STRUKTUR DAN SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS TiO 2 (TITANIUM OKSIDA) YANG DIHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTRODEPOSISI Elsa Agustina 1 , Dahyunir Dahlan 1 , Syukri 2
1 J urusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 J urusan Kimia FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: Elsa_Agustina21@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan elektrodeposisi lapisan tipis TiO 2 di atas substrat ITO (Indium Tin Oxide) dengan menggunakan larutan elektrolit TiCl 4 (Titanium (IV) klorida) dan katalis H 3 BO 3 (Boric Acid). Didapatkan hasil karakterisasi XRD pada lapisan tipis TiO 2 yang dideposisi menggunakan 1.5M TiCl 4 tanpa menggunakan katalis H 3 BO 3 berada dalamfase anatese sedangkan lapisan tipis TiO 2
yang dideposisi menggunakan 1.5M TiCl 4 dengan menggunakan katalis H 3 BO 3 berada dalamfase rutile. Spektrum UV-Vis menunjukkan lapisan tipis TiO 2 dalam fase anatase memiliki energi gap sebesar 3,25 eV sedangkan dalamfase rutile memiliki energi gap sebesar 3,7 eV. Hasil karaktarisasi SEM menunjukkan bahwa elektrodeposisi lapisan tipis TiO 2 menghasilkan morfologi permukaan yang lebih halus pada sampel tanpa menggunakan katalis dibandingkan dengan elektrodeposisi sampel yang menggunakan katalis.. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka deposisi lapisan tipis TiO 2 ini dapat dijadikan acuan untuk pemanfaatan pada aplikasi sel surya DSSC. Kata kunci : elektrodeposisi, TiO 2 , anatase, rutile, XRD, UV-Vis, SEM ABSTRACT An electrodeposition of a TiO 2 thin film has been carried on ITO (Indium Tin Oxide) substrate using a TiCl 4 (Titanium (IV) klorida) electrolyte solution and a H 3 BO 3 (Boric Acid) catalyst. The result of XRD characterization on TiO 2 thin film deposited through 1.5M TiCl 4 without the use of H 3 BO 3
catalyst is formed in an anatase phase while one with the H 3 BO 3 catalyst is in a rutile phase. The UV-Vis spectra shows that the TiO 2 thin film in anatase phase has an energy gap of 3.25 eV while the rutile one shows 3.7 eV. The SEM characterization results show that the TiO 2 thin film electrodeposition without catalyst use generates a smoother surface morfology than one with catalyst. In accordance to that, this TiO 2 deposition can serve as reference for use in DSSC solar cell. Keywords: electrodeposition, TiO 2 , anatase, rutile, XRD, UV-Vis, SEM I. PENDAHULUAN Material Titanium Oksida (TiO 2 ) dewasa ini banyak dipelajari dalam bidang material sains, bahan ini dikenal sebagai salah satu material semikonduktor. TiO 2 memiliki tiga fase kristal yaitu anatase, rutile dan brukit. TiO 2 telah banyak digunakan pada berbagai aplikasi antara lain sel surya (Hariyadi, 2010; Nadeak dkk, 2012; Septina, 2007; Timuda, 2009), fotokatalis (Rahmawati, 2010; Nugruho, 2011; Palupi, 2006), sensor biologis dan kimia (Kolmakov dkk, 2004 dalam Palupi, 2006), serta produk kesehatan hingga pigmentasi cat (Gratzel, 2003; Kong dkk, 2007 dalamPalupi, 2006). TiO 2 sering digunakan karena memiliki daya oksidatif dan stabilitas yang tinggi terhadap fotokorosi, murah, mudah didapat dan tidak beracun (Smestad, 1998). Pada aplikasi sel surya, TiO 2 yang digunakan umumnya berada dalamfase anatase yang memiliki energi gap 3,2 eV (Timuda, 2009). Seiring perkembangan nanoteknologi, hadir generasi baru dari sel surya yaitu Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC). DSSC ditemukan oleh Professor Michael Graztel dari EPEL Swiss pada tahun 1991. DSSC adalah salah satu teknologi sel surya non-konvensional yang tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya proses produknya relatif murah, namun aplikasinya dalam DSSC, TiO 2 harus memiliki permukaan luas agar dye yang terserap lebih banyak sehingga dapat meningkatkan arus keluaran sel surya. Untuk mendapatkan dimensi permukaan yang luas dapat dilakukan dengan cara membentuk bahan dalambentuk lapisan tipis (Dahlan, 2009). Aplikasi TiO 2 sebagai bahan semikonduktor yang bertipe lapisan tipis dapat dibuat dengan menggunakan
beberapa metode, diantaranya seperti dip-coating (Lei Ge, 2006) dan elektrodeposisi (Lokhande dkk, 2005). Setiap metode ini memiliki hasil pelapisan yang berbeda tergantung pada proses penumbuhannya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Lei Ge dkk. (2006) dengan menggunakan metode dip-coating berhasil mendapatkan lapisan tipis TiO 2 dalamfase anatase dengan menggunakan prekursor TiOSO 4 (Titanium Sulfat) dan H 2 O 2 (Peroksida) di atas substrat kaca preparat. Sampel dipanaskan dengan suhu 100C, 300C dan 500C, didapati kristal TiO 2 dalamfase anatase yang terbentuk setelah dilakukan pemanasan dan lapisan terlihat seragam ketika diberikan kenaikan pada suhu pemanasan. Penelitian lain mengenai lapisan tipis TiO 2 juga dilakukan oleh Lokhande dkk. (2005) yaitu dengan menggunakan metode elektrodeposisi yang berhasil mendapatkan lapisan tipis TiO 2 dalamfase anatase dengan menggunakan prekursor TiCl 3 dan penambahan NaHCO 3 di atas substrat ITO. Morfologi lapisan yang dihasilkan berpori dan terdeposisi oleh kristal-kristal TiO 2 yang tersebar secara merata dengan ukuran antara (50-60) nm. Berbagai teknik dalampembuatan lapisan tipis TiO 2 terus dikembangkan, khususnya dalamhal sintesis dengan menggunakan metode elektrodeposisi, hal ini dikarenakan metode elektodeposisi lebih mudah dilakukan, tingkat keseragaman lapisan yang dihasilkan lebih baik, dan rata-rata kemungkinan terdeposisinya tinggi serta adhesi yang bagus (J iang dkk, 2001). Selain itu, metode ini telah banyak digunakan untuk sintesis nanopartikel dan nanolapisan karena metode ini menarik, disebabkan keadaan pertumbuhan partikel dapat dipantau berdasarkan variasi daya listrik yang digunakan, waktu deposisi, konsentrasi larutan dan aditif atau surfaktan yang ditambahkan pada larutan (Dahlan, 2009). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat lapisan tipis TiO 2 menggunakan metode elektrodeposisi dengan meneliti pengaruh konsentrasi larutan elektrolit TiCl 4 dan tegangan saat pendeposisian, dalam proses elektrodeposisi juga menggunakan H 3 BO 3 sebagai katalis dan ITO sebagai substrat yang bersifat konduktor dan transparansi secara optik. Karakterisasi sampel lapisan tipis TiO 2 yang telah dideposisi menggunakan XRD, SEM dan spektrofotometer UV-Vis. II. METODE Lapisan tipis TiO 2 ditumbuhkan dengan menggunakan metode elektrodeposisi di atas substrat ITO dengan menggunakan larutan elektrolit TiCl 4 dan katalis H 3 BO 3 . Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah catu daya DC, gelas kimia, gelas ukur kimia, pipet tetes, logam penjempit, alumina crucible, hot plate magnetic stirrer C-MAG HS 7, stopwatch, timbangan digital PWG 2502i, 1 set peralatan elektrodeposisi, furnace mode seri no. 112011, kertas amplas merck CC-1500-CW, XRD, SEM dan spektrofotometer UV-Vis. Untuk sampel A, larutan elektrolit TiCl 4 dibuat sebesar 1.5M sebanyak 25 mL dipersiapkan dengan cara mencampurkan aquabides sebanyak 20.8 mL dengan 4.2 mL di dalam gelas kimia. Kemudian larutan tersebut diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit, tujuan dari pengadukan ini agar semua bahan yang dicampurkan dapat menjadi campuran yang homogen dan tidak mengendap. Untuk sampel B, larutan elektrolit TiCl 4 dibuat sebesar 1.5M sebanyak 25 mL dengan menggunakan H 3 BO 3 dipersiapkan dengan cara menimbang H 3 BO 3 sebanyak 2,3 gramlalu dilarutkan dengan menggunakan aquabides sebanyak 20 mL di dalamgelas kimia, lalu larutan tersebut diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit, kemudian setelah larutan tersebut menjadi campuran yang homogen, larutan tersebut dicampurkan dengan TiCl 4
sebanyak 4,1 mL, lalu larutan diaduk lagi dengan menggunakan magnetic stirrer selama 1 jam, tujuan dari pengadukan ini agar semua bahan yang dicampurkan dapat menjadi campuran yang homongen dan tidak mengendap. Setelah larutan selesai dibuat maka peralatan untuk proses elektrodeposisi dipersiapkan. Kaca ITO dipasang pada katoda (kutub negatif) dan plat platina dipasang pada anoda (kutub positif). Kedua elektroda tersebut dipasang dan dimasukkan secara bersamaan ke dalamset peralatan elektrodeposisi yang berbentuk bejana yang berisi larutan elektrolit yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses elektrodeposisi dilakukan selama 1 jamserta tegangan yang digunakan untuk sampel A sebesar 7,5V dan sampel B sebesar 10V. Setelah di deposisi lapisan
tipis TiO 2 disintering dengan suhu 500C selama 5 jam kemudian sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM dan spektrofotometer UV-Vis. III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Hasil Karakterisasi XRD Data intensitas dan posisi puncak difraksi yang dihasilkan oleh difraktometer sinar-X kemudian dibandingkan dengan data standar J CPDS sehingga dapat diketahui fasa senyawa kristalin lapisan tipis TiO 2 sampel A dan sampel B.
Gambar 1 Pola difraksi XRD lapisan tipis TiO 2 sampel A dan sampel B Tabel 1 Nilai 2 dan intensitas puncak tertinggi kurva XRD sampel A Puncak 2 Intensitas d () Senyawa/hkl 1 25,621 92,96 3,47408 Anatase (101) 2 38,8513 100 2,31611 Anatase (004) 3 44,2911 85,27 2,04345 Rutile (210) 4 48,8639 56,27 1,86237 Anatase (200) 5 49,419 60,21 1,84274 ITO (125) 6 54,7426 49,07 1,67545 Anatase (105) 7 59,9819 56,81 1,54102 ITO (145) 8 65,2458 53,57 1,42884 Rutile (310) 9 75,7179 60,55 1,25513 Anatase (107) 10 84,4303 40,52 1,14642 Anatase (224) 11 85,2732 50,98 1,13723 Rutile (400)
Berdasarkan data karakterisasi XRD sampel A, dapat dilihat bahwa sampel menghasilkan 11 puncak (peak) difraksi sinar-X yaitu puncak-puncak pada sudut 2 terhadap intensitas dengan nilai masing-masing ditunjukkan pada Tabel 1. Setiap peak memiliki nilai intensitas berbeda terhadap setiap posisi sudut 2 dengan mencocokkan data pada J CPDS sehingga dapat diidentifikasi kristalnya. Hasil karakterisasi menunjukkan sampel A mengandung 3 fasa senyawa kristalin yaitu TiO 2 dalam fasa anatase, TiO 2 dalamfasa rutile dan fasa senyawa kristalin ITO dengan nilai intensitas yang berbeda-beda. Intensitas tertinggi terletak pada posisi 2 dengan sudut 38,8513
kristal TiO 2 dalamfasa anatase dan dapat diketahui bidang kristal atau indeks Miller hkl yaitu (004). Intensitas terendah terletak pada peak 10 yaitu sebesar 40,52 pada posisi 2 dengan sudut 84,4303 yang merupakan peak dari kristal TiO 2 dalamfasa anatase dengan orientasi hkl (224). Intensitas yang besar menunjukkan bahwa kristal tersebut memiliki keteraturan kristal yang baik atau semakin banyak atom-atomyang tersusun teratur dan rapi. Tabel 2 Nilai 2 dan intensitas puncak tertinggi kurva XRD sampel B Puncak 2 Intensitas d () Senyawa/hkl 1 27,107 100 3,28692 Rutile (110) 2 27,6416 94,61 3,22455 Rutile (110) 3 38,2247 54,19 2,35262 Anatase (004) 4 44,1514 53,29 2,04959 Rutile (210) 5 57,1592 28,14 1,61023 Rutile (220) 6 63,0146 30,83 1,47396 Rutile (002) 7 73,1955 24,55 1,29203 Rutile (311) 8 77,4049 20,05 1,23194 Rutile (202) 9 79,9764 21,85 1,19867 ITO (653) 10 83,1043 16,46 1,16131 Rutile (321)
Tabel 2 menunjukkan data XRD sampel B yang memiliki 10 peak difraksi sinar-X tertinggi dengan nilai intensitas yang berbeda-beda. Hasil identifikasi menunjukkan sampel B juga mengandung 3 fasa senyawa kristalin yaitu TiO 2 dalamfasa anatase, TiO 2 dalamfasa rutile dan senyawa kristalin ITO dengan nilai intensitas yang berbeda-beda. Intensitas tertinggi terletak pada posisi 2 pada sudut 27,107
yaitu sebesar 100 yang merupakan peak dari kristal TiO 2 dalamfasa rutile dan dapat diketahui bidang kristal atau indeks Miller hkl yaitu (110). Intensitas terendah terletak pada peak 10 yaitu sebesar 16,46 pada posisi 2 dengan sudut 83,1043 yang merupakan peak dari kristal TiO 2 dalam fasa rutile dengan orientasi hkl (321). 3.2 Hasil Karakterisasi SEM
Gambar 2 Foto SEM morfologi permukaan lapisan tipis TiO 2 sampel A dan sampel B pembesaran 40000 kali. Gambar 2 hasil karakterisasi SEM terlihat bahwa pada sampel A permukaan lapisan tipis yang terdeposisi oleh partikel-partikel TiO 2 relatif tidak menumpuk, penyebaran partikel yang merata dan ukuran partikel yang dominan seragam. Ukuran-ukuran partikel TiO 2 berkisar antara 42,5 nmsampai 50 nm. Hasil foto SEM memperlihatkan adanya batas retakan pada permukaan hasil deposisi, hal ini diakibatkan oleh gelembung-gelembung larutan yang terjadi dipermukaan substrat pada saat proses elektrodeposisi. Pada sampel B terlihat bahwa permukaan lapisan tipis memiliki pori yang bagus tetapi terjadi sedikit penumpukan dan terdeposisi oleh agregat atau cluster dari kristal-kristal TiO 2
yang tersebar secara merata, ukurannya berkisar antara 30 nm sampai 92,5 nm. Hasil foto SEM memperlihatkan bahwa hasil deposisi didominasi oleh agregat dengan ukuran yang lebih kecil yaitu sekitar 30 nm. Terlihat jelas bahwa keberadaan katalis H 3 BO 3 sangat mempengaruhi bentuk dan ukuran partikel yang terdeposisi. 3.3 Hasil Karakterisasi Spektrofotometer UV-Vis Absorbansi bahan semikonduktor menyebabkan terjadinya eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Nilai energi gap dapat ditentukan dari persamaan (1) : 2 / 1 ) ( g E hv C hv (1) dengan adalah koefisien absorbsi, C adalah konstanta, hv adalah energi foton dan E g adalah energi gap. Dimana bila diplotkan pada sumbu kartesian maka C bertindak sebagai gradien, hv sebagai sumbu x, ((hv)) 2 sebagai sumbu y dan dari kurva dapat ditentukan nilai energi gap dari masing-masing lapisan TiO 2 yang diukur (Abdullah, 2009).
Gambar 3 Kurva (hv) 2 terhadap (hv) lapisan tipis TiO 2 sampel A pada =(230-800) nm Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa pada kurva (hv) 2 terhadap (hv) lapisan TiO 2
sampel A untuk panjang gelombang (230-800) nmsetelah dibuat garis dengan metode touc plot dari nilai (hv) 2 sampai pada perpotongan garis tersebut dengan sumbu x maka dari perpotongan akan diperoleh nilai energi gap sampel A yaitu sebesar 3,25 eV.
Gambar 4 Kurva (hv) 2 terhadap (hv) lapisan tipis TiO 2 sampel B pada =(230-800) nm Dari Gambar 4 dapat terlihat bahwa pada kurva (hv) 2 terhadap (hv) lapisan TiO 2
sampel B untuk panjang gelombang (230-800) nmsetelah dibuat garis dengan metode touc plot dari nilai (hv) 2 sampai pada perpotongan garis tersebut dengan sumbu x maka dari perpotongan akan diperoleh nilai energi gap sampel B yaitu sebesar 3,7 eV. IV. KESIMPULAN Hasil karakterisasi XRD menunjukkan lapisan tipis TiO 2 dalamfasa anatase dengan intensitas tertinggi 100 berada pada puncak 38,8513 sedangkan lapisan tipis TiO 2 dalamfasa rutile dengan intensitas tertinggi 100 berada pada puncak 27,107. Hasil karakterisasi SEM
menunjukkan morfologi permukaan lapisan tipis TiO 2 fasa anatase memiliki bentuk partikel- partikel yang hampir seragam, relatif tidak menumpuk, ketebalan partikel yang merata dan ukuran partikel yang dominan seragam, tetapi pada lapisan ini terbentuk sedikit retakan yang cukup besar di atas substrat. Sementara morfologi untuk lapisan tipis TiO 2 dalamfasa rutile memiliki permukaan lapisan tipis yang agak menumpuk dan berpori serta terdeposisi oleh agregat atau cluster dari kristal-kristal TiO 2 yang tersebar secara merata. Penambahan katalis H 3 BO 3 mempengaruhi bentuk kristal dan morfologi permukaan lapisan tipis TiO 2 yang terbentuk. Hasil karakterisasi UV-Vis menunjukkan lapisan tipis TiO 2
dalamfasa anatase memiliki energi gap sebesar 3,25 eV, sedangkan lapisan tipis TiO 2 dalam fasa rutile memiliki energi gap sebesar 3,7 eV. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., 2009, Pengantar Nanosains, Bandung, ITB. Abdullah, M. dan Khairurrijal, 2009, Karakterisasi Nanomaterial, J urnal Nanosains dan Nanoteknologi, Vol.2, No.1, ISSN 1979-0880. Dahlan, D., 2009, Elektrodeposisi of Cu 2 O particles by Using Electrolyte Solution Containing Glucopone as Surfactant, J urnal Ilmiah Fisika (J IF) ISSN 1979-4657. Gratzel, M., 2003, Review : Dye-Sensitized Solar Cells. Journal Of Photochemistry and Photobiology, Photochemistry Reviews, 4 : 145-153. Hariyadi, H., 2010, Pengaruh Ukuran Partikel TiO 2 Terhadap Efisiensi Sel Surya J enis DSSC (Dye Sensitized Solar Cell), Skripsi, J urusan Fisika, FMIPA Univ Diponegoro, Semarang. Lei Ge., Xu, M., Fang, H., dan Sun, M., 2006, Preparation of TiO 2 Thin Film From Autoclaved Sol Containing Needle-like Anatase Crystals, J urnal 720-725, Technology of Ministry of Education, Tianjin University, China. Lokhande, C.D., Park, B.O., Park, H.S., J ung, K.D., dan J oo,O.S., 2005, Elektrodeposition of TiO 2 and RuO 2 Thin Film For Morphology Dependent Applications, J urnal 267-274, Korea Institute of Science and Technology, University of Sogang, Korea. Nadeak, S.M.R. dan Susanti, D., 2012, Variasi Temperatur dan Waktu Tahan Kalsinasi Terhadap Unjuk Kerja Semikonduktor TiO 2 sebagai Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Dengan Dye dari Ekstrak Buah Naga Merah, J urnal Teknik ITS, Vol.1, ISSN 2301- 9271. Nugroho, I.A., 2011, Deposisi Lapisan Tipis Titania dan Pembuatan Sistem Pengolahan Air Limbah Organik Menggunakan Material Fotokatalis Titania (TiO 2 ), Skripsi, J urusan Fisika, FMIPA Univ Diponegoro, Semarang. Palupi, E., 2006, Degradasi Methylene Blue Dengan Metoda Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis Menggunakan Film TiO 2 , Skripsi, J urusan Fisika IPB, Bogor. Rahmawati, F., Wahyuningsih, S. dan Pamularsih, A.W., 2006, Sintesis Lapisan Tipis TiO 2
Pada Substrat Grafit Secara Chemical Bath Deposition, J urnal Kimia Indonesia, Vol.6, No.2, Hal 121-126. Rahmawati, Z., 2010, Deposisi Lapisan Tipis Titanium Dioxide (TiO 2 ) Di atas Substrat Gelas Dengan Metoda Spray-Coating Untuk Aplikasi Penjernihan Air Polder Tawang, Skripsi, J urusan Fisika, FMIPA Univ Diponegoro, Semarang. Septina, W., 2007, Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah Dengan Bahan Organik-Inorganik (Dye-Sensitized Solar Cell), Laporan Penelitian Bidang Energi, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Smestad, G.P., 1998, Journal Chemistry Education, 75(6) 1. Tatang, A.T., 2000. Teknologi Pelapisan Logam Secara Listrik, Website : http://www.iptek.net.id. Timuda, G.E., 2009, Sintesis Nanopartikel TiO 2 Dengan Menggunakan Metode Sonokimia Untuk Aplikasi Sel Surya Tersensitasi Dye (Dye Sensitized Solar Cell-DSSC) Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Manggis dan Plum Sebagai Photosensitizer, Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.