Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan Jurtem: Konfik Sipil-Militer

Akar Masalah Konfik Sipil-Militer & Hubungan Sipil-Militer (HSM)


Teori Hubungan Sipil-Militer (HSM) berpengaruh dalam kestabilan berbangsa dan
bernegara, apalagi peran TNI/ABI dalam hal !perasi Militer Selain "erang
(!MS"), seperti penanganan ben#ana alam dan pembangunan desa$ Hal itulah
merupakan dinamika HSM$ Hampir %-&' tahun lalu, apalagi saat masih ban(ak
kon)ik di daerah-daerah, seperti Ambon, "oso, dan A#eh, dinamika proses HSM
(ang dialami TNI *ustru dielukan dan di#a#i-maki, sampai akhirn(a dielu-elukan
kembali$
+i sini peran ,arga sipil dalam hal penga,asan kiner*a militer men*adi atribut
(ang -undamental dan pras(arat proses berdemokrasi$ Apalagi bagi negara (ang
bertransisi men*adi negara demokrasi, dibutuhkan (ang naman(a kolaborasi
antara sipil dan militer$ "ihak sipil harus saling bela*ar memahami peran dan
kepentingan militer dalam konsolidasi dan transisi berdemokrasi$ .alu pihak
militer *uga bela*ar memahami dalam konteks (ang lebih luas bah,a iklim politik
demokrasi akan memberikan dampak keputusan terhadap -ungsi militer di
kemudian hari$
Beberapa permasalahan HSM an Solusin!a
&) Adan(a pergesekan dalam hubungan sipil-militer (aitu masalah mengelola
HSM dalam hal ini praetorian dlm mengekang kemampuan politik militer$
Maka, peran negara perlu menga,asi bagaimana HSM setelah kekuasaan
politik militer berhasil dibatasi$
/) +i lain pihak, pemerintahan (ang berasaskan demokrasi liberal selain
mengkha,atirkan para tentara (ang merupakan organisasi bersen*ata
disiplin (ang bisa sa*a mengan#am kebebasan, tapi *uga ketidakdisipilinan
militer *ustru bisa menimbulkan kerusakan dalam mas(arakat$ Maka
masalah kedua itu diperlukan aturan *elas bagi organisasi bersen*ata
disiplin tersebut dalam men*aga -ungsin(a (aitu pertahanan dan
keamanan (hankam) negara$
0) Bagaimana melindungi peran militer agar tidak ter*erumus dalam
problematika ganda tentara (aitu (&) tundukn(a angkatan bersen*ata di
ba,ah pemerintahan politik, dan (/) kontrol pemerintah atas ketundukan
tersebut (Menurut Ho,ard, &1234&/)$ Maka para politisi perlu melindungi
peran militer supa(a tidak men(alahgunakan peran tersebut$
5) Hubungan para pakar dengan Menteri "ertahanan (Menurut Hunington,
&11&4/')$ Maksudn(a di sini adalah Menhan (ang kurang memiliki
pengetahuan dan pengalaman memadai dalam men*alankan tugas dan
,e,enangn(a apalagi bila tergantung dengan masukan serikat para
*enderal$ Maka dalam hal ini, Menhan bisa mengambil sta- ahli di luar
establishment militer$ Namun masih men(isakan persoalan di mana para
per,ira (ang bertugas mau bersedia men*alankan tanggung *a,abn(a bila
tidak dilibatkan dalam kebi*akan$
6eempat masalah HSM tadi tidak bisa diselesaikan se#ara tuntas karena setiap
masalah #enderung berkaitan dengan masalah lainn(a$ 7ntuk men#apai tu*uan
dan kepentingan bersama, maka harus melibatkan pihak militer dalam
men(usun kebi*akan (ang rele8an dengan tanggung *a,ab mereka$
Mungkin bagi I isu atau permasalahan tadi belum didalami dan diha(ati oleh
seluruh lapisan mas(arakat sipil bahkan termasuk para pra*urit, pelaut, marinir,
dan penga,ak udara di lingkungan TNI$ .alu, *ika prinsip dasar dari HSM adalah
menempatkan kontrol sepenuhn(a di tangan sipil, pertan(aann(a bagaimana
sebuah bisa dibangun atas prinsip 9berbagi tanggung *a,ab:;
"engalaman membuktikan bah,a otoritas sipil sangat tergantung pada pakar di
kalangan militer karena mereka tidak sa*a memberikan masukan teknis dan
memimpin operasi militer, tetapi *uga membantu kelanggengan kontrol sipil
terhadap militer$ Bahkan di negara demokrasi liberal (ang sudah mapan
sekalipun, petinggi militern(a masih berhak memberi masukan dan aspirasi
terhadap atasan sipil mereka dalam setiap pengambilan keputusan (ang
berkaitan dengan pertahanan negara dan pengerahan pasukan$ <ontoh di
Indonesia saat Benn( Moerdani memimpin pasukan ke Thailand untuk
pembebasan atas pemba*akan pesa,at =aruda >o(la setelah berdiskusi dengan
Soeharto dan penanganan peristi,a Malari$
Ada 5 matrik keputusan (ang sentral dalam mana*emen pertahanan, di
antaran(a4
&) Strategis atau perangkat keputusan (ang menentukan tu*uan dan
perlengkapan (persen*ataan) untuk men#apain(a$
/) !rganisatoris (ang mengatur pembagian sumber-sumber pertahanan dan
tanggung *a,ab internal$
0) Sosial (ang men#akup aspek-aspek (ang berkaitan dengan angkatan
bersen*ata dan mas(arakat$
5) !perasional (aitu keputusan untuk mengerahkan pasukan$
+ari keempat matrik keputusan tadi, maka pemimpin sipil dan militer berbagi
tanggung *a,ab dan masing-masing akuntabel terhadap keputusan (ang diambil
dan konsekuensi (ang ditimbulkan oleh keputusan (ang dibuat dalam keempat
bidang di atas$
Menurut !:<onnor, isu HSM dia,ali dengan tahap krisis dihampir semua negara$
Mengapa; +ua kubu (ang agak berbeda ?naluri@ (dan emosionaln(a) maupun
persepsi tentang an#aman, #ara mengatasi dan kepekaann(a terhadap aktor/non
aktor (ang mungkin berpeluang men*adi tantangan sampai dengan an#aman$
Bisa *uga dia,ali karena ke#urigaan atau ketidakper#a(aan antar dua kubu,
apalagi kalau salah satu kubu merasa teran#am kepentingann(a$
Menurut Neubauer, HSM dideAnisikan sebagai interaksi antara lembaga militer di
satu sisi dengan pengambil keputusan negara/pemerintah , .SM, pemimpin opini
publik dan mas(arakat disisi lain$
"eran Meia engan HSM
+inamika HSM ter*adi *uga di tataran lebih ba,ah antara personil militer dengan
mas(arakat ditempat hiburan/publik, termasuk hubungan antara 6omandan-
komandan setempat, kepala satuan militer dengan pe*abat daerah setempat$
Isu-isu ini semakin membumi dengan semakin kon8ergenn(a media massa di
setiap kegiatan militer, bahkan di tempat pertempuran atau kon)ik sekalipun$
Membumin(a peluang ini mengis(aratkan bah,a akses ke-lembaga lembaga
militer sudah terbuka bagi siapapun *uga, sesuatu (ang tadin(a sulit sekali untuk
di*amah$ Begitu lebarn(a pintu akses ini sehingga mampu men*amah semua
bentuk pertempuran atau kon)ik (ang melibatkan militer dalam bentuk operasi
tertutup (covert) atau terbuka (overt) dan langsung maupun tidak langsung,
khusus atau bukan$ Anehn(a semakin berbaha(a *ustru semakin menarik
perhatian media masa untuk ikut meliputn(a$
#eori$ Riset$ an Stui mengenai HSM : %&%&'
Bea8er dengan Teori A*ensin(a men*elaskan ada empat (5) pola HSM seperti
tergambar diba,ah ini4

(ambar )* #eori A+ensi
Teori A*ensi di atas men*elaskan arah (ke#enderungan) kontrol sipil sub*ekti- akan
begerak semakin kekiri dan kontrol ob*ekti- bergerak semakin kekanan$
Bentangan dua (/) kutub kontrol tersebut dibagi dalam 5 kategori mulai dari <MI-
M> (Ckstrim sub*ekti-) sampai dengan <M7-MS diu*ung kanan (Ckstrim ob*ekti-)$
Selain Bea8er, deAnisi kontrol sipil ob*ekti- maupun sub*ekti- sudah ban(ak
di*elaskan Huntington$ 6ontrol sipil ob*ekti- intin(a me(akinkan bah,a elit militer
semakin e-ekti- dengan #atatan meminimumkan pengaruhn(a dalam
pengambilan keputusan nasional$ iset sebelumn(a tidaklah *elas
mengidentiAkasikan kriteria apa sebenarn(a (ang diperlukan guna menun*ukkan
bah,a HSM akan memperta*am dan mendukung proses demokrasi$
Berikutn(a Huntington men(ebut kontrol sipil terbungkus dalam dua tipikal$
"ertama kontrol sipil sub*ekti- dan kedua kontrol sipil ob*ekti-$ 6ontrol sipil
sub*ekti- di-okuskan kepada memaksimalkan kekuatan kontrol sipil atau
kelompokn(a$ Sedangkan kontrol sipil ob*ekti- -okus kepada memaksimalkan
pro-esionalisme "er,ira$
"embagian ini ada kaitann(a dengan tidak hadirn(a korps per,ira (ang
pro-essionalDsehingga bentuk kontrol sipil (ang paling memungkinkan adalah
kontrol sipil sub*ekti- (Ibid, hal %), periksa gambar di ba,ah ini$ Inti kontrol sipil
ob*ekti- me(akinkan bah,a elit militer akan semakin e-ekti- dengan #atatan
menurunkan pengaruhn(a dalam pengambilan keputusan nasional, periksa
gambar di ba,ah ini$
(ambar ,* kontrol sipil ob+ekti-
+eAnisi kontrol sipil ob*ekti- maupun sub*ekti- ada kaitann(a dengan teori "eter
Bea8er$ 6ebi*akan (Policy) adalah produk elit sipil, dan elit militer (ang akan
melaksanakann(a, suatu demonstrasi bah,a militer adalah subordinasi sipil$
Meningkatn(a manu8er kegiatan militer ke arah kontrol sipil sub*ekti- (periksa
kembali gambar no$&) memposisikan otoritas dan kebisaan (ability) sipil menurun
untuk mengontrol militer, serta semakin melibatkan militer dalam kan#ah politik
dan isu kelembagaan strategi keamanan nasional$ Semakin besar e-ekti8itas
militer didera situasi ini akan mengurangi kapabilitas (capabilities = abilities +
outcome) militer untuk mempertahankan negara (Eipp,ald, 1)$ Huntington
per#a(a dengan memaksimumkan kontrol sipil ob*ekti- sebagai #ara terbaik
men#apai HSM (ang e-ekti- (Ibid, %-1)$ Huntington menggunakan AS, Ferman dan
Fepang sebagai per#ontohan untuk membuktikan teorin(a$
Bagi Huntington pelaksanaan HSM tidaklah begitu sa*a harus tunduk kepada
aturan seperti damai atau perang, akan tetapi lebih kepada ideologi antara
mas(arakat sipil dan etika pro-esional militer$ 6ehadiran kontrol sipil ob*ekti-
sangat diperlukan dalam HSM (ang e-ekti-$
Beberapa penekatan alam HSM
&) +i Amerika Serikat, misaln(a, 9model misi: dimun#ulkan dari asumsi bah,a
militer akan lebih patuh ketika ada an#aman eksternal dibandingkan
ketika menghadapi an#aman internal$
/) 9Model kelembagaan: (ang menekankan perlun(a penguatan lembaga-
lembaga sipil untuk men*amin kontrol sipil (ang berkelan*utan$
0) 9Model supremasi sipil: (ang menegaskan bah,a kontrol memerlukan
inter8ensi akti- dari tokoh politik pada setiap le8el dalam proses kebi*akan$
5) 9Model humaniter: (ang mendorong tumbuhn(a hubungan (ang harmonis
di kalangan para elit pertahanan nasional baik sipil maupun militer$
#eori .Berbagi #anggung Ja/ab0
Teori ini men*elaskan bah,a kontrol sipil terhadap angkatan bersen*ata dikelola
dan dipelihara melalui pembagian tanggung *a,ab kontrol antara pimpinan sipil
dan per,ira militer$ +alam hal ini, pihak sipil bertanggung *a,ab dan akuntabel
terhadap aspek kontrol tertentu, dan pihak militer *uga bertanggung *a,ab dan
akuntabel terhadap aspek kontrol (ang lain$ Meskipun ada aspek kontrol tadi
(ang bisa digabung tetapi mereka tidak bisa dileburkan$
+alam konteks ini, perubahan dalam tata-aturan dan prosedur pengambilan
keputusan biasan(a bisa meningkatkan dinamika dalam hubungan sipil-militer,
sedangkan perubahan pada norma-norma dan prinsip tadi akan menimbulkan
kon)ik dalam hubungan sipil-militer$
Teori 9berbagi tanggung *a,ab: ini akan e-ekti- untuk men*elaskan dasar-dasar
kontrol sipil terhadap militer, memprediksi hasiln(a, dan membandingkan sistem
antar negara$ Teori ini berlandaskan pada dua asumsi, (aitu 9kontrol sipil: dan
9proses dinamis$: 6onsep 9kontrol sipil: bermakna bah,a sumber legitimasi dalam
menentukan arah dan aksi militer berasal dari otoritas sipil (ang berada di luar
establishment hankam atau militer$ Asumsi kedua menekankan bah,a kontrol
sipil merupakan proses (ang dinamis sehingga terbuka terhadap perubahan ide,
nilai, keadaan, isu, Agur dan tekanan-tekanan di masa krisis atau perang$
Teori dasar penempatan militer sebagai instrumen kekuatan nasional atau
kekuatan negara dan mendeAnisikan sebagai satu-satun(a pemilik instrumen
adalah politik negara atau otoritas negara (ba#a elit sipil) (ang dapat
memutuskan akti8asi kekuatan militer$ Teori dasar ini tetap men*adi sumber
kemun#ulan HSM dan terus melibatkan dua kubu (ang berbeda bersikapn(a$
Seni bagi elit sipil (ba#a seni berpolitik) akan terbentang dalam arena antara
?memungkinkan@ dan bisa di@nego@, sebalikn(a seni bagi militer membentang
antara disiplin dan kepatuhan$
"emberitaan !ang Mun1ul Berkaitan engan Konfik Sipil-Militer
(&)$ "eliputan kon)ik A#eh D seperti haln(a kon)ik Ambon D ditandai oleh
semangat pro-N6I (ang berlebihan, sehingga pers nasional hampir tidak
berusaha menggali akar permasalahan mengapa sebagian ,arga A#eh
mendukung =erakan A#eh Merdeka (=AM) atau mendukung tuntutan
pelaksanaan re-erendum di A#eh$ Semangat pro-N6I (ang berlebihan itu *uga
men(ebabkan pers menelan mentah-mentah reka(asa aparat inteli*en tentang
kon)ik antara kelompok 9pro-MS: dan 9pro-N6I: di Maluku$
(/)$ +alam peliputan kon)ik-kon)ik Ambon dan "oso, ban(ak *urnalis tidak
terbebas dari premordialitas mereka, sehingga pemberitaan media ikut
mengabadikan #itra mas(arakat a,am bah,a kedua kon)ik regional itu
merupakan 9kon)ik agama:$ +engan demikian, akar-akar permasalahan kon)ik di
kedua daerah itu (ang agak berbeda, (akni korupsi reGim Bupati Arie- "atanga di
"oso dan oposisi mahasis,a terhadap d,i-ungsi militer di Ambon, tidak
terungkap$
(0)$ "ada umumn(a, karena para *urnalis tidak dilengkapi pisau analisa sosial,
maka 9agama: para aktor (ang bertikai dianggap sebagai kategori sosial satu-
satun(a (ang paling rele8an$ "adahal, kon)ik dan kerusuhan sosial di antara
berbagai komunitas di daerah-daerah kerusuhan seperti di 6alimantan, Sula,esi,
dan 6epulauan Maluku, bahkan *uga di kota-kota besar di Fa,a, mengalami
eskalasi, karena ketumpangtindihan di antara -aktor--aktor kelas, etnisitas, dan
agama dari kominitas-komunitas (ang bertikai$ +alam arti, kelas atas didominasi
oleh komunitas atau kelompok etno-linguistik tertentu (ang memeluk agama
tertentu, sedangkan kelas ba,ah didominasi oleh kelompok etno-linguistik (ang
memeluk agama lain$
5) 6on)ik "alestina-Israel
2) 6on)ik "rotap di ,anda
"enutup
Fika di#ermati, kon)ik pembentukan "rotap bermula dari kon)ik politik$ Namun
oleh kedua surat kabar, digeser dan dibalut sebagai kon)ik dengan nuansa
agama dan kesukuan$ "ersoalann(a *ika media massa ikut terseret dengan
kon)ik bernuansa SAA dalam pemberitaan mereka, (ang menguat *ustru
terbangunn(a sikap prasangka antarberbagai kelompok sosial di mas(arakat$
"andangan penulis *elas, media massa mempun(ai kekuatan (ang ampuh dalam
mempengaruhi khala(akn(a$
!leh karena itu, metode ker*a media massa dalam meliput kon)ik politik
(ang dilabeli upa(a-upa(a politisasi agama dan kesukuan, harus memperoleh
perhatian serius$ "ertama, media massa harus men(adari tentang dampak (ang
mungkin ditimbulkan dari berita (ang diproduksi$ Apalagi *ika bahan baku berita
tersebut berasal dari in-ormasi (ang dibalut dengan membangkit-bangkitkan
simbol agama dan kesukuan (ang berpotensi men(untik sentimen massa$
Media massa harus mampu menseleksi mana -akta (ang la(ak untuk
diungkap, dan mana (ang tidak karena se*umlah pertimbangan etis$ Seleksi
-akta dilakukan untuk men(ortir pern(ataan-pern(ataan (ang berpotensi
mengganggu kohesi sosial (ang sudah terbangun$ Ibarat talang air (ang
menggero*og deras, para gete keeper harus mampu membuat alat pen(aring
agar ?kotoran-kotoran (ang ada@ mampu disaring$
6edua, media massa diharapkan mampu men#ari narasumber alternati-,
(ang tidak terlibat langsung dalam setiap kon)ik$ +engan menghadirkan
narasumber (ang netral, diharapkan pemberitaan media massa hadir dengan
perspekti- (ang lebih ari- dalam menilai kon)ik$ Salah satu perspekti-
pemberitaan (ang perlu dikembangkan pers adalah perspekti- pluralisme, (ang
men*amin tidak adan(a pemaksaan kebenaran oleh satu kelompok terhadap
kelompok lain$
6etiga, pers barangkali bisa bela*ar dari prinsip (ang dianut para *urnalis
perdamaian$ Menurut Annabel M#=oldri#k dan Fake .(n#h, perumus utama
konsep Furnalisme +amai, peker*aan *urnalis pertama-tama memang melakukan
inter8ensi$ "ilihann(a kemudian adalah pada etika ,arta,an$ Apakah #ampur
tangan ,arta,an digunakan untuk mendukung ter#iptan(a perdamaian, atau
sebalikn(a;
>arta,an dan pengelola media massa memang bukan pengobar kon)ik$ Namun
le,at kekuatan kata-kata, media massa dapat memantik kon)ik lan*utan dalam
arti (ang sebenarn(a$ 6asus di "alestina, ,anda, Ambon, "oso, dan belahan
bumi lainn(a (ang sedang ter*adi kon)ik seharusn(a men*adi peringatan bagi
mereka$ Semoga$

Anda mungkin juga menyukai