Anda di halaman 1dari 156

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id










































ommit to user
ii
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)
MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR ABSTRAK SISWA











Disusun oleh :

Agin Widarti
S830809201




UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PASCASARJANA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iii
PEMBELAJARAN FISIKA MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)
MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN ANIMASI KOMPUTER
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR ABSTRAK SISWA


Disusun oleh :

Agin Widarti
S830809201



Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing
J abatan
N a m a Tanda Tangan Tanggal


Pembimbing I


Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001



..


J anuari 2011


Pembimbing II


Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 19520915 197603 2 001


..


J anuari 2011



Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Sains


Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001



ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ii
PERNYATAAN



Nama : Agin Widarti
NIM : S830809201

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJ ARAN FISIKA
MODEL SIKLUS BELAJ AR MENGGUNAKAN KIT LISTRIK MAGNET DAN
ANIMASI KOMPUTER DITINJ AU DARI GAYA BELAJ AR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR ABSTRAK : Studi Kasus Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik
Dinamis pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan Tahun
Pelajaran 2010/2011, adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya, dalam tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, J anuari 2011
Yang membuat pernyataan,


Agin Widarti










perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iii
MOTTO




Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad
(Q.S. Al Mujadilah :11 )























v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
iv

HALAMAN PERSEMBAHAN
















Karyaku ini kupersembahkan khusus untuk :
Suamiku tercinta dan anak-anakku Riza dan Adel
yang setia menemani hari-hariku dan
memberikan aku semangat yang begitu besar
Bapak dan ibu yang kuhormati, terima kasih atas
perhatian dan doa-doanya selama ini yang telah
memberiku semangat sampai akhir studi
Semua orang yang tulus menyayangi dan
mendoakanku selama masa studi
Teman-temanku di SMP Negeri 1 Karas
Almamater







vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan proposal tesis ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian sekaligus selaku pembimbing I yang
telah sabar memberikan masukan dan bimbingan selama penyusunan tesis ini.
3. Ibu Dra. Suparmi, M.A. Ph.D., selaku pembimbing II yang selalu sabar dalam
membimbing penulis menyusun tesis ini.
4. Bapak Widodo Kusmarjono, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Karas, Magetan.
5. Bapak Hariyanto, S.Pd M,Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1
Karangrejo
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vi
6. Suami dan anak-anakku tercinta yang selalu memotivasi dan memberikan
inspirasi untuk selalu berkarya.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains angkatan Paralel
September 2009 yang terus memberikan dorongan semangat.
8. Teman-teman guru SMP Negeri 1 Karas yang selalu memberikan dorongan
semangat.
9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu segala kritik dan saran selalu penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan tesis yang akan dilakukan.

Surakarta, J anuari 2011
Penulis


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
vii
ABSTRAK

AGIN WIDARTI. S830809201. Pembelajaran Fisika Model Siklus Belajar
(Learning Cycle) Menggunakan Kit Listrik Magnet dan Animasi Komputer
Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa (Studi Kasus
Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik dinamis pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis: Program
Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2010. Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. 2. Dra. Suparmi, M.A.
Ph.D
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet
terhadap prestasi belajar fisika (2) pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar fisika (3) pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar fisika, (4) interaksi antara model pembelajaran
learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika, (5) interaksi antara model pembelajaran
learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika, (6) interaksi
antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi
belajar fisika, (7) interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan
animasi komputer dan kit listrik magnet dengan gaya belajar dan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial
2x2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Karas
tahun pelajaran 2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster
random sampling, dipilih empat kelas. Kelas eksperimen I dengan perlakuan
menggunakan kit listrik magnet dan kelas eksperimen II dengan perlakuan
menggunakan animasi computer. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk
prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak dan non tes (angket) untuk gaya
belajar dan penilaian aspek afektif. Uji hipotesis penelitian menggunakan Anava
dengan desain factorial 2x2x2 dengan sel tak sama dengan bantuan software Minitab
15. Uji lanjut Anava menggunakan uji Scheffe.
Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) terdapat pengaruh model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet
terhadap prestasi belajar fisika (F
obs
=4,33 atau p =0,039); (2) tidak terdapat
pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika (F
obs
=
0,08 atau p =0,780); (3) terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar fisika (F
obs
=28,33 atau p =0,000); (4) ada interaksi
antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit
listrik magnet dengan gaya belajar siswa (F
obs
=27,85 atau p =0,000), (5) tidak ada
interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer
dan kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak siswa (F
obs
=0,000 atau p
=0,981), (6)tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir
abstrak siswa (F
obs
=0,23 atau p =0,630), (7) tidak ada interaksi antara model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer dan kit listrik magnet
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
viii
dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa (F
obs
=2,85 atau p =
0,094).
Hasil penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
fisika dengan animasi komputer lebih efektif daripada menggunakan kit listrik
magnet. Kemampuan berpikr abstrak siswa merupakan faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.

Kata kunci : siklus belajar, kit listrik magnet, animasi komputer, gaya belajar,
kemampuan berpikir abstrak, prestasi belajar, listrik dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ix
ABSTRACT

Agin Widarti, S830809201. Physics Learning by Learning Cycle Model using
Electric Magnetism KIT and Animation Computer Considered from Learning Style and
Abstract Thinking Ability. (A Case Study on Dinamic Electric for IX
th
student, State
Junior High School 1 Karas, Magetan in the Academic Year of 2010/2011).
Thesis: Graduate Program in Science Education Program, Postgraduate Program,
Sebelas Maret University, Surakarta, 2010. Advisor : 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,
M.Pd. 2. Dra. Suparmi, M.A. Ph.D
The aims of this research were to find out: (1) the effects of learning cycle
using electricity and magnetism kit and computer animation on the physic learning
achievement, (2) the effects of visual and kinesthetic learning styles on the physic
learning achievement, (3) the effect of high and low abstract thinking abilities on the
physic learning achievement, (4) the interaction between learning cycle using
electricity and magnetismkit and computer animation and learning style to the physic
learning achievement, (5) the interaction between learning cycle using electricity and
magnetism kit and computer animation and abstract thinking ability to the physic
learning achievement, (6) the interaction between learning style and abstract thinking
ability to the physic learning achievement, (7) the interaction between learning by
learning cycle using electricity and magnetismkit and computer animation ,learning style
and abstract thinking ability towards the physic learning achievement.
The method of the research was experimental method with factorial design of
2x2x2. Populations of the research were all students in grade IX SMP 1 Karas
Academic Year of 2010/2011. The samples of the research were taken by cluster
random sampling consisted of four classes. The 1
st
two classes was treated using
electricity and magnetism kit and the 2
nd
two classes was treated using computer
animation. The data was collected using test for student achievement and abstract
thinking ability, and non-test (questioner) for learning style and affective student
achievement. The research hypothesis was analyzed using Anova with 2x2x2
factorial design and unequal cell number calculate by software Minitab-15, then it
was tested continually using Scheffe test.
From the data analysis can be concluded that: (1) there was the effects of
learning cycle using electricity and magnetismkit and computer animation on the physic
learning achievement (F
obs
=4,33 or p =0,039), (2) there were not the effects of
visual and kinesthetic learning styles on the physic learning achievement (F
obs
=0,08
or p =0,780), (3) there were the effect of high and low abstract thinking abilities on
the physic learning achievement (F
obs
=28,33 or p =0,000), (4) there was interaction
between learning cycle using electric magnetism kit and animation computer and
learning style towards the physic learning achievement (F
obs
=27,85 or p =0,000), (5)
there was not any interaction learning cycle using electric magnetismkit and animation
computer and abstract thinking ability towards the physic learning achievement (F
obs
=
0,000 or p =0,981), (6) there was not any interaction between learning style and
abstract thinking ability toward the physic learning achievement (F
obs
=0,23 or p =
0,630), (7) there was not any interaction among learning cycle using electric
magnetismkit and animation computer , learning style and abstract thinking ability
towards the physic learning achievement (F
obs
=2,85 or p =0,094).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
x
Result of the research can be concluded that physics learning with animation
computer is more effective than electric magnetism kit. Abstract thinking ability of
student are important factors that are needed to be considered in promoting the
student achievement.

Key word: learning cycle, electricity and magnetism kit, computer animation,
learning style, abstract thinking ability, student achievement, electric dynamics.

















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJ UAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ............................................................. iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
ABSTRAK .......................................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 9
D. Perumusan Masalah ............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 11
BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 13
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 13
1. Hakikat Belajar ................................................................. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xii
2. Teori Belajar Kognitif ....................................................... 14
3. Teori Belajar Konstruktivisme .......................................... 20
4. Pembelajaran dengan Model Siklus belajar (Learning Cycle) 24
5. Media Pembelajaran .......................................................... 31
6. Media animasi Komputer .................................................. 34
7. Media Kit listrik Magnet .................................................. 39
8. Gaya Belajar siswa ............................................................ 40
9. Kemampuan Berpikir Abstrak .......................................... 44
10. Prestasi Belajar Fisika ..................................................... 48
11. Pembelajaran Fisika Materi Pokok Listrik Dinamis ....... 50
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 59
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 61
D. Pengajuan Hipotesis .............................................................. 68
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 70
A. Tempat dan Waktu Penelitian. 70
1. Tempat Penelitian ............................................................. 70
2. Waktu Penelitian ............................................................... 70
B. Metode dan Rancangan Penelitian ........................................ 71
1. Metode Penelitian ............................................................. 71
2. Rancangan Penelitian ......................................................... 72
C. Variabel Penelitian. 73
1. Variabel Bebas .................................................................. 73
2. Variabel Terikat. 75
D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. .... 76
1. Populasi ............................................................................. 76
2. Sampel ............................................................................... 76
E. Teknik Pengumpulan Data. ............................................... 77
F. Insrumen Penelitian. .......................................................... 78
G. Uji Coba Instrumen . ......................................... .. 79
1. Tes Prestasi Belajar. ...................................................... 79
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xiii
2. Tes Kemampuan Berpikir Abstrak . ............................. 85
3. Instrumen Penilaian Gaya Belajar ................................ 87
H. Teknik Analisis Data. ......................................................... 89
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................... 90
2. Uji Hipotesis . ............................................................... 91
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................. 97
A. Deskripsi Data ....................................................................... 97
1. Data Prestasi Belajar Fisika .............................................. 97
2. Data Gaya Belajar ............................................................. 100
3. Data Kemampuan Berpikir Abstrak .................................. 102
B. Pengujian Prasyarat Analisis .................................................. 105
1. Uji Normalitas ................................................................... 105
2. Uji Homogenitas ................................................................ 108
C. Pengujian Hipotesis . ............. 111
1. Hasil Uji Hipotesis ............................................................ 111
2. Uji Lanjut Pasca Anava ...................................................... 114
D. Pembahasan . ...................................................................... 116
E. Keterbatasan Penelitian..
128
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................ 130
A. Kesimpulan .......................................................................... 130
B. Implikasi ............................................................................... 132
C. Saran ..................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 138


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 The 5 E Learning Cycle Model ................................................. 25
Tabel 3.1 J adwal Penelitian ..................................................................... 71
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ............................................................... 73
Tabel 3.3 Rangkuman hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar 80
Tabel 3.4 Rangkuman hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Belajar
Aspek Afektif ...
81
Tabel 3.5 Rangkuman hasil Uji Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi Belajar 82
Tabel 3.6 Rangkuman hasil Uji Reliabelitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 82
Tabel 3.7 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ........... 83
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar .... 85
Tabel 3.9 Rangkuman hasil Uji Validitas Tes Kemampuan
Berpikir Abstrak ....................................................... 86
Tabel 3.10 Rangkuman hasil Uji Reliabelitas Tes Kemampuan
Berpikir Abstrak ....................................................... .. 86
Tabel 3.11 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Kemampuan
Berpikir Abstrak . 86
Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Kemampuan
Berpikir Abstrak ....................................................... 87
Tabel 3.13 Rangkuman hasil Uji Validitas Angket Gaya Belajar Siswa ... 88
Tabel 3.14 Rangkuman hasil Uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Siswa 89
Tabel 3.15 Rancangan Komputasi Data Statistik....................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xv
Tabel 3.16 Rangkuman Analisis Varians Tiga J alan ................................. 95
Tabel 4.1 Diskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Belajar Fisika ................ 97
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika ............................. 98
Tabel 4.3 J umlah Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual
Dan kinestetik ...........................................................................
100
Tabel 4.4 Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet ....
101
Tabel 4.5 Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer ..
101
Tabel 4.6 J umlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak
Tinggi dan Rendah
102
Tabel 4.7 Pembagian Kelompok Siswa ....................................................
103
Tabel 4.8 Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet ....
104
Tabel 4.9 Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer ..
104
Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga J alan ................................................
111
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model
112
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe) ........
114
v
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ........................................ 33
Gambar 2.2 Rangkaian Listrik dengan Animasi Komputer ...................... 38
Gambar 2.3 Kit listrik magnet ................................................................... 40
Gambar 2.4 Rangkaian listrik sederhana ................................................... 53
Gambar 2.5 Perpindahan muatan akibat perbedaan potensial listrik......... 54
Gambar 2.6 Arah arus pada rangkaian bercabang ..................................... 57
Gambar 2.7 Rangkaian Seri Resistor ........................................................ 58
Gambar 2.8 Rangkaian Resistor Paralel .................................................... 58
Gambar 4.1 DiagramBatang Prestasi Belajar Fisika Kelas Kit Listrik Magnet 99
Gambar 4.2. DiagramBatang Prestasi Belajar Fisika Kelas Animasi Komputer 99
Gambar 4.3 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika .......................................
106
Gambar 4.4 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas Kit Listrik Magnet..
106
Gambar 4.5 Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas Animasi Komputer .
107
Gambar 4.6 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Media .............
109
Gambar 4.7 Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Gaya Belajar .............
109
Gambar 4.8 Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xvii
Berpikir Abstrak .......................................... . 110
Gambar 4.9 DiagramANOM pengaruh media terhadap prestasi belajar.
115
Gambar 4.10 DiagramANOM pengaruh kemampuan berpikir abstrak 116
Gambar 4.11 Foto Penelitian. 224
vi
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xviii

DAFTAR LAMPIRAN


Halaman
Lampiran 1 : Silabus Mata Pelajaran Fisika .................................................
138
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................
140
Lampiran 3 : LKS dan contoh hasil kegiatan siswa ......................................
155
Lampiran 4 : Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa .....................................
163
Lampiran 5 : Angket Gaya Belajar Siswa .....................................................
165,./
Lampiran 6 : Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Abstrak .................................
171
Lampiran 7 : Tes Kemampuan Berpikir Abstrak ........................................
173
Lampiran 8 : Kisi-Kisi Tes Fisika .................................................................
182
Lampiran 9 : Tes Prestasi Belajar Fisika .......................................................
184
Lampiran 10 : Kisi-Kisi Angket Pengukuran Aspek Afektif..........................
194
Lampiran 11 : Hasil Uji Coba Instrumen Gaya Belajar..................................
199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xix
Lampiran 12 : Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Abstrak.......
202
Lampiran 13 : Hasil Uji Coba InstrumenPrestasi Belajar...
205
Lampiran 14 : Hasil Uji Coba Instrumen Aspek Afektif............................
208
Lampiran 15 : Data Induk Penelitian...............................................................
211
Lampiran 16 : Hasil Olah Data ......................................................................
215
Lampiran 17 : Hasil Analisis Varians............................................................
218
Lampiran 18 : Hasil Uji Scheffe......................................................................
223











xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xx
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu
bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang
bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat
terus menerus. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berlangsung
sangat pesat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut, setiap negara dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan
berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri.
Fisika merupakan bagian pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan
pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian
yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan fisika diarahkan
pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan
akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mulai tahun 2008 diujikan dalam Ujian
Nasional untuk tingkat SMP. Pada tahun pelajaran 2007/2008 nilai standar kelulusan
rata-rata 5,25 dan mulai tahun pelajaran 2008/2009 ditingkatkan menjadi 5,50.
Dengan penambahan nilai standar kelulusan tersebut maka semakin berat tantangan
yang harus dihadapi oleh para peserta didik untuk memperoleh nilai yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxi
syarat kelulusan. Apalagi banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari IPA, khususnya pada materi pelajaran fisika. Menurut pendapat
sebagian siswa di SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan, fisika merupakan mata
pelajaran yang sukar dipahami dan menjadi mata pelajaran yang kurang disukai. Dari
hasil pengamatan selama mengajar di SMP Negeri 1 Karas, sebagian siswa kurang
berminat mengikuti pelajaran apalagi bila pelajaran tersebut diberikan pada jam-jam
terakhir dimana kondisi anak sudah menurun dan konsentrasi belajar semakin
berkurang.
Tidak sedikit pula siswa yang takut dengan fisika sehingga malas untuk
belajar sehingga berakibat pada rendahnya prestasi hasil belajar. Hal itu dapat
ditunjukkan dari rendahnya jumlah siswa yang mempunyai nilai di atas KKM.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMP Negeri 1 Karas tahun pelajaran
2009/2010 untuk materi listrik dinamis yang harus dipenuhi adalah 67. Sedangkan
dari dokumen hasil ulangan harian materi listrik dinamis tahun pelajaran 2009/2010
diperoleh ketuntasan belajar kelas IX A 47%, kelas IX B 35%, IX C 53%, IX D
62%, IX E 50%, dan IX F 55%.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa belajar,
diantaranya kompetensi guru, kemampuan siswa, serta karakteristik dari mata
pelajaran yang diajarkan. Dari ketiga faktor tersebut guru mempunyai peran yang
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru tidak dapat digantikan
keberadaannya dalam proses belajar mengajar. Alat dan teknologi pendidikan
hanyalah merupakan sarana yang membantu agar pelaksanaan tugas guru lebih
efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxii
Guru hendaknya mengajarkan fisika dengan cara-cara menarik,
menyenamgkan dan diterima oleh daya nalar siswa sehingga siswa merasa senang
dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih jauh. Banyak model pembelajaran yang
dapat diterapkan guru agar pembelajaran fisika dapat lebih bermakna dan suasana
belajar lebih menyenangkan bagi siswa diantaranya adalah pembelajaran kooperatif,
siklus belajar (learning cycle), problem solving, problem posing, pembelajaran
berbasis masalah dan lain lain. Selama ini sebagian besar guru belum menggunakan
model pembelajaran yang bervariasi. Mereka cenderung menggunakan cara-cara
yang monoton sehingga siswa kurang termotivasi.
Selain itu agar terjadi kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan
dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saat ini media
komputer sudah menjadi media yang tidak asing bagi kalangan guru maupun siswa
dan bahkan sudah menjadi kebutuhan bagi para siswa tetapi tidak sedikit pula guru
yang belum menggunakan fasilitas tersebut di sekolah untuk keperluan
pembelajaran. Selain fasilitas sarana komputer, sarana laboratorium juga sudah
tersedia di sekolah-sekolah. Banyak peralatan laboratorium yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran fisika seperti kit listrik magnet, kit optik, kit mekanika
dan masih banyak lagi tetapi seringkali alat-alat tersebut belum digunakan secara
optimal.
Pelajaran IPA khusunya fisika di SMP kelas IX semester 1 mencakup materi
listrik statis, elemen dan sumber arus listrik, listrik dinamis, energi dan daya listrik,
serta kemagnetan. Materi listrik dinamis adalah materi pelajaran fisika yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxiii
abstrak karena siswa tidak bisa melihat bagaimana arus listrik mengalir dan
bagaimana resistor dapat menghambat arus listrik. Namun materi listrik dinamis juga
bersifat konkret karena efek dari arus listrik bisa dirasakan dan diamati. Karena itu
materi listrik dinamis merupakan salah satu materi yang banyak menuntut siswa
untuk memiliki daya imajinasi dan daya nalar yang tinggi, misalnya memahami
gambar rangkaian, menghitung hambatan pengganti, menentukan arah aliran arus
listrik, dan sebagainya. Media mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran agar
abstraksi dari arus arus listrik dapat divisualisasikan. Banyak ragam media yang
dapat digunakan diantaranya kit listrik magnet, video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan animasi komputer. Namun
pada kenyataannya, tidak semua guru mau menggunakan kit listrik magnet untuk
melakukan percobaan dengan beberapa sebab seperti keterbatasan ruang
laboratorium IPA yang dipakai untuk laboratorium biologi sekaligus fisika,
keterbatasan sarana dan waktu dalam menyiapkan alat tersebut sehingga kegiatan
percobaan menjadi terkendala. Selain menggunakan kit listrik magnet, materi listrik
dinamis yang bersifat abstrak sekaligus konkret dapat divisualisaikan dengan
menggunakan media animasi komputer
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tidak hanya tergantung pada
pemilihan model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan tetapi ada
faktor lain yang turut berperan dalam keberhasilan tersebut. Kemampuan awal,
kreatitifitas, motivasi, gaya belajar, kemampuan berpikir juga turut berperan dalam
keberhasilan pembelajaran. Kemampuan seseorang (siswa) untuk memahami dan
menyerap pelajaran sudah bisa dipastikan berbeda tingkatannya. Ada yang cepat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxiv
sedang dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang
sama. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di
papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba
memahaminya, tetapi sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan
cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu ada pula siswa-siswa lain yang lebih suka membentuk
kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran
tersebut. Pendek kata setiap orang (siswa) akan memiliki gaya belajar (learning
style) tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran, hingga
menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif untuk diproses menjadi suatu
perilaku seimbang untuk mengembangkan dan menghadapi permasalahan
berikutnya.
Cara-cara yang dipilih oleh siswa dalam belajar akan menyesuaikan dengan
kebiasaan mereka dalam gaya belajar dan kemampuan berpikirnya masing-masing.
Perbedaan itu menunjukkan cara tercepat, terbaik dan paling seimbang bagi setiap
individu untuk bisa menyerap informasi dari luar dirinya (Hamzah B. Uno, 2005:
108). J ika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang
(siswa), kemungkinan akan lebih mudah bagi kita untuk memandu dan memilih cara
yang tepat untuk memberikan informasi pengajaran hingga diharapkan dapat
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
Dari berbagai masalah yang telah dikemukakan di atas dicarikan pemecahan
masalahnya yaitu penggunaan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxv
kondisi di SMP Negeri 1 Karas. Selain itu perlu diupayakan suatu media
pembelajaran alternatif, di luar media yang biasa dipakai di sekolah, yang
memudahkan siswa untuk memahami konsep fisika materi listrik dinamis sehingga
diharapkan prestasi belajarnya bisa ditingkatkan. Komputer adalah salah satu media
pembelajaran alternatif yang bisa digunakan untuk pembelajaran fisika.
Media komputer memiliki kemampuan yang cukup banyak yaitu menyimpan
informasi, mengolah informasi, menyajikan data, menampilkan animasi, dan lain-
lain. Dengan kemampuan itu maka komputer bisa dijadikan media pada
pembelajaran fisika materi listrik dinamis sehingga siswa akan lebih mudah
memahami konsep fisika. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran
bermacam-macam bentuknya tergantung kecakapan pendesain dan pengembang
pembelajarannya. Bisa berbentuk permainan (games) atau mengajarkan konsep-
konsep abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio yang
disimulasikan dengan gerakan atau dianimasikan.
Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran fisika di SMP perlu diterapkan
model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajaran yang memberi peluang
kepada siswa untuk mengaktualisasikan diri. Berdasarkan pandangan penulis perlu
dilakukan optimalisasi pembelajaran yang mengacu pada hakekat sains/fisika di
SMP. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan hakekat sains adalah model
pembelajaran siklus belajar atau learning cycle (LC). Model pembelajaran learning
cycle (LC) merupakan model pembelajaran berorientasi konstruktivistik sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran fisika. Model pembelajaran
tersebut perlu dioptimalkan agar terjadi pembelajaran bermakna sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxvi
paradigma konstruktivistik. Konsep implementasi pembelajaran dengan model LC
adalah mengajar suatu konsep/materi pokok dijabarkan dalam fase-fase yaitu
eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep (LC tiga fase) atau
engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (LC lima fase).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memperoleh pemikiran bahwa
dalam pembelajaran fisika, prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Karas dapat
ditingkatkan melalui penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat. Hal ini
tentu saja tetap memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa sebagai
subyek didik. Faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan
ragam gaya belajar dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing
siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Mata pelajaran IPA kembali menjadi mata pelajaran yang diujikan dalam ujian
nasional tetapi banyak siswa SMP Negeri 1 Karas kurang berminat belajar
fisika.
2. Motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika rendah karena
guru melaksanakan pembelajaran secara monoton, padahal berbagai model
pembelajaran telah dikembangkan seperti model pembelajaran kooperatif,
siklus belajar (learning cycle), problem solving, problem posing, pembelajaran
berbasis masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxvii
3. Peran guru dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk menggunakan fasilitas
belajar di sekolah masih belum maksimal sehingga potensi yang dimiliki siswa
belum dapat digali sepenuhnya.
4. Beberapa media pembelajaran fisika telah tersedia seperti kit, animasi
computer, video, modul, dan lain-lain namun masih banyak guru yang belum
menggunakannya.
5. Pembelajaran fisika yang dilaksanakan belum dapat membantu mempermudah
belajar siswa, karena guru belum memperhatikan kondisi siswa yang berbeda-
beda seperti kemampuan awal, kreatifitas, gaya belajar, kemampuan berpikir
siswa.
6. Perhatian dan pendekatan kepada siswa yang memiliki karakteristik belajar
berbeda-beda dalam suatu kelas dengan jumlah siswa yang banyak, masih
terabaikan dari perhatian guru. Hal ini dikarenakan padatnya materi yang tidak
seimbang dengan alokasi waktu yang tersedia.
7. Proses pembelajaran masih kurang optimal karena skenario pembelajaran
belum memperhatikan gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa.
8. Beberapa materi IPA (fisika) yang disajikan pada siswa kelas IX semester 1
antara lain listrik statis, elemen dan sumber arus listrik, listrik dinamis, energi
dan daya listrik, serta kemagnetan. Diantara materi tersebut terdapat
keterkaitan namun guru belum menunjukkan keterkaitan tersebut.
9. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
penilaian IPA sebaiknya mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxviii
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti memberi batasan masalah sebagai
berikut :
1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IX semester satu SMP Negeri 1 Karas
Kabupaten Magetan Provinsi J awa Timur Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Penelitian ini menerapkan model Siklus Belajar (Learning Cycle)
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer pada pembelajaran
fisika.
3. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
pokok Listrik Dinamis dengan pencapaian indikator yang dikembangkan oleh
peneliti
4. Prestasi belajar siswa ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa.
5. Dalam penelitian ini prestasi belajar fisika adalah sesuatu yang telah dicapai
dari hasil kegiatan belajar fisika pada aspek kognitif yang diperoleh dari tes
prestasi belajar dan aspek afektif diperoleh dari angket yang diberikan setelah
proses pembelajaran berlangsung .

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan
kit listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxix
2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika?
3. Apakah terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar fisika?
5. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?
6. Apakah terdapat interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir
abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?
7. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika?

Section 1.01 E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet
dan animasi computer terhadap prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxx
3. Pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
4. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar fisika
5. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika
6. Interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika terhadap prestasi belajar fisika
7. Interaksi antara model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.

Section 1.02 F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Masukan bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya serta
menumbuhkan rasa keingintahuan sebagai bekal hidupnya di masa yang akan
datang.
b. Masukan bagi para pendidik untuk selalu meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya dengan melakukan inovasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxi
c. Bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet dan animasi komputer.
2. Manfaat Teoritis
a. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mendukung teori-
teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitianpenelitian selanjutnya bagi
peneliti lain yang relevan.
c. Masukan kepada semua pihak dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa.











perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxii
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan
hakikat belajar, teori belajar Konstruktivisme, model siklus belajar, hakikat gaya
belajar, hakikat kamampuan berpikir siswa dan prestasi belajar siswa. Dengan
adanya teori-teori yang tersusun diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan kerangka pemikiran yang dijadikan dasar untuk penyusunan hipotesis.
1. Hakikat Belajar
Hakikat belajar menurut Gagne, belajar dapat didefiniskan sebagai suatu
proses di mana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman
(Ratna Wilis, 1989:11). Sedangkan menurut pandangan teori belajar bermakna
(meaningfull learning), Ausubel menjelaskan bahwa belajar itu merupakan proses
bagaimana caranya agar sesuatu yang diketahui seseorang dapat dibentuk secara
terstruktur dalam dirinya(Ratna Wilis, 1989: 112). Dengan demikian belajar dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa pembentukan suatu kemampuan yang sebelumnya
tidak mampu dilakukan.
Sementara menurut Ujang Sukandi (2004:3), belajar merupakan proses aktif
membangun makna atau pemahaman dari informasi dan pengalaman oleh si
pembelajar. Pendapat ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Slameto (1998:2),
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxiii
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang belajar. UNESCO
mengemukakan bahwa pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar
mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup
dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be) (Mulyasa, 2003: 17). Manusia adalah makhluk yang mengusahakan
sendiri apa yang dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan sejak lahir.
Untuk itu manusia diperlengkapi oleh Tuhan dengan akal, sehingga dengan ini dia
bisa mengembangkan potensi potensi yang dimilikinya. Belajar adalah bentuk
kegiatan untuk mengembangkan semua potensi itu. Secara umum kita mengartikan
belajar sebagai usaha untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk menguasai ketrampilan
tertentu. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu: adanya perubahan tingkah
laku, sifat perubahannya relatif permanen serta perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan.
Dengan demikian belajar adalah suatu proses yang disengaja untuk
mendapatkan perubahan-perubahan pada diri individu yang meliputi sikap,
pengertian baru, dan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman baik yang diperoleh
melalui latihan-latihan maupun hasil dari pengalaman.

2. Teori Belajar Kognitif
Menurut pandangan psikologi kognitif, belajar merupakan hasil interaktif
antara apa yang diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika
belajar. Ahli psikologi kognitif beranggapan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran peserta didik. Teori belajar kognitif berkembang dari kerja para tokoh seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxiv
Piaget dan Vygotsky. Berikut ini adalah uraian teori belajar kognitif menurut
pandangan kedua tokoh tersebut.
a. Teori Belajar Piaget
Menurut pandangan Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah
menurut perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosional, perkembangan kognitif (berpikir) dan perkembangan bahasa. Oleh
Piaget diungkapkan bahwa struktur intelektual (skemata) terbentuk ketika siswa
berinteraksi dengan lingkungan (Ratna wilis Dahar, 1989:150). Piaget juga
mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif siswa selama di sekolah bersifat
eksternal. Hal ini berarti perkembangan kognitif siswa di sekolah dipengaruhi oleh
kejadian saat di kelas, misalnya informasi guru, metode mengajar serta media
pengajaran. Sehingga metode pembelajaran yang dilakukan guru selama di kelas
sangat mempengaruhi perkembangan kognitif siswa
Perkembangan kognitif siswa sebagian besar tergantung pada seberapa jauh
siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara individu siswa
dengan lingkungan merupakan sumber pengetahuan baru. Namun interaksi dengan
lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu mampu memanfaatkan pengalaman dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Piaget berpandangan bahwa perkembangan intelektual siswa
didasarkan pada dua fungsi yakni organisasi dan adaptasi (Ratna Wilis Dahar,
1989:150). Organisasi memberikan kemampuan untuk mensistematika dan
mengorganisir proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur
dan saling berhubungan. Sedangkan fungsi kedua yakni adaptasi, semua organisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxv
lahir dengan kecenderungan untuk beradaptasi pada lingkungan dengan melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang siswa
menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimiliki untuk menanggapi
masalah yang dihadapi dengan lingkungannya, sedangkan pada proses akomodasi
seseorang siswa memerlukan modifikasi struktur mental yang telah dimiliki dalam
merespon terhadap tantangan lingkungannya.
Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. J ika
seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan akibatnya terjadilah akomodasi serta menimbulkan
perubahan sehingga timbul struktur pengetahuan yang baru. Pertumbuhan intelektual
merupakan proses yang terus-menerus dari ketidakseimbangan dan keadaan
setimbang. J ika terjadi keseimbangan kembali maka individu tersebut berada pada
tingkat kognitif yang lebih tinggi dari tingkat kognitif sebelumnya.
Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan struktur kognitif
dan setiap akan melewati tahapan demi tahapan secara herarki namun perkembangan
itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda, tergantung dari seberapa jauh anak
dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget mengidentifikasi empat tahapan
perkembangan kognitif seorang anak, yaitu :
1) Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun).
Tingkat sensori motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Pada periode
ini anak : (a) mengadaptasi dunia luar melalui perbuatan; (b) mula-mula belum
mengenal bahasa atau cara lain untuk memberi label pada obyek atau perbuatan; (c)
di akhir tahap ini telah sampai pada pembentukan struktur kognitif sementara untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxvi
mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya terhadap waktu, benda, ruang dan
kausalitas. Anak mulai mengenal atau mempunyai bahasa untuk memberi label
terhadap benda atau perbuatan.
2) Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun).
Periode ini disebut pra operasional karena pada umur ini anak belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.
Pada periode ini anak : (a) mulai meningkatkan kosa kata; (b) membuat penilaian
berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual; (c) mengelompokkan benda-
benda berdasarkan sifat-sifat; (d) mulai memiliki pengetahuan mengenai benda-
benda serta mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya;
(e) mempunyai pandangan egosentrik dan subyektif.
3) Tahap Operasional Kongkrit (7 - 11 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Pada periode ini anak : (a) mulai
memandang dunia secara obyektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak; (b) mulai
berpikir secara operasional dan menggunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda; (c) membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana dan mempergunakan
hubungan sebab akibat; memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, luas
dan berat.
Tetapi tidak berati bahwa anak-anak pada tingkat operasional konkrit lebih pandai
dari pada anak-anak prasekolah, tetapi mereka memperoleh kemampuan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxvii
utuk memecahkan masalah-masalah yang sebelumnya belum dapat mereka pecahkan
dengan benar.
4) Tahap operasional Formal (11 tahun ke atas)
Pada periode ini anak : (a) mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi yang
terbentuk pada tahap sebelumnya; (b) membuat hipotesis, melakukan penelitian
terkontrol, dapat menghubungkan bukti dan teori; (c) membangun dan memahami
penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dan logika.
Pada periode operasional formal, anak-anak sudah berpikir sebagai orang
dewasa, dengan kata lain ia sudah dapat berpikir tentang yang dipikirkan dan ia juga
dapat menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol. Usia siswa SMP
tergolong berada pada tingkat perkembangan kognitif operasional formal sehingga
mampu melakukan pengontrolan terhadap suatu variabel, misalnya untuk
pembelajaran fisika seperti melakukan pengukuran kuat arus dan tegangan listrik
pada materi Listrik Dinamis, besarnya kuat arus dan tegangan listrik dapat dilihat
dari angka yang ditunjukkan pada ampermeter dan voltmeter.

b. Teori Vygotsky
Proses perkembangan mental menurut Vygotsky lebih menekankan pada hakekat
sosiokultural dari pembelajaran dimana pembelajar tinggal yakni interaksi sosial
melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone
Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi
apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxviii
tugas-tugas itu berada dalam Zone Proximal Development (ZPD) siswa, yaitu tingkat
perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual
siswa yang dimiliki saat ini.
Vygotsky dalam Slavin (1994:37), memberikan batasan tentang teori
perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan
yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog dan kerjasama antar individu
siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Karas yang rata-rata
mempunyai usia lebih dari 12 tahun, siswa dalam usia perkembangan ini memasuki
tahapan operasional formal. Pada tahapan ini kemampuan anak tidak terbatas pada
obyek-obyek konkrit tetapi anak sudah dapat memandang kemungkinan-
kemungkinan yang ada melalui pemikirannya, serta dapat berpikir logis. Termasuk
melakukan operasi-operasi matematik dan memahami simbol-simbol besaran yang
sering digunakan dalam pelajaran fisika.


3. Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam proses pembelajaran saat ini terjadi pergeseran paradigma yang perlu
mendapat perhatian para pendidik, yakni perubahan paradigma dari mengajar ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xxxix
belajar. Paradigma belajar tidak cukup siswa belajar dengan instruksi guru dalam
mentransfer pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa perlu mengkonstruksi ilmu
yang dipelajarinya. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivis (Nikson dalam
Hudojo, 2003:1) adalah :
Membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip dengan
kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu
terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi
konsep/prinsip baru . Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman
terjadi karena terbentuknya skema dalam benak siswa.

Pembelajaran konstruktivis menekankan kepada pentingnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Menurut Bettencourt dalam Paul Suparno (2007:8), pengetahuan
merupakan bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang
sudah jadi dan tidak dapat berubah, tetapi pengetahuan harus dibentuk sendiri dalam
pikiran siswa . Belajar pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu
proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap, dan sempurna. Seorang
guru tidak dapat mentransfer begitu saja pengetahuannya ke dalam pikiran siswa
karena pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui
kegiatan berpikir seseorang.
Pengetahuan yang sudah dimiliki guru fisika tidak dapat begitu saja
dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Sebagai contoh, ketika guru
mengajarkan materi listrik dinamis tentang hukum Ohm kepada siswa. Hukum Ohm
sudah diketahui oleh guru cukup lama sejak duduk dibangku SMP, kemudian
dilanjutkan di SMA sampai perguruan tinggi sehingga pengetahuan itu semakin
lengkap. Bagi siswa hukum Ohm merupakan pengetahuan baru yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xl
dibentuk dalam pikirannya. Apabila siswa salah dalam mengkonstruk pengetahuan
baru yang didapatnya maka siswa tersebut akan mengalami salah konsep atau
miskonsepsi.
Agar pembelalajaran fisika bermakna bagi siswa, maka pembelajaran fisika
sebaiknya dimulai dengan masalah-masalah yang nyata. Kemudian siswa diberi
kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri dengan skema yang
dimiliki dalam pikirannya. Dalam pembelajaran fisika, guru harus menempatkan
siswa dalam kondisi aktif, sehingga siswa akan terlibat langsung dengan proses dan
obyek yang dipelajari. Siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,
menganalisis, dan merangkumnya sebagai suatu pengetahuan yang utuh. Selain
dapat mendukung perkembangan kognitif, cara belajar yang menempatkan siswa
dalam keadaan aktif belajar akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinisiatif dan membentuk konsep yang lengkap.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran
fisika, guru perlu berusaha memahami bagaimana siswa belajar; yaitu proses siswa
dalam mengkonstruk konsep fisika yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian
guru perlu mengkonstruk teori belajar fisika dan kemudian mendesain model
pembelajaran yang sesuai untuk diaplikasikan dalam kegiatan di kelas.
Pandangan konstruktivistik menyatakan bahwa dalam belajar siswa
merespon pengalaman-pengalaman pancaindra dengan mengkonstruksi suatu skema
atau struktur kognitif dalam otak. Individu berusaha memahami situasi atau
fenomena apapun yang mereka jumpai dalam kehidupan. Konsekuensi dari
pemahaman ini adalah terbentuknya struktur kognitif yang berupa keyakinan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xli
pengertian, atau penalaran sebagai pengetahuan subyektif siswa. Dari pandangan ini
diketahui bahwa pengetahuan atau pengertian yang diperoleh siswa adalah sebagai
akibat dari proses konstruksi (aktif) yang berlangsung terus menerus dengan cara
mengatur, menyusun dan menata ulang pengalaman yang dikaitkan dengan struktur
kognitif yang dimiliki. Struktur tersebut berkembang sebagai akibat modifikasi dan
pengayaan pengalaman siswa. Oleh karena proses penguasaan kosep terjadi dalam
pikiran siswa sebagai hasil interaksi pancainderanya dengan lingkungan sekitarnya
maka pengetahuan tidak dapat semata-mana ditransfer oleh guru kepada siswa.
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, belajar juga memiliki dimensi
sosial (Tobin et al, 1990). Tanggung jawab untuk belajar dan pemahaman terletak
dalam diri pebelajar sendiri. Walau demikian, pebelajar perlu waktu untuk
mengalami, merefleksikan pengalaman dikaitkan dengan pengetahuan awal mereka,
dan menyelesaikan berbagai masalah yang muncul. Pebelajar perlu waktu untuk
mengklarifikasi, mengelaborasi, mendeskripsikan, membandingkan,
menegosiasikan, dan mencapai konsensus mengenai makna suatu pengalaman yang
mereka peroleh. Walau pemahaman konsep terjadi pada diri siswa, proses
pembelajaran melibatkan bahasa atau suara melalui diskusi. Interaksi yang dapat
menghasilkan suatu wacana (discourse) antar siswa dapat membantu mereka
memperjelas apa yang ia maksud sehingga membantu proses penentuan apakah
suatu pengertian dapat berlaku.
Dari pandangan konstruktivistik dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa karena merekalah yang harus
menyusun konsep-konsep yang ditemukan atau diperoleh. Siswa harus berperan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlii
aktif dalam perolehan suatu konsep. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator
yang dapat membantu siswa mempermudah atau mempercepat pemahaman dan
memberikan arahan agar tidak terjadi kesalahan konsep.
Praktik pembelajaran konstruktivistik seperti dipaparkan di atas membantu
siswa untuk menginternalkan, membentuk kembali, atau mentransformasikan
informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru (Gadner, 1991:
) yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang
mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau
menaikan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali
ide-ide sebelumnya. Dalam setting kelas konstruktivistik, para siswa
bertanggungjawab terhadap pembelajarannya, menjadi pemikir otonomi,
mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang,
dan menemukan jawaban secara mandiri (Brook & Brook, 1993; Duit, 1996; Savery
& Duffy, 1996). Model desain lingkungan belajar konstruktivistik (J onassen dalam
Reigeluth (Ed), 1999) terdiri dari pemberian masalah (konteks, representasi,
manipulasi ruang), kasus-kasus berhubungan, sumber-sumber informasi, cognitive
tool, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan
kontekstual. Penciptaan lingkungan konstruktivistik dapat dilakukan melalui
penerapan model pembelajaran berorientasi konstruktivistik oleh guru, penyediaan
bahan ajar yang dapat mendorong siswa belajar, atau penciptaan kondisi sekolah
yang kondusif untuk belajar. Terdapat beberapa model pembelajaran berorientasi
konstruktivistik yang dapat diterapkan oleh guru seperti pembelajaran kooperatif,
siklus belajar (learning cycle), problem posing, problem solving, pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xliii
berbasis masalah, dan lain-lain. Model-model tersebut menyediakan lingkungan
yang dapat mendorong siswa belajar (stimulate to learning) sehingga pembelajaran
di sekolah berpusat pada siswa (student centered). Dalam penelitian ini digunakan
model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) untuk mengatasi rendahnya
motivasi dan prestasi belajar fisika.

4. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah
suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Menurut Herron (dalam Ratna Wilis,
1989:164) LC pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept
application). Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami
pengembangan .Tiga siklus tersebut saat ini oleh Lorsbach dikembangkan menjadi
lima tahap yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement),eksplorasi
(eksploration), penjelasan (eksplanation), elaborasi (elaboration/ekstension) dan
evaluasi (evaluation) (Made Wena, 2009:170).
Arindawati, (2004:86) menuturkan Learning Cycle merupakan salah satu
model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang fleksibel, guru dapat
menggunakan format pembelajaran yang berbeda (misalnya diskusi, praktikum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xliv
membaca dan informasi) pada tahap yang berbeda, lima tahap tersebut boleh dirubah
namun urutan tahapan tidak boleh dirubah atau dihilangkan salah satunya.
Kegiatan setiap tahap pada siklus belajar dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel: 2.1 The 5 E Learning Cycle Model
Fase Aktifitas
Engagemen
(Pendahuluan)
Guru menunjukkan obyek, peristiwa atau mengajukan
pertanyaan untuk memotivasi siswa.
Guru menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
pengetahuan/kegiatan yang akan dilakukan siswa
Exploration
(Eksplorasi)
Siswa mengeksplorasi obyek dan fenomena yang
ditunjukkan secara konkrit
Siswa melakukan aktivitas hands-on (praktikum) dengan
bimbingan guru
Explanation
(Eksplanasi)
Siswa menjelaskan pemahamannya tentang konsep dan
proses yang terjadi pada aktivitas hands-on
Guru memperkenalkan konsep dan keterampilan baru atau
meluruskan konsep/keterampilan siswa yang keliru
Elaboration
(Elaborasi)
Siswa mengaplikasikan konsep baru dalam konteks lain
untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilannya

Evaluation
(Evaluasi)
Guru menilai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
siswa.
Kegiatan guru memberikan kemungkinan untuk
mengevaluasi kemampuan siswa dan efektivitas

Dengan model pembelajaran LC guru dapat merencanakan suatu pembelajaran yang
dapat membuat siswa berani untuk mengungkapkan pendapat atau ide-idenya tanpa
rasa takut, selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yang
disesuaikan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa.
Dalam penelitian ini akan digunakan siklus belajar lima fase sehingga
konsep yang akan diajarkan dimulai dari fase enggagement dan diakhiri dengan
kegiatan evaluation. Dalam fase pertama, engagement atau kegiatan pendahuluan,
guru berusaha membangkitkan minat dan keinginantahuan (curiosity) siswa tentang
topik yang akan diajarkan dengan mengajukan pertanyaan tentang proses faktual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlv
dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Siswa akan
memberikan respon dimana jawaban siswa tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
mengetahui bekal konsep awal siswa tentang pokok bahasan dan mengidentifikasi
adanya kesalahan konsep yang dimiliki siswa. Dari jawaban-jawaban siswa tersebut,
guru dapat mengarahkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan materi yang
akan dipelajari. Pemecahan masalah tersebut akan dilakukan pada kegiatan belajar
fase berikutnya yaitu eksplorasi.
Pada tahap kedua, exploration atau eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk
menguji prediksi dan atau membuat prediksi baru, mencoba alternatif pemecahannya
dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide.
Dengan kata lain, pada tahap eksplorasi ini, siswa berkesempatan untuk terlibat
dalam aktivitas belajar. Siswa bekerja dengan bahan-bahan dan mengamati
fenomena-fenomena yang terjadi memberikan kesempatan siswa untuk menggali
pengetahuan yang mendasar akan gejala alam. Bekerja bersama dalam sebuah team
juga memberikan pengalaman bekerja bersama dan berbagi informasi. Pengajar
bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan material serta membimbing siswa
untuk sampai kepada fokusnya. Proses bertanya siswa akan menentukan proses
pencarian pengetahuan pada tahap ini.
Pada fase explanation atau penjelasan konsep, siswa mulai memasukkan
pengalaman abstraknya dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan. Peranan bahasa
dalam hal ini sangat penting untuk menjadi jembatan antara peristiwa dan formasi
logika. Komunikasi akan terjadi antara siswa dan rekan-rekannya dan juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlvi
pengajarnya. Tidak jarang siswa juga bertanya-tanya kepada dirinya sendiri dan hal
ini merupakan bagian dari gaya belajar siswa.
Bekerja dalam kelompok kecil sangat baik karena dapat mendukung siswa
dalam mengutarakan pengamatannya dan menganalisis bersama dalam bentuk ide-
ide, hipotesis maupun pertanyaan-pertanyan baru yang timbul setelah diskusi.
Dalam diskusi peranan bahasa sangat sentral karena dapat memberikan kemungkinan
bagi siswa untuk berbagi informasi maupun hasil analisis yang abstrak. Penjelasan
guru diantara diskusi siswa juga dapat membantu siswa dalam hal terminologi baru
yang harus digunakan untuk menjelaskan fakta-fakta yang diamati. Dalam
pembelajaran fisika hal ini sangat penting karena pengamatan yang tidak dapati
diamati dalam kegiatan sehari-hari memerlukan bahasa dan terminologi tertentu.
Guru dalam tahap ini dapat menilai tingkat pemahaman siswa dan juga kemungkinan
terjadinya miskonsepsi. Selain itu tingkat pemahaman siswa dalam berpikir seperti
menggunakan metode ilmiah dapat dilihat dari pekerjaan selama tahapan explaining.
Selama fase elaboration/extention, siswa menerapkan konsep dan
ketrampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Pada
tahap ini siswa mengembangkan lebih jauh konsep-konsep yang telah berhasil
dijelaskan pada tahap sebelumnya. Kegiatan-kegiatan seperti membuat hubungan
dengan konsep-konsep lain yang terkait atau menerapkan konsep-konsep barunya
kepada situasi baru di seputar kehidupan siswa adalah hasil positif yang didapat dari
tahapan-tahapan berlajar konstruktivistik ini. Guru dalam hal ini dapat mengingatkan
siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/bukti-bukti saat
mereka mengeksplorasi sitasi baru. Strategi eksplorasi diterapkan untuk bertanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlvii
mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan
pengamatan.
Dalam fase evaluasi guru dapat memberikan asesmen mengenai
perkembangan pengetahuan siswa, tingkat pemahaman maupun miskonsepsi siswa
selama menjalankan proses belajar dalam proses instruksional tersebut. Beberapa
instrumen penilaian yang sesuai dengan proses instruksional dapat digunakan,
misalnya lembar pengamatan guru akan kegiatan siswa, portofolio yang dirancang
untuk memenuhi tugas topik tertentu, hasil proyek yang diselesaikan siswa serta
masalah-masalah baru yang dapat diangkat siswa merupakan tanda-tanda kemajuan
berpikir siswa. Bukti-bukti konkrit seperti hasil komunikasi siswa dengan rekan-
rekan dan juga pengajar sangat penting digunakan sebagai instrumen evaluasi. Hasil
evaluasi ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah berikutnya seperti
memberi fokus baru atau memperdalam di jalur sebelumnya.
Model siklus belajar lima fase atau 5E merupakan sebuah lingkaran
kostruktivis dimana pengetahuan siswa dibangun sedikit demi sedikit, diperkuat dan
dilanjutkan. Pada penerapannya dapat timbul banyak pertanyaan baru yang
memungkinkan dijalankan siklus 5E tersebut dapat berjalan untuk membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit.
Model pembelajaran LC patut dikedepankan, karena sesuai dengan
pandangan teori belajar Piaget dalam Arifin (1995:12) yang menyatakan bahwa
belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan
fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang
dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlviii
individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan
proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi
individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon
terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan
data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses
ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi
ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi
pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada
konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep
yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep.
Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah
dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon
yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Dalam model siklus belajar siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi
informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi
dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep
yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Dengan demikian
proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa,
seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep
yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses
pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xlix
menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh siswa untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Cohen dan Clough (dalam Soebagio, 2000:55) menyatakan bahwa LC
merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sain di sekolah menengah karena dapat
dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari
dimensi guru penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan
kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari
dimensi siswa, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut:
(1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa;
(3) pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi
diperkirakan sebagai berikut : (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang
menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran; (2) menuntut kesungguhan
dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran; (3)
memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi; (4)
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan
melaksanakan pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Learning Cycle merupakan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan pengembangan konsep yaitu
bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa
dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
l
pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

5. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
Dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima. Sadiman (2002: 6) memberikan definisi media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Zainal Aqip (2002:58)
media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. AECT (Association of
Education and Communication Technology) (1971) memberikan batasan tentang
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi.
Media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran disebut media
pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2006: 4) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
li
recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Dari beberapa definisi tentang media di atas, dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi
dari pengirim kepada penerima. Sedangkan media pembelajaran adalah seperangkat
benda atau alat yang berfungsi dan digunakan sebagai pembantu fasilitator atau
pengajar (guru) dalam komunikasi dan interaksi suatu proses pembelajaran dengan
tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi
pembelajaran kepada siswa.
Media banyak digunakan oleh guru untuk membuat pengajaran lebih konkrit.
Salah satu teori yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale Cone of Experience (Kerucut
Pengalaman Dale). Menurut Azhar Arsyad (2003:9) kerucut pengalaman Dale
merupakan pengembangan yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang
dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman
langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang
kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada hal yang abstrak (lambang verbal)
yang digambarkan seperti gambar 2.1 (Azhar arsyad, 2003: 10).






Abstrak
Gambar diam,
Rekaman radio
Gambar hidup/ film
Televisi
Wisata
Lambang
visual
Demonstrasi
Partisipasi
Abstrak
Iconik
Enactive
Verbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lii






Dasar pengembangan kerucut pada gambar 2.1 bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan (jumlah jenis indra yang turut serta selama penerima
isi pengajaran atau pesan). Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling
utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan,
penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan istilah learning by doing.
Dalam perkembangannya, media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
percetakan konvensional. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang
menggabungkan penemuan mekanik dan elektronik untuk tujuan pengajaran.
Teknologi yang muncul terahir adalah teknologi mikro-prosesor yang melahirkan
pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.
Perkembangan teknologi komputer yang pesat saat ini menyebabkan semakin
meningkatnya jumlah perangkat keras komputer yang beredar di pasaran dengan
harga yang relatif terjangkau. Akibatnya jumlah kepemilikan perangkat komputer,
baik oleh lembaga pendidikan ataupun perorangan semakin meningkat. Hal ini
mendukung pemanfaatan teknologi untuk maksud pengajaran antara lain visualisasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
liii
pemodelan, simulasi, pemetaan dan sebagainya, termasuk didalamnya sebagai media
pembelajaran fisika.
6. Media Animasi Komputer
Komputer sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia
pendidikan, komputer telah digunakan dalam beberapa bidang. Komputer yang
digunakan dalam dunia pendidikan disebut komputer digital (digital computer).
Percival dan Ellington (1988:137) mendefinisikan komputer sebagai alat
yang dapat menerima informasi, diterapkan untuk prosedur pemrosesan informasi,
dan memberikan hasil informasi baru dalam bentuk yang digunakan oleh pemakai.
Penggunaan komputer dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Komputer sebagai kalkulator super
Komputer digunakan untuk membuat perhitungan sehari-hari misalnya untuk
menghitung kemiringan (slope) grafik, uji statistik, mengolah hasil eksperimen dan
lain-lain.
b. Komputer untuk mengajar komputer dan memprogram komputer
Dalam kurikulum pendidikan dimasukan pelajaran pemrograman komputer. Siswa
diajar bagaimana mempelajari, menggunakan dan menyusun program komputer.
c. Komputer dalam proses belajar mengajar
Dalam pendidikan komputer digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Komputer mampu memberikan kontribusi yang penting bagi pelaksanaan pendidikan
dan latihan, yakni dalam bentuk pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer
Assisted Learning, disingkat CAL).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
liv
Komputer yang digunakan dalam proses belajar mengajar ada dua model
penggunaannya, yakni :
1) Sebagai Tutor Pengganti (Substitute Tutor)
Dalam fungsinya sebagai tutor pengganti, siswa dapat berinteraksi langsung dengan
komputer yang telah diprogramkan secara khusus untuk menjawab berbagai
pertanyaan siswa, yang timbul dari berbagai pertanyaan tambahan atau menyediakan
informasi tambahan, sebelum meminta siswa untuk mengulangi jawaban sekali lagi.
2) Sebagai Laboratorium Simulasi (Simulated Laboratory)
Pada model laboratorium simulasi, komputer menyediakan kemudahan bagi siswa
yang hendak melaksanakan eksperimen berdasarkan sistem model yang telah
diprogram. Komputer bukan semata-mata sebagai alat instruksional tetapi
merupakan sumber belajar.
d. Komputer dalam bidang administrasi atau manajemen
Dalam bidang administrasi, komputer digunakan sebagai perencanaan waktu maupun
pengawasan anggaran. Komputer digunakan pula untuk manajemen dan proses
belajar mengajar yang disebut sebagai komputer pengelola belajar (Computer
Managed Learning atau CML). CML sifatnya lebih kepada pendorong (supportive)
atau supervise, meringankan beban guru atau pelatih terhadap berbagai tanggung
jawab yang membosankan, tanggung jawab manajerial yang memakan waktu agar
memungkinkan bagi mereka untuk dapat belajar lebih lama dan menemukan
berbagai kebutuhan khusus dari siswa.
e. Penggunaan komputer sebagai pusat data (Data-base)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lv
Komputer diprogram untuk menyimpan data atau sebagai bank data. Penggunaan
komputer sebagai penyimpan informasi telah sangat meluas. Bank data elektronik
memungkinkan untuk digunakan jarak jauh apabila menggunakan terminal komputer
jarak-jauh (remote computer terminal) yang dihubungkan ke pusat komputer dengan
jaringan telepon umum.
Media komputer yang dipakai pada materi pokok rangkaian listrik arus
searah ini lebih merupakan komputer simulasi walaupun tidak mutlak. Merrill, dkk
(1996:370) berpendapat bahwa simulation is an experience designed to give the
illusion of reality, sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono (1988:25), simulasi
adalah tiruan atau perbuatan yang berpura-pura saja.
Metode simulasi dilakukan dengan tujuan agar siswa memperoleh sesuatu hal
tanpa menempuh kegiatan yang sesungguhnya (Sarosa purwadi, 1980 :19). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa simulasi komputer adalah pembelajaran menggunakan
komputer untuk menggambarkan konsep yang konkret maupun abstrak. Dengan
kemampuan animasinya, komputer digunakan untuk mensimulasikan konsep yang
ada pada materi listrik dinamis agar lebih mudah dipahami.
Media komputer yang digunakan untuk penelitian ini adalah menampilkan
program V1-lab yang berisi materi listrik dinamis. Materi pokok listrik dinamis yang
terdiri dari Arus listrik, Hukum Ohm dan Hambatan Listrik, Rangkaian Hambatan
Seri dan Paralel, Pengukuran Besaran-besaran Listrik, Energi Listrik dan Daya
Listrik mampu disajikan oleh V1-lab dengan mudah dan bagus. Penyajian materi
berupa gambar dua dimensi berwarna-warni yang disertai penunjukan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lvi
pengukuran arus atau tegangan listrik akan memperjelas materi yang bersifat abstrak
ini sehingga membuat siswa paham dan tidak merasa bosan.
Simulasi yang digunakan pada proses belajar materi listrik dinamis ini adalah
simulasi komputer yang merupakan salah satu model CAL. Dengan simulasi
komputer, siswa mendapatkan pengetahuan dengan melihat animasi dari konsep
yang bersifat konkret maupun abstrak pada materi listrik dinamis. J adi meskipun
siswa tidak melaksanakan percobaan secara langsung di laboratorium tetapi siswa
akan merasa benar-benar melakukan dan mengamati percobaan.
Seperti media maupun metode yang lain, media komputer memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dari media komputer antara lain: mengelola siswa untuk
mencoba hal-hal baru tanpa takut salah, memungkinkan siswa belajar dengan
kecepatan masing-masing, siswa dapat belajar lebih efektif, membantu
pengembangan sosialisasi dan sikap siswa secara positif, dan dapat membantu
kemajuan siswa lebih cermat. Sedangkan keterbatasan penggunaan media komputer
antara lain: relatif masih tetap lebih mahal, sehingga biaya pemanfaatan komputer
dalam pembelajaran masih diperhitungkan, rancangan dan produksi software untuk
tujuan pendidikan masih relatif sedikit, masih jarang materi pelajaran yang dirancang
menggunakan komputer, kreativitas siswa mungkin hanya terpaku pada
pembelajaran yang disajikan komputer sehingga respon siswa yang kreatif dan hakiki
terabaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lvii

Gambar. 2.2 Rangkaian Listrik dengan Animasi Komputer
Gambar 2.2 menunjukkan rangkaian listrik menggunakan program animasi
komputer. Siswa bisa membuat rangkaian listrik dengan memilih jenis lampu yang
mempunyai spesifikasi yang berbeda-beda dengan cara mengklik tombol lights dan
menempatkannya pada papan rangkaian yang tersedia. Spesifikasi dari komponen
atau alat listrik yang dipilih terlihat pada tempat di pojok kiri atas. Dengan cara yang
sama siswa dapat memilih berbagai jenis komponen atau alat listrik yang lain yang
tersedia dalam program tersebut seperti baterai (batteries), saklar (switches), audio,
hambatan (resistor). Hasil pengukuran tegangan, kuat arus dan hambatan dapat
terbaca langsung pada panel yang terdapat di bawah papan rangkaian. Simbol
digunakan untuk menghubungkan dan memutus rangkaian, untuk memindahkan
dan menghubungkan komponen yang dipilih, untuk memutar posisi alat listrik
dan komponen , untuk memutuskan kawat penghubung maupun menghilangkan
komponen dan alat listrik yang tidak digunakan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lviii
.
7. Media Kit Listrik Magnet
Kit Listrik Magnet adalah seperangkat alat percobaan yang biasa dipakai
pada pembelajaran fisika materi listrik dan magnet. Kit listrik dan magnet terdiri dari
peralatan yang telah tertata pada dudukan (tray) yang tertulis sesuai dengan urutan
yang tercetak di bagian dalam penutup kotak. Masing-masing komponen
ditempatkan pada denah dengan diberi nama dan gambar teknis supaya mudah dan
cepat mengetahui tata letak komponen bila memerlukan maupun menata kembali.
Dalam kegiatan percobaan kit listrik magnet masih perlu dilengkapi dengan
komponen dari luar kit yaitu peralatan umum seperti: catu daya, multimeter, dan
basic meter. Meskipun demikian, peralatan kit listrik magnet dapat digabungkan
dengan peralatan lain untuk menambah inovasi dalam pembelajaran fisika dengan
syarat masih sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Melalui media Kit Listrik Magnet siswa memperleh pengetahuan melalui
kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik kemudian merangkainya
dalam suatu papan rangkaian. Melalui kegiatan praktik secara langsung siswa
dimungkinkan dapat merencanakan dan melibatkan diri dalam investigasi sehingga
mereka dapat mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, dan membuat
keputusan sendiri sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep dan
prinsip dengan lebih baik. Kelemahan dari media Kit adalah adanya resiko apabila
terjadi kesalahan penyambungan rangkaian seperti korslueting, kerusakan alat dan
bahaya tersengat arus listrik. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan kecermatan
dalam menggunakannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lix

Gambar 2.3 Kit listrik magnet
Gambar 2.3 menunjukkan contoh penggunaan kit listrik magnet yang
digunakan dalam rangkaian percobaan listrik. Komponen dan alat listrik yang akan
dirangkai ditata pada papan rangkaian. Untuk menghubungkan komponen dan alat
listrik tersebut dapat digunakan penghubung jembatan yang telah tersedia. Basic
meter unit digunakan untuk mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian.
Sumber tegangan yang digunakan dapat berasal dari baterai maupun catu daya.

8. Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. (Bobbi DePorter, 2008 : 112-113).
Ada dua faktor utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana ia
menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, bagaimana cara ia
mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). J ika seseorang sudah
akrab dengan gaya belajarnya maka ia dapat mengambil langkah-langkah penting
untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lx
Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah pertama
adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial atau
kinestetik (VAK). Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik
belajar melalui gerak dan sentuhan. Meskipun kebanyakan diantara sekian banyak
orang (siswa) belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan
tertentu, namun kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya.
Michael Grinder dalam (Bobby DePorter, 2008 : 112) telah mengajarkan
gaya-gaya belajar kepada banyak instruktur. Tercatat bahwa dalam setiap kelompok
yang terdiri dari tiga puluh orang, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar cukup
efektif dengan cara visual, auditorial dan kinestetik sehingga mereka tidak
membutuhkan perhatian khusus. Delapan orang sisanya, sekitar enam orang memilih
satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi modalitas lainnya. Sehingga
setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah, kecuali
jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang
mereka pilih. Bagi orang-orang seperti ini, mengetahui cara belajar terbaik mereka
bisa berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang siswa lainnya
mengalami kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
Karakteristik masing-masing modalitas belajar
1). Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya untuk kemudian
bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxi
menyukai gaya belajar visual. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu
(infiormasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; kedua,
memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; ketiga, memiliki pemahaman yang
cukup terhadap artistik; keempat, memiliki kesulitan berdialog secara langsung;
kelima, terlalu reaktif terhadap suara; keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan;
ketujuh, sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa
digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang
menggembirakan. Salah satunya adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk
menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film,
slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar atau sejenisnya yang
semuanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2). Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)
Gaya belajar Auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Orang yang menyukai gaya
belajar seperti ini harus mendengar dulu baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakteristik pertama gaya belajar ini adalah semua
informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; kedua, memiliki kesulitan untuk
menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga, memiliki kesulitan
menulis ataupun membaca.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan orang untuk belajar apabila ia
termasuk yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. Pertama,
menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxii
bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk
kemudian didengarkan kembali. Kedua, wawancara atau terlibat dalam kelompok
diskusi, Ketiga, mencoba membaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk lisan
dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Keempat, melakukan
review secara verbal dengan teman atau guru.
3). Gaya Belajar Kinestetik (Kinestetic Learners)
Dalam gaya belajar kinestetik, siswa harus menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Ada beberapa
karakteristik model belajar seperti ini diantaranya: pertama, menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus mengingatnya.
Kedua, hanya dengan memegang , orang ini sudah bisa menyerap informasinya tanpa
membanca penjelasannya. Ketiga, tidak tahan duduk terlalu lama mendengarkan
pelajaran. Keempat, bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik.
Keempat, memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan
mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan
yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman
dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau
bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan secara tetap membuat
jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter
kinestetic learners juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi
dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau
memahami fakta. Penggunaan komputer bagi orang kinestetik akan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxiii
membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch
(sentuhan), sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain
itu, agar belajar menjadi lebih efektif dan berarti, orang dengan karakter kinestetik
disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di
lapangan.
Berdasarkan pemilihan modalitas sebagaimana diuraikan pada gaya belajar di
atas, maka pada penelitian ini variabel moderator yang digunakan dibatasi pada gaya
belajar visual dan kinestetik.
9. Kemampuan Berpikir Abstrak
Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks
yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir menurut Suryabrata merupakan proses
aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan pengertian,
pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan (Suryabrata,1993:54). Sedangkan
menurut Iskandar (2009: 86), kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran
yang reflektif, kritis dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang
melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang
terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, atau
komunikasi sebagai landasan kepada satu keyakinan dan tindakan. J adi kemampuan
berpikir merupakan kegiatan penalaran dalam upaya untuk pembentukan konsep,
pengalaman dan kesimpulan tertentu.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yaitu
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau sering disebut faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxiv
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama adalah kemampuan yang
dimilikinya, besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut
Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:14) Bahwa Penampilan yang dapat diamati
sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan (capabilities).Materi
pelajaran di sekolah disusun dengan suatu urutan tertentu. Dalam urutan tersebut
terdapat materi pelajaran yang menjadi dasar untuk mempelajari mata pelajaran lain,
sehingga materi tersebut harus dikuasai atau paling tidak harus sudah ada pada diri
siswa. Kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang baru disebut
kemampuan tingkat berpikir.
Menurut Ngalim Purwanto (1991:118) Untuk menerima pelajaran yang baru
diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang telah dipelajari pada
waktu yang lalu. J adi kemampuan tingkat berpikir menjadi dasar untuk mempelajari
pengetahuan baru dan untuk mendapatkan kemampuan yang lebih tinggi. Sedangkan
yang dimaksud kemampuan berpikir adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
relevan, yang telah dimiliki siswa pada saat akan memulai mengikuti suatu program
pengajaran. Seberapa jauh siswa dapat menggunakannya akan menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran baru yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir tersebut.
Kemampuan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tentunya
berbeda-beda. Siswa datang ke sekolah dengan membawa berbagai bekal
kemampuan dan dari latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru harus
mencatat atau memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual diantara para
siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxv
Berkenaan dengan kemampuan berpikir tiap individu, Piaget berpendapat
melalui proses asimilasi dan akomodasi, struktur kognitif seseorang berkembang dari
tingkat sensorimotorik sampai dengan berpikir formal dengan klasifikasi sebagai
berikut: sensorimotorik (umur: 0 2 tahun); praoperasional (umur: 2 7 tahun);
berpikir konkrit (umur: 7 11 tahun); dan berpikir formal (umur: 11 16 tahun).
Selama tahap sensorimotorik, pengetahuan setiap individu hanya
berkembang melalui interaksi indera fisiknya dengan lngkungan. Stimulus atau
informasi hanya diperoleh melalui respon alat indera yang dimiliki oleh individu
tersebut. Pada tahap berikutnya, yaitu praoperasional dan berpikir konkrit, individu
mulai berusaha mengenal beberapa keteraturan-keteraturan dan melakukan
klasifikasi atau mengelompokkan obyek-obyek yang dapat direspon oleh alat
inderanya berdasarkan kemauannya atau mengikuti pola tertentu.
Pada tahap berpikir konkrit, individu sudah dapat membedakan benda-benda
berdasarkan kriteria-kriteria yang dapat direspon oleh alat inderanya. Bahkan
individu dapat melakukan perbandingan-perbandingan logis berdasarkan criteria-
kriteria yang dapat direspon oleh alat inderanya. Berbeda dengan individu pada tahap
sebelumnya, pada tahap berpikir abstrak, individu selain dapat melakukan klasifikasi
atau generalisasi pada konsep-konsep konkrit, ia juga dapat melakukan klasifikasi
dan generalisasi pada konsep-konsep abstrak. Bahkan pada tahap ini ia mulai dapat
berteori secara logis berdasarkan hasil pengalamannya. Pada tingkat yang lebih
sempurna atau kategori formal, individu dapat mengkaji dan menyadari konsistensi
dan relevansi pengetahuan yang dimilikinya dengan teori-teori yang secara ilmiah
masih berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxvi
Berpikir abstrak merupakan salah satu jenis kemampuan yang merupakan
atribut Inteligensi. Menurut Termen seperti yang dikutip oleh Winkel dan Aiken
menjelaskan inteligensi ialah kemampuan berpikir abstrak (1996:139). Kemampuan
berpikir abstrak ini adalah suatu aspek yang penting dari inteligensi, tetapi bukan
satu-satunya. Aspek yang ditekankan dalam kemampuan berpikir abstrak adalah
penggunaan efektif dari konsep-konsep serta simbol-simbol dalam menghadapi
berbagai situasi khusus dalam menyelesaikan sebuah problem.
Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari pengetahuan tentang konsep,
karena berpikir memerlukan kemampuan untuk membayangkan atau
menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak baik akan dapat mudah memahami konsep-
konsep abstrak dengan baik. J adi kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan
menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara
nyata.Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan
oleh orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan
dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional formal yang baik.
Kemampuan berpikir abstrak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tes
kemampuan berpikir abstrak dengan indikator sebagai berikut: sistem referensi
ganda, berpikir hipotesis deduktif, berpikir hipotesis induktif, , koordinasi,
kombinatorial, abstraksi reflektif, dan proporsi (analogi). Pada sistem referensi ganda
seseorang dapat menganalisis proses yang mempunyai referensi ganda. Berpikir
hipotesis deduktif yaitu dapat menarik kesimpulan dari suatu proporsi yand
diasumsikan, tidak perlu berdasarkan kenyataan riil, dapat menarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxvii
menurut dasar pemikiran umum untuk menjelaskan hal-hal yang khusus , dapat
mengkombinasikan kejadian tanpa melihat konkritnya. Berpikir hipotesis induktif
yaitu dapat menarik kesimpulan menurut dasar pemikiran khusus untuk menjelaskan
hal-hal yang umum, dapat memberi alasan seperti ilmuwan, anak mampu berpikir
akan sejumlah variabel yang berbeda dalam waktu yang sama, anak sudah mampu
merencanakan suatu eksperimen, menyimpulkan suatu eksperimen dengan cukup
baik. Koordinasi yaitu dapat mengkombinasikan kejadian tanpa melihat konkritnya.
Abstraksi reflektif yaitu mampu memperoleh pengetahuan matematis logis, yaitu
suatu abstraksi tidak langsung terhadap obyek itu sendiri. Proporsi yaitu mampu
membandingkan ataupun membagikan antara dua hal.

10. Prestasi Belajar Fisika
Istilah prestasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai
hasil yang telah dicapai dengan baik, hasil yang yang telah diraih atau dilakukan
dan dikerjakan (W.J .S Poerwodarminto, 1986:706). Sehingga pengertian prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usahnya melakukan
perbuatan belajar. Hasil yang dicapai dalam perbuatan belajar tersebut dinyatakan
dalam bentuk angka (Roestiyah, 1996: 5).
Belajar adalah proses seorang untuk memperoleh kecakapan, ketrampilan dan
sikap. Oemar Hamalik (1992:13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antar individu dengan
lingkungannya. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxviii
proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan sikap.
Prestasi belajar menurut Syafudin Azwar (2000:90) adalah hasil maksimal
seseorang dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Prestasi belajar merupakan
fungsi yang penting dari suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil
terbaik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat
menunjukkan : siswa berhasil atau gagal dalam belajar, siswa mampu atau tidak
dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, siswa mampu atau tidak mentransfer
materi pelajaran yang ia dapatkan.
Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan prestasi
belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari usaha
belajarnya Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari angka/nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan angka/nilai yang diperoleh siswa yang lain. Dari yang
telah diuraikan, prestasi belajar adalah hasil belajar dari proses yang dilakukan siswa
selama kegiatan belajar mengajar dan dinyatakan dengan angka.
Sementara menurut Winkel (199:51) prestasi belajar dapat dilihat dari
perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman keterampilan, nilai
sikap yang bersifat konstan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau
penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya.
Prestasi belajar menurut Gagne dalam Bell Geedler (1986:187) dibedakan menjadi
lima aspek yaitu : (1) kemampuan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi
verbal, (4) sikap, dan (5) keterampilan. Pendapat tersebut sesuai dengan pernyatan
Bloom (dalam Sardiman, 2007:23), bahwa hasil belajar dapat dirinci menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxix
beberapa level kompetensi yang meliputi ranah kognitif (kognitif domain), afektif
(affective domain), dan psikomotorik (psychomotor domain).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka prestasi belajar fisika adalah hasil
yang dicapai atau diraih siswa setelah siswa melakukan aktivitas, usaha atau
melakukan kegiatan belajar pada mata pelajaran fisika. Hasil belajar tersebut dapat
berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) yang
dinyatakan dengan nilai atau skor. Dalam penelitian ini prestasi belajar fisika hanya
mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif setelah diberikan
pembelajaran fisika model siklus belajar yang menggunakan kit listrik magnet dan
animasi komputer.

11. Pembelajara Fisika Materi Pokok Listrik Dinamis
a. Hakekat Fisika
Fisika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari sains,
yaitu pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta, fenomena-fenomena alam, hasil
pemikiran dan hasil eksperimen yang telah dilakukan para ahli. Dalam
perkembangannya, fisika tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta atau
produk saja melainkan juga ditandai munculnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Soekarno (dalam Arief, 1990:7) menyatakan bahwa fisika merupakan ilmu yang
lahir dan dikembangkan lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah,
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis lewat eksperimen, penarikan kesimpulan
dan penemuan teori atau konsep. Berdasar teori yang diperoleh dilakukan observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxx
lebih cermat sehingga ditemukan masalah baru. Demikian seterusnya secara kait
mengkait sehingga menuju ke arah penemuan yang lebih sempurna.
Hakekat fisika secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kuantisasi; pada dasarnya konsep-konsep fisika selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2) Observasi dan Eksperimentasi; merupakan salah satu cara untuk dapat
memahami konsep-konsep fisika secara tepat dan dapat menguji kebenaran
teori dalam fisika
3) Ramalan; merupakan salah satu asumsi penting dalam fisika bahwa alam raya
ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
4) Progresif dan Komulatif; artinya fisika itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada berdasarkan pada
penemuan sebelumya yang berkelanjutan.
5) Proses; merupakan metode ilmiah yang pada dasarnya merupakan suatu cara
menemukan kebenaran lewat langkah-langkah tertentu.
6) Universalitas; merupakan penemuan yang universal berlaku umum untuk
seluruh umat manusia tanpa memandang suku bangsa, ras, ataupun golongan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan fisika adalah ilmu yang mempelajari
tentang gejala alam yang diperoleh melalui observasi dan kebenarannya diperoleh
secara empiris melalui panca indera. Sebagai bagian dari sains fisika memiliki
dimensi sikap ilmiah, metode ilmiah, dan produk ilmiah meliputi konsep, hukum,
prinsip yang disajikan dalam bentuk persamaan matematik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxi
b. Materi Listrik Dinamis
Listrik mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia di seluruh dunia.
Sebagian besar dari kita bergantung pada peralatan listrik untuk membuat hidup kita
lebih aman, lebih sehat, lebih mudah, dan lebih nyaman. Dari lampu sampai televisi,
dari radio sampai komputer bahkan sampai peralatan memasakpun semuanya
tergantung arus listrik. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan tanpa
adanya arus listrik. Saat ini banyak sekali pemanfaatan listrik dalam kehidupan
sehari-hari, baik di rumah, di kantor, di perusahaan maupun industri.
Listrik merupakan salah satu dasar energi yang berhubungan dengan muatan
listrik, yaitu suatu partikel dasar seperti elektron dan proton. Muatan-muatan listrik
dapat berupa muatan-muatan yang diam atau muatan yang bergerak. Kajian tentang
listrik yang berhubungan dengan muatan-muatan listrik yang diam disebut listrik
statik, sedangkan kajian tentang listrik yang berhubungan dengan muatan-muatan
listrik yang bergerak disebut lisrik dinamik. Dalam sub bahasan ini akan diuraikan
kajian tentang listrik dinamis, yang mencakup materi-materi sebagai berikut : Arus
listrik, Beda potensial Listrik, Hukum Ohm dan Hambatan J enis, hukum I Kirchoff,
Rangkaian Hambatan Listrik.

1). Arus Listrik
J ika terminal-terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang
kontinu, kita akan mendapatkan diagram rangkaian listrik seperti gb 2.4 di bawah. .
Pada diagram rangkaian, baterai digambarkan dengan simbol

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxii


Gambar. 2.5 Rangkaian listrik sederhana
Garis yang lebih panjang pada simbol baterai diatas menyatakan terminal positif,
dan yang lebih pendek adalah terminal negatif. Alat yang diberi daya oleh baterai
bisa berupa bola lampu, pemanas, radio atau apapun. Ketika rangkaian seperti ini
terbentuk, muatan dapat mengalir melalui kawat rangkaian, dari satu terminal baterai
ke yang lainnya. Aliran muatan seperti ini disebut arus listrik.
Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai jumlah total yang melewatinya
per satuan waktu pada suatu titik.
I = (2.1)
Dimana Q adalah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu tempat
selama jangka waktu t. Arus listrik diukur dalam coulomb per detik dan diberi
nama khusus ampere (A) untuk menghormati penemunya. Berarti 1A = 1 C/s.
Satuan-satuan terkecil yang sering digunakan adalah milliampere (1 mA =10
-3
) dan
mikroampere (1 A =10
-6
).
2). Beda Potensial Listrik

a b

Gambar 2.6 perpindahan muatan akibat perbedaan potensial listrik
Q
t
q
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxiii
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial per satuan muatan. Potensial
listrik dinyatakan dengan simbol V. J ika titik muatan q memiliki energi potensial
listrik EP
a
pada titik a, potensial listrik V
a
pada titik ini adalah
V
a
= (2.2)
Selisih pada potensial atau beda potensial antara dua titik a dan b (V
ab
) adalah
sebesar

V
ba
=V
b
V
a
= (2.3)
Karena selisih energi potensial, EP
a
EP
b
sama dengan negatif dari kerja, W
ba
yang
dilakukan oleh gaya listrik untuk memindahkan muatan dari titik b ke titik a kita
mendapatkan beda potensial sebesar
V
ba
=V
b
V
a
= (2.4)
Satuan potensial listrik dan beda potensial adalah joule/coulomb atau volt untuk
menghormati Allesandro Volta sebagai penemu baterai.
3). Hukum Ohm
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, diperlukan beda potensial.
Pada tahun 1827 Seorang ahli fisika J erman, George Simon Ohm (1787-1854)
menentukan dengan eksperimen bahwa terdapat hubungan antara arus listrik (I) yang
mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan (beda potensial) yang diberikan
pada ujung-ujungnya (V). Secara empiris Ohm menyatakannya bahwa arus listrik
sebanding dengan beda potensial.
EP
a
q
q q
W
ba
q
EP
b
EP
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxiv
I ~V (2.5)
J ika kita bandingkan arus listrik dengan aliran air di sungai atau pipa, jika pipa(atau
sungai) hampir rata, kecepatan alir akan kecil. Tetapi jika satu ujung lebih tinggi dari
lainnya, kecepatan aliran atau arus akan lebih besar. Makin besar perbedaan
ketinggian, makin besar arus. Sama seperti penambahan ketinggian menyebabkan
aliran air yang lebih besar demikian pula beda potensial yang lebih besar
menyebabkan aliran arus listrik menjadi lebih besar.
Besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan (beda
potensial) tetapi juga pada hambatan yang diberikan kawat terhadap aliran elektron.
Elektron-elektron diperlambat karena adanya interaksi dengan atom-atom kawat.
Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan V. Sehingga
diperoleh :

R
V
I (2.6)
dalam hal ini R adalah besaran yang diberikan untuk menyatakan hambatan listrik
dan diberi satuan ohm (). Hubungan ini dikenal dengan Hukum Ohm.
Dalam rangkaian listrik maupun rangkaian elektronika, nilai arus listrik yang
mengalir melalui suatu rangkaian dapat diatur dengan menggunakan suatu komponen
yang disebut resistor. Resistor merupakan sebuah komponen yang dibuat dari bahan
konduktor dan mempunyai nilai hambatan tertentu.
Pada dasarnya nilai hambatan suatu bahan konduktor bergantung pada
panjang, luas penampang dana hambatan jenis bahan tersebut. Secara matematis
hambatan suatu bahan konduktor dapat ditentukan dengan persamaan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxv
.
A
l
R (2.7)
dimana, R =hambatan bahan (ohm, disingkat ); = hambatan jenis bahan ( m); l
=panjang bahan (m); dan A =luas penampang bahan (m
2
).
Hambatan jenis suatu bahan merupakan sifat khas bahan yang tidak
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk bahan, tetapi dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada batas perubahan suhu tertentu maka hambatan jenis suatu bahan memenuhi
persamaan sebagai berikut :

t
=
0
(1 +.T) (2.8)
dimana
t
=hambatan jenis pada suhu T;
0
=hambatan jenis pada suhu T
0;
=
koefisien suhu hambatan jenis; dan T =perubahan suhu.

4). Hukum Kirchoff
Seorang ilmuwan Amerika Benjamin Franklin mengajukan argumen bahwa
ketika sejumlah muatan tertentu dihasilkan pada suatu benda dalam satu proses,
muatan berlawanan dengan jumlah yang sama dihasilkan pada benda yang lainnya.
Sebagai contoh, ketika penggaris plastik digosok dengan handuk kertas, plastik
tersebut mendapatkan muatan negatif dan handuk mendapatkan muatan positif
dengan jumlah yang sama. Hal itu sekarang dikenal dengan hukum kekekalan
muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah total muatan listrik yang dihasilkan
pada setiap proses adalah nol.



I
3
I
2
I
1
I
3
I
2
I
1
(a) (b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxvi


Gambar. 2.7 Arah arus pada rangkaian bercabang
Hukum pertama Kirchhoff didasarkan pada hukum kekekalan muatan yang
menyatakan bahwa pada setiap titik cabang, jumlah semua arus yang memasuki
cabang harus sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut. Sebagai
contoh dalam gambar 2.7 pada titik cabang a, I
3
masuk sementara I
1
dan I
2
keluar.
Sesuai hukum titik cabang (hukum Kirchhoff I) dapat dinyatakan bahwa
I
3
=I
1
+I
2
. (2.9)
5). Rangkaian Seri Hambatan
Pada gambar 2.8 menggambarkan rangkaian seri hambatan, tegangan sumber
(V) terbagi menjadi V
1
dan V
2
sedangkan arus listrik yang mengalir melalui R
1
dan
R
2
adalah sama, sehingga :
V =V
1
+V
2
(2.10)
IR =IR
1
+IR
2
(2.11)
R =R
1
+R
2
(2.12)
V
1
V
2







R
1
R
2



I


V

Gambar : 2.8 Rangkaian Seri Hambatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxvii
Dari uraian di atas maka rangkaian seri merupakan rangkaian pembagi
tegangan dan dapat digunakan untuk memperbesar hambatan rangkaian. Untuk n
buah resistor identik yang dihubungkan secara seri, maka hambatan totalnya dapat
ditentukan dengan persamaan :
R
s
=R
1
+R
2
+R
3
+... +R
n
(2.13)

6). Rangkaian Paralel Hambatan
V
1

R
2

I
2
R
1

I
1
I V


Berdasarkan gambar di atas, maka pada rangkaian paralel hambatan, tegangan
sumber (V) sama dengan V
1
dan V
2
sedangkan arus listrik I terbagi menjadi I
1
dan I
2
,
sehingga sesuai dengan persamaan 2.9 didapat:
I =I
1
+I
2
(2.14)

2 1
R
V
R
V
R
V
(2.15)

2 2
R
1
R
1
R
1
(2.16)
Berdasarkan uraian di atas, maka rangkaian paralel merupakan rangkaian
pembagi arus dan digunakan untuk memperkecil hambatn rangkaian. Untuk n buah
Gambar : 2.9. Rangkaian Resistor Paralel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxviii
resistor dihubungkan secara paralel, maka hambatan totalnya dapat ditentuan dengan
persamaan sebagai berikut.
n 2 1 p
R
1
...
R
1
R
1
R
1
(2.17)

B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan gagasan peneliti
diantaranya :
1. Robert Karplus dan Science Curriculum Improvement Study (SCIS) (Trowbridge
& Bybee, 1996). Hasil implementasi model pembelajaran siklus belajar
(learning cycle) menunjukkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, implementasi model ini
perlu diperluas pada materi pokok yang lain. Dalam penelitian ini model siklus
belajar diterapkan dalam pembelajaran fisika materi Listrik Dinamis. Dalam
penelitian yang dilaksanakan oleh Robert Karplus dan CSIS siswa tidak
diberikan tugas pendahuluan sebelum proses pembelajaran sedangkan dalam
penelitian ini siswa diberikan tugas membaca dan membuat ringkasan materi
yang akan diajarkan pada pertemuan berikutnya.
2. Penelitian Hasret dan Necati (2006) yang berjudul The Effectiveness of The
Learning Cycle Model to Increase Students Achievement In The Physics
Laboratory. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran belajar
siklus membantu untuk menyelesaikan masalah utama dalam pengajaran
pengetahuan ilmiah yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara efektif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxix
mengatur pengetahuan dengan cara yang berarti. Dalam penelitian yang telah
dilakukan Hasret dan Necati digunakan media peralatan laboratorium real. Dalam
penelitian ini penggunaan media laboratorium real (kit listrik magnet)
dibandingkan dengan media laboratorium virtual (animasi komputer). Dipilihnya
media animasi komputer sebagai pembanding karena kecenderungan anak seusia
siswa SMP yang senang dengan permainan game di komputer.
3. Basir (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Fisika Dengan
Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtualab dan Realab Ditinjau dari Gaya
Belajar dan Gaya Berpikir Siswa. (Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kebumen Pada Materi Listrik dinamis Tahun Pelajaran 2008/2009. Pada
penelitian yang telah dilakukan prestasi belajar ditinjau dari gaya belajar dan
gaya berpikir siswa, sementara itu dalam penelitian ini prestasi belajar ditinjau
dari gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Subyek yang digunakan
dalam penelitian sebelumnya adalah siswa kelas X SMA sedang dalam penelitian
ini subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP.

C. Kerangka Berpikir
SMP Negeri 1 Karas merupakan sekolah standar nasional yang telah
memiliki fasilitas laboratorium IPA dan sarana computer yang cukup memadai
namun fasilitas ini belumdigunakan guru secara optimal dalam proses pembelajaran,
termasuk dalam pembelajaran fisika. Guru masih sering mengajarkan fisika secara
konvensional dan monoton sehingga pembelajaran kurang bermakna. Hal ini
berakibat pada rendahnya prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxx
Menurut pendapat sebagian siswa di SMP Negeri 1 Karas Kabupaten
Magetan, fisika merupakan mata pelajaran yang sukar dipahami dan menjadi mata
pelajaran yang kurang disukai. Sebagian siswa kurang berminat mengikuti pelajaran
apalagi bila pelajaran tersebut diberikan pada jam-jam terakhir dimana kondisi anak
sudah menurun dan konsentrasi belajar semakin berkurang sehingga berakibat pada
rendahnya prestasi belajar siswa. Salah satu penyebab kurangnya minat belajar
tersebut antara lain karena model pembelajaran yang kurang bervariasi, belum
optimalnya penggunaan media pembelajaran, serta dalam pembelajaran guru kurang
memperhatikan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa.
Berdasarkan kajian teori dan ulasan beberapa penelitian yang relevan maka
sebelum mencetuskan hipotesis dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle menggunakan Media Kit Listrik
Magnet dan Animasi Komputer terhadap Prestasi Belajar Fisika
Karakteristik materi listrik dinamis menuntut siswa untuk memiliki daya
imajinasi dan daya nalar yang tinggi serta menuntut siswa untuk aktif dalam
pembelajaran agar dapat mencapai hasil yang optimal. Learning Cycle merupakan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan pengembangan konsep yaitu
bagaimana pengetahuan itu dibangun dalam pikiran siswa, dan keterampilan siswa
dalam menemukan pengetahuan secara bermakna serta mengaitkan antara
pengetahuan lama dengan pengetahuan yang baru dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Media mutlak diperlukan dalam proses pembelajaran agar
abstraksi dari arus listrik dapat divisualisasikan diantaranya kit listrik magnet dan
animasi komputer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxi
Kelebihan dari media komputer antara lain: mengelola siswa untuk mencoba
hal-hal baru tanpa takut salah, memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan
masing-masing, siswa dapat belajar lebih efektif, membantu pengembangan
sosialisasi dan sikap siswa secara positif, dan dapat membantu kemajuan siswa lebih
cermat.
Sementara itu melalui media Kit Listrik Magnet siswa memperleh
pengetahuan melalui kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik
kemudian merangkainya dalam suatu papan rangkaian. Melalui kegiatan praktik
secara langsung siswa dimungkinkan dapat merencanakan dan melibatkan diri dalam
investigasi sehingga mereka dapat mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja,
dan membuat keputusan sendiri sehingga akan membantu siswa dalam memahami
konsep dan prinsip dengan lebih baik. Meskipun memiliki keunggulan namun kit
listrik magnet memiliki kelemahan yaitu adanya resiko apabila terjadi kesalahan
penyambungan rangkaian seperti korslueting, kerusakan alat dan bahaya tersengat
arus listrik untuk itu diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam menggunakannya
Dari uraian di atas diduga model pembelajaran Learning Cycle
menggunakan media animasi komputer berpengaruh lebih baik dibandingkan media
kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh Gaya Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Fisika
Gaya belajar merupakan kombinasi dari cara siswa menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi yang diperoleh selama kegiatan belajar.
Karakteristik gaya belajar visual adalah: 1. kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxii
memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; 3. memiliki pemahaman yang cukup
terhadap artistik; 4. memiliki kesulitan berdialog secara langsung; 5. terlalu reaktif
terhadap suara; 6. sulit mengikuti anjuran secara lisan; 7. sering salah
menginterpretasikan kata atau ucapan. Untuk mengatasi ragam masalah di atas salah
satunya adalah menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi
atau materi pelajaran.
Sedangkan karakteristik gaya belajar kinestetik diantaranya: 1., menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus
mengingatnya; 2. hanya dengan memegang , orang ini sudah bisa menyerap
informasinya tanpa membanca penjelasannya; 3. tidak tahan duduk terlalu lama
mendengarkan pelajaran; 4. bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan
fisik; 5. memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan
mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk orang-orang yang memiliki gaya belajar kinestetik, pendekatan yang
bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan
menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain
sambil belajar. Penggunaan komputer bagi orang kinestetik akan sangat membantu.
karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch (sentuhan),
sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan.
Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar kinestetik akan
berpengaruh lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual terhadap prestasi
belajar fisika.
3. Pengaruh Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa terhadap Prestasi Belajar Fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxiii
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata, dalam arti siswa
melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif terhadap objek
permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah
dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan
kemampuan dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional formal
yang baik.
Ditinjau dari ciri-ciri setiap tahap perkembangan intelektual Piaget dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir abstrak sangat penting dalam menyerap dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena dalam materi pelajaran
fisika banyak digunakan simbol-simbol, rumus-rumus dan perhitungan yang bersifat
abstrak maka diduga kemampuan berpikir abstrak tinggi berpengaruh lebih baik dari
pada kemampuan berpikir abstrak rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. Interaksi antara Model Pembelajaran Learning Cycle melalui Media Kit Listrik
Magnet dan Animasi Komputer dengan Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya untuk kemudian
bisa mempercayainya. Dalam gaya belajar kenestetik, siswa harus menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingatnya. J ika seseorang
sudah akrab dengan gaya belajarnya secara otomatis dapat mengambil langkah-
langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah.
Bisa jadi siswa dengan gaya belajar visual akan lebih senang apabila
pembelajaran fisika disajikan dengan menggunakan media animasi komputer.
Sementara siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih sesuai jika pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxiv
fisika materi listrik dinamis disajikan dengan media kit listrik magnet atau bahkan
berlaku sebaliknya Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat interaksi antara model
pembelajaran LC melalui media animasi komputer dan kit listrik magnet dengan
gaya belajar siswa.
5. Interaksi antara Model Pembelajaran Learning Cycle melalui Media Kit Listrik
Magnet dan Animasi Komputer dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa
Kegiatan praktik nyata dengan menggunakan kit listrik magnet dapat
memberikan rangsangan kepada para siswa yang memiliki kemampuan berpikir
konkrit. Mereka dapat merespon dan mengolah serta memproses informasi dengan
cara melihat, mengamati, menyentuh alat, membaca penjelasan, melakukan
percobaan, mengisi tabel, membuat grafik dan sebagainya.
Sementara pembelajaran dengan animasi komputer dapat memberikan
rangsangan kepada para siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak untuk
merespon dan mengolah informasi dengan cara melihat simulasi gambar,
mendengarkan efek bunyi atau suara pada earphone yang terpasang pada setiap
komputer, menyentuh dan memainkan mouse dan sebagainya. Berdasarkan uraian di
atas, diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran LC melalui media animasi
komputer dan kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak siswa.
6. Interaksi antara Gaya Belajar dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa
Siswa yang mempunyai gaya belajar visual, yang memegang peranan penting
adalah mata atau penglihatan (visual). Siswa yang mempunyai gaya belajar visual
berpikir menggunakan gambar-gambar di otaknya dan belajar lebih cepat dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxv
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar,
dan video. Tampilan abstrak gambar animasi komputer pada layar monitor akan
lebih menarik perhatian siswa dengan gaya belajar visual.
Hal yang sebaliknya, siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik akan
mudah belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam di depan monitor komputer karena keinginan mereka
untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini
belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Peralatan kit listrik magnet yang mendekati
kenyataan (konkrit) akan lebih sesuai dengan karakter siswa ini. Sehingga diduga
terdapat interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika.
7. Interaksi antara Model Pembelajaran Learning Cycle melalui Media Animasi
Komputer dan Kit Listrik Magnet dengan Gaya Belajar dan Kemampuan
Berpikir Abstrak Siswa
Model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan salah satu
model pembelajaran yang menggunakan paradigma konstruktivis. Implementasi
model ini dalam kegiatan belajar dapat membantu siswa memahami konsep yang
sedang dipelajarinya. Sedangkan media pembelajaran adalah seperangkat benda atau
alat yang berfungsi dan digunakan sebagai pembantu guru dalam komunikasi dan
interaksi suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan
mempercepat peoses penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
Hasil belajar dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yaitu faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau sering disebut faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxvi
lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama adalah pembawaan yang
dimilikinya, seperti gaya belajar dan kemampuan berpikir. Keduanya berpengaruh
besar terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
Sementara faktor dari luar siswa, hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada hal yang abstrak (lambang
verbal).
Berdasarkan uraian di atas dapat diungkap bahwa penggunaan model
pembelajaran, media pembelajaran, gaya belajar dan kemampuan berpikir siswa
merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan dapat
mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa. Dari uraian di atas diduga terdapat
interaksi antara model pembelajaran LC melalui media kit listrik magnet dan animasi
komputer dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap
prestasi belajar fisika materi pokok listrik dinamis pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
Karas, Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
8. Terdapat pengaruh model learning cycle menggunakan animasi komputer dan
kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika.
9. Terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar
fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxvii
10. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika.
11. Terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle menggunakan kit
listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar fisika.
12. Terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle menggunakan kit
listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika.
13. Terdapat interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak
siswa terhadap prestasi belajar fisika.
14. Terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle menggunakan kit
listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar dan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.









perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxviii
BAB III
Article II. METODOLOGI PENELITIAN

Section 2.01 A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Karas,
yang beralamat di J alan Raya Kecamatan Karas Kabupaten Magetan Propinsi J awa
Timur. Sebagai subyek penelitian diambil kelas IX SMP Negeri 1 Karas tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini pada semester I tahun pelajaran 2010/2011.
Pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi
pokok Listrik Dinamis. Waktu penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi penyusunan proposal, seminar proposal, pembuatan instrumen
penelitian, pengambilan sampel sampai dengan uji coba instrumen penelitian
dilakukan pada bulan April sampai bulan J uni 2010
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan eksperimen dan pengambilan data dilakukan pada pertengahan
semester I tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada bulan Agustus sampai dengan
bulan September 2010.
c. Tahap Penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
lxxxix
Tahap ini meliputi mengolah dan menganalisis data penelitian, menguji hipotesis dan
menarik kesimpulan, sampai pada penyusunan laporan dilaksanakan mulai bulan
Oktober sampai bulan Desember 2010.
Adapun jadwal penelitian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun Pelajaran 2010/2011
Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nop Des
1 Pengajuan Judul X
2 Seminar proposal X
3 Perizinan X
4
Penyusunan
Instrumen
X X


5 Uji Coba Instrumen X
6 Analisa Ujicoba X
7
Pelaksanaan
Penelitian
X X


8 Pengambilan Data X
9 Pengolahan Data X
10 Analisa Data X X
11 Penyusunan laporan X

Section 2.02 B. Metode dan Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan
perbedaan pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu perbedaan pengaruh
penerapan model pembelajaran learning cycle melalui media kit listrik magnet dan
animasi komputer terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari gaya belajar dan
kemampuan berpikir abstrak siswa. Dalam penelitian ini diambil dua kelompok
secara acak, normal dan homogen. Kedua kelompok tersebut diberi perlakuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xc
berbeda dalam hal penggunaan media pembelajaran. Kelompok yang satu diajar
dengan menggunakan media kit listrik magnet dan kelompok yang lain
menggunakan media animasi komputer. Materi pelajaran yang diberikan pada kelas
eksperimen adalah materi pada standar kompetensi memahami konsep kelistrikan
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing kelompok akan
diukur prestasi belajarnya dengan meninjau gaya belajar siswa yang dikategorikan
visual dan kinestetik serta kemampuan berpikir abstrak siswa yang dikategorikan
tinggi dan rendah.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial.
Pada akhir penelitian akan didapatkan data eksperimen, yang kemudian akan diolah
dengan menggunakan statistik analisis varian tiga jalan dengan desain faktorial
2x2x2. Faktor pertama adalah pembelajaran fisika melalui model pembelajaran
siklus belajar (learning cycle) menggunakan media kit listrik magnet dan animasi
komputer. Faktor kedua adalah gaya belajar siswa yang dibedakan menjadi gaya
belajar visual dan kinestetik. Faktor ketiga adalah kemampuan berpikir abstrak siswa
yang dikategorikan dalam tinggi dan rendah. Rancangan dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xci
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
Media
Pembelajaran
(A)
Gaya Belajar
(B)
B
1
B
2

Kemampuan Berpikir Abstrak
(C)
Kemampuan Berpikir Abstrak
(C)
C
1
C
2
C
1
C
2
A
1
A
1
B
1
C
1
A
1
B
1
C
2
A
1
B
2
C
1
A
1
B
2
C
2
A
2
A
2
B
1
C
1
A
2
B
1
C
2
A
2
B
2
C
1
A
2
B
2
C
2


Tabel 3.2 menunjukkan rancangan penelitian dengan desain factorial 2x2x2
dengan factor pertama media pembelajaran (A) yang terdiri dari kit listrik magnet
(A
1
) dan animasi computer (A
2
), faktor kedua gaya belajar (B) yang dikelompokkan
menjadi gaya belajar visual (B
1
) dan kinestetik (B
2
), factor ketiga kemampuan
berpikir abstrak (C) yang dikategorikan tinggi (C
1
) dan rendah (C
2
).
Sebagai contoh dalam kolom kedua A
1
B
1
C
1
menunjukkan prestasi belajar
siswa yang diberi pembelajaran dengan media kit listrik magnet pada kelompok
siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kemampuan berpikir abstrak tinggi.
Sedangkan A
2
B
1
C
1
menunjukkan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran
dengan media animasi komputer pada kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar
visual dan kemampuan berpikir abstrak tinggi.

Section 2.03 C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang diperoleh peneliti dimanipulasi, sebagai
suatu upaya menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Penelitian
ini menggunakan variabel bebas yang berupa penerapan model learning cycle
mengunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer pada pembelajaran
fisika materi pokok Listrik Dinamis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcii
a. Learning Cycle (Siklus Belajar)
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) merupakan salah satu
model pembelajaran yang menggunakan paradigma konstruktivis. Implementasi
model ini dalam kegiatan belajar dapat membantu siswa memahami konsep melalui
lima tahap yang terdiri dari enggagement, exploration, explanation,
elaboration/extentin, dan evaluation (Lorsbach, 2002). Model pembelajaran LC yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan media :
a) Kit Listrik Magnet adalah seperangkat alat percobaan yang biasa dipakai pada
pembelajaran fisika materi listrik dan magnet. Kit listrik dan magnet terdiri dari
peralatan yang telah tertata pada dudukan (tray) yang tertulis sesuai dengan
urutan yang tercetak di bagian dalam penutup kotak. Masing-masing
komponen ditempatkan pada denah dengan diberi nama dan gambar teknis
supaya mudah dan cepat mengetahui tata letak komponen bila memerlukan
maupun menata kembali.
b) Animasi Komputer adalah pembelajaran menggunakan software komputer
untuk menggambarkan konsep yang konkret maupun abstrak. Dengan
kemampuan animasinya, komputer digunakan untuk mensimulasikan konsep
yang ada pada materi listrik dinamis agar lebih mudah dipahami. Media
komputer yang digunakan untuk penelian ini adalah menampilkan program V1-
lab yang berisi materi listrik dinamis.
2) Skala Pengukuran : nominal dengan dua kategori yaitu pembelajaran model
learning cycle mengunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xciii
b. Gaya Belajar Siswa
1) Definisi Operasional
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi dengan mudah.
2) Indikator : Nilai atau skor angket gaya belajar siswa.
3) Skala Pengukuran: Interval yang diubah dalam skala ordinal dengan dua
kategori yaitu visual dan kinestetik.
c. Kemampuan Berpikir Abstrak
1) Definisi Operasional
Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata.
2) Indikator : Nilai tes kemampuan berpikir abstrak
3) Skala Pengukuran: Interval yang diubah dalam skala ordinal dengan dua kategori
yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.

2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah suatu keadaan yang menunjukkan pengaruh dan akibat
yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar siswa.
a. Definisi Operasional
Prestasi Belajar adalah perolehan skor pada pengukuran dengan tes prestasi
belajar yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
fisika pada materi pokok Listrik Dinamis yang dilambangkan dalam bentuk nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xciv
b. Indikator : nilai tes prestasi belajar fisika aspek kognitif dan afektif pada materi
pokok Listrik Dinamis.
c. Skala Pengukuran : interval.

D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP Negeri 1
Karas Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 248 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster
random sampling dimana dalam menentukan anggota sampel dilakukan secara acak
dan sembarang. Adapun langkah yang dilakukan adalah :
a. Menghitung nilai rata-rata tiap kelas dengan menggunakan nilai semester 2 kelas
VIII tahun pelajaran 2009/2010,
b. Mengambil kelas yang mempunyai rata-rata hampir sama,
c. Mengambil empat kelas secara random dengan cara undian dari kelas yang
memiliki nilai hampir sama untuk dijadikan kelas eksperimen,
d. Setelah diperoleh empat kelas eksperimen kemudian diundi kembali secara acak
untuk menentukan dua kelas yang akan diberi perlakuan dengan pembelajaran
model learning cycle mengunakan media kit listrik magnet dan animasi
komputer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcv
Article III. E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
dengan tes dan nontes. Adapun sumber data penelitian ini disusun relevan dengan
variabel penelitian dan metode pengumpulan data. Instrumen penelitian untuk
prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak berupa tes dan untuk gaya belajar
siswa berupa angket.
a. Metode Test
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-
pertanyaan yang harus dipilih / ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh testi (orang yang dites) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku)
tertentu.Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan skor prestasi
belajar siswa dan skor kemampuan berpikir abstrak siswa. Pada tes prestasi belajar
digunakan tes obyektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban untuk mengukur
tingkat pemahaman konsep siswa (aspek kognitif) dan sejauh mana penguasan siswa
terhadap konsep-konsep dalam materi listrik dinamis sekaligus untuk mendapatkan
nilai prestasi belajar.
Sedangkan untuk mengukur kemampuan berpikir abstrak siswa digunakan
tes objektif berbentuk pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan jawaban
(satu jawaban benar). Dengan metode ini diharapkan mampu mengungkap termasuk
dalam kategori abstrak tinggi atau rendah kemampuan berpikir abstrak yang dimiliki
siswa.
b. Metode Angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcvi
Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang penggolongan
kategori gaya belajar siswa dan prestasi belajar aspek afektif. Metode angket gaya
belajar siswa dan penilaian aspek afektif berupa sejumlah daftar pertanyaan maupun
pernyataan yang harus dijawab oleh siswa. Angket yang digunakan adalah angket
tertutup dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti. Pemberian skor
untuk angket gaya belajar maupun penilaian aspek afektif digunakan skala Likert 1
sampai 4. Angket yang dilakukan sesudah proses belajar bertujuan untuk mengukur
prestasi belajar fisika aspek afektif, untuk mendukung data dalam mendeskripsikan
dan melengkapi hasil penelitian ini.
c. Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat secara
sistematis melalui lembar pengamatan aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran di kelas, terutama yang terkait dengan kecenderungan gaya belajar
siswa dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
bagian yaitu :
1. Instrumen pelaksanaan penelitian berupa silabus mata pelajaran IPA pada
lampiran 1, Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) pada lampiran 2, dan Lembar
Kerja Siswa (LKS) pada lampiran 3. Silabus disusun berdasarkan Standar Isi,
yang didalamnya berisikan Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcvii
Kompetensi Dasar (KD), Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator,
Penilaian, Alokasi Waktu dan Sumber Belajar.
2. Instrumen penelitian untuk mendapatkan data prestasi belajar fisika pada aspek
kognitif maupun afektif, kemampuan berpikir abstrak dan gaya belajar siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket gaya belajar siswa
yang terdapat pada lampiran 5, tes kemampuan berpikir abstrak pada lampiran 7,
tes prestasi belajar fisika materi pokok listrik dinamis pada lampiran 9, dan
angket penilaian prestasi belajar aspek afektif pada lampiran 10.

G. Uji Coba Instrumen
1. Tes Prestasi Belajar
Instrumen penilaian prestasi belajar fisika pada aspek kognitif berupa soal-
soal materi pokok Listrik dinamis dan aspek afektif berupa daftar pertanyaan dengan
empat pilihan jawaban. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian,
instrumen tersebut diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Uji coba tes prestasi belajar
telah dilakukan di SMP Negeri 1 Karangrejo yang mempunyai karakteristik sama
dengan SMP Negeri 1 Karas sebagai tempat penelitian.
a. Validitas Soal
Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas item dan instrumen
penelitian. Validitas yang digunakan adalah validitas isi butir-butir soal. Dalam uji
validitas ini, skor terhadap jawaban setiap item soal hanya terdiri dari angka 0 untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcviii
jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar. Validitas soal ditunjukkan oleh harga r
xy

yang ditentukan oleh:

)} ( {(
2
2
2
2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
(3.1)
Dalam persamaan (3.1) r
xy
menunjukan besarnya koefesien korelasi antara
variabel X (skor tiap item soal) dan variabel Y (skor perolehan siswa). Sedangkan
X menyatakan jumlah seluruh skor tiap item, Y menyatakan jumlah seluruh skor
yang diperoleh siswa dan N menunjukkan jumlah peserta tes.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika r
xy
> r
tabel
maka item
dinyatakan valid sebaliknya jika r
xy
=r
tabel
maka item dinyatakan tidak valid. Dalam
pengujian validitas ini jumlah peserta tes sebanyak 34 siswa untuk taraf signifikansi
5% maka r
tabel
=0,339. Klasifikasi validitas tes adalah sebagai berikut: 0,91-1,00
=Sangat tinggi (ST); 0,71-0,90 =Tinggi (T); 0,41-0,71 =Cukup (C); 0,21-0,40
= Rendah (R); Negatif - 0,20 =Sangat Rendah (SR).
Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.3
Tabel 3.3. Rangkuman hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Soal Materi
Listrik
Dinamis
Valid
1,2,3,4,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,
22,23,24,25,27,29,30,31,33,35,36,37,38, 39,40
33
Tidak
Valid
5,7,21,26,28,32,34 7
Jumlah 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
xcix
Dari 40 soal materi listrik dinamis yang diujicobakan pada siswa setelah dihitung
menggunakan persamaan (3.1) terdapat hasil 33 soal yang valid dan 7 soal tidak
valid. Peneliti mengambil 30 soal dari 33 soal yang dinyatakan valid untuk
digunakan tes prestasi belajar untuk memudahkan penghitungan skor dengan
mempertimbangkan sebaran materi.
Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar aspek afektif
terangkum dalam table 3.4
Tabel 3.4. Rangkuman hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Belajar Aspek Afektif
Variabel Jumlah Soal
Kriteria
Valid Tidak Valid
Angket Penilaian Prestasi Belajar
Aspek Afektif
20 20 0

Dari 20 butir soal semuanya valid sehingga semua soal digunakan dalam
pengambilan data prestasi belajar aspek afektif. Hasil uji coba instrumen tes prestasi
belajar dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14.

b. Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya, dimana suatu tes dapat dikatakan demikian
apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap. Reliabilitas juga dapat
diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama,
dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang tidak sama pada waktu yang
sama. Reliabilitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus Kuder-Richardson (K-
R 20) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
c
r
n
=
S
S
pq
n
n
2
1
2
1
1
(3.2)
Dalam persamaan (3.2) r
n
menyatakan koefesien reliabilitas, n menyatakan jumlah
item, S =standar deviasi atau simpangan baku, p = proporsi peserta tes menjawab
benar, q = proporsi peserta tes menjawab salah (l p).
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91-1,00 =sangat tinggi; 0,71-0,90 =
tinggi; 0,41-0,70 =cukup; 0,21-0,40 =rendah; negatif - 0,20 =sangat rendah.
Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.5
Tabel 3.5. Rangkuman hasil Uji Reliabelitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal Materi Listrik Dinamis 40 0,99673 Reliabel

Reliabilitas soal materi listrik dinamis diperoleh angka 0,99673 yang berarti
realibilitasnya sangat tinggi.
Sedangkan hasil uji reliabelitas instrumen angket prestasi belajar aspek afektif yang
telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.6
Tabel 3.6. Rangkuman hasil Uji Reliabelitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabelitas Kriteria
Angket Penilaian Prestasi Belajar
Aspek Afektif
20 0,79262 Reliabel

Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,79262 yang berarti reliabilitasnya
tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ci
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu
bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:

Maksimal Skor x N
B
IK
(3.3)
Besarnya Indeks kesukaran (IK) ditentukan oleh jumlah jawaban benar yang
diperoleh siswa dari suatu item (B), kelompok siswa (N), dan skor maksimal. Skor
maksimal adalah skor yang diperoleh oleh jawaban benar dari suatu item. N x Skor
Maksimal adalah jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh siswa dari suatu
item.
Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut: 0,81 - 1,00 = Mudah Sekali
(MS); 0,61 - 0,80 =Mudah (M); 0,4 1 - 0,60 =Cukup/Sedang (Sd); 0,21 - 0,40
=Sukar (S); 0,00 - 0,20 =Sukar Sekali (SS).
Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.7
Tabel 3.7. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar
Taraf Kesukaran Nomor Soal Total
Mudah
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,14,15,16,20,25,26,28,30,31,34,36,
39
23
Sedang/cukup
11,17,18,19,21,23,24,27,29,32,35
12
Sukar 13, 22,33,37,38 5
Jumlah 40

Setelah dilakukan uji taraf kesukaran diperoleh 30 butir soal yang dipakai sebagai
instrumen tes prestasi belajar dengan perbandingan jumlah soal mudah 15, soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cii
sedang 10, dan soal sukar 5. Dengan jumlah soal tes kategori mudah lebih banyak
diharapkan siswa lebih mudah mencapai ketuntasan hasil belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Uji Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus
untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut :

Maksimal NKBxSkor atau NKA
KB KA
ID (3.4)
Dalam persamaan (3.4) ID =indeks diskriminasi, KA =jumlah jawaban benar yang
diperoleh siswa dari yang tergolong kelompok atas, KB =jumlah jawaban benar
yang diperoleh siswa dari yang tergolong kelompok bawah, NKA atau NKB =
J umlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah.
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut : 0,80 - 1,00 = Sangat
Membedakan (SM); 0,60 - 0,79 =Lebih Membedakan (LM); 0,40 - 0,39 = Cukup
Membedakan (CM); 0,20 - 0,39 = Kurang membedakan (KM); Negatif 0,20
=Sangat Kurang Membedakan (SKM).
Hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar fisika yang telah dilakukan
terangkum dalam tabel 3.8. Berdasarkan tabel 3.8 dari 40 butir soal dipilih 30 butir
soal yang dipakai sebagai instrumen tes prestasi belajar memiliki daya pembeda
dengan kategori lebih membedakan dan cukup membedakan. Hasil uji analisis butir
soal tes prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
ciii
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar
Daya Beda Nomor Soal Total
Sangat Membedakan 4,31 2
Lebih Membedakan
2,3,6,11,12,13,15,16,17,20,22,23,24,25,27,29,
33,35,37,38
20
Cukup membedakan 1,8,9,10,14,18,19,30,36,39,40 11
Kurang membedakan 5,7,21,26,28,32,34 7
Sangat Kurang
Membedakan
0
Jumlah 40

2. Tes Kemampuan Berpikir Abstrak
Tes kemampuan berpikir abstrak berupa soal-soal objektif yang terdiri dari
empat pilihan jawaban (satu jawaban benar) menggunakan tes kemampuan berpikir
abstrak yang merupakan subtes (baterai) dari Diferential Aptitude Test (DAT).
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditujukan
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
Analisis butir soal tes kemampuan berpikir abstrak menggunakan teknik seperti yang
dilakukan pada analisis butir soal tes prestasi belajar. Untuk mengetahui validitas
soal menggunakan rumus korelasi product moment seperti pada persamaan 3.1,
reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) seperti pada persamaan
3.2, taraf kesukaran soal seperti pada persamaan 3.3 dan daya pembeda seperti pada
persamaan 3.4.
Dari hasil analisis butir soal tes kemampuan berpikir abstrak yang berjumlah 30 soal,
semuanya dipakai dengan memperbaiki soal yang drop sebanyak empat butit soal.
Hasil analisis butir soal tes kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat pada tabel 3.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
civ
Tabel 3.9. Rangkuman hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Abstrak
Variabel Kriteria Nomor Soal Total
Kemampuan
Berpikir
Abstrak
Valid
1,2,3,4,6,8,9,10,11,12,13,15,16,18,19,20,21,22,23,24,
25,26,27,28,29,30
26
Tidak
Valid
5,7,14,17 4
Jumlah 30

Sedangkan hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir abstrak yang
telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10
Tabel 3.10. Rangkuman hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Abstrak
Variabel Jumlah Soal Reliabelitas Kriteria
Soal Kemampuan Berpikir
Abstrak
30 0,9979 Reliabel

Dari hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir abstrak diperoleh angka
0,9979 yang berarti realibilitasnya sangat tinggi.
Pengujian taraf kesukaran pada item soal tes kemampuan berpikir abstrak
diperoleh 8 butir soal mudah, 17 butir soal cukup dan 5 butir soal sukar. Tabel 3.11
memuat rangkuman taraf kesukaran soal tes kemampuan berpikir abstrak.
Tabel 3.11. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Tes Kemampuan berpikir Abstrak
Taraf Kesukaran Nomor Soal Total
Mudah 2,11,14,16,19,26,28,30 8
Sedang/cukup 1,3,5,6,7,9,10,13,17,18,20,21,22,23,25, 27, 29 17
Sukar 4,8,12,15,24 5
Jumlah 30

Hasil uji daya beda soal tes kemampuan berpikir abstrak diperoleh hasil seperti
terangkum dalam tabel 3.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cv
Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Kemampuan Berpikir Abstrak
Daya Beda Nomor Soal Total
Sangat Membedakan 0
Lebih Membedakan 1,3,6,8,9,10,12,13,15,18,20,21,22,23,25,26,27,29,30 19
Cukup membedakan 2,4,11,16,19,24,28 7
Kurang membedakan 5,7,14,17 4
Sangat Kurang
Membedakan
0
Jumlah 30

Hasil uji analisis butir soal tes kemampuan berpikir abstrak selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 12.

3. Instrumen Penilaian Gaya belajar
Dalam penelitian ini instrumen penilaian gaya belajar yang digunakan berupa
angket skala sikap. Item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya
sebagai berikut: skor 4 untuk jawaban selalu; skor 3 untuk jawaban sering ; skor 2
untuk jawaban jarang ; dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah.
Item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut:
skor 1 untuk jawaban selalu (SL); skor 2 untuk jawaban sering (SR); skor 3 untuk
jawaban jarang (J R); dan skor 4 untuk jawaban tidak pernah (TP). Selanjutnya skor
seluruh pernyataan dijumlahkan dan dikonversikan menjadi kelompok siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas
item angket (Suharsimi Arikunto. 1988: 160-162).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cvi
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas butir soal angket digunakan rumus yang sama dengan uji
validitas tes prestasi dan tes kemampuan berpikir abstrak yaitu menggunakan rumus
korelasi product moment seperti pada persamaan 3.1.
Tabel 3.13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Gaya Belajar Siswa
Variabel Jumlah Soal
Kriteria
Valid Tidak Valid
Gaya Belajar Siswa 30 30 0

Hasil uji validitas angket gaya belajar siswa diperoleh soal sebanyak 30 butir
seluruhnya valid dan semua soal dipakai instrumen penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan
hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama
dilakukan uji reliabilitas. Untuk mencari reliabelitas tes yang skornya bukan 1 dan 0
digunakan rumus Alpha sebagai berikut :
r
11
=
2
1
1
2
t
n
n i (3.5)
Persamaan (3.5) r
11
menyatakan reliabilitas instrument, yang besarnya
ditentukan oleh banyaknya butir pertanyaan (n) atau banyaknya soal dan besarnya
standar deviasi
2
i
serta indeks kesukaran (
2
i
). Klasifikasi reliabilitas
adalah sebagai berikut: 0,91-1,00 =sangat tinggi; 0,71 - 0,90 = tinggi; 0,41 -
0,70 = cukup; 0,21 - 0,40 = rendah; negatif - 0,20 =sangat rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cvii
Setelah dilakukan uji reliabelitas angket gaya belajar siswa diperoleh hasil
bahwa koefisien reliabilitas adalah 0,929 yang berarti reliabilitasnya sangat tinggi.
Tabel 3.14. Rangkuman hasil Uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Siswa
Variabel Jumlah Soal Reliabelitas Kriteria
Gaya Belajar Siswa 30 0,929 Reliabel

Hasil uji validitas dan reliabelitas instrumen gaya belajar selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 11.
H. Teknik Analisis Data
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh pembelajaran model learning cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan prestasi belajar
siswa. Selain itu juga untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh gaya belajar
dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika. Untuk
mengolah data dalam penelitian ini dipergunakan Analisis Varians Tiga J alan, dan
diakhiri dengan uji F. Untuk menguji hipotesis dengan uji F ini, sebelumnya
dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah
sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak dan uji
homogenitas untuk menguji apakah sampel penelitian homogen atau tidak .
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang normal atau tidak. Untuk mengevaluasi Ho yang menyatakan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cviii
tidak mengikuti distribusi normal digunakan uji normalitas menggunakan Ryan-
Joiner normality test pada program Minitab 15. Hipotesis untuk uji normalitas
adalah : H
0
=sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal,
H
1
=sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
J ika nilai p (p-value) pada hasil uji lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka
keputusan ujinya Ho ditolak, berarti data mengikuti distribusi normal. Sebaliknya
jika nilai p (p-value) pada hasil uji lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka
keputusan ujinya Ho tidak ditolak, berarti data tidak mengikuti distribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi
yang homogen. Untuk menguji kesamaan varians atau homogenitas antar populasi
atau tingkat faktor digunakan tes kesamaan varians (test of equal variances) pada
program Minitab 15. Tes ini mengasumsikan bahwa sampel uji yang berbeda berasal
dari populasi yang sama meskipun memiliki mean berbeda, akan tetapi memiliki
variansi yang sama. Hipotesis yang diajukan untuk tes kesamaan variansi ini adalah :

H
0
=sampel tidak berasal dari variasi yang sama (tidak homogen)
H
1
=sampel berasal dari variasi yang sama (homogen)
Kriteria pengujian hipotesis adalah H
0
ditolak jika p-value lebih besar daripada
nilai taraf signifikansi ( = 0,05) berarti variansi sampel sama atau homogen.
Sebaliknya H
0
diterima jika p-value lebih kecil daripada nilai taraf signifikansi ( =
0,05) berarti variansi sampel tidak sama atau tidak homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cix

2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji Anava tiga jalan, yaitu
salah satu teknik statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif yang jumlahnya lebih dari dua sampel secara serempak dengan setiap
sampel terdiri atas dua faktor atau lebih. Oleh karena adanya empat faktor pada
setiap sampel yang digunakan pada penelitian maka pada uji ini akan didapatkan
tujuh buah hipotesis, yaitu :
1) Ho A = Tidak terdapat pengaruh pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi
belajar fisika
H
1
A =Terdapat pengaruh pembelajaran model Learning Cycle menggunakan
media kit listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika
2) Ho B = Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap
prestasi belajar fisika
H
1
B = Terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika
3) Ho C = Tidak terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika
H
1
C = Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cx
4) Ho AB =Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika
H
1
AB = Terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika
5) Ho AC =Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
H
1
AC = Terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
6) Ho BC =Tidak terdapat interaksi antara gaya belajar siswa dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
H
1
BC =Terdapat interaksi antara gaya belajar siswa dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
7) Ho ABC =Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
H
1
ABC = Terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar
fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxi
Untuk melakukan uji anava dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Penyajian data statistik
Untuk kepentingan perhitungan data statistik adalah menggunakan format rancangan
Komputasi Data Statistik sebagai berikut :
Tabel 3.15 Rancangan Komputasi Data Statistik
N Data Statistik
B
1
B
2 Total
C
1
C
2
C
1
C
2

A
1
n
X
X
2
X
S
2

A
1
B
1
C
1
A
1
B
1
C
2
A
1
B
2
C
1
A
1
B
2
C
2


A
2
n
X
X
2
X
S
2

A
2
B
1
C
1
A
2
B
1
C
2
A
2
B
2
C
1
A
2
B
2
C
2



Berdasarkan tabel 3.15 faktor A menyatakan pembelajaran model learning
cycle yang dikelompokkan menjadi pembelajaran model learning cycle dengan
media kit listrik magnet (A
1
) dan pembelajaran model learning cycle dengan media
animasi computer (A
2
). B menyatakan gaya belajar yang dibedakan menjadi gaya
belajar visual (B
1
) dan gaya belajar kinestetik (B
2
). Sementara C menyatakan
kemampuan berpikir abstrak yang dikategorikan kemampuan berpikir abstrak tinggi
(C
1
) dan Kemampuan berpikir abstrak rendah (C
2
). Kolom data statistik terdiri dari
banyak siswa yang dinyatakan dengan notasi n, jumlah prestasi belajar siswa ( X),
jumlah kuadrat prestasi belajar siswa ( X
2
), pengaruh penyimpangan varians (S
2
)
dan rerata ( X ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxii
2) Menghitung jumlah kuadrat
J K
tot
=
N
X
X
tot
tot
2
2
) (

J K
ant
=
N
X
n
X
n
X
n
X
tot
m
m
2 2
2
2
2
1
2
1
) ( ) (
.......
) ( ) (

J K
dal
=DK
tot
DK
ant

3) Menghitung derajat kebebasan
dk
tot
=N 1
dk
ant
=m 1
dk
dal
=dk
tot
dk
ant
4) Menghitung rata-rata kuadrat
RK =
db
JK

RK
ant
=
ant
ant
db
JK

RK
dal
=
dal
dal
db
JK

5) Menghitung nilai F
0

F
0
=
dal
ant
RK
RK

6) Menentukan F
tabel
dengan derajat kebebasan dan taraf signifikansi 5%
7) Membuat rangkuman analisis varians tiga jalan
8) Menarik kesimpulan (Budiyono, 2004:239).
Hasil uji anava tiga jalan terangkum dalam table 3.16 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxiii
Tabel 3.16 Rangkuman Analisis Varians Tiga Jalan

Sumber JK dk RK F
obs
F
tabel
P
A
B
C
AB
AC
BC
ABC
Galat
JKA
JKB
JKC
JKAB
JKAC
JKBC
JKABC
JKG
p-1
q-1
r-1
(p-1)(q-1)
(p-1)(r-1)
(q-1)(r-1)
(p-1)(q-1)(r-1)
N-pqr
RKA
RKB
RKC
RKAB
RKAC
RKBC
RKABC
RKG
F
a
F
b
F
c
F
ab
F
ac
F
bc
F
abc
-

F*
F*
F*
F*
F*
F*
F*
-
< atau>
< atau>
< atau>
< atau>
< atau>
< atau>
< atau>
-
Total JKT N - 1 - - - -

Keterangan : p adalah probabilitas amatan; F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel
J ika F
0
>F
tab 5%
, maka H
0
ditolak
J ika F
0
<F
tab 5%
, maka H
0
diterima
Dalam penelitian ini semua perhitungan pada analisis data untuk menguji
hipotesis menggunakan program Minitab 15. Pada program ini kriteria penolakan Ho
terjadi jika nilai p (p-value) lebih kecil dari nilai taraf signifikansi ( = 0,05) dan Ho
diterima jika nilai p (p-value) lebih besar . Hasil uji hipotesis menggunakan anava
selengkapnya terdapat pada lampiran 17 dan hasil olah data menggunakan program
minitab 15 selengkapnya pada lampiran 16.

b. Uji Lanjut Anava
J ika dari hasil pengujian hipotesis penelitian dengan analisis varian tiga jalan
terdapat perbedaan (Ho ditolak) diteruskan dengan uji lanjut Anava dengan uji
komparasi ganda menggunakan metode Scheffe.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxiv
Persamaan uji lanjut dengan metode Scheffe adalah sebagai berikut:
j i
j i
j i
n n
RKG
X X
F
1 1
2
(3.6)
Persamaan 3.6 menyatakan nilai F
obs
pada pembandingan perlakuan ke-i dan
perlakuan ke-j yang dinyatakan dengan F
i-j
. Besarnya F
i-j
ditentukan oleh rerata
pada sampel ke-i ( i X ), rerata pada sampel ke-j (
j
X ),rerata kuadrat galat (RKG)
yang diperoleh dari perhitungan anava, ukuran sampel ke-I (n
i
) dan ukuran
sampel ke-j (n
j
).
Dengan daerah kritis DK ={FF > (k 1) F
;k-1,N-k
} atau Ho yang menyatakan
bahwa rerata pada kedua sampel tidak berbeda secara signifikan ditolak jika F
obs
>(k
1) F
;k-1,N-k
.
Dalam penelitian ini uji lanjut selain menggunakan metode Scheffe juga
dengan memperhatikan pola grafik yang ditunjukkan oleh diagram analisys of means
(ANOM) pada program Minitab 15.







perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxv
BAB IV
Article IV. HASIL PENELITIAN
Section 4.01 A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data gaya belajar ,
kemampuan berpikir abstrak, nilai prestasi belajar fisika siswa pada materi pokok
listrik dinamis. Data diperoleh dari kelas IX.C dan IX.E sebagai kelas eksperimen I
dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet serta kelas IX.D dan IX.F sebagai kelas eksperimen II dengan model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer.
1. Data Prestasi Belajar Fisika
Data prestasi belajar fisika siswa pada aspek kognitif diperoleh dari tes
prestasi belajar pada materi pokok listrik dinamis yang diberikan kepada masing-
masing kelas eksperimen setelah mendapatkan perlakuan penerapan model
pembelajaran learning cycle menggunakan media yang berbeda. Kelas eksperimen I
dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik
magnet sedangkan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran learning cycle
menggunakan animasi komputer. Rangkuman data prestasi belajar fisika pada materi
pokok listrik dinamis yang diperoleh siswa pada masing-masing kelas disajikan
dalam tabel 4.1
Tabel 4.1. Diskripsi data nilai prestasi belajar fisika.
Kelas Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Kit listrik magnet 81 93 47 68,78 10,35
Animasi komputer 81 97 47 70,99 9,87
Total 162 97 47 69,88 10,14
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxvi
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas kit listrik magnet nilai terendah 47, nilai tertinggi 93, nilai rata-rata 68,78
dengan standar deviasi 10,35. Prestasi belajar aspek kognitif pada kelas animasi
komputer, nilai terendah 47, nilai tertinggi 97, nilai rata-rata 70,99 dengan standar
deviasi 9,87.
Selanjutnya nilai tes prestasi belajar fisika dari masing-masing kelas dapat
dibuat daftar distribusi frekuensi seperti table 4.2
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Fisika
Interval
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Media Kit listrik magnet Media animasi komputer
Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif
45 - 52 3 3,7 % 3 3,7 %
53 - 60 20 24,7 % 12 14,8 %
61 - 68 14 17,3 % 13 16,0 %
69 - 76 22 27,2 % 25 30,9 %
77 - 84 17 20,1 % 23 28,4 %
85 - 92 4 4,9 % 4 4,9 %
93 - 100 1 1,2 % 1 1,2 %
Jumlah 81 100 % 81 100 %
Data prestasi belajar siswa selengkapnya terdapat pada lampiran 15.
Perbandingan prestasi belajar fisika antara kelas eksperimen I yang
menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan
kelas eksperimen II yang menerapkan model pembelajaran learning cycle
menggunakan animasi komputer dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxvii

Gambar 4.1 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas Kit Listrik Magnet




Gambar 4.2 Diagram Batang Prestasi Belajar Fisika Kelas Animasi Komputer

Dari tabel maupun gambar perbandingan prestasi belajar fisika kelas kit listrik
magnet dan animasi komputer dapat dilihat bahwa jumlah siswa kelas animasi
komputer yang mendapatkan nilai dengan kelas interval tinggi yaitu 69 76 dan 77
84 lebih besar dari pada kelas kit listrik magnet. Berdasarkan rata-rata nilai tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxviii
prestasi belajar fisika juga terlihat bahwa rata-rata nilai kelas animasi komputer
(70,99) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kit listrik magnet
(68,78). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.

2. Gaya Belajar
Data gaya belajar siswa diperoleh dari isian angket tertulis gaya belajar.
Berdasarkan data gaya belajar yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu visual dan kinestetik. Pembagian kategori gaya belajar visual dan
kinestetik yang akan digunakan berdasarkan perolehan skore tertinggi. Dengan
menggunakan kriteria tersebut dari 162 siswa yang terdiri dari 81 siswa kelas
eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle menggunakan
kit listrik magnet dan 81 siswa kelas eksperimen II dengan model pembelajaran
learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 82 siswa mempunyai gaya
belajar visual dan 80 siswa mempunyai gaya belajar kinestetik. Secara rinci data
jumlah siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik disajikan dalam
tabel 4.3
Tabel 4.3. Jumlah siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik.
Gaya Belajar
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Kit Listrik Magnet Animasi Komputer
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Visual 45 55,6 % 37 45,7 %
Kinestetik 36 44,4 % 44 54,3 %
Jumlah 81 100 % 81 100 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxix
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis yang diperoleh
siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik pada masing-masing kelas disajikan
dalam tabel 4.4
Tabel 4.4. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet.
Gaya belajar Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Visual 45 83 47 63,67 8,53
Kinestetik 36 93 53 75,17 8,81
Total 81 93 47 68,78 10,35

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas kit listrik magnet dengan gaya belajar visual nilai terendah 47, nilai tertinggi
83, nilai rata-rata 63,67 dengan standar deviasi 8,53. Prestasi belajar aspek kognitif
siswa dengan gaya belajar kinestetik , nilai terendah 53, nilai tertinggi 93, nilai rata-
rata 75,17 dengan standar deviasi 8,81. Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas
animasi komputer terangkum pada tabel 4.5
Tabel 4.5. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer.
Gaya belajar Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Visual 37 97 50 73,46 10,82
Kinestetik 44 87 47 68,91 8,58
Total 81 97 47 70,99 9,87

Berdasarkan tabel diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas
animasi komputer dengan gaya belajar visual nilai terendah 50, nilai tertinggi 97,
nilai rata-rata 73,46 dengan standar deviasi 10,82. Prestasi belajar aspek kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxx
siswa dengan gaya belajar kinestetik , nilai terendah 47, nilai tertinggi 87, nilai rata-
rata 68,91 dengan standar deviasi 8,58.
3. Data Kemampuan Berpikir Abstrak
Data penelitian mengenai kemampuan berpikir abstrak diperoleh dari tes
kemampuan berpikir abstrak. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah. Pengelompokan kategori ini berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas.
Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata-rata atau di atasnya
dikelompokkan dalam kategori tinggi, dan siswa yang mempunyai skor di bawah
skor rata-rata dikelompokkan dalam kategori rendah.
Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 162 siswa yang terdiri dari 81
siswa kelas eksperimen I dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle
menggunakan kit listrik magnet dan 81 siswa kelas eksperimen II dengan model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 77 siswa
mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan 85 siswa mempunyai
kemampuan berpikir abstrak rendah. Secara rinci data kemampuan berpikir abstrak
disajikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak Tinggi dan
Rendah.

Kemampuan
Berpikir Abstrak
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
Kit Listrik Magnet Animasi Komputer
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Rendah 42 51,8 % 43 53,1 %
Tinggi 39 48,2 % 38 46,9 %
Jumlah 76 100 % 76 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxi
Berdasarkan pengelompokan dengan menggunakan kategori tersebut dari
162 siswa yang terdiri dari 81 siswa kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet, terdapat 13 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, 32 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, 26 siswa
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak tinggi, dan 10
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak rendah.
Sedangkan untuk 81 siswa kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran learning cycle menggunakan animasi komputer, terdapat 11 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, 26 siswa
mempunyai gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, 27 siswa
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak tinggi, dan 17
mempunyai gaya belajar kinestetik kemampuan berpikir abstrak rendah. Secara rinci
pembagian kelompok tersebut dapat disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 : Jumlah siswa yang gaya belajar visual kemampuan berpikir abstrak tinggi, gaya
belajar visual kemampuan berpikir abstrak rendah, gaya belajar kinestetik
kemampuan berpikir abstrak tinggi, gaya belajar kinestetik kemampuan
berpikir abstrak rendah.

Faktor Kit Listrik
Magnet
Animasi
Komputer
Gaya Belajar Visual
Kemampuan
Berpikir Abstrak Tinggi
13 11
Kemampuan
Berpikir Abstrak Rendah
32 26
Gaya Belajar
Kinestetik
Kemampuan
Berpikir Abstrak Tinggi
26 27
Kemampuan
Berpikir Abstrak Rendah
10 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxii
Data prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik dinamis yang diperoleh
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah pada masing-masing
kelas disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas kit listrik magnet.
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 39 93 53 74,51 9,38
Rendah 42 80 47 63,45 8,19
Total 81 93 47 68,78 10,35

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa prestasi belajar fisika aspek kognitif pada
kelas kit listrik magnet dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi, nilai terendah 53,
nilai tertinggi 93, nilai rata-rata 74,51 dengan standar deviasi 9,38. Prestasi belajar
aspek kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah , nilai terendah 47,
nilai tertinggi 80, nilai rata-rata 63,45 dengan standar deviasi 8,19.
Sedangkan prestasi belajar siswa pada kelas animasi komputer terangkum pada tabel
4.9
Tabel 4.9. Diskripsi data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer.
Kemampuan Berpikir
Abstrak
Jumlah
Data
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata Standar
Deviasi
Tinggi 38 97 57 73,74 9,13
Rendah 43 90 47 68,56 9,96
Total 81 97 47 70,99 9,87

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh data prestasi belajar fisika aspek kognitif pada kelas
animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi, nilai terendah 57, nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxiii
tertinggi 97, nilai rata-rata 73,74 dengan standar deviasi 9,13. Prestasi belajar aspek
kognitif siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah , nilai terendah 47, nilai
tertinggi 90, nilai rata-rata 68,56 dengan standar deviasi 9,96.

Section 4.02 B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan
beberapa uji persyaratan analisis antara lain uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasilnya akan disampaikan pada uraian berikut :

1. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis variansi dapat diterapkan maka harus
normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah prasyarat telah
dipenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk menyelidiki apakah
sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak
(Sudjana, 1996: 291-292).
Uji normalitas data prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan
Ryan-Joiner normality test perhitungannya dengan bantuan software Minitab 15.
Dengan menggunakan ketentuan jika nilai P atau p-value lebih besar dari 0,100 (p-
value >0,100) maka Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan data berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal ditolak atau dengan kata lain hipotesis yang
menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal diterima.
Hasil uji normalitas data prestasi yang telah dilakukan secara rinci dapat dilihat pada
gambar 4.3 sampai dengan 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxiv

100 90 80 70 60 50 40 30
99,9
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
0,1
prestasi belajar
P
e
r
c
e
n
t
Mean 69,88
StDev 10,14
N 162
RJ 0,998
P-Value >0,100
Probability Plot of prestasi belajar
Normal

Gambar 4.3. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika

90 80 70 60 50
Median
Mean
71 70 69 68 67 66
1st Quartile 60,000
Median 70,000
3rd Quartile 77,000
Maximum 93,000
66,490 71,066
67,000 70,000
8,963 12,242
A-Squared 0,66
P-Value 0,084
Mean 68,778
StDev 10,348
Variance 107,075
Skewness 0,148243
Kurtosis -0,506016
N 81
Minimum 47,000
Anderson-Darling Normality Test
95% Confidence I nterval for Mean
95% Confidence I nterval for Median
95% Confidence I nterval for StDev
95% Confidence I ntervals
Summary for prestasi belajar
media = KIT

Gambar 4.4. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas Kit Listrik Magnet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxv
Dari gambar 4.3 tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai RJ =0,998 dengan p >0,100 yang lebih besar dari nilai =0,05. J adi
dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika terdistribusi normal.
Hasil tersebut dipertegas dengan pengujian normalitas data prestasi belajar
pada masing-masing kelompok eksperimen yang hasilnya dapat dilihat pada gambar
4.4 untuk kelas eksperimen I (kelas kit listrik magnet) dan gambar 4.5 untuk kelas
eksperimen II (kelas animasi komputer).
Dari grafik pada gambar 4.4 terlihat bahwa Ho (data tidak berdistribusi
normal) ditolak sebab diperoleh nilai p =0,084 yang lebih besar dari nilai = 0,05.
J adi dapat diambil keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas kit listrik
magnet terdistribusi normal. Sedangkan untuk uji normalitas prestasi belajar fisika
kelas animasi computer terlihat seperti gambar di bawah.
90 80 70 60 50
Median
Mean
73 72 71 70 69
1st Quartile 63,000
Median 70,000
3rd Quartile 80,000
Maximum 97,000
68,804 73,171
70,000 73,000
8,552 11,682
A-Squared 0,70
P-Value 0,065
Mean 70,988
StDev 9,874
Variance 97,487
Skewness -0,107535
Kurtosis -0,005413
N 81
Minimum 47,000
Anderson-Darling Normality Test
95% Confidence I nterval for Mean
95% Confidence I nterval for Median
95% Confidence I nterval for StDev
95% Confidence I ntervals
Summary for prestasi belajar
media = Animasi

Gambar 4.5. Uji Normalitas Prestasi Belajar Fisika Kelas Animasi Komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxvi
Dari grafik tampak bahwa Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak sebab
diperoleh nilai p =0,065 yang lebih besar dari nilai = 0,05. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa data prestasi belajar fisika kelas animasi komputer terdistribusi
normal.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa untuk setiap uji normalitas
diperoleh nilai p (p-value) yang lebih besar dari nilai = 0,05. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji F dengan bantuan software minitab 15 dengan taraf signifikansi =
0,05 atau taraf kepercayaan 95 %. J ika harga P value data yang diperoleh dari
perhitungan lebih besar atau sama = 0,05 maka Ho diterima. Artinya dapat
dikatakan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi dengan
variansi yang homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan perhitungan Minitab 15. Hasil uji homogenitas telah terangkum
sebagai berikut:
Dari grafik pada gambar 4.6 ini terlihat bahwa Ho (data tidak homogen)
ditolak sebab diperoleh nilai p (p-value) untuk F-test 0,676 dan Levenes test 0,525
yang lebih besar dari nilai = 0,05. Jadi dapat diambil keputusan bahwa kelas kit
listrik magnet dan animasi komputer homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxvii
KI T
Animasi
13 12 11 10 9 8
m
e
d
i
a
95% Bonferroni Confidence I ntervals for StDevs
KI T
Animasi
100 90 80 70 60 50 40
m
e
d
i
a
prestasi belajar
Test Statistic 0,91
P-Value 0,676
Test Statistic 0,41
P-Value 0,525
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi belajar

Gambar 4.6. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika menurut Media

visual
kinestetik
13 12 11 10 9 8
g
a
y
a

b
e
l
a
j
a
r
95% Bonferroni Confidence I ntervals for StDevs
visual
kinestetik
100 90 80 70 60 50 40
g
a
y
a

b
e
l
a
j
a
r
prestasi belajar
Test Statistic 0,73
P-Value 0,160
Test Statistic 3,61
P-Value 0,059
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi belajar

Gambar 4.7. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Gaya Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxviii
Pada gambar 4.7 di atas terlihat bahwa Ho (data tidak homogen) ditolak sebab
diperoleh nilai p untuk F-Test 0,160 dan Lavenes Test 0,059 yang lebih besar dari
nilai = 0,05 sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. Jadi dapat diambil
keputusan bahwa kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik
homogen.
Sedangkan hasil uji homogenitas prestasi belajar menurut kemampuan
berpikir abstrak menggunakan minitab seperti tampak pada gambar 4.8 diperoleh
nilai p untuk F-test 0,831 dan Lavenes test 0,562 yang lebih besar dari nilai = 0,05
sehingga Ho (data tidak homogen) ditolak. J adi dapat diambil keputusan bahwa
kelompok siswa yang mempunyai Kemampuan Berpikir Abstrak tinggi dan rendah
homogen.
tinggi
rendah
11,5 11,0 10,5 10,0 9,5 9,0 8,5 8,0
k
e
m
a
m
p
u
a
n

b
e
r
p
i
k
i
r

a
b
s
t
r
a
k
95% Bonferroni Confidence I ntervals for StDevs
tinggi
rendah
100 90 80 70 60 50 40
k
e
m
a
m
p
u
a
n

b
e
r
p
i
k
i
r

a
b
s
t
r
a
k
prestasi belajar
Test Statistic 1,05
P-Value 0,831
Test Statistic 0,34
P-Value 0,562
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for prestasi belajar

Gambar 4.8. Uji Homogenitas Prestasi Belajar menurut Kemampuan Berpikir Abstrak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxix
Berdasarkan hasil uji homogenitas prestasi belajar di atas, untuk setiap uji
homogenitas atau uji perbandingan dua varians diperoleh nilai p (p-value) yang lebih
besar dari nilai = 0,05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa sampel penelitian ini mempunyai varians yang sama.

Section 4.03 C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan
sel tak sama dan perhitungan menggunakan minitab dapat dilihat pada lampiran 17
dan 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan disajikan sebagai berikut
:
Tabel 4.10. Rangkuman Anava Tiga Jalan
Sumber JK dk RK Fobs F p keputusan
Efek Utama
A 313,7959 1 313,7959 4,3297 3,9100 < 0.05 ditolak
B 5,6688 1 5,6688 0,0782 3,9100 > 0.05 diterima
C 2053,4041 1 2053,4041 28,3325 3,9100 < 0.05 ditolak
Efek Interaksi
AB 2018,0742 1 2018,0742 27,8450 3,9100 < 0.05 ditolak
AC 0,0422 1 0,0422 0,0006 3,9100 > 0.05 diterima
BC 16,8832 1 16,8832 0,2330 3,9100 > 0.05 diterima
ABC 206,3143 1 206,3143 2,8467 3,9100 > 0.05 diterima
Galat 11161,1822 154 72,4752
Total 15775,3649 161

Berdasarkan sajian data tersebut dapat diambil keputusan hipotesis 1, 3 dan 4 tidak
ditolak (Ho ditolak) karena dilihat dari harga Fobs yang lebih besar dari harga F
tabel pada taraf signifikansi = 0,05, yaitu F = 3,910.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxx
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Komputasi ANOVA General Linier Model
No. Terhadap Prestasi Belajar F
obs
P Keputusan
1. Media 4,33 0,039 Ho ditolak
2. Gaya Belajar 0,08 0,780 Ho diterima
3. Kemampuan Berpikir Abstrak 28,33 0,000 Ho ditolak
4. Media*Gaya Belajar 27,85 0,000 Ho ditolak
5. Media * Kemampuan Berpikir Abstrak 0,00 0,981 Ho diterima
6.
Gaya Belajar *Kemampuan Berpikir
Abstrak
0,23 0,630 Ho diterima
7.
Media *Gaya Belajar *Kemampuan Berpikir
Abstrak
2,85 0,094 Ho diterima

Tabel 4.11 menunjukkan uji hipotesis yang hasilnya adalah sebagai berikut:
1. P-value media 0,039 <0,05, maka Ho (tidak terdapat pengaruh pembelajaran
model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi
computer terhadap prestasi belajar fisika ) ditolak (P >0,005 tidak ditolak) berarti
terdapat pengaruh pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit
listrik magnet dan animasi computer terhadap prestasi belajar fisika.
2. P-value gaya belajar 0,780 >0,05, maka Ho (tidak terdapat pengaruh gaya belajar
visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika ) diterima (P <0,005 ditolak)
berarti tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika
3. P-value kemampuan berpikir abstrak 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak terdapat
pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika) ditolak (P >0,005 tidak ditolak) berarti terdapat pengaruh kemampuan
berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. P-value interaksi antara media dan gaya belajar siswa 0,000 <0,05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxi
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar
siswa) ditolak (P >0,005 ditolak) berarti ada interaksi antara pembelajaran model
Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.
5. P-value interaksi antara media dan kemampuan berpikir abstrak 0,981 >0,05,
maka Ho (tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa) diterima (P <0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi
antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet
dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap
prestasi belajar fisika.
6. P-value interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak 0,630 >
0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara gaya belajar siswa dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa) diterima (P <0,005 ditolak) berarti tidak
terdapat interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar fisika.
7. P-value interaksi antara media, gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak
0,094 >0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model
Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer
dengan gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa) diterima (P <0,005
ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning
Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxii
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga J alan
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, ketiga dan keempat. Sedangkan
pada hipotesis kedua, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji komparasi
ganda karena keputusan Ho tidak ditolak atau diterima.
Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda (Uji Scheffe)
Ho F obs v1 v2 F tabel DK p Keputusan
Komparasi Antar Kolom Media (A1 Vs A2)

1
=
2

82,7430 1 158 3,9100 3,9100 < 0.05
Ditolak
Komparasi Antar Kolom Gaya Belajar (B1 Vs B2)

1
=
2

1,4945 1 158 3,9100 3,9100 > 0.05 Diterima
Komparasi Antar Baris Kemampuan Berpikir Abstrak (C1 Vs C2)

1
=
2

33,7581 1 158 3,9100 3,9100 < 0.05 Ditolak

Berdasarkan rangkuman hasil uji komparasi ganda dengan menggunakan uji
Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa media (kit listrik magnet dan animasi
computer), dan kemampuan berpikir abstrak keduanya berpengaruh terhadap prestasi
belajar fisika. Hal ini dapat dilihat dari nilai F
obs
yang masih lebih besar dari daerah
kritik DK =3,91 pada taraf signifikansi = 0,05, sehingga Ho yang menyatakan
tidak ada perbedaan prestasi belajar antara kelas yang diajar dengan model
pembelajaran siklus belajar menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
ditolak. Selanjutnya Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah juga ditolak. Tetapi Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxiii
yang menyatakan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan gaya
belajar visual dan kinestetik diterima.
Kesimpulan di atas dipertegas dengan paparan diagram analysis of means
(ANOM) pada program Minitab 15 yang menunjukkan media animasi computer
berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar fisika dibandingkan dengan media
kit listrik magnet seperti terlihat pada gambar 4.9
KIT Animasi
72
71
70
69
68
media
M
e
a
n
68,313
71,452
69,883
One-Way Normal ANOM for prestasi belajar
Alpha = 0,05

Gambar 4.9. Diagram ANOM pengaruh media terhadap prestasi belajar

Pada diagram di atas, garis vertikal biru untuk animasi mengarah ke atas mendekati
garis merah, berarti media animasi computer berpengaruh lebih besar terhadap
prestasi belajar fisika dibandingkan dengan media kit listrik magnet.
Sementara itu, pada diagram ANOM pengaruh kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar pada gambar 4.10 terlihat ada garis biru yang melewati
batas garis merah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxiv
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Kemampuan berpikir abstrak
tinggi berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan
kemampuan berpikir abstrak rendah.

tinggi rendah
75,0
72,5
70,0
67,5
65,0
kemampuan berpikir abstrak
M
e
a
n
68,14
71,62
69,88
One-Way Normal ANOM for prestasi belajar
Alpha = 0,05

Gambar 4.10. Diagram ANOM pengaruh kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar

D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan
animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika, ada atau tidaknya pengaruh gaya
belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar fisika , ada atau
tidaknya pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir
abstrak rendah terhadap prestasi belajar fisika. Ada atau tidaknya interaksi model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxv
pembelajaran learning cycle menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
terhadap prestasi belajar fisika belajar ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan
berpikir abstrak terhadap prestasi belajar fisika.
Pengukuran gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa dilakukan
sebelum pembelajaran berlangsung dengan mengerjakan angket gaya belajar dan
tes kemampuan berpikir abstrak. Setelah selesai pembelajaran materi pokok listrik
dinamis dilakukan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika. Dalam penelitian ini
digunakan model pembelajaran learning cycle dengan media kit listrik magnet dan
animasi komputer, suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif menggunakan media kit listrik magnet sehingga siswa memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik dan
media animasi computer yang memberi kemudahan bagi siswa yang hendak
melaksanakan eksperimen berdasarkan sistem model yang telah diprogram.
1. Hipotesis Pertama
Kesimpulan yang diperoleh dari hipotesis pertama yaitu, terdapat
pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan media kit listrik magnet
dan animasi komputer terhadap prestasi belajar fisika.
Kit listrik magnet dan animasi komputer merupakan dua media pembelajaran
yang mempunyai kelemahan dan keunggulan berbeda. Keunggulan menggunakan kit
listrik magnet diantaranya adalah siswa memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
yang bersentuhan langsung dengan alat-alat listrik sehingga dimungkinkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxvi
merencanakan dan melibatkan diri dalam investigasi sehingga mereka dapat
mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, dan membuat keputusan sendiri
sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip dengan lebih
baik. Kelebihan dari media komputer antara lain siswa dapat mencoba hal-hal baru
tanpa takut salah ataupun rusak. Dua media pembelajaran yang karakteristiknya
berbeda akan memberikan perbedaan pula terhadap prestasi belajar.
Dari anava tiga jalan dengan sel tidak sama prestasi belajar fisika aspek
kognitif diperoleh harga F =4,33 > F untuk faktor media atau P-value 0,039 <0,05,
maka Ho (tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan
animasi komputer.) ditolak, (P >0,005 tidak ditolak). Berarti ada perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang diberi pembelajaran model Learning Cycle menggunakan
media kit listrik magnet dan animasi komputer. Hal ini berarti penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle menggunakan kit listrik magnet dan animasi komputer
memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar fisika pada materi pokok listrik
dinamis.
Animasi komputer memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi
belajar fisika materi pokok listrik dinamis, karena dengan animasi komputer siswa
termotivasi untuk lebih kreatif mempelajari materi yang disajikan serta dengan
adanya variasi warna dari beberapa instrumen listrik, kemudahan merangkai
peralatan secara bebas dapat menambah kemampuan siswa dalam menyusun
rangkaian listrik sesuai dengan konsep yang dipelajari, hasil pengukuran yang
diperoleh sudah pasti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxvii
Selain itu ada jaminan tidak adanya resiko yang membahayakan seperti
hubungan singkat (koursleting) berupa terbakar, putus atau pecah akibat salah
hubung atau salah rangkai. J aminan kemudahan tersebut merangsang siswa untuk
memunculkan sikap berani mencoba dengan tanpa ada rasa khawatir takut berbuat
kesalahan. J ika terjadi kesalahan dalam merangkai peralatan listrik siswa dengan
mudah dapat memperbaiki kesalahan tersebut. Meskipun selama proses pembelajaran
kedua media ini terlihat sama-sama menarik dan dapat membangkitkan aktivitas
belajar siswa, tetapi dalam hal pencapaian hasil media animasi komputer cenderung
lebih baik. Data penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika
kelas animasi komputer (71,24) lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nilai
kelas kit listrik magnet (69,02). Demikian pula rata-rata prestasi belajar aspek afektif
kelas animasi computer (78,75) lebih baik dari pada kelas kit listrik magnet (75,96).
Hal tersebut terlihat pula dari foto kegiatan siswa yang terlihat antusias melakukan
kegiatan belajar. Foto kegiatan siswa dapat dilihat pada halaman akhir tesis ini.
Pada proses pembelajaran model learning cycle menggunakan kit listrik
magnet siswa tertarik untuk mencoba menggunakan alat-alat listrik dan alat ukur
listrik tetapi kreatifitas siswa cenderung kurang karena rasa takut jika alatnya rusak.
Kemampuan siswa dalam pembacaan alat ukur listrik yang kurang juga
mempengaruhi hasil kerja siswa pada saat melakukan percobaan. Sementara apabila
menggunakan animasi komputer akan diperoleh data yang ideal sehingga siswa lebih
mudah untuk menghubungkan antara variabel yang diperoleh dari hasil percobaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi komputer dalam
model pembelajaran learning cycle lebih baik daripada media kit listrik magnet pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxviii
materi listrik dinamis terhadap prestasi belajar. Penggunaan animasi komputer lebih
efektif dinyatakan oleh N. D. Finkelstein dkk (2004) dalam International Journal of
Physical Learning dengan judul When learning about the real world is better done
virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory equipment.
yang menyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan alat simulasi
mengungguli siswa lain yang menggunakan laboratorium nyata dalam hal
pemahaman konsep dan ketrampilan.
2. Hipotesis kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua diperoleh
harga F =0,08 <F untuk faktor gaya belajar atau P-value = 0,780 >0,05, maka Ho
(tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar
fisika) diterima (P >0,005 tidak ditolak) berarti tidak terdapat pengaruh gaya belajar
visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar fisika. Dari hipotesis kedua,
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar fisika. Tidak adanya pengaruh gaya belajar ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: Pada proses pembelajaran siklus belajar fase exploration
atau eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi dan atau membuat
prediksi baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok,
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide. Dengan kata lain, pada tahap
eksplorasi ini, siswa berkesempatan untuk terlibat dalam aktivitas belajar. Untuk
kelas kit listrik magnet siswa menggunakan kit listrik magnet untuk menguji
prediksi atau membuat prediksi yang baru. Siswa dituntut untuk menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxxxix
anggota badannya dalam melakukan percobaan dengan kit listrik magnet agar dapat
memahami konsep yang dipelajari. Sedangkan untuk kelas animasi computer selain
diperlukan kecermatan dalam melihat gambar-gambar juga diperlukan anggota badan
untuk membuat gambar rangkaian listrik. J adi, dalam pembelajaran menggunakan
model siklus belajar, baik yang menggunakan kit listrik magnet maupun animasi
computer keduanya tetap menggunakan anggota badan yang menjadi ciri khas dari
gaya belajar kinestetik untuk melakukan kegiatan percobaan. J adi dalam
pembelajaran model siklus belajar ini, baik yang menggunakan kit listrik magnet
maupun animasi computer keduanya memiliki prestasi belajar yang tidak terlalu
berbeda jauh.
Saifudin Husni (2004:44) menyatakan bahwa Perpaduan aspek verbal dan
visual dalam suatu proses belajar mengajar memungkinkan seseorang untuk
menunjukkan kemampuan mengingat yang relatif tinggi. Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan visual perlu didukung dengan kemampuan verbal
agar gaya belajar siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa dan jika tidak
didukung dengan kemampuan verbal gaya belajar tidak selalu memberikan pengaruh
pada prestasi belajar siswa.
Berdasarkan Institute for Learning Styles Journal Volume 1, Fall 2008 Page
37 diungkapkan findings indicated that the learning styles of students may fluctuate
within the context of a course from concept to concept, or lesson to lesson. Dalam
jurnal tersebut diungkapkan bahwa gaya belajar siswa berfluktuasi tergantung kepada
konteks pembelajaran dari konsep ke konsep dan dari satu pelajaran ke pelajaran
lainnya. Gaya belajar tidak selalu berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxl
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis pengaruh kemampuan berpikir
abstrak terhadap prestasi belajar fisika menunjukkan F =28,33 > F atau P-value
kemampuan berpikir abstrak 0,000 < 0,05, maka Ho (tidak terdapat pengaruh
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika)
ditolak (P >0,005 tidak ditolak) berarti terdapat pengaruh kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika. Data penelitian juga
menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi (74,13) lebih baik jika dibandingkan dengan rata-
rata nilai siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah (66,04).
Hasil ini sesuai dengan pandangan bahwa orang yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak tinggi akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan
baik. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata. Pada materi pokok
listrik dinamis banyak terdapat konsep-konsep yang abstrak yang tidak dapat
dijelaskan hanya dengan ceramah saja. Orang yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak baik akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik
Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh
orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan
berpikir abstrak dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional
formal yang baik.
4. Hipotesis Keempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxli
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi media dengan gaya
belajar menunjukkan bahwa interaksi antara faktor media dan gaya belajar siswa
diperoleh harga F =27,85 >F atau P-value 0,000 <0,05, maka Ho (tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
fisika) ditolak (P >0,005 diterima) berarti terdapat interaksi antara pembelajaran
model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis keempat, disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara media
pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika. Adanya
interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Siswa yang mempunyai gaya belajar
visual, perlu melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
memiliki pemahaman yang cukup terhadap artistik. Agar belajar tetap bisa dilakukan
dengan memberikan hasil yang menggembirakan salah satunya adalah menggunakan
beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran berupa
animasi komputer, film, slide, gambar ilustrasi, atau sejenisnya yang semuanya dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
Siswa dengan gaya belajar kinestetik, menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus mengingatnya, bisa belajar
lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik. Untuk orang-orang yang memiliki
karakteristik seperti di atas, pendekatan yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlii
melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di
laboratorium atau bermain sambil belajar.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara media dengan
kemampuan berpikir abstrak menunjukkan harga F = 0,00 < F atau P-value
interaksi antara media dan kemampuan berpikir abstrak 0,981 >0,05, maka Ho (tidak
terdapat interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media
kit listrik magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P <0,005 ditolak) berarti tidak terdapat
interaksi antara pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik
magnet dan animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap
prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis kelima, disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran model Learning Cycle menggunakan media kit listrik magnet dan
animasi komputer dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi
belajar fisika. Tidak adanya interaksi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
berdasarkan hipotesis pertama, media pembelajaran animasi komputer lebih baik
daripada kit listrik magnet terhadap prestasi belajar fisika. Sedangkan pada hipotesis
ketiga kemampuan berpikir abstrak berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika.
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mencapai prestasi
belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah. Sehingga apapun media pembelajaran yang digunakan, baik animasi
komputer atau kit listrik magnet, siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxliii
tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. Sebaliknya baik yang
mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi maupun rendah, siswa yang diberi
pembelajaran dengan media animasi komputer akan memiliki prestasi belajar fisika
lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan media kit listrik magnet
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media pembelajaran
dengan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hal ini dimungkinkan karena banyak
faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang
berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri siswa, selain faktor media
pembelajaran dan kemampuan kemampuan berpikir abstrak siswa yang digunakan
dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan
pembelajaran.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara gaya belajar
dengan kemampuan berpikir abstrak siswa menunjukkan harga F =0,233 < F atau
P-value interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
0,630 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Apapun gaya belajar siswa, baik visual maupun kinestetik, siswa yang
memiliki kemampuan berpikir absrak tinggi tetap akan memperoleh nilai prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxliv
belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah. Sedangkan menurut hipotesis kedua gaya belajar siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir abstrak siswa.
Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian
prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar
diri siswa, selain faktor gaya belajar dan kemampuan kemampuan berpikir abstrak
siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak keterbatasan
dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut
di luar kegiatan pembelajaran.
7. Hipotesis Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis interaksi antara media, gaya
belajar, dan kemampuan berpikir abstrak siswa menunjukkan harga F =2,85 < F
atau P-value interaksi antara media, gaya belajar, dan kemampuan berpikir abstrak
siswa 0,094 >0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi antara media, gaya belajar, dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika) diterima (P <
0,005 ditolak) berarti tidak terdapat interaksi antara media, gaya belajar, dan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Dari hipotesis pertama dan ketiga diperoleh kesimpulan bahwa siswa yang
diberi pembelajaran dengan model learning cycle menggunakan media animasi
komputer memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diberi media kit
listrik magnet dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki
prestasi belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlv
berpikir abstrak rendah. Sedangkan menurut hipotesis kedua gaya belajar siswa tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika.
Berdasarkan analisa data penelitian, terungkap bahwa apapun gaya belajar
siswa, baik visual maupun kinestetik, siswa yang diberi pembelajaran dengan model
learning cycle menggunakan media animasi komputer memiliki prestasi belajar lebih
baik daripada siswa yang diberi media kit listrik magnet dan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir absrak tinggi cenderung memperoleh nilai prestasi belajar fisika
lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media, gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika. Hal
ini dimungkinkan karena masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses
pencapaian prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal
dari luar diri siswa, selain faktor media, gaya belajar dan kemampuan berpikir
abstrak siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, masih banyak
keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-
faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran.

E. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil penelitian yang optimal dengan meminimalisir kekurangan dan
atau kesalahan yang mungkin terjadi. Meskipun demikian penulis menyadari ada
beberapa kelemahan dan keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian ini menjadi
kurang sempurna. Kelemahan dan keterbatasan tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlvi
1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data yang terdiri dari
angket gaya belajar fisika, angket penilaian aspek afektif, tes kemampuan berpikir
abstrak, dan tes prestasi belajar semuanya belum merupakan instrumen standar. Hal
itu disebabkan karena instrumen tersebut di atas disusun dan dikembangkan oleh
penulis sendiri dan baru diujicobakan satu kali sehingga masih memerlukan uji coba
dan analisa lebih lanjut agar benar-benar standar.
2. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas yaitu untuk mata pelajaran IPA
(fisika) di SMP hanya 1 x 2 jampertemuan (80 menit) tiap minggu sehingga ada
kemungkinan pengaruh perlakuan yang diberikan belum membawa dampak.
3. Baik guru maupun siswa belum terbiasa menggunakan media kit listrik magnet
maupun animasi komputer sehingga dalam menggali potensi yang dimiliki siswa
masih belum maksimal.
4. Variabel gaya belajar dalam penelitian ini hanya diambil dua kategori yaitu
visual dan kinestetik, sedangkan gaya belajar auditorial tidak dilibatkan. Data yang
diperoleh dari angket gaya belajar banyak yang kurang dapat membedakan gaya
belajar siswa karena jumlah skor yang diperoleh antara gaya belajar visual dan
kinestetik hampir sama. Hal yang sama terjadi pula pada data tes kemampuan
berpikir abstrak.
5. Dalam pembelajaran, siswa membentuk kelompok yang beranggotakan lima
sampai enam orang karena keterbatasan jumlah peralatan. J ika jumlah anggota
kelompok lebih sedikit kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih baik karena
siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlvii
BAB V
Article V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Section 5.01 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian serta mengacu pada perumusan
masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
15. Terdapat pengaruh pembelajaran model learning cycle menggunakan media kit
listrik magnet dan animasi komputer terhadap prestasi belajar materi listrik
dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun
pelajaran 2010/2011. Pembelajaran model learning cycle menggunakan animasi
komputer berpengaruh lebih baik terhadap prestasi belajara fisika daripada
menggunakan kit listrik magnet dengan nilai rata-rata fisika berturut-turut 70,99
dan 68,78 .
16. Tidak terdapat pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar fisika pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1
Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang mempunyai
gaya belajar visual dan kinestetik mempunyai prestasi belajar yang sama
meskipun diberikan pembelajaran dengan media yang berbeda.
17. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1
Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi belajar fisika lebih baik
daripada siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah.
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlviii
18. Terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle menggunakan
media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar fisika pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1
SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
19. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi
listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan
tahun pelajaran 2010/2011.
20. Tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dan kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar fisika.pada materi suhu dan kalor kelas IX semester 1
SMP Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan tahun pelajaran 2010/2011.
21. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran model learning cycle
menggunakan media kit listrik magnet dan animasi komputer dengan gaya
belajar dan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar fisika
pada materi listrik dinamis kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Karas Kabupaten
Magetan tahun pelajaran 2010/2011.

Section 5.02 B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas implikasi yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran fisika pada materi listrik dinamis sebaiknya disajikan dengan
menggunakan media animasi komputer. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cxlix
dilakukan, prestasi belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan media
animasi komputer lebih baik dibandingkan dengan media kit listrik magnet pada
materi pokok listrik dinamis.
2. Materi listrik dinamis dapat diberikan pada semua siswa baik yang mempunyai
gaya belajar visual maupun kinestetik karena prestasi belajar tidak terkait
langsung dengan gaya belajar siswa.
3. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya materi listrik
dinamis yang banyak terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak guru
sebaiknya memperhatikan tinggi rendahnya kamampuan berpikir abstrak siswa,
Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi cenderung lebih
mudah memahami konsep-konsep fisika.
4. Pada pembelajaran fisika materi listrik dinamis sebaiknya dilaksanakan dengan
menggunakan media yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Siswa yang
memiliki gaya belajar visual akan lebih berhasil jika menggunakan media
animasi computer sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih
baik menggunakan alat-alat praktikum riil seperti kit listrik magnet.
Section 5.03 C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini maka saran yang
dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Untuk Pejabat Pengambil Keputusan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cl
2. Untuk para guru
a) Dalam mengimplementasikan pembelajaran learning cycle menggunakan
animasi komputer, hendaknya guru melakukannya dengan persiapan yang
matang sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam penggunaan media animasi
komputer adalah : a. mempersiapkan perangkat computer/laptop yang sudah
diisi dengan program animasi listrik dinamis agar siap untuk dipakai, guru
menyusun sendiri LKS untuk tiap kelompok ; b. menguasai materi yang
akan disampaikan; c. sebelum menggunakan media animasi computer
sebaiknya guru mencoba terlebih dahulu; d. membagi kelompok seheterogen
mungkin sehingga terjadi interaksi siswa di dalam kelompoknya.
b) Instrumen yang digunakan untuk mengukur gaya belajar siswa, hendaknya
tidak hanya dengan angket, tetapi juga dapat dilakukan dengan pengamatan
langsung.

c) Proses pembelajaran perlu memperhatikan potensi yang dimiliki siswa seperti
gaya belajar dan gaya kemampuan berpikir abstrak siswa.
d) Dalam proses pembelajaran, guru perlu memberi kegiatan yang dapat
merangsang kemampuan berpikir abstrak siswa contohnya melalui
permainan (game), memberi tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang
bersifat abstrak seperti soal-soal olimpiade fisika.
3. Untuk peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cli
a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan media animasi dan
kit listrik magnet pada materi pokok lain yang sesuai.
b) Perlu dilakukan penelitian faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.















perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
clii
DAFTAR PUSTAKA

.
Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. J akarta: PT Raja Grafindo Persada

Budiman J atmiko dkk. 2004. Media Pembelajaran (Materi Pelatihan Terintegrasi
Sains). J akarta : Depdiknas

Budiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University
Press

I.Wayan Dasna. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning
Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan
Pembelajarannya. FMIPA UM Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.

DePorter, Bobbi. 2000. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan (Edis terjemahan). Bandung: Kaifa

--------. 2002. Quantum Learning: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas (Edisi terjemahan). Bandung: Kaifa

---------. 2003. Pedoman Pendayagunaan Peralatan Laboratorium Fisika. J akarta
: Depdiknas

Hamzah B. Uno. 2005. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. J akarta :
Bumi Aksara

Hudoyo, H. 2003. Guru Matematika Konstruktivis. Disajikan dalam Seminar
Nasional di Universitas Sanata Darma Yoyakarta

Wilhelm, J ennifer. 2007. Creating Constructivist Physics for Introductory
University Classes. Vol. 11, No. 2 /2007 Electronic Journal of Science
Education (Southwestern University) (diakses 1 Mei 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cliii
(http://ejse.southwestern.edu/volumes/v11n2/articles/art02_wilhelm.pdf.)

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A tool for Planning Science
Instruction. Online
(http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html, (diakses 10 J uni
2010).

Masidjo, S. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan
Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nana Sujana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

Nasution, A. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA. J akarta: Universitas
Terbuka.

Ngalim Purwanto. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik, 2008, Proses Belajar Mengajar, J akarta, Bumi Aksara

Paul Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika: Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Poerwodarminto, W.J .S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. J akarta:
Perpustakaan Perguruan Kementrian P dan K

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. J akarta: Erlangga

Iskandar.2009. Psikologi Pendidikan. J akarta: Gaung Persada

Resnick, Hallyday (Edisi terjemahan oleh Pantur Silaban, Erwin Sucipto). 1992.
Fisika Jilid 1 Edis ketiga. J akarta: Erlangga

Roestiyah, N.K. 1996. Strategi Belajar Mengajar. J akarta: Rajawali Perss

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. J akarta: Raja
Grafindio Persada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
cliv

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. J akarta:
Rineka Cipta

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suharsimi Arikunto. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. J akarta: Bumi
Aksara

-----------. 1996. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. J akarta: Rineka
Cipta

Sutrisno Hadi. 1989. Metodologi Research. J ogjakarta: Andi

Syaifudin Azwar. 2000. Reliabelitas dan Validitas. Yogya: Pustaka Pelajar

Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. J akarta: Erlangga

Ujang Sukandi. 2004. HO: Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Belajar Aktif.
J akarta: Puskur

Usman, M.U. 1996. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Winataputra, Udin S. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA. J akarta: Depdikbud

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. J akarta: Grasindo.
Alimufi Arief. 1999. Model Pengajaran dengan Pendekatan Proses untuk
Bidang Studi IPA-fisika. Makalah disampaikan dalam Penyegaran Guru-
guru Mipa di SMPK Santa Clara Surabaya.

Nuhoglu, Hasret. 2006. The Effectiveness of The Learning Cycle Model to
Increase Students Achievement In The Physics Laboratory. The original
language of article is Turkish Vol.3, No.2, December 2006, pp.46-659
(diakses 19 Nopember 2010)

Finkelstein, N. D. 2004 . When learning about the real world is better done
virtually: A study of substituting computer simulations for laboratory
equipment. International J ournal of Physical Learning (diakses 19
Nopember 2010) (www.colorado.edu/physics/Education Issues/paper
/CCKe010103.pdf)



perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id










































ommit to user
clv

Anda mungkin juga menyukai