Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara sebagaimana diamanatkan dalam


pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 melalui proses pembangunan nasional
sebagai pengamalan Pancasila, dibutuhkan aparatur negara yang senantiasa konsisten dan
konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan konstitusi, bersih, bertanggung jawab,
berorientasi ke masa depan, serta penuh pengabdian dan memiliki kemampuan profesional
dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk itu, aparatur negara, yaitu
keseluruhan lembaga dan pejabat negara serta pemerintahan negara yang meliputi aparatur
kenegaraan dan aparatur pemerintahan, harus dibangun sehingga sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat mampu secara efisien dan efektif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya atas
penyelenggaraan negara dan pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada
kepentingan, nilai-nilai, dan cita-cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Aparatur Negara adalah alat kelengkapan Negara terutama meliputi bidang
kelembagaan dan kepegawaian yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda
pemerintahan dan memiliki tugas serta hak yang telah diatur dalam Undang-Undang. Oleh
karena itu, perilaku taat terhadap konstitusi menjadi kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan
oleh para aparatur negara sebagai penyelenggara negara. Namun pada kenyataannya, para
aparatur negara belum mampu menjalankan konstitusi dengan sebaik-baiknya karena masih
terdapat beberapa aparatur negara yang melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik di tingkat pemerintahan daerah maupun pemerintahan pusat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak dan kewajiban aparat negara dalam menjalankan konstitusi ?
2. Bagaimana pelaksanaan taat konstitusi oleh aparat negara ?
3. Bagaimanakah kenyataan tidak taatnya aparat negara terhadap konstitusi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hak dan kewajiban aparat negara
2. Mengetahui taat konstitusi oleh aparat negara
3. Mengetahui ketidaktaatan konstitusi oleh aparat negara

BAB 2
PEMBAHASAN

1. Konstitusi dan Aparatur Negara


Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis constituer yang artinya membentuk.
Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan untuk pembentukan suatu negara atau menyusun
dan menyatakan suatu negara. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai berikut: (1) segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan (2) undangundang dasar suatu negara. Dalam arti luas, konstitusi (hukum dasar) meliputi hukum dasar
tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan konstitusi dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis
yaitu undang-undang dasar.
Konstitusi

menempati

kedudukan

yang

sangat

penting

dalam

kehidupan

ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Selain itu, konstitusi
juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh the founding fathers, serta memberikan
arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang mereka
pimpin.
Konstitusi menjadi dasar utama bagi penyelenggaraan bernegara. Oleh karena itu,
konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu negara harus dijalankan.
Gagasan konstitusionalisme menyatakan bahwa konstitusi di suatu negara memiliki
sifat sifat membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak dasar warga negara.
Sejalan dengan sifat membatasi kekuasaan pemerintah maka konstitusi secara ringkas
memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik
b. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri
c. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya (ICCE UIN, 2000)

Aparatur Negara
Aparatur Negara adalah pekerja yang digaji pemerintah, untuk melaksanakan tugastugas teknis pemerintahan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan
ketentuan yang berlaku. (Dharma Setyawan).
Sumber pokok hukum kepegawaian di Indonesia, menurut Utrech (1990) antara lain
terdapat dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi
Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Intruksi Menteri. Sedangkan menurut
Sastra Djatmika dan Marsono (1995) selain hal tersebut di atas, Ketetapan MPR juga
merupakan

sumber

hukum

kepegawaian

di

Indonesia.

Ia

mencontohkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, mengenai kebijakan umum angka 41


yang menyatakan bahwa: Pembangunan Aparatur Negara diarahkan untuk mewujudkan
Aparatur Negara yang handal serta mampu melaksanakan keseluruhan penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dengan efesien, efektif, dan terpadu yang didukung oleh
aparatur negara yang profesional, bertanggung jawab, bersih dan berwibawa serta
menjungjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan
Dari kedua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Aparatur Negara adalah
Sumber Daya Manusia yang bekerja pada pemerintahan atau Negara untuk melaksanakan
tugas dan kebijakan pemerintahan demi tercapainya roda pemerintahan yang baik.
Namun dalam pengertian UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8
TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1.

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negara atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.

Pejabat yang berwenang adalah.pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat,


memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

3.

Pejabat yang berwajib adalah yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan
tindakan hukum yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.

Pejabat negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tertinggi/tinggi negara sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan
oleh Undang-undang.

Hak dan Kewajiban Aparatur Negara


Aparatur Negara terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah Serta Pegawai
Negri Sipil. Aparatur bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat , bertindak
secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara ,
pemerintahan dan pembangunan.
Pengertiaan Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya
dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu dan tidak dapat di pindahkan ke pihak lain
manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof.
Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh
rasa tanggung jawab.
Menurut Sedarmayanti (2009 : 371), hak-hak yang diterima Aparatur Negara adalah
sebagai berikut :
1)

Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban
pekerjaan dan tanggung jawabnya. Memperoleh cuti

2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin
kesejahteraannya.
3) Memperoleh perawatan yang tertimpa suatu kecelakaan dalam dank arena menjalankan tugas
kewajibannya.
4)

Memperoleh bagi yang menderita cacat jasmani dalam dank arena menjalankan tugas dan
kewajibannya yang mengakibatkan dirinya tidak dapat lagi bekerja pada jabatan apapun.

5) Memperoleh uang duka apabila ada keluarga aparatur yang meninggal.


6) Memperoleh pension bagi yang teleh memenuhi syarat-syarat yang teleh ditentukan.
7) Memperoleh hak keneikan pangkat.

Adapun beberapa Jenis Kedudukan yang di sebut Aparatur Negara


undang nomor 43 tahun 1999 sesuai dengan pasal 2 antara lain :
1. Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

menurut undang

2. Pegawai Negeri Sipil sebagaimamna dimaksud dalam ayat (1) huruf, a terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat, dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.
3. Disamping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pejabat yang
berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.
Jadi jelas di sini bahwa spegawai negri sipil merupakan Aparatur Negara yang memilki Hak
dan Kewajiban dalam menjalan kan Sistem Otonomi Daerah
Hak-hak diatas merupakan hak dasar yang harus diterima oleh setiap aparatur Negara.
Aparatur akan memenuhi kewajibannya jika hak-hak tersebut terpenuhi. Jika kesejahteraan
aparatur tercapai, maka mereka akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan kewajibannya.
Kewajiban Aparatur Negara
Kewajiban aparatur negara adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan
atau boleh dilakukan oleh setiap aparatur berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kewajiban-Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan
yaitu kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing aparatur
Negara adalah sebagai berikut :
1) Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.43 tahun 1999;
2) Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai;
3) Kewajiban menurut peraturan tentang izin perkawinan dan perceraian PNS;
4) Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja.
5) Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia;
6)

Kewajiban

mentaati ketentuan

tentang pola

hidup sederhana

dan larangan

penerimaan pemberian hadiah;


7) Kewajiban sebagai anggota KORPRI;
8) Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatankegiatan yang wajib mendapat izin.
9) Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana
10)Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi;
11) Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi;
12) Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai politik

Contoh Aparat Taat Konstitusi

1. Polisi Tilang Ferrari


VIVAnews - Mobil Ferrari berwarna kuning dengan nomor polisi B 430 SCD yang
dikendarai JKN warga Kembangan Jakarta Barat, ditilang anggota kepolisian lantaran
menerobos jalur bus transjakarta di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Rabu sore.
Wakil Direktur Lalu lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Sambodo
Purnomo, mengatakan pihaknya telah melakukan tindakan bagi pengendara yang
melanggar. "Iya sudah ditindak, berupa tilang kepada pengendara mobil Ferrari," ujar
Sambodo kepada VIVAnews, Kamis 29 Agustus 2013.
Sambodo menambahkan, Bripka Farid Fudin anggota Subdit Penegakan hukum
Ditlantas Polda Metro Jaya yang melakukan penindakan terhadap pengendara mobil
Ferrari tersebut juga mendapat sorotan Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri,
Inspektur Jenderal Puji Hartanto. Bripka Farid bahkan diberikan penghargaan (reward)
atas tugasnya.
Penghargaan itu berupa sejumlah uang, yang diberikan oleh Kakorlantas. Namun,
tidak diungkapkan berapa jumlahnya.
Harus Berani
Dihubungi terpisah, Kepala Subdit Pembinaan dan Penegakan Hukum Ditlantas
Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Hindarsono, menjelaskan Kakorlantas juga
menekankan kepada seluruh anggota untuk berani menindak mobil mewah jika kedapatan
melanggar.
"Ya, semua akan kami tindak jika memang melanggar baik itu kendaraan biasa
ataupun kendaraan mewah. Buktinya mobil Ferrari itu," jelas Hindarsono.
Alasan pengendara Ferari menerobos jalur transjakarta, lanjut Hindarsono, karena
sedang terburu-buru. Itu alasan yang tidak bisa ditolelir.
"Semua orang pasti punya urusan dan harus segera sampai tujuan. Tetapi tidak
juga melanggar. Kami akan memberikan kebebasan kepada pengendara yang memang
sedang mengantar orang sakit, mau melahirkan dan sebagainya," kata dia. (ren)

2. Gatot Tolak Suap Ketika Ditawari Segepok Uang Oleh Pejabat Eselon III
MEDAN-Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Gatot Pujo Nugroho memulai gebrakan,
pembersihan birokrat dari isu suap dan budaya beli jabatan. Gatot menyatakan pernah dan
akan tetap menolak tumpukan uang yang disodorkan beberapa oknum kepadanya dalam
rangka mengorder jabatan di lingkungan pemerintahan provinsi (pemprov) Sumatera
Utara.
Pengakuan itu dilontarkan mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS
Sumut itu usai melantik pejabat eselon III di lingkungan pemprovsu di Aula Martabe
Lantai II Kantor Gubsu Jalan Diponegoro Medan, kemarin (25/4).
Upaya suap juga dilakukan para pejabat yang mengincar posisi empuk di eselon
III. Gatot tetap menolak. Ada yang berupaya untuk memberi uangn tapi saya tolak.
Karena jabatan itu amanah, katanya kepada wartawan.
Saat ditanya siapa dan berapa nominal yang diberikan kepadanya, Gatot enggan
menjawab dan mengangkat tangan.
Kabar upaya suap yang dilakukan sejumlah pejabat teras di Pemprovsu memang
beberapa kali terdengar sebelum Gatot mengisi posisi gubernur yang ditinggal sementara
Syamsul Arifin yang saat ini berurusan dengan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK).
Apalagi saat Gatot beberapa kali menggaungkan rencana reshuffle di sejumlah jabatan di
pemprovsu.
Menurut sebuah sumber terpercaya, para pejabat itu umumnya mendekati orangorang di lingkaran Gatot dengan menawarkan uang hingga miliaran rupiah. Bahkan
beberapa waktu lalu, ada seorang pejabat eselon I yang datang dan bertemu langsung ke
Plt gubernur itu dan menyodorkan uang kontan senilai Rp500 juta. Pejabat itu menyebut
uang tersebut sebagai hadiah. Tetapi uang akhirnya dibawa pulang dan wajah pejabat
tersebut memerah karena pemberiannya ditolak dengan halus.
Praktik beli jabatan ini ditengarai juga terjadi di lingkungan pemerintah kota
Medan. Tidak hanya di level pejabat atas, pejabat terendah pun sudah dipasangi tarif.
Penasihat Fraksi PKS DPRD Medan Muslim Maksum mengungkapkan hal itu saat
ditemui di tempat terpisah, kemarin. Menurutnya, ada sinyalemen, kepala lingkungan
(Kepling) di Medan yang bertugas atas SK camat, berlomba mencari tempat basah.
Untuk itu, tiap calon kepling dimintai Rp3 juta sampai Rp5 juta.

Sudah ada sms-sms seperti itu yang kita terima. Makanya, ini perlu diseriusi. Kita
tahu juga, Wali Kota kita ini sering memunculkan isu-isu besar untuk menutup isu-isu
sebelumnya yang tak terselesaikan, tegasnya.
Jabatan Adalah Amanah
Pejabat eselon III yang dilantik berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubsu No
821.23/1276/2011 tertanggal 25 April 2011, yang ditandatangani Pelaksana Tugas (Plt)
Gubsu Gatot Pujo Nugroho berjumlah 35 orang. Mereka tersebar di beberapa Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sekretariat Daerah (Setda) Provsu.
Pada kesempatan itu, Gatot sempat menuturkan, dia akan mencopot pejabat yang
baru dilantik apabila ketahuan memberikan sesuatu. Saya akan copot, siapa yang
ketahuan memberi dan siapa yang menerima, pungkasnya.
Gatot mengingatkan, jabatan yang diberikan adalah sebuah amanah, bukan sebuah
kehormatan yang untuk dibangga-banggakan.
Ini amanah dan harus dijalankan. Karena PNS itu memiliki tuan, dan tuannya
adalah bangsa dan negara. Jadi, harus mengedepankan kepentingan negara dan bukan
kepentingan pribadi atau golongan, ungkapnya.
Gatot juga berpesan kepada para istri dan suami dari pejabat eselon III yang baru
dilantik agar bisa memastikan bahwa jabatan yang diterima oleh suami dan istri mereka
menjadi pemacu untuk lebih bersyukur. Bersyukur juga, tidak cukup hanya dengan
mengucapkan Alhamdulillah, tapi harus juga dibuktikan dengan perbuatan sesuai tugas
pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing.
Pelantikan tersebut, lanjut Gatot, merupakan salah satu bagian untuk pembangunan
proses birokrasi. Pelantikan ini adalah hal yang lazim dan biasa. Dan ini untuk supaya
cepat merespon persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan, ujarnya.(ari)

3. Kemennakertrans Tolak Beri Bantuan Hukum 2 Pejabat Yang Terjerat Skandal


Suap Rp 1,5 M
LENSAINDONESIA.COM: Terbongkarnya skandal suap yang menyeret dua anak
buah Menakertrans
Muhaimin Iskandar, ternyata disikapi dingin pihak Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemennakertrans). Terbukti, Kemennakretrans sampai kini belum
memberikan bantuan hukum terhadap kedua tersangka.

10

Di lain pihak, tersangka I Nyoman Suisnaya yang menjabat Sekretaris Direktorat


Jenderal Pembinaan, Pembangunan Kawasan Transmigrasi (Ditjen P2KT), dan tersangka
Dodong Irbarelawan Kabag Perencanaan dan Evaluasi Ses Ditjen P2KT, juga sama-sama
belum ada tanda-tanda meminta bantuan hukum.
Juru bicara Kemmenakertrans, Suhartono mengakui meski keduanya meminta
pendampingan hukum, akan sia-sia. Pasalnya, institusinya tidak akan memberikan bantuan
apa pun. Karena Dadong dan Nyoman tertangkap akibat imbas dari perbuatan individu
mereka. Bukan mewakili institusi, demikian Suhartono saat dihubungi Minggu malam
(28/8).
Masih kata anak buah Muhaimin itu, isntitusinya tidak akan mengintervensi kasus
yang dihadapi Dadong dan Nyoman. Semua diserahkan sepenuhnya pada KPK sesuai
jalannya proses hukum.
Suhartono juga memastikan akan segera menunjuk pelaksana tugas harian (Plh)
untuk menggantikan dua orang tersebut dalam menjalankan fungsi kerja di kementerian di
bawah kendali Cak Imin, panggilan akrab Menteri Muhaimin Iskandar di kalangan
nadliyin.
Selesai lebaran sudah ada Plh nya, tandas Suhartono.
Tak hanya itu, Dadong dan Nyoman pun terancam tertimpa masalah baru.
Keduanya terancam sanksi kepegawaian dari kemenakertrans. Sanksi ini akan dijatuhkan
setelah adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Sanksi, menurut
Suhartono, bisa berupa pemberhentian dengan tidak hormat, pemensiunan dini, dan
lainnya.
Penjatuhan sanksi akan melalui mekanisme pembahasan dalam sebuah rapat kerja
pimpinan, papar Suhartono.
Seperti diketahui, KPK menangkap dua pejabat di lingkungan Kemenakertrans ini,
dan

seorang pengusaha. Ketiganya diringkus di tiga lokasi terpisah. Pengusaha itu

bernama Dharnawati.
Mereka diduga mengkhianati sumpah jabatan lewat perbuatan berskandal suap
sebesar Rp 1,5 miliar. Suap itu diduga sebagai imbalan pencairan anggaran dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2011 untuk pembangunan
infrastruktur daerah transmigrasi di Manokwari.

11

APARAT NEGARA YANG TIDAK TAAT KONSTITUSI


Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.
Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh
konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan
terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional
adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan
penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945.
Namun yang sangat disayangkan ialah, banyak sekali aparat negara atau
penyelenggara negara yang tidak mematuhi konstitusi, melanggar peraturan yang ada dan
melakukan perbuatan tercela hingga merugikan masyarakat.
Beberapa contoh aparat negara yang tidak mentaati konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar ditangkap oleh KPK atas kasus
dugaan gratifikasi (Suara Karya)
2. Tujuh Anggota Kepolisian Resort Sidoarjo dijatuhi hukuman delapan bulan, enam
bulan dan empat bulan penjara karena terbukti memberikan keterangan palsu atas
kasus penembakan yang menyebabkan meninggalnya Riyadhus Solihin. Jaksa
menjerat dengan pasal 317 dan pasal 318 KUHP tentang rekayasa kasus dan pasal
220 KUHP tentang keterangan palsu.Yang terbukti adalah pasal ketiga tentang
keterangan palsu.
3. Salah satu pejabat Kemenpera dijadikan tersangka dalam kasus korupsi subsidi
Perumahan Griya Lawu

4. Mantan Bupati Karanganyar di tangkap oleh KPK atas kasus korupsi Perumahan
griya Lawu

12

5. Perwira Polri tertangkap bawa 6kg di Malaysia. Polisi Diraja Malaysia


menangkap dua anggota Kepolisian Republik Indonesia terkait narkoba di
Bandara Kuching, Sabtu (30/8). Mereka adalah Ajun Komisaris Besar (AKBP)
Idha Endi Prasetyono dan Brigadir Harahap. Dari keduanya diamankan barang
bukti narkotik seberat 6 kilogram.

6. Fenomena poligami tidak hanya ngetrend di kalangan kepala daerah. Para


pegawai negeri sipil (PNS) pun banyak yang melakoninya.

13
BAB III
KESIMPULAN

Sebagai aparat penegak hukum sudah seharusnya mampu memberi contoh yang baik bagi masyarakat.
Sebagai penegak hukum harusnya bisa memberi keadilan kepada masyarakat serta mampu
menumbuhkan rasa kepercayaan kepada masyarakat. Dengan demikian moralitas aparat hukum sangat
diperlukan untuk menegakkan hukum di Indonesia.Karena itu moralitas penegak hukum itu sangat
penting demi berjalannya hukum secara baik di negara.

14

DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Sri. Dkk.2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 FKIP UNS
WINARNO. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara
http://pankga.blogspot.com/2012/12hak dan kewajiban aparatur negara.html

Anda mungkin juga menyukai