah Minggu Sengsara I
    Tata Ibadah Minggu Sengsara I
    Dokumen31 halaman
    Tata Ibadah Minggu Sengsara I
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Dokumen26 halaman
    Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Perbedaan
    Perbedaan
    Dokumen6 halaman
    Perbedaan
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Hifema Word
    Hifema Word
    Dokumen21 halaman
    Hifema Word
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Tidur (Pendahuluan)
    Gangguan Tidur (Pendahuluan)
    Dokumen1 halaman
    Gangguan Tidur (Pendahuluan)
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Laporan Stase Luar
    Laporan Stase Luar
    Dokumen6 halaman
    Laporan Stase Luar
    Miranti Indriyani Kumesan
    Belum ada peringkat
  • Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Dokumen26 halaman
    Power Point TB Paru Resisten Rifampisin
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • DISFAGIA
    DISFAGIA
    Dokumen10 halaman
    DISFAGIA
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Disfagia
    Disfagia
    Dokumen20 halaman
    Disfagia
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat
  • Slide Lapkas Mola Hidatidosa
    Slide Lapkas Mola Hidatidosa
    Dokumen31 halaman
    Slide Lapkas Mola Hidatidosa
    Pinkan J. Lintong
    Belum ada peringkat