LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN KONSTRUKSI PENGUJIAN KUAT TARIK KAYU SEJAJAR SERAT
Disusun oleh: Yoga Armando (F44120026)
Dosen Praktikum : Ir. Meiske Widyarti M. Eng M. Fauzan ST., MT.
Asisten : 1. Mega Puspita (F44110004) 2. Cindo Riskina E. S. (F44110005)
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PENDAHULUAN Kayu merupakan salah satu elemen konstruksi yang mudah di dapat dan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik, desak maupun geser yang cukup tinggi mengakibatkan kayu banyak dipergunakan dalam bagian konstruksi. Kayu mempunyai mechanical property yang sangat bervariasi dan hampir selalu berbeda-beda untuk kayu yang berasal. Sifat mekanik kayu merupakan faktor yang menentukan sifat dari jenis kayu yang akan digunakan. Sifat mekanik ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat, tetapi juga dapat dipilih penggantian oleh jenis kayu lainnya. Sifat mekanik tersebut yaitu kuat tarik, kuat tekan, dan kuat lentur kayu. Kekuatan tarik kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu tersebut. Kayu mempunyai kuat tarik tertinggi untuk arah sejajar (paralel) arah serat atau arah aksial, dibanding kuat tarik tegak lurus serat, demikian juga kuat tekannya. Kemampuan kayu menahan gaya tekan sejajar (paralel) arah serat juga tergantung kemampuan sel-sel kayu untuk menahan tekuk (buckling), pada saat beban di- tingkatkan microscopic buckling yang terjadi pada dinding-dinding sel akan menentukan titik terjadinya failure atau pecahnya kayu. Sedangkan dalam menahan gaya geser, kayu mempunyai kekuatan yang tinggi dalam menahan gaya geser tegak lurus (perpendiculer) arah serat. Pada kayu umumnya terjadi failure sudah terjadi sebelum terjadinya failure karena geser tegak lurus arah serat (Helmyabe 2011).
TUJUAN Mempelajari teknik pengujian kuat tarik sejajar serat kayu. Pengujian ini mencakup persyaratan, ketentuan, dan cara pengujian kayu, dengan benda uji kecil bebas cacat untuk jenis kayu kering udara.
ALAT DAN BAHAN Mesin uji tarik (Gambar 2) Stopwatch
Gambar 1. Baja SNI (atas) dan Gambar 2. UTM baja Non SNI (bawah) Gambar 3. Stopwatch Gambar 4. meteran
Gambar 5. Jangka sorong
METODE Baja beton yang berstandar KS dan baja beton berstandar KW dipotong menjadi beberapa bagian dengan panjang 50 cm. Tiap-tiap baja tersebut diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong setiap jarak 10 cm serta ditentukan bagian atasnya dengan jarak 5 cm pada salah satu ujungnya. Kedua baja tersebut dibawa ke dalam laboratorium untuk diukur kekuatan tariknya. Alat yang digunakan yaitu Universal Testing Machine dengan pembacaan manual. Baja diukur secara bergantian menggunakan Universal Testing Machine. Pembacaan kuat tarik dilakukan dalam selang waktu 5 detik menggunakan stopwatch hingga baja beton mengalami perpatahan. Kemudian dari data yang diperoleh, dihitung berbagai parameter seperti tegangan tarik putus (fs), tegangan tarik leleh (fy), regangan maksimum ( maks), dan kontraksi penampang (S) melalui persamaan di bawah ini: ..................... (1)
............................ (2)
....... (3)
............ (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian kali ini dilakukan pengujian kuat tarik dua jenis baja beton yang KS dan baja beton KW. Pengujian ini dilakukan di laboratorium bersama dengan menggunakan Universal Testing Machine dengan pembacaan manual. Pembacaan kuat tarik dilakukan setiap 5 detik hingga baja mengalami patahan akibat beban yang ditahan. Pengukuran dilakukan secara bergantian, antara baja beton kualitas KS dengan baja beton kualitas KW. Hasil pengukuran dari baja beton KS dan KW ditampilkan pada dalam bentuk tabel. Data hasil pengukuran untuk baja beton KS akan ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Data hasil pengukuran baja beton KS Waktu (detik) Panjang (mm) Beban (Kgf) Beban (N) Tegangan (Mpa) Regangan (mm) 30 571 145 1421.96 34.386 3 60 572.5 350 3432.33 83.001 4.5 90 573 660 6472.39 156.517 5 120 574 1000 9806.65 237.147 6 150 574.5 1350 13238.98 320.148 6.5 180 576 1600 15690.64 379.435 8 205 579 1680 16475.17 398.406 11 210 582 1700 16671.31 403.149 14 240 602 1760 17259.70 417.378 34 270 615 2040 20005.57 483.779 47 300 628 2385 23388.86 565.595 60 330 643 2420 23732.09 573.895 75 360 653 2475 24271.46 586.938 85 365 653 2480 24320.49 588.124 85
Selanjutnya data hasil pengukuran baja beton KW akan ditampilkan pada Tabel 2.
Berdasarkan data yang telah ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara baja beton KS dengan baja beton KW. Waktu yang dibutuhkan baja beton KS untuk mengalami perpatahan lebih lama dibanding baja beton KW. Baja beton KS memerlukan waktu 365 s untuk patah, sedangkan baja beton KW hanya 250 s. Nilai beban maksimum yang dapat ditahan, serta tegangan dan regangan yang terjadi diantara kedua jenis baja beton tersebut berbeda. Nilai beban maksimum yang dapat ditahan oleh baja beton KS yaitu 2480 Kgf atau 24320.49 N dengan tegangan maksimum 58812.382 Mpa dan regangan 85 mm sedangkan nilai beban maksimum dari baja beton KW yaitu 1350 Kgf atau 13238.98 N dengan tegangan maksimum 40437.910 Mpa dan regangan maksimum 83 mm. Dari nilai tersebut, terlihat bahwa baja beton KS mampu menahan beban yang lebih berat dengan kemampuan tegangan yang lebih besar dengan regangan yang lebih dibanding dengan baja beton KW. Data yang diperoleh dari Tabel 3 dan Tabel 4 dibuat kedalam bentuk grafik untuk melihat hubungan yang ada antara tegangan dan regangan. Dari grafik tersebut, maka dapat dilihat seperti tegangan tarik putus (fs), tegangan tarik leleh (fy), regangan maksimum ( maks), dan kontraksi penampang (S). Grafik yang didaoat berdasarkan data pada Tabel 3 akan ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Kurva hubungan tegangan dan regangan baja beton KS 0 100 200 300 400 500 600 700 0 20 40 60 80 100 T e g a n g a n
( M P a _
Regangan SNI SNI tega ngan putu s tega ngan leleh
Selanjutnya, grafik antara tegangan dan regangan untuk baja beton KW akan ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik hubungan antara tegangan dan regangan baja beton KW
Berdasarkan kedua grafik diatas, kurva yang ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7 mengalami kenaikkan yang dratis pada awal perpanjangan. Nilai kurva pada Gambar 6 memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding nilai pada Gambar 7. Selanjutnya, dapat dilihat bahwa nilai tegangan batas baja beton KS lebih besar dibanding dengan tegangan batas baja beton KW. Nilai tegangan leleh pada baja beton KS juga lebih tinggi dibanding dengan baja beton KW. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan tinggi nilai yang didapat. Nilai kuat tarik leleh dan tarik dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Hasil perhitungan tegangan tarik putus (fs), tegangan tarik leleh (fy), regangan maksimum ( maks), dan kontraksi penampang (S) untuk baja beton KS akan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil perhitungan baja beton KS No Diameter Luas Kekuatan Tarik Emaks Konstruksi S (%) Kualitas Keterangan Do (mm) Du(mm) Aso (mm) Asu (mm) Leleh (Mpa) Putus (Mpa) 1 0.7 0.629 0.385 0.311 39840.646 58812.382 214.9648 180.743 2 0.75 0.61 0.442 0.292 166.151 SNI
3 0.74 0.618 0.430 0.300 169.745
4 0.71 0.611 0.396 0.293 174.057
5 0.729 0.612 0.417 0.294 170.477
Rataan 0.7258 0.616 0.414 0.298 172.032
Selanjutnya data hasil perhitungan untuk baja beton KW akan ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan baja beton KW No Diameter Luas Kekuatan Tarik Emaks Konstruksi S (%) Kualitas Keterangan 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 -20 0 20 40 60 80 100 T e g a n g a n ( M P a )
Regangan NON SNI NON SNI teganga n leleh teganga n putus teganga n putus teganga n putus Tegangan putus Do (mm) Du(mm) Aso (mm) Asu (mm) Leleh (Mpa) Putus (Mpa) 1 0.723 0.53 0.410 0.221 29055.387 40437.91 214.5614 153.737 2 0.635 0.536 0.317 0.226 171.250 Non- SNI
3 0.624 0.536 0.306 0.226 173.784
4 0.623 0.536 0.305 0.226 174.021
5 0.624 0.535 0.306 0.225 173.509
Rataan 0.6458 0.5346 0.327 0.224 168.527
Hasil perhitungan pada Tabel 1 dan Tabel 2, diperoleh juga bahwa nilai kekuatan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum yang dimiliki oleh baja beton KS lebih besar dibanding dengan baja beton KW. Nilai tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum yang dimiliki oleh baja beton KS yaitu 39840.646 MPa, 58812.382 Mpa, dan 214.9648. Sedangkan baja beton KW yaitu 29055.387 MPa, 40437.91 MPa, dan 214.5614. Hal ini menjelaskan, bahwa baja beton KS mampu menahan beban yang lebih berat hanya dengan regangan yang kecil dibanding dengan baja beton KW Aplikasi penggunaan baja beton dalam kehidupan-sehari yaitu sebagai tulangan beton dalam pembangunan struktur. Uji tarik baja beton digunakan untuk menguji kemampuan baja beton hingga beton yang akan digunakan, sehingga dapat diketahui beban tarik maksimum yang dapat ditahan oleh bangunan tersebut. Uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas baja beton yang kita gunakan, sehingga kita tidak tertipu dalam penggunaannya.
KESIMPULAN Berdasarkan data yang didapat pada uji tarik baja beton yaitu nilai tegangan tarik putus (fs), tegangan tarik leleh (fy), regangan maksimum ( maks), dan kontraksi penampang (S) dapat diketahui bahwa baja beton KS memiliki tegangan dan regangan yang lebih baik daripada baja beton KW. Baja beton KS mampu menahan beban dua kali lebih berat dibanding dengan baja beton KW, sehingga kita dapat menghasilkan bangunan yang lebih kuat. Selain itu, perbandingan harga dari kedua baja beton tidak terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA Macdonald, J. Angus. 2002. Struktur dan Arsitektur. Edisi ke-2.Jakarta: Erlangga.
Budi, Gatot Setya. 2011. Pengujian kuat tarik dan modulus elastisitas tulangan baja (kajian terhadap tulangan baja dengan sudut bengkok 45,90 ,135 ). Jurnal Teknik Sipil UNTAN. Volume 11 Nomor 1.