Anda di halaman 1dari 23

1

RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. PERENCANAAN
1. POKOK BAHASAN /MATERI:
Pengambilan Keputusan dan Implikasinya Dalam Pelaksanaan Tupoksi Kepala
Sekolah

2. KOMPETENSI DASAR
Menjelaskan urgensi pengambilan keputusan dalam MBS

3. INDIKATOR
a. Peserta dapat menjelaskan pengertian dan alasan pentingnya pengambilan
keputusan dalam berbagai pendekatan.
b. Peserta dapat menjelaskan konsep dasar dan teori pengambilan keputusan
c. Peserta dapat menjelaskan langkah-langkah pengambilan keputusan dan
implikasinya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah

4. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses pembelajaran ini mahasiswa sebagai peserta didik:
a. Mampu menjelaskan pengertian dan alasan pentingnya pengambilan keputusan
dalam berbagai pendekatan.
b. Mampu menjelaskan konsep dasar dan teori pengambilan keputusan
c. Mampu menjelaskan langkah-langkah pengambilan keputusan dan implikasinya
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah

5. METODE PEMBELAJARAN
Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas maka digunakan beberapa metode yang
saling mendukung yaitu:
a. Quiz tertulis
b. Diskusi (telaah dan tanggapan)
c. Ceramah

6. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Laptop
b. LCD
c. White board
d. Spidol
e. Kertas Jawaban







2

7. ATA RUANG PEMBELAJARAN
Diatur dalam empat kelompok kecil:








B. PROSES PEMBELAJARAN
1. KEGIATAN FASILITATOR
a. Membuka proses pembelajaran dengan sapaan dan arahan singkat yang
menginformasikan topik dan tujuan pembelajaran. Waktu 5 menit. (F-1:
Rohman)
b. Memberikan arahan tugas dan pembagian kelompok dengan cara lotre. Waktu
3 menit. (F-2: Farih).
c. Membagikan daftar pertanyaan kepada kelompok :
1. Jelaskan Pengertian Pengambilan Keputusan dari berbagai pendekatan!
2. Mengapa Pengambilan Keptusan itu penting?
3. Jelaskan Konsep Dasar Teori Pengambilan Keputusan!
4. Bagaimana Langkah Langkah Pengambilan Keputusan?
d. Memandu kegiatan diskusi, telaah dan tanggapan kelompok (F-3: Raymond).
e. Mempresentasikan Makalah Fasilitator (25 menit)
1. Pengertian Pengambilan Keputusan dari berbagai pendekatan (Farih)
2. Mengapa Pengambilan Keptusan itu penting?(Raymond)
3. Konsep Dasar Teori Pengambilan Keputusan (Raymond)
4. Langkah Langkah Pengambilan Keputusan (Rohman)
f. Tanya Jawab (20 menit)
g. Menutup kegiatan pembelajaran (F-1:Rohman)

2. KEGIATAN MAHASISWA/PESERTA
a. Menempati posisi kelompok yang sudah diundikan.
b. Membaca pertanyaan, mempelajari modul dan menuliskan jawaban kelompok
pada kertas yang disediakan (Waktu 20 menit).
c. Menyerahkan jawaban kelompoknya kepada kelompok berikutnya.
d. Menelaah jawaban kelompok yang telah diserahkan itu (waktu 7 menit).
e. Menanggapi jawaban kelompok yang sudah ditelaah itu, berupa isi ringkas
jawaban dan pertanyaan, baik bersifat informatif maupun diskusi (Waktu 8 menit
x 4 kelompok = 32 menit).

3. KEGIATAN PENDAMPING /DOSEN PENGAMPU
a. Mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Memberikan penekanan, pendalaman, pengayaan dan penilaian terhadap materi,
proses, fasilitator, peserta dan hal-hal lainnya (Waktu 20 menit).
Fasilitator
Kel. 1
Kel.3 Kel.4
Kel.2
3

C. EVALUASI PEMBELAJARAN
c.1. TUJUAN KHUSUS EVALUASI
Mengukur dan mengetahui sejauh mana peserta (mahasiswa) memahami serta
dapat menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian Pengambilan Keptusan
2. Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
3. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

c.2. BENTUK DAN JENIS EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk tertulis dan jenisnya adalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan.

c.3. PERTANYAAN-PERTANYAAN :
1. Jelaskan Pengertian Pengambilan Keputusan dari beberapa pendekatan Anda
ketahui !
2. Jelaskan apa saja yang meupakan dasar-dasar Pengambilan Keputusan !
3. Bagaimana langka-langkah pengambilan keputusan yang baik?

c.4. KUNCI JAWABAN
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Stoner, pengambilan keputusan adalah proses pemilihan suatu arah
tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah masalah tertentu.
Menurut Siagian, pengambilan keputusan adalah usaha sadar untuk
menentukan satu alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan
masalah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.

2. Dasar - dasar pengambilan keputusan
Intuisi.
Keputusan berdasarkan perasaan subjektif sehingga sangat dipengaruhi oleh
sugesti dan faktor kejiwaan.
Logika / Rasio.
Pengambilan keputusan bersifat objektif, logis, transparan dan konsisten
karena berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang.
4

Fakta.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada kenyataan objektif yang terjadi
sehingga keputusan yang diambil dapat lebih sehat, solid dan baik.
Wewenang.
Pengambilan keputusan ini didasarkan pada wewenang dari manajer yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari bawahannya.
Pengalaman.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengalaman seorang manajer.

3. Langkah langkah Pengambilan Keputusan

a. Mengidentifikasikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
b. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan;
c. Mengolah fakta dan data tersebut;
d. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
e. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang telah diolah dengan matang;
f. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
g. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang
telah diambil.












5

D. MAKALAH / MATERI PEMBELAJARAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN IMPLIKASINYA
DALAM PELAKSANAAN TUPOKSI KEPALA SEKOLAH

Pengertian Pengambilan Keputusan
Stoner (2003:205) memandang pengambilan keputusan sebagai proses pemilihan
suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah masalah tertentu. Siagian
(1993:24) mengartikan pengambilan keputusan sebagai usaha sadar untuk menentukan satu
alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah. Salusu (1996:47)
mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses memilih suatu alternatif cara
bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Handoko (2001:129) melihat pengambilan keputusan sebagai proses di
mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
Dari beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan yang dikemukakanoleh para
ahli dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan prosespemilihan satu
alternatif dari beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.
Alasan Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pertama, dalam perspektif manajemen dan filsafat pendidikan, pengambilan
keputusan penting dilakukan oleh pemimpin pendidikan, karena secara filosofi tugas seorang
pemimpin adalah mengarahkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama-
sama (Herbert A. Simon dalam Hoy.Miskel, 2008:324-325).
Dalam kaitannya dengan pendidikan dewasa ini, kepala sekolah selaku pemimpin
satuan pendidikan harus mampu mengambil keputusan strategic agar arah pendidikan
dikembalikan pada arah yang sesungguhnya. Dalam kaitan ini, keberanian untuk merestorasi
6

pendidikan dipandang akan mampu menyelamatkan generasi muda dari ancaman sekularisme
yang amat terasa bertentangan dengan cita-cita luhur pendidikan nilai intelektuaspiritual,
moral.
Filsafat rekontruksionisme yang dikembangkan Theodore Brameld (Komar, 2006:
156-160), memandang bahwa pendidikan perlu mengubah tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang baru untuk mencapai tujuan bersama. Pembinaan daya
intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang
tepat atas nilai dan norma yang benar pula, demi generasi sekarang dan generasi yang akan
datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Hal di atas sejalan dengan pemikiran Alvin Toffler dengan karyanya Future Shock.
Toffler dalam artikelnya (Gandhi,2011:192) menyatakan bahwa pendidikan berjalan hanya
menjadi serangkaian praktik dan asumsi yang dikembangkan sekedar melayani era industry,
sedangkan situasi sosial telah memasuki fase super industri. Akibatnya dapat ditebak.
Sekolah-sekolah kita limbung. Sekolah lebih sibuk mengurusi sistem yang mati daripada
menangani masyarakat baru yang sedang tumbuh. Untuk mencegah kegagapan masa depan
yang akan datang, harus diwujudkan sistem pendidikan superindustrial. Maka dari itu, kita
harus mencari tujuan-tujuan pendidikan dan metode di masa datang, bukan justru masa lalu
(Toffler,1970:353).
Kedua, dalam perspektif psikologi pendidikan.
Pengambilan keputusan berhubungan dengan perilaku pemimpin, sedangkan kepatuhan
melaksanakan keputusan berhubungan dengan perilaku yang dipimpinnya. Perilaku yang
dipimpin dan perilaku pemimpin merupakan perilaku manus yang merupakan kajian
psikologi.
Perilaku pemimpin tercermin dari gaya kepemimpinan yang dijalankan. Gaya itu
dilatarbelakangi oleh sifat atau watak dari pemimpin. Perilaku dan watak sangat berkaitan
7

dengan psikologis pemimpin. Dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan, gaya
kepemimpinan yang baik adalah gaya yang mampu memecahkan berbagai persoalan dengan
tepat. Dalam hal ini gaya kepemimpinan yang otokratis dan demokratis atau partisipatif
merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan, namun juga akan cocok
bergantung pada siatuasi yang ada.
Likert (1976) dalam studi tentang pola dan gaya kepemimpinan dan
manajerberkesimpulan bahwa kepemimpinan partisipatiflah yangpaling efektif dalam
organisasi dan manajemen. Perkembangan dewasa ini memandang bahwa pendidikan dan
lembagasekolah sebagai suatu sistem organisasi yang membutuhkan manajemen yang andal.
Likert memandang manajer yangefektif adalah manajer yang berorientasi pada
bawahan yang bergantung padakomunikasi untuk tetap menjaga agar semua orang bekerja
sebagai suatu unit, menerapkan hubungan suportifdi mana mereka saling berbagi kebutuhan,
nilai-nilai aspirasi, tujuan, dan harapanbersama. Gibson, Ivancevioch & Donnely (1990:135)
juga yakin bahwa semakin besarnya partisipsi dalamproses tersebut akan meningkatkan
keikatan kepada organisasi, kepuasan kerja,pertumbuhan dan perkembangan pribadi serta
sikap menerima perubahan.
Aspek penting dalam organisasi dan manajemen pendidikan adalah soalkepemimpinan
pendidikan. Dari aspek perilaku organisasi pendidikan, pengambilankeputusan partisipatif
menjadi suatu model yang dapat meningkatkan kualitaspenyelenggaraan proses pendidikan di
sekolah. Keterlibatan dan partisipasi segenapkomponen sekolah menjadi unsur yang
menentukan kinerja dan keberhasilanpenyelenggaraan sekolah sebagai lembaga pendidikan.




8

Konsep Dasar Teori Pengambilan Keputusan
Menurut George Terry (Hasan, 2002:12-13) dasar-dasar pengambilan keputusan
adalah :
a. Intuisi. Keputusan berdasarkan perasaan subjektif dari pengambil keputusan. Sehingga
sangat dipengaruhi oleh sugesti dan faktor kejiwaan.
b. Rasional. Pengambilan keputusan bersifat objektif, logis, transparan dankonsisten karena
berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang.
c. Fakta. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada kenyataan objektif yangterjadi
sehingga keputusan yang dimabil dapat lebih sehat, solid dan baik.
d. Wewenang. Pengambilan keputusan ini didasarkan pada wewenang dari manajeryang
memiliki kedudukan lebih tinggi dari bawahannya.
e. Pengalaman. Pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengalaman seorangmanajer.
Adapun sejumlah faktor yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan. Arroba
(1998) menyebutkan lima faktor yaitu: (1) informasi atau pengetahuan tentang masalah yang
dihadapi, (2) tingkat pendidikan, (3) kepribadian, (4) pengalaman hidup,(5) kebudayaan
yang dianut.
Jenis-jenis Pengambilan Keputusan
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam duabentuk,
yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram (Siagian,1987:25-26; Salusu,
1996:63).
a. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsungberulang kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan
terprogrambiasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta
tidakmemerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
9

b. Keputusan tidak terprogram
Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di manaada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalahyang timbul.
Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukarmengenali bentuk,
hakekat dan dampaknya.
Model atau Cara Pengambilan Keputusan
Menurut kebanyakan pakar manajemen, umumnya pengambilan keputusan dapat
dibedakan atas empat model yakni: keputusan otokratik, konsultatif, keputusan bersama dan
pendelegasian.Keempat model pengambilan keputusan tersebut merupakan suatu kontinum.
a) Keputusan otokratik : Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan opini
atau saran dari orang lain, dan orang-orang tersebut tidak mempunyaipengaruh
langsung terhadap keputusan tersebut, tidak ada partisipasi.
b) Konsultatif. Manajer menanyakan opini dan gagasan, kemudian
mengambilkeputusannya sendiri setelah mempertimbangkan secara serius saran-saran
danperhatian mereka. Kepemimpinan ini memiliki tiga varietas:
Pemimpin membuat keputusan tanpa konsultasi terlebih dahulu, namunkemudian
bersedia memodifikasi karena adanya keberatan ataukeprihatinan pengikutnya;
Pemimpin memberi usulan sementara dan secara aktif mendorong oranguntuk
menyarankan cara-cara memperbaikinya;
Pemimpin menggunakan sebuah masalah dan meminta orang lain
untukberpartisipasi dalam mendiagnosis dan mengembangkan bermacam-
macampemecahanumum,namunkemudianmembuatkeputusansendiri;
10

c) Keputusan bersama. Manajer bertemu dengan orang lain untuk mendiskusikanmasalah
keputusan tersebut dan mengambil keputusan bersama; manajer tidakmempunyai
pengaruh lagi terhadap keputusan terakhir seperti peserta lainnya.
d) Pendelegasian. Manajer memberi kepada seorang individu atau kelompok,kekuasaan
serta tanggungjawab untuk membuat keputusan; manajer tersebutbiasanya memberi
spesifikasi mengenai batas-batas dalam mana pilihan terakhirharus berada, dan
persetujuan terlebih dahulu mungkin atau mungkin tidak perludiminta sebelum
keputusan tersebut dilaksanakan.
Dari empat tipe pengambilan keputusan di atas, yang pertama yakni tipe otokratik
bukan menjadi karakteristik pengambilan keputusan partisipatif. Karenapengambilan
keputusan berada pada kewenangan pemimpin tanpa memberikanpeluang kepada anggota
untuk berpartisipasi.
Prosedur pengambilan keputusan dengan konsultasi, keputusan bersama, dan
pendelegasian merupakan karakteristik pengambilan keputusan partisipatif yang dijalankan
oleh kepemimpinan partisipatif. Tiga ciri ini memilikiintensitas yang berbeda. Kalau pada
karakteristik konsultasi seorang pemimpin sudahmemberikan peluang kepada bawahannya
untuk memberikan masukan. Walaupunkeputusan tetap berada pada dirinya. Intensistas
pembuatan dan penetapan keputusantetap masih berada pada pimpinan. Pada karakteristik
keputusan bersama, baik pemimpin dan anggota memilikiintensitas yang sama. Keputusan
yang dibuat berasal dari sejumlah pemikiran dangagasan baik oleh pemimpin dan bawahan.
Pengambilan keputusan tidak bisa dibuattanpa keterlibatan yang penuh dari pimpinan dan
anggota. Sedangkan padapendelegasian peran dari pemimpin intensitasnya semakin rendah.
Anggota organisasi memiliki kewenangan penuh untuk membuat dan menjalankan
keputusan.

11

Teknik Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan
Ada beberapa teknik peran serta sebagai bentuk partisipasi dalampengambilan
keputusan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah bersama denganguru dan staf sekolah.
Menurut Lunenburg & Ornstein (1991:178-182) dan Salusu(1996:235-260), teknik partispasi
antara lain, yaitu : Brainstorming, teknik delphi,kelompok mutu, konsep zone of acceptance.
Brainstorming adalah teknik sumbang saran dari semua anggota organisasi.Teknik ini
mengutamakan demokrasi dalam menyampaikan pendapat melaluipersidangan yang relatif
kecil. Teknik delphi dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer (1963). Teknik inimenghindari
tatap muka antara peserta dalam proses pengambilan keputusan. Selainitu juga mencegah
adanya pembicara vokal yang sering menguasai waktu lebihbanyak daripada peserta
lainnya.Teknik ini biasanya dipakai pada manajemen puncakyang biasanya tidak mempunyai
cukup waktu untuk bertemu satu dengan yang lain. Teknik ini menghindari perdebatan akan
tetapi tetap ada komunikasi dan pertukarangagasan dan informasi. Teknik kelompok mutu
biasa dipakai pada sektor implementasi. Teknik inibiasanya merupakan suatu kelompok kecil
yang terdiri atas pengawas dengansejumlah karyawan yang bekerja di bagian tertentu.
Kelompok mini adalah kelompoksukarela.Mereka bertemu secara reguler untuk
membicarakan berbagai masalah danpengambilan keputusan.Teknik zone of acceptance
adalah teknik dimana terjadi suatu situasiseseorang dapat menerima suatu keputusan secara
otomatis. Konsep ini mencobamenjawab pertanyaan:Dalam kondisi apa bawahan harus
diikutsertakan dalampengambilan keputusan ?. Jadi bisa saja bawahan tidak terlibat dalam
prosespengambilan keputusan.




12

Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
Simon (1957) mengemukakan proses pengambilan keputusan pada dasarnyaterdiri
atas tiga langkah (Reksohadiprodjo & Handoko, 2001:144-145; Hasan,2002:24), yaitu: (1)
Kegiatan Intelejen, menyangkut pencarian berbagai kondisilingkungan yang diperlukan bagi
keputusan; (2) Kegiatan desain, merupakanpembuatan, pengembangan dan penganalisaan
berbagai rangkaian kegiatan yangmungkin dilakukan; (3) Kegiatan pemilihan, yakni memilih
serangkain kegiatantertentu dari alternatif-alternatif yang tersedia.Proses pengambilan
keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnyameliputi tahapan sebagai berikut
(Handoko, 2001:134-138):(1) pemahaman danperumusan masalah, (2) pengumpulan dan
analisa data yang relevan, (3)pengembangan alternatif-alternatif, (4) evaluasi alternatif-
alternatif, (5) pemilihanalternatif terbaik, (6) implementasi keputusan, (7) evaluasi hasil-hasil
keputusan.
Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan
suatu masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat menurut Siagian
(1973) dapat dikatakan bahwa ada 7 langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan
masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.
h. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain
mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
i. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan;
j. Mengolah fakta dan data tersebut;
k. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
l. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan
matang;
m. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
n. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang
telah diambil.


13

Pengambilan Keputusan Partisipatif dalam Kepemimpinan Pendidikan
Berbicara mengenai implementasi pengambilan keputusan dalamkepemimpinan
partisipatif dalam kepemimpinan pendidikan terkait erat dengan perilaku birokrasi
pendidikan (pusat dan daerah), kepalasekolahdan guru sebagai anggota organisasi
pendidikandalam pengambilan keputusan. Peran serta ketiga pemimpin pendidikan dalam
pengambilan keputusan ditegaskan oleh French (1960) dalam Salusu(1996:233) menegaskan
bahwa peran serta menunjukkan suatu proses antara dua ataulebih pihak yang mempengaruhi
satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana,kebijaksanaan dan keputusan.
Pentingnya peran serta dalam proses pengambilan keputusan diakui jugaoleh Alutto
dan Belasco (1972) yang mengatakan bahwa dengan adanya peran sertaada jaminan bahwa
pemeran serta tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusanyang diambil (Salusu,
1996:234). Mengingat lingkungannya yang unik, maka dalam makalah ini akan dibahas peran
serta(partisipasi) kepala sekolah dan guru termasuk staf sekolah dalam
pengambilankeputusan di sekolah.

Peran Pemimpin Pendidikan dalam Pengambilan Keputusan Partisipatif
Dilihat dari fungsi birokrasi pendidikan dan kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan, maka ia harus mampu mengambil keputusan secara tepat.Dalam kaitannya
dengan pengambilan keputusan, pemimpin pendidikan hendaknya memberi kesempatan
kepada anggota organisasi untuk berpartisipasi dalam pengambilankeputusan.
Dasar teori yang dapat dikaji dalam pengambilan keputusan pendidikan danpartisipasi
anggota organisasi adalah teori kepemimpinan kontinum yang dikembangkan
olehTannenbaum dan Schmidt (Rawis, 2000:30). Dalam pandangan kedua ahli ini ada
duabidang pengaruh yang ekstrim.
14

Pertama, bidang pengaruh pemimpin di manapemimpin menggunakan otoritasnya
dalam gaya kepemimpinannya. Kedua, bidangpengaruh kebebasan bawahan di mana
pemimpin menunjukkan gaya yangdemokratis. Kedua bidang pengaruh ini dipergunakan
dalam hubungannnya denganperilaku pemimpin melakukan aktivitas pengambilan keputusan.
Menurut dua ahli tersebut ada enam model gaya pengambilan keputusan yangdapat dilakukan
oleh pemimpin, yakni :
1) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian mengumumkan kepadabawahannya.
Model ini terlihat bahwa otoritas yang dipergunakan atasan terlaludominan,
sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit sekali.
2) Pemimpin menjual keputusan. Pada gaya ini pemimpin masih dominan.
Bawahanbelum banyak dilibatkan.
3) Pemimpin menyampaikan ide-ide dan mengundang pertanyaan. Dalam model
inipemimpin sudah menunjukkan kemajuan. Otoritas mulai berkurang dan
bawahandiberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan
mulaidilibatkan dalam pengambilan keputusan.
4) Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan
dapatdirubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka
pengambilankeputusan. Otoritas pelan-pelan mulai berkurang.
5) Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan mengambilkeputusan.
Pada gaya ini otoritas yang dipergunakan sedikit. Sedangkankebebasan bawahan
dalam berpartisipasi mengambil keputusan sudah lebihbanyak dipergunakan.
Pemimpin merumuskan batas-batasnya dan memintakelompok bawahan untuk
mengambil keputusan. Partisipasi bawahan sudah lebihdominan.
6) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batasyang
telah dirumuskan oleh pemimpin.
15

Dalam analisis tentang pola kepemimpinan dapat didasarkan pula pada
tingkatkematangan (kedewasaan) bawahan. Ada empat model kepemimpinan yang
munculberdasarkan pada kematangan bawahan (Siagian, 2003:142-143), yakni :
1) Semakin tinggi tingkat kematangan yang telah dicapai oleh bawahan,
pimpinanmemberikan respons tidak saja dalam bentuk pengurangan pengawasan
atasberbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh para bawahannya, akan tetapi
jugamengurangi intensitas hubugannya dengan para bawahan tersebut.
2) Pada tingkat kematangan yang masih rendah. Bawahan tidak berkemampuandan tidak
berkemauan, para bawahan memerlukan pengarahan yang jelas dan tegasserta spesifik
sehingga tidak terdapat kekaburan dalam pelaksanaan tugas parabawahan yang
bersangkutan.
3) Pada tingkat kematangan bawahan yang tinggi. Bawahan berkemampuantetapi tidak
berkemauan. Yang diperlukan adalah perilaku pimpinan yangberorientasi tugas yang
tinggi dan tingkat hubungan yang intensif antara atasandengan bawahannya.
4) Pada tingkat kematangan yang lebih tinggi lagi. Bawahan tidakberkemampuan tetapi
berkemauan. Masalah-masalah psikologis dapat timbul danhanya dapat dipecahkan
dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang bersifatmendukung tugas para
bawahan dan dengan demikian berarti tidak terlalu banyakmemberikan pengarahan.
Yang dotonjolkan adalah gaya partisipatif.
5) Pada tingkat kematangan yang sudah tinggi. Bawahan berkemampuan
danberkemauan. Seorang pimpinan tidak perlu lagi berbuat banyak karena
parabawahannya seudah mampu dan rela memikul tanggung-jawab sehingga tugas-
tugasyang dipercayakan kepada mereka sesuai dengan harapan pimpinan
yangbersangkutan.

16

Peran Bawahan dalam Pengambilan Keputusan
Sehubungan dengan peran bawahan dalam pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan, adadua konsep yang perlu dikaji, yakni persepsi dan aspirasi
(Rawis, 2000:35). Gibson,Ivancevich dan Donnelly (1996: 241) mengartikan persepsi sebagai
proses dariseseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian
danpenafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. SedangkanRobbins
(2003: 169) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang digunakan individudalam
mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikanmakna kepada
lingkungan mereka.
Dalam konteks teori ini peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan adalah
bagaimana mereka mempersepsikan pandangan, penghayatan, perasaanmereka sebagai
sesuatu yang bermakna dan dapat disumbangkan bagi kemajuan pendidikan.
Aspirasi dalam bahasa Inggris aspiration yangberarti cita-cita, keinginan (Nasution,
1990:14). Jadi aspirasi guru dan staf adalahkeinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan oleh bawahan untuk dipenuhi guna peningkatan kesejahteraan kerja dalam
rangkamereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Aspirasi bawahan pada umumnya ada yang tinggi dan ada yangrendah. Menurut
Thurnburg (Prayitno, 1989, dalam Rawis, 2000:40) ada faktor-faktoryang menimbulkan
tinggi-rendahnya tingkat aspirasi. Faktor yangmenyebabkan aspirasi tinggi adalah: (1)
pengalaman sukses, (2) tugas-tugas yangsukar menuntut kerja keras, (3) merasa terkontrol
oleh diri sendiri, (4) tugas-tugas yang relevan dengan kebutuhan akademis maupun jabatan
yang diharapkan, (5)infromasi yang berguna, (6) kelompok orang yang homogen, (7) tujuan
yang realistik untuk dicapai. Sedangkan faktor yang menyebabkan aspirasi rendah adalah:
(1)pengalaman gagal, (2) tugas-tugas yang mudah sehingga dengan usaha yang sedikitdapat
menyelesaikannya, (3) tergantung oleh kontrol orang lain, (4) tugas-tugas yangdirasakan
17

relevan dengan kebutuhan akademik maupun jabatan yang diharapkan, (5)informasi
dirasakan tidak berguna, (6) kelompok yang heterogen, (7) tujuan yangtidak realistik.

Simpulan
1. Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang sangat menentukan dalamsuatu
organisasi. Pengambilan keputusan merupakan esensi/inti dari
kepemimpinan.Seorang pemimpin disebut pemimpin apabila dapat dan mampu
mengambilkeputusan. Dalam kepemimpinan dikenal gaya-gaya kepemimpinan.
Salah satu diantaranya adalah kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan
partisipatifmengandaikan adanya kondisi pemimpin memberikan ruang yang luas
pada keterlibatan yang utuh dan mendalam dari seluruh pimpinan dan anggota
organisasiuntuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Pengambilan keputusan dapat dipandang dan dilandasi oleh agama, filsafat,
psikologi dan sosiologi. Berbasarkan landasan agama, dianjurkan akan dalam
pengambilan keputusan, seorang pemimpin menempuh jalan musyawarah. Dalam
kepemimpinan pendidikan tentu saja musyawarah melibatkan berbagai
stakeholder, terutama guru. Secara psikologis, pelibatan stakeholder dalam
musyawarah akan meningkatkan motivasi, gairah, dan tanggung jawab untuk turut
serta melaksanakan keputusan secara bersama-sama.
A. Saran
1. Pengambilan keputusan merupakan inti dari kepemimpinan pendidikan. Oleh
karena itu, pemimpin pendidikan dalam pengambilan keputusan disarankan
dilakukan secara musyawarah dengan melibatkan bawahan atau para stakeholder
yang berkepentingan.
2. Kepemimpinan pendidikan sangat ideal apabila menjalankan gaya kepemimpinan
partisipatif agar seiring sejalan dengan hakikat musyawarah dalam pengambilan
keputusan.





18

DAFTAR PUSTAKA

Engkoswra, Komarian Aan. Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2011

Fakhruddin. Modul Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Jakarta: PPs UNJ, 2014

Hoy Wayne K., Miskel Cecil G., Educatioan Administration: Theory, Research, and Practice.
New York : McGraw Hill, 2008

Sagala, Saiful. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multima, 2004
Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, 2011

Rohiat. Manajemen Sekolah. Bandung : Refika Aditama, 2008

(http://smacepiring.wordpress.com/).















19

PANDUAN PROSES PEMBELAJARAN
PRESENTASI MATERI:
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAKSANAAN
TUPOKSI KEPALA SEKOLAH
PPs.UNJ-R.408, 03 Oktober, 2014

1. Pembuka: Sapaan dan informasi singkat: (..5 menit Rohman)
Materi dan Tujuan Pembelajaran, setelah ini peserta :
d. Mampu menjelaskan pengertian dan alasan pentingnya pengambilan keputusan
dalam berbagai pendekatan.
e. Mampu menjelaskan konsep dasar dan teori pengambilan keputusan
f. Mampu menjelaskan prosedur pengambilan keputusan dan hubungannya dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah
Arahan pembagian tugas kelompok

2. Pembagian Kelompok kecil: (cara Lotre.3 menit)mas Farih
Diskusi Kelompok (20 menit)
Telaah hasil kerja Kelompok (7 menit)
Tanggapan atas hasil Kelompok (8 menit/kelompk)..32 menit
Konsepnya: info singkat ttg jawaban kellalu Tanya/tambah/kritik

3. Presentasi Materi oleh Fasilitator (25 menit)
a. Pengertian Pengambilan Keputusan dari berbagai pendekatan (.Farih)
b. Mengapa Pengambilan Keptusan itu penting?(Raymond)
c. Konsep Dasar dan Teori Pengambilan Keputusan (Raymond)
d. Langkah Langkah Pengambilan Keputusan .(Mas Rohman)

4. Tanya Jawab (20 menit)
5. Pengayaan dari Dosen Pengampu (20 menit)
6. Penutup


FASILITATOR
Raymond, Rohman, Farih.





20

KELOMPOK SATU
SOAL:
JELASKAN PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DARI BEBERAPA PENDEKATAN YANG ANDA KETAHUI !
(Acuan: Modul MBS, Pengambilan Keputusan, hal.1/5 2/4. Waktu: 20 menit)

JAWABAN
























21

KELOMPOK DUA
SOAL:
MENGAPA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ITU PENTING?
(Acuan: Modul MBS, Pengambilan Keputusan, hal.1/5 2/4. Waktu : 20 menit)

JAWABAN

























22

KELOMPOK TIGA
SOAL:
JELASKAN KONSEP DASAR TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN !
(Acuan: Modul MBS, Pengambilan Keputusan, hal.1/5 2/4. Waktu : 20 menit)

JAWABAN

























23

KELOMPOK EMPAT
SOAL:
BAGAIMANA LANGKA-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BAIK?
(Acuan: Modul MBS, Pengambilan Keputusan, hal.1/5 2/4. Waktu : 20 menit)

JAWABAN

Anda mungkin juga menyukai