Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu teknik kimia tidak terlepas dari Senyawa Kimia ( ikatan kimia ) dan
Reaksi Redoks.
Bentuk sederhana dari ikatan kimia adalah adanya ikatan ion dan ikatan kovalen. Dan
reaksi Redoks ( reaksi reduksi oksidasi ) merupakan atom-atom yang mengalami
pengurangan atau penambahan bilangan biloks.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang bagaimana atom dapat membentuk
senyawa, menjelaskan bagaimana serah terima electron, ikatan kovalen polar , bilangan
oksidasi, dan menghitung soal-soal tentang redoks. Pada ikatan kimia dijelaskan tentang
atom-atom yang bersenyawa dengan atom lain serta penamaan senyawa tersebut secara
IUPAC. Pembentukan senyawa-senyawa pada ikatan ini penting karena apabila tidak ada
ikatan terhadap senyawa.Maka banyak senyawa-senyawa yang berbahaya serta mematikan.
Dari beberapa analisis diharapkan senyawa-senyawa yang terbentuk adalah senyawa
yang berguna dan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat luas.

1.2 Tinjauan Teori
Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat
dalam inti atom bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling tarik
menarik, maka dua atom yang berdekatan satu sama lainnya akan membentuk ikatan.
Dalam gambaran yang paling sederhana dari ikatan non-polar atau ikatan kovalen,
satu atau lebih elektron, biasanya berpasangan, ditarik menuju sebuah wilayah di antara dua
inti atom. Gaya ini dapat mengatasi gaya tolak menolak antara dua inti atom yang positif,
sehingga atraksi ini menjaga kedua atom untuk tetap bersama, walaupun keduanya masih
akan tetap bergetar dalam keadaan kesetimbangan. Ringkasnya, ikatan kovalen melibatkan
elektron-elektron yang dikongsi dan dua atau lebih inti atom yang bermuatan positif secara
bersamaan menarik elektron-elektron bermuatan negatif yang dikongsi.


2
Dalam gambaran ikatan ion yang disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif
secara dominan melebihi muatan positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif
menyebabkan satu atom mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini menyebabkan
satu atom bermuatan positif dan yang lainnya bermuatan negatif secara keseluruhan. Ikatan
ini dihasilkan dari atraksi elektrostatik di antara atom-atom dan atom-atom tersebut menjadi
ion-ion yang bermuatan.
Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori kuantum, namun dalam
prakteknya, kaidah-kaidah yang disederhanakan mengijinkan para kimiawan untuk
memprediksikan kekuatan, arah, dan polaritas sebuah ikatan. Kaidah oktet (Bahasa Inggris:
octet rule) dan teori VSEPR adalah dua contoh kaidah yang disederhanakan tersebut. Ada
pula teori-teori yang lebih canggih, yaitu teori ikatan valens yang meliputi hibridisasi orbital
dan resonans, dan metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris:
Linear combination of atomic orbitals molecular orbital method) yang meliputi teori medan
ligan. Elektrostatika digunakan untuk menjelaskan polaritas ikatan dan efek-efeknya terhadap
zat-zat kimia.












3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Ikatan Kimia
Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12
mengganggap spesi kimia tertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704,
Isaac Newton menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya
dengan mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jns Jakob Berzelius
mengembangkan sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat
elektrogenativitas dan elektropositif dari atom-atom yang bergabung. Pada pertengahan abad
ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S. Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe,
beranjak pada teori radikal, mengembangkan teori valensi yang pada awalnya disebut
"kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan sebuah senyawa tergabung berdasarkan atraksi
kutub positif dan kutub negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N. Lewis
mengembangkan konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom
dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.

Dalam kata-kata Lewis sendiri:
An electron may form a part of the shell of two different atoms and cannot be said to


4
belong to either one exclusively.
Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip
dengan teori Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang penuh
antara atom-atom. Teori ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan Kossel
membangun model ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh
atas ikatan kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind
Burrau.
[1]
Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia
dapat secara mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan
lebih jauh untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan
yang lebih praktis namun kurang kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh
Walter Heitler and Fritz London. Metode Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan
valensi. Pada tahun 1929, metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa
Inggris: linear combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO,
diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan struktur elektronik
dari molekul F
2
(fluorin) dan O
2
(oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar kuantum. Teori
orbital molekul ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-
orbital atom mekanika kuantum Schrdinger yang telah dihipotesiskan untuk atom
berelektron tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan
secara analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang
secara kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum
modern menggunakan baik teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul sebagai titik
awal, walaupun pendekatan ketiga, teori fungsional rapatan (Bahasa Inggris: density
functional theory), mulai mendapatkan perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada
molekul dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya
menggunakan fungsi-fungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga
menggunakan fungsi yang secara eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron.
[2]

Dengan 13 parameter yang dapat diatur, mereka mendapatkan hasil yang sangat mendekati
hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam hal energi disosiasi. Perluasan selanjutnya
menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil yang sangat sesuai denganhasil


5
eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas sains bahwa teori kuantum dapat
memberikan hasil yang sesuai dengan hasil eksperimen. Namun pendekatan ini tidak dapat
memberikan gambaran fisik seperti yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori orbital
molekul. Selain itu, ia juga sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang
lebih besar.
2.2 Macam-macam Ikatan Kimia
2.2.1 Ikatan Ion
Ikatan ion dapat terjadi karena adanya serah terima electron antar atom. Ikatan ini
terbentuk antara :
Ion positif dengan ion negative (oleh gaya elektrostatis)
Atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom berafinitas electron
besar.
Atom-atom unsure IA, IIA dengan atom-atom yang berelektronegatifitas besar.
Atom-atom berelektronegatifitas kecildengan atom-atom yang berelektonegatifitas
besar.
Contoh : Na Na
+
+ e
Cl + e Cl
-
Antara ion Na
+
dan ion Cl
-
terjadi tarik menarik sehingga terjadi senyawa NaCl.
Sifat-sifat senyawa ion :
Bila cair dapat menghantarkan listrik
Bila padat dapat membentuk Kristal
Titik didih dan titik lebur tinggi
Larut dalam pelarut polar
Keras tetapi rapuh






6
2.2.2 ikatan-ikatan kovalen
Ikatan kovalen terjadi berdasarkan pemakaian pasangan electron bersama. Ikatan ini terjadi
sesama unsur bukan logam yang perbedaan keelektronegatifannya rendah. Menurut aturan octet,
dalam berikatan atom akan berusaha mendapatkan konfigurasi elektronik dari gas mulia yang stabil,
yaitu mempunyai electron valensi berjumlah 8. Namun, ada beberapa molekul kovalen mempunyai
struktur lewis yang tidak memenuhi aturan octet.
Contoh : BeCl
2
dan BF
3

Ada juga molekul yang mempunyai electron valensi lebih dari 8.
Contoh : PCl
5
dan senyawa-senyawa dari gas mulia
Pembagian ikatan kovalen :
1. Ikatan kovalen Nonpolar
Yaitu jika pasangan electron bersama tertarik sama kuat ke semua atom.
Cirri-ciri :
Momen dipol = 0
Mengandung jeenis atom yang sama
Bentuk molekulnya simetris
Contoh : H
2
, N
2
, O
2
, CH
4
, dan banyak lagi.
2. Ikatan kovalen polar
Yaitu jika pasangan electron bersama tertarik lebih kuat ke salah satu atom.
Ciri-ciri :
Momen dipol > 0
Beda elektronegatifitas antar atom yang berikatan besar
Bentuk molekul tidak simetris
Contoh : HCl, N
2
O, H
2
O, NH
3
, HCN
3. Ikatan semipolar : (kovalen koordinasi )
Yaitu ikatan yang terjadi jika pasangan electron bersama hanya berasal dari salah satu atom.
Contoh : H
3
N: + BF
3
H
3
N:BF
3

Kovalen koordinasi.
Sifat sifat kovalen :


7
1. Senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik
2. Senyawa kovalen non-polar dapat menghantarkan listrik.
3. Titik didih dan lebur relative lebih rendh disbanding senyawa ion.
4. Larut dalam pelarutan non-polar
5. Mudah menguap
Ikatan ionik dan ikatan kovalen merupakan ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom
didalam molekul. Sedangkan ikatan yang bertanggung jawab menyatukan molekul-molekul disebut
ikatan intermolekul. Ikatan intramolekul menyebabkan molekul saling menarik dengan molekul
tetangganya. Ikatan intramolekul dan intermolekul disebut bersama sebagai ikatan kimia.
2.2.3 Ikatan kimia yang lain :
1) ikatan Hidrogen
Yaitu ikatan atom H dengan atom yang lain berelektronegatifitasnya besar (atom lain tersebut
berasal dari molekul yang berbeda )
Contoh : ikatan antar molekul H
2
O, HF , NH
3
, Alkohol dan sebagainya.
ikatan Hidrogen yang menyebabkan titik didih tinggi
2) ikatan Logam
Yaitu ikatan yag terjadi karena rapatnya susunan atom-atom logam sehingga electron pada
kulit
terluarnya dapat bergerak bebas.
Contoh : Ikatan logam-logam alkali ( Na, K )
3) Ikatan Van Der Walls
Yaitu ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul yang sangat
lemah.
Contoh : Ikatan antar molekul air , alcohol dan lain-lain.





8
2.2.4 Elektron pada ikatan kimia
Banyak senyawa-senyawa sederhana yang melibatkan ikatan-ikatan kovalen.
Molekul-molekul ini memiliki struktur yang dapat diprediksi dengan menggunakan teori
ikatan valensi, dan sifat-sfiat atom yang terlibat dapat dipahami menggunakan konsep
bilangan oksidasi. Senyawa lain yang mempunyai struktur ion dapat dipahami dengan
menggunakan teori-teori fisika klasik. Pada kasus ikatan ion, elektron pada umumnya
terlokalisasi pada atom tertentu, dan elektron-elektron todal bergerak bebas di antara atom-
atom. Setiap atom ditandai dengan muatan listrik keseluruhan untuk membantu pemahaman
kita atas konsep distribusi orbital molekul. Gaya antara atom-atom secara garis besar
dikarakterisasikan dengan potensial elektrostatik kontinum (malaran) isotropik. Sebaliknya
pada ikatan kovalen, rapatan elektron pada sebuah ikatan tidak ditandai pada atom individual,
namun terdelokalisasikan pada MO di antara atom-atom. Teori kombinasi linear orbital yang
diterima secara umum membantu menjelaskan struktur orbital dan energi-energinya
berdasarkan orbtial-orbital dari atom-atom molekul. Tidak seperti ikatan ion, ikatan kovalen
bisa memiliki sifat-sifat anisotropik, dan masing-masing memiliki nama-nama tersendiri
seperti ikatan sigma dan ikatan pi.Atom-atom juga dapat membentuk ikatan-ikatan yang
memiliki sifat-sifat antara ikatan ion dan kovalen. Hal ini bisa terjadi karena definisi didasari
pada delokalisasi elektron. Elektron-elektron dapat secara parsial terdelokalisasi di antara
atom-atom. Ikatan sejenis ini biasanya disebut sebagai ikatan polar kovalen. Lihat pula
elektronegativitas. Oleh karena itu, elektron-elektron pada orbital molekul dapat dikatakan
menjadi terlokalisasi pada atom-atom tertentu atau terdelokalisasi di antara dua atau lebih
atom. Jenis ikatan antara dua tom ditentukan dari seberapa besaran rapatan elektron tersebut
terlokalisasi ataupun terdelokalisasi pada ikatan antar atom.
2.3 Reaksi Redoks
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan
berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal
ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan
karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH
4
), ataupun ia
dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui
rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi
dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:


9
Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah
persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena
transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik
didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan
oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi,
namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada
transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen). Reaksi
non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai
reaksi metatesis.

Ilustrasi sebuah reaksi redoks

Dua bagian dalam sebuah reaksi redoks

2.4 Oksidator dan Reduktor
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain
dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai reduktor atau agen oksidasi. Oksidator
melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia


10
"menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah
senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti
H
2
O
2
, MnO
4

, CrO
3
, Cr
2
O
7
2
, OsO
4
) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif,
sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain
dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai [[oksidator ]] atau agen reduksi. Reduktor
melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia
"mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa
yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan
Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya
dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH
4
dan
LiAlH
4
), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik
[1][2]
, terutama dalam
reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga
berguna melibatkan gas hidrogen (H
2
) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi
katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke
oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan
oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat
dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.
2.4.1 Aturan bilangan Oksidasi
Bilangan Oksidasi unsur-unsur dan molekul-molekul dari atom sejenis = 0 contoh :
Bilangan Oksidasi Na = 0, bilangan oksidasi H dalam H
2
= 0
Bilangan Oksidasi H dalam senyawa = +1, kecuali dalam senyawa hibrida = BO-H = -
1 contoh : Bilamngan oksidasi H dalam H
2
O = +1
Bilangan Oksidasi O dalam senyawa = - 2, kecuali dalam senyawa berikut contoh :
bilangan oksidasi O dalam OF
2
= +2, bilangan Oksidasi O dalam peroksida ( H
2
O
2
,
Na
2
O
2
) = -1
Jumlah aljabar bilangan oksidasi dalam senyawa = 0 contoh : bilangan oksidasi H, N,
dan O dalam senyawa HNO
3
= 0, ( bilangan oksidasi H ) + ( bilangan Oksidasi N ) + (
3 bilangan Oksidasi O ) = 0


11
Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh atom dan ion = muatan ion contoh : bilangan
oksidasi S dan O dalam ion SO
4
2-
= muatan ion ( bilangan oksidasi S ) + ( 4 bilangan
oksidasi O ) = -2
2.4.2 Contoh Reaksi RedOks
Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi

Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses
kimia lebih jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah
elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi
pada reaksi reduksi.
Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada
reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin
tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1.
Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling
mengurangi:

Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:



12
Reaksi penggantian
Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen
redoks dalam tipe reaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada atom-atom
tertentu, dan bukanlah pada pergantian atom dalam senyawa.
Sebagai contoh, reaksi antara larutan besi dan tembaga(II) sulfat:

Persamaan ion dari reaksi ini adalah:

Terlihat bahwa besi teroksidasi:

dan tembaga tereduksi:

Contoh-contoh lainnya
Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III)

hidrogen peroksida tereduksi menjadi hidroksida dengan keberadaan sebuah asam:
H
2
O
2
+ 2 e

2 OH


Persamaan keseluruhan reaksi di atas adalah:
2Fe
2+
+ H
2
O
2
+ 2H
+
2Fe
3+
+ 2H
2
O
denitrifikasi, nitrat tereduksi menjadi nitrogen dengan keberadaan asam:
2NO
3

+ 10e

+ 12 H
+
N
2
+ 6H
2
O


13
Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi membentuk
besi(III) oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan):
4Fe + 3O
2
2 Fe
2
O
3

Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam, menghasilkan
air, karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi
penuh bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida.
Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon
menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat,
dan kemudian peroksida.
2.4.3 Menyeimbangkan Reaksi RedOks
Untuk menuliskan keseluruhan reaksi elektrokimia sebuah proses redoks, diperlukan
penyeimbangan komponen-komponen dalam reaksi setengah. Untuk reaksi dalam larutan, hal
ini umumnya melibatkan penambahan ion H
+
, ion OH
-
, H
2
O, dan elektron untuk menutupi
perubahan oksidasi.
Media asam



Reaksi ini diseimbangkan dengan mengatur reaksi sedemikian rupa sehingga dua Pada
media asam, ion H
+
dan air ditambahkan pada reaksi setengah untuk menyeimbangkan
keseluruhan reaksi. Sebagai contoh, ketika mangan(II) bereaksi dengan natrium bismutat:
setengah reaksi tersebut melibatkan jumlah elektron yang sama (yakni mengalikan
reaksi oksidasi dengan jumlah elektron pada langkah reduksi, demikian juga sebaliknya).




14
Reaksi diseimbangkan:

Hal yang sama juga berlaku untuk sel bahan bakar propana di bawah kondisi asam:



Dengan menyeimbangkan jumlah elektron yang terlibat:


Persamaan diseimbangkan:

Media basa
Pada media basa, ion OH
-
dan air ditambahkan ke reaksi setengah untuk
menyeimbangkan keseluruhan reaksi.Sebagai contoh, reaksi antara kalium permanganat dan
natrium sulfit:



Dengan menyeimbangkan jumlah elektron pada kedua reaksi setengah di atas:




15
Persamaan diseimbangkan:


2.4.4 Siklus Redoks
Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa
radikal bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan
koenzim-koenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi
oskigen menjadi superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan
reduksi oksigen menjadi superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus
redoks. Contoh molekul-molekul yang menginduksi siklus redoks adalah herbisida parakuat,
dan viologen dan kuinon lainnya seperti menadion.






.




BAB III


16
APLIKASI REAKSI REDOKS
3.1 Reaksi Redoks dalam Industri
Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam didiskusikan dalam
artikel peleburan. Oksidasi digunakan dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-
produk pembersih. Reaksi redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.
3.2 Reaksi Redoks dalam Biologi

asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C)
Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara
simultan karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus
melangsungkan semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi
terhadap substansi berguna dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan. Zat
yang mencegah aktivitas oksidan disebut antioksidan.
Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C
6
H
12
O
6
) menjadi CO
2
dan reduksi
oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C
6
H
12
O
6
+ 6 O
2
6 CO
2
+ 6 H
2
O
Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD
+
menjadi NADH
dan reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD
+
). Fotosintesis secara esensial
merupakan kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel:
6 CO
2
+ 6 H
2
O + light energy C
6
H
12
O
6
+ 6 O
2

Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks.
Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi
oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan


17
air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk mereduksi
nikotinamida adenina dinukleotida (NAD
+
), yang kemudian berkontribusi dalam
pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan
dijaga oleh reduksi oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama.
Lihat pula Potensial membran.
Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara
NAD
+
/NADH dengan NADP
+
/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ.
Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat
dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung
pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia,
guncangan (shock), dan sepsis.









CONTOH SOAL


18
1. Beberapa unsur dengan nomor atom masing-masing: K = 8, L = 9, M = 11, N
= 16, O = 19. Pasanngan yang dapat membentuk senyawa dengan ikatan ion
adalah.
a. K dengan M
b. M dengan O
c. K dengan L
d. K dengan N
e. L dengan N
Pembahasan :
Ikatan ion dapat terbentuk antara ion positif dengan ion negatif. Atom-atom yang
memiliki kecenderungan membentuk ion positif adalah atom-atom logam (golongan I A dan
II A) sedangkan yang memiliki kecenderungan membentuk ion negatif adalah atom-atom
nonlogam (golongan VI A dan VII A). konfigurasi electron untuk masing-masing atom
adalah sebagai berikut :
K (Z = 8): 2, 6 ( golongan VI A)
L (Z = 9): 2, 7 ( golongan VII A )
M (Z = 11): 2, 8, 1 (golongan I A)
N (Z = 16): 2, 8, 6 (golongan VI A)
O (Z = 19): 2, 8, 8, 1 (golongan I A)
Jawaban : A

2. Diantara unsur-unsur
3
P,
12
Q,
19
R,
33
S, dan
53
T yang terletak dalam golongan
yang sama pada sistem periodik unsur adalah
a. P dan Q
b. Q dan S


19
c. P dan R
d. S dan T
e. R dan T
Pembahasan :
Unsur-unsur segolongan memiliki jumlah elektron valensi sama banyak. Konfigurasi
elektron untuk masing-masing unsur adalah :
3
P = 2, 1
12
Q = 2, 8, 2
19
R = 2, 8, 8, 1
33
S = 2, 8, 18, 5
53
T = 2, 8, 18, 18, 7
Jadi yang segolongan adalah P dan R
Jawaban :
C






BAB IV


20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahwa Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan
kovalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan
van der Waals dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
ikatan "lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.
Dan ternyata bukan hanya itu, kimia juga berhubungan dengan kehidupan atau
limgkungan sekitar kita. Contohnya pada aplikasi yang telas kami paparkan diatas. Dan kimia
itu tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, dikarenakan kimia merupakan hal yang sangat-
sangat melekat pada lingkungan manusia.
Intinya kimia itu adalah segalanya bagi manusia dan bagi siapa saja.









DAFTAR PUSTAKA
^ Laidler, K. J. (1993) The World of Physical Chemistry, Oxford University Press, p. 347


21
^ James, H. H. (1933). "The Ground State of the Hydrogen Molecule". Journal of Chemical
Physics (American Institute of Physics) 1: 825 - 835.
^ Atkins, Peter (25 Agustus 1997). Chemistry: Molecules, Matter and Change. New York:
W. H. Freeman & Co.. hlm. 294- 295. ISBN 0-7167-3107-X.
^ Weinhold, F.; Landis, C. Valency and bonding, Cambridge, 2005; pp. 96-100.
^
a

b
Pauling, L. The Nature of the Chemical Bond. Cornell University Press, 1960.
^ Hudlick, Milo (11 September 1996). Reductions in Organic Chemistry. Washington,
D.C.: American Chemical Society. hlm. 429. ISBN 0-8412-3344-6.
^ Hudlick, Milo (11 September 1990). Oxidations in Organic Chemistry. Washington,
D.C.: American Chemical Society. hlm. 456. ISBN 0-8412-1780-7.
^ "gutier.doc". http://www.bioscience.org/2000/v5/d/gutier/gutier.pdf. Diakses pada 30 Juni
2008.

Anda mungkin juga menyukai