untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK UNTUK INFEKSI SISTEMIK Amfoterisin B
- Dihasilkan oleh Streptomyces nodous - Sukar diserap oleh saluran cerna jadi diberikan secara intravena - Mekanisme kerjanya : amfoterisin B berikatan dengan ergosterol dan mengubah permeabilitas sel dengan membentuk pori pori terkait amfoterisin B pada membran sel - Obat ini bekerja pada Candida Albicans , Cryptococcus neoformans , histoplasma capsulatum , Blastomyces dermatitidis , Aspergilus fumigatus - Efek samping : demam , menggigil , muntah , nyeri , kerusakan ginjal
Flusitonin Spektrum kerjanya lebih sempit dibanding amfoterisin B Bentuk sediaan nya oral Mekanisme kerja : flusitonin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sintesis deaminase dan di dalam sitoplasma bergabung dengan RNA dan menghambat sintesis DNA dan RNA Penggunaannya pada Streptococcus neoformas Penggunaannya di gunakan sebagai terapi kombinasi baik dengan amfotersisin B untuk meningitis kriptokokal , dan dengan itrakonazol untuk kromoblastomikosis Efek samping : toksisitas sumsum tulang disertai anemia , leukopenia , trombositopenia AZOL Adalah senyawa sintetik yang di dapat di golongkan sebagai imidazole : ketokonazol , mikonazol , klotrimazol triazole : itrakonazol , flukonazol , vorikonazol Mekanisme kerjanya : penurunan sintesis ergosterol melalui inhibisi enzim sitokom P450 jamur . Imidazol memiliki spesifitas yang lebih rendah dibanding triazol Penggunaannya : spesies Kandida , Cryptococcus neoformans , dermatofita 1. Ketokonazol Golongan azol pertama yang digunakan secara klinis Berbeda dengan triazol karena kecenderungannya untuk menghambat enzim sitokrom P450 lebih besar Indikasi : kandidiasis mukosa resisten yang kronis , kandidiasis vaginak Kontra indikasi : gangguan hati , kehamilan , menyusui Efek samping : mual , muntah , nyeri perut , sakit kepala 2. itrakonazol Tersedia dalam bentuk oral dan intravena Adsorbsinya meningkat dengan makanan dan pH lambung yang rendah Untuk terapi penyakit akibat jamur dimorfik histoplasma , blastomises , aspergilus Efek samping : mual , muntah 3. Flukonazol Bekerja menghambat pembentukan sterol pada membran sel jamur Sangat larut dalam air dan sangat baik dalam melakukan penetrasi ke cairan serebrospinal Toleransi pada saluran cerna nya lebih baik Pilihan untuk terapi : meningitis kriptokokus , kandidiasis mukokutan 4. Vorikonazol Merupakan triazol terbaru Tersedia dalam bentuk oral dan intravena Toksisitasnya : ruam , peningkatan kadar enzim hati , gangguan pengliatan OBAT ANTI JAMUR SISTEMIK PADA INFEKSI MUKOKUTAN 1. Gliserofulvin
- Adalah obat fungisatik yang sangat tidak larut dan berasal dari spesies penisilin , Penisillium griseofulvinum , penggunaan oral - Efektif untuk mengobati infeksi kulit dan uku yang menahun - Indikasi : infeksi dermatofitosis kulit - Kontra indikasi : gangguan fungsi hati , kehamilan - Efek samping : sakit kepala, mual ,muntah 2. Terbinafrin Golongan alilamin sintetik yang tersedia dalam bentuk oral Digunakan dalam terapi : dermatofitosis , onikomikosis Mekanisme kerja : mengganggu biosintesis ergosterol , terbinafrin menghambat enzim skualen epoksidase pada jamut Efek samping : keluhan saluran cerna , nyeri kepala TERAPI ANTI JAMUR TOPIKAL 1. Nistatin
- Berasal dari streptomyces moursei - Diberikan secara topikal - Indikasi : kandidiasis ( stomatitis , sariawan , vaginitis pada vagina ) - Efek samping : mual , muntah , diare 2. Azol Topikal Klotrimazol dan mikonazol sering digunakan Mikonazol - indikasi : terapi topikal tinea pedis , kandidiasis kulit - Kontra indikasi : hipersensitivitas - Efek samping : rasa terbakar , kemerahan 3. Alilamin Topikal Terbinafrin dan naftifin Keduanya efektif untuk terapi : tinea kruris dan tinea korporis