0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
270 tayangan8 halaman
Tumor tulang dapat diklasifikasikan menjadi tumor jinak (benign) atau ganas (malignan). Tumor jinak seperti osteoma, osteokondroma, dan kondroma umumnya tumbuh lambat dan tidak menyebar, sementara tumor ganas seperti kanker dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar. Beberapa tumor jinak tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma, osteokondroma, kondroma, dan giant cell tumor yang terlokasi di se
Tumor tulang dapat diklasifikasikan menjadi tumor jinak (benign) atau ganas (malignan). Tumor jinak seperti osteoma, osteokondroma, dan kondroma umumnya tumbuh lambat dan tidak menyebar, sementara tumor ganas seperti kanker dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar. Beberapa tumor jinak tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma, osteokondroma, kondroma, dan giant cell tumor yang terlokasi di se
Tumor tulang dapat diklasifikasikan menjadi tumor jinak (benign) atau ganas (malignan). Tumor jinak seperti osteoma, osteokondroma, dan kondroma umumnya tumbuh lambat dan tidak menyebar, sementara tumor ganas seperti kanker dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar. Beberapa tumor jinak tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma, osteokondroma, kondroma, dan giant cell tumor yang terlokasi di se
1. DEFINISI Tumor dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan sel baru yang abnormal, progresif, dimana tidak pernah menjadi dewasa disebut neoplasma. Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut (Robin, 1999). Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). Tumor tulang adalah kelainan yang bersifat neoplastic di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna (kanker). A. Tumor Jinak (Benigna) Tumor jinak (benign) bersifat tumbuh lambat, tidak menyerang dan menghancurkan jaringan yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara lokal sehingga mendesak jaringan sehat sekitarnya. Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan, (Robin dan Kumar, 1999). Tumor tulang benign biasanya berbatas tegas dan memiliki zona transisi antara tulang yang normal dan abnormal. Tumor ini menyebabkan tanda-tanda dan gejala perluasan dan tekanan pada struktur-struktur didekatnya. Jika bersifat kistik, biasanya disebabkan oleh fraktur patologis, (Patel, 2007). B. Tumor Ganas (Maligna) Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah kanker, yang memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berd ekatan, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebe lahan (invasi) atau menyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel kanker ke tempat yang jauh).
2. PREVALENSI Perbandingan insiden tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma 2
(39,3%), osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya tumor tulang jinak yang lain.
3. KLASIFIKASI a. Tumor Asal Jaringan Tulang (Osteogenik) i. Osteoma Tumor jinak yang hanya mengandung jaringan tulang, paling banyak ditemukan ada tengkorak dan sinus. Tumor ini bulat, batas tegas, dan tampak sebagai massa tulang padat yang tidak berbentuk tanpa kandungan kartilago. Gambaran radiologis akan terlihat sebagai bayangan opak yang bundar atau lonjong, dan berbatas tegas, (Rasad, 2011).
ii. Osteoid Osteoma Suatu tumor yang berdiameter kurang dari 1cm, biasanya merupakan lesi pada orang dewasa muda dengan gejala nyeri local. Tumor ini tampak sebagai suatu daerah lusen sirkular yang kecil.
The x-ray demonstrates an eccentric lytic lesion in the proximal femur in a child. There is surrounding reactive 3
sclerosis. Histology revealed osteoid osteoma. Osteoid osteoma may present as a lytic lesion.
b. Tumor Asal Jaringan Tulang Rawan (Kondrogenik) i. Kondroma Patel (2007), Kondroma merupakan suatu tumor kartilaginosa yang jinak. Tumor ini tampak sebagai lesi listik yang berbatas tegas dan jelas dengan bintik-bintik kecil kalsifiksi. Kondroma ditemukan pada semua usia, terjadi pada pria dan wanita. Sekitar 50% kondroma terjadi pada tulang tangan dan kaki, 40% pada tangan dan 10% pada kaki. Gambaran radiologik tulang rawan adalah radiolusen, sehingga tumor ini akan terlihat sebagai bayangan radiolusen yang berbatas tegas dengan medulla. Kadang tampak pelebaran tulang karena ekspansi dan penipisan korteks, kadang terlihat perkapuran, (Rasad, 2011).
Left: Well-defined lytic lesion with sclerotic margin and some expansion. There are fine calcifications. This patient presented with a fracture, which is a common first presentation of an enchondroma. Middle: Well-defined lytic lesion without a sclerotic border also with a fracture. Right: Lesion with irregular cortical bone destruction. Low-grade chondrosarcoma has to be included in the differential diagnosis, but is uncommon at this specific location.
4
ii. Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) Tumor tulang yang paling sering ditemukan. Tumor ini mengandung tulang dan kartilago, seringkali mengenai tulang panjang terutama sekitar lutut. Tumor sering ditemukan tumbuh menjauhi sendi, dengan lokasi paling sering ialah daerah metafisis pada femur bagian bawah dan tibia bagian atas. Tumor ini mungkin tumbuh tunggal ataupun multiple. Pada osteokondroma multiple herediter memiliki risiko transformasi keganasan menjadi kondrosarkoma, (Patel, 2007). Gambaran radiologik tampak penonjolan tulang dengan korteks dan spongiosa yang normal. Komponen tulang rawan seringkali tidak tampak karena berada diluar tulang dan hanya mampu dilihat melalui CT Scan. Seiring bertambahnya umur pasien, akan terlihat kalsifikasi pada tulang rawan yang makin banyak, (Rasad, 2011).
iii. Kondroblastoma Jinak Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tempat paling sering terserang adalah tulang humerus.Tumor ini dapat menimbulkan nyeri dan bengkak sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan, kadang setelah dilakukan pembedahan,tumor bisa tumbuh kembali, tumor ini akan di tangani 5
dengan eksisi, bedah beku atau radioterapi. Khas: lesi osteolitik pada tulang tarsal, patella atau epiphysis.
There is a well-defined lytic lesion located posteriorly in the proximal epiphysis of the tibia. On the radiograph there is some reactive sclerosis surrounding the lesion. There is no matrix formation. On the coronal T2-weighted image with fat suppression the lesion has a high SI and subtle internal ridges. There is edema of the entire epiphysis. On a sagittal T1-weighted image there is a discrete sclerotic margin. If there were signs of osteoarthrosis, the differential diagnosis would be a chondroblastoma and a degenerative cyst (or geode). iv. Kondroma Jinak Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul dibagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontgen atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor tersebut berpotensi berkembang menjadi kanker atau tidak. v. Fibroma Kondromiksoid Rasad (2011), tumor ini biasanya ditemukan pada anak- anak dan dewasa muda. Tumor ini memiliki gambaran radiologis berupa daerah yang tampak radiolusen di daerah metafisis tulang panjang, letak eksentris, batas tegas, kadang dengan pinggir sklerotik, 6
korteks menipis karena ekspansi tumor. Kalsifikasi jarang terjadi, dan gambaran menyerupai busa sabu atau soap bubble appereance.
Eccentric well-defined lytic lesion in the metaphysis of the proximal tibia in a young child. Contours are somewhat lobulated, narrow transitional zone. Differential diagnosis, because of the eccentric manifestation: non-ossifying fibroma or chondromyxoid fibroma. Axial T2-weighted image nicely shows the low SI sclerotic margin, high SI of the intrinsic part of the lesion, bone marrow edema and some soft tissue reaction. There is thick peripheral enhancement on sagittal T1-weighted after Gd- DTPA. The MR features support the diagnosis of CMF.
c. Tumor Tulang Lainnya i. Giant Cell Tumor Tumor jinak, dengan sekitar setengahnya ditemukan pada sekitar sendi lutut. Biasa dijumpai pada usia dewasa, dengan usia 30-40 tahun. Pada tulang panjang, tumor ini lokasinya di ujung tulang (subartikuler). Merupakan lesi litik pada region epifisis dengan penebalan kortikal, perluasan dan berpotensi menjadi neoplasma ganas. Secara radiologis tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang dengan batas tidak tegas. Terdapat zona transisi antara tulang. Korteks menipis dan bila tumor sudah besar dapat mengenai seluruh lebar tulang dan sering menjadi fraktur patologik. 7
On the left a giant cell tumor presenting as an eccentric lytic lesion in the medial epi- and metaphysis of the distal femur. There is a small transitional zone resulting in well-defined borders. Continue with the MR-images. MR-images of the same patient. Sagittal T1-weighted TSE images before and after Gd. The tumor extends to the subchondral bone plate with endosteal cortical involvement. There is inhomogeneous enhancement. On T2-weighted image, the tumor has a remarkable low SI, which is commonly seen in GCT. There is surrounding edema with high SI.
8
DAFTAR ISI
Patel, Pradip., 2007., Lecture Notes Radiology 2 nd ., Erlangga:Jakarta Rasad, Sjahriar., Radiologi Diagnostik., Badan Penerbit FKUI:Jakarta http://www.radiologyassistant.nl/en/p4bc9b15f76a78/bone-tumor-a- g.html#i4bc9b2665baaf diakses pada tanggal 09 Oktober 2014 http://learningradiology.com/notes/bonenotes.htm diakses pada tanggal 09 Oktober 2014