Anda di halaman 1dari 6

I.

Pengertian dan Latar Belakang



1.1 Pengertian Good Governance
Pemerintah atau Goverment dalam bahasa Inggris diartikan sebagai
The authoritative direction and administration of the aafairs of men/women in a
nation, state, city, etc (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas
kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya).
Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaan governance berarti tata pemerintahan dan
good governance bermakna tata pemerintahan yang baik.
Di satu sisi istilah good governance dapat dimaknai secara berlainan,
sedangkan sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya
kinerja pemerintahan, perusahaan atau organisasi kemasyarakatan. Apabila istilah
dirujuk pada asli kata dalam bahasa Inggris : governing, maka artinya adalah
mengarahkan atau mengendalikan, karena itu good governance dapat diartikan
sebagai tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi publik,
Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi
pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakan sipil yang dipresentasikan oleg
organisasi nonoemerintah dan sektor wisata. Singkatnya, tuntutan terhadap good
governance tidak hanya ditujukan kepada penyelenggara negara atau pemerintah,
melainkan juga pada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan
yang baik adalah baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsur dalam
pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbebturan, memperoleh
dukungan dari rakyat, serta terbebas dari gerakan-gerakan anarkis yang bisa
menghambat proses dan laju pembangunan, Pemerintahan juga bisa dikatakan
baik jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek produkivitas maupun dalam daya
belinya; kesejahteraan spiritualnya meningkat dengan indikator rasa aman,
bahagia, dan memiliki rasa kebangsaan yang tinggi.

1.2 Latar Belakang
Penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal
yang mendasar:
a. Tuntutan eksternal: Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untuk
menerapkan good governance Good governance telah menjadi ideologi baru
negara dan lembaga donor internasional dalam mendorong negara-negara
anggotanya menghormati prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi sebagai
prasayrat dalam pergaulan internasional.
b. Tuntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu
penyebab terjadinya krisi multidimensional saat ini adalah terjadinya abuse of
power yang terwujud dalam KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dan sudah
sedemikian rupa mewabah dalam segala aspek kehidupan. Proses check and
balance tidak terwujud dan dampaknya menyeret bangsa Indonesia pada
keterpurukan ekonomi dan ancaman korupsi berdampak negatif terhadap
pembangunan melalui kebocoran, mark up yang menyebabkan produk high
cost dan tidak kompetitif di kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat
menilai praktik KKN yang paling mencolok kualitas dan kuantitasnya adalah
justru yang dilakukan oleh cabang-cabang pemerintahan, eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Hal ini mengarahkan wacana pada bagaimana menggagas
reformasi birokrasi pemerintahan (governance reform)
Good governance ini dapat berhasil bila pelaksanaannya dilakukan dengan
efektif, efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta dalam suasana
demokratir, akintabel, dan transparan.

II. Prinsip dan Konsepsi Good Governance
2.1 Prinsip Good Governance
Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi pemerintahan
(governance) dengan pola pemerintahan uang tradisional terletak pada adanya
tuntutan yang demikian kuat agar peranan pemerintah dikurangi serta peranan
masyarakat (termasuk dunia usaha dan lemaga swadaya masyarakat) semakin
ditingkatkan dan semakin terbuka aksesnya.
Gambir Bhatta (1996) mengungkapkan bahwa unsur utama good
governance terdiri dari akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, seta aturan
hukum ditambah dengan kompetensi manajemen dan hak-hak asasi manusia.
UNDP (1997) mengemukakan bahwa prinsip yang harus dianut dan
dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan pemerintaahan yang baik,
meliputi:
a. Partisipasi
Setiap orang atau warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan
memiliki hak suara yang sala dalam proses pengambilan keputusan, baik
langsung maupun melalui pembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan
aspirasinya masing-masing
b. Aturan Hukum
Kerangka aturan hukum dan pertauran perundang-undangan harus berkadilan,
ditegakkan, dan dipatuhi secara utuh terutama aturan hukum tentang hak asasi
manusia.
c. Transparansi
Transparansi harus dibagun dalam kerangka kebebasan aliran informasi
d. Daya Tanggap
Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani
berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
e. Berorientasi Konsensus
Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai
kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesempatan yang
terbaik bagi kepantingan masing-masing pihak, dan jika dimungkinkan juga
dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan
ditetapkan pemerintah
f. Berkeadilan
Pemerintahan yang baik akan memebri kesempatan yang baik terhadap laki-
laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk mengkatkan dan
memelihara kualitas hidupnya.
g. Efektif dan efisien
Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu
yang sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber yang
tersedia dengan sebaik-baiknya.
h. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan dan organisasi sektor publik, swasta, dan
masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada
publik sebagaimana halnya kepada stakeholders.
i. Visi Straregis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perpektif yang luas dan jangka
panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan
tersebut
2.2 Konsepsi Good governance
Secara konseptual, pengertian kata baik (good) dalam istilah
kepemerintahan yang baik good governance mengandung dua pemahaman:
a. Nilai yang menjunjung tunggu keinginan/kehendak masyarakat, dna nilai-
nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial.
b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.
Lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good governance
berorintasi pada:
a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.
Mengacu pada demokratisasi dengan elemen konstitusi seperti legitimacy,
accountability scuring of human right, autonomy, and develution of power
dan assurance of civian control.
b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan nasional.
Bergantung pada sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan
administrasinya berfungsi secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan dalam kepemerintahan
dapat dikelompokan pada tiga kategori, yaitu:
a. Negara/Pemerintahan
Kegiatan kenegaraan melibatkan sektor swasta dan masyarakat madani.
b. Sektor Swasta
Pelaku sektir swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi
sistem pasar seperti industri pengelolaan perdagangan, perbankanm dan
koperasim termasuk sektof informal.
c. Masyarakat Madani
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada
diantara pemerintah dan perorangan yang mecakup perseorangan dan
kelompok yang berinteraksi secara sosial,politik, dan ekonomi.

III. Penerapan prinsip Good Governance pada Sektor Publik
Penerapan sembilan prinsip yang telah dijelaskan diatas dalam
penerapannya disesuaikan dan diarahkan kepada:
1. Stabilitas moneter, khususnya dolas AS hingga mencapai target wajar, dan
stabilitas harga kebutuhan pokok pada tingkat yang terjangkau.
2. Penanganan dampak krisis moneter, khususnya pengembangan proyek padat
karya untuk mengatasi pengangguran dan pencukupan kebutuhan pangan
3. Rekapitalisasi perusahaan kecil dan menengah yang sebenarnya sehat dan
produktif
4. Operasional langkah reformasi meliputi kebijaksanaan moneter, sistem
perbankan, kebijakan fiskal, dan anggaran serta penyelesaian utang swasta
dan restukturisasi sektor riil
5. Melanjutkan langkah menghadapi era globalisasi, khususnya meningkatkan
daya saing ekononomi
Penerapan good governance pada sektor publik tidak dapat terlepas dari
visi masa depan Indonesia sebagai fokus tujuan pembangunan kepemerintahan
yang baik, yakni sebagai pemerintah yang mewujudkan tujan negara.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta
cita-cita bangsa bernegara. Dengan demikian, diperlukan pengembangan dan
penerapan sitem pertanggungjawaban (akuntabilitas) yang tepat,jelas, dan
legitimate, sehingga berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab,
serta bebas dari KKN.
Dalam rangka pelaksanaan ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,
Nepotisme, dan Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme sebagai tindak lanjut
dari ketetapan MPR tersebut, maka diterbitkan instruksi Presiden Nomor 7 tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. Dalam pasal 3 undang-
undang tersebut dinyatakan tentanga asas-asas umum penyelenggaraan negara,
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas
profeionalitas, dan asas akuntabilitas.
Untuk menerapkan asas akuntabilitas, Inpres Nomor 7 tahun 1999
mewajibkan instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan mulai
pejabat eselon II keatas untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
pokon dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan
kebijaksanaan yang dipercayakan kepadanya berdasarkan perencanaan staregis
yang dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, Kepala Lembaga Adminsitrasi
Negara mengeluarkan surat keputusan nomor 589/IX/6/Y/99 yang diperbaharui
oleh Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Instansi pemerintah diwajibkan
membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Anda mungkin juga menyukai