http://www.un.org/aboutun/history.htm
mempromosikan
pembangunan),
kerjasama
ekonomi,
sosial
internasional
dan
oleh lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Inggris, Amerika
Serikat, Perancis, Cina, dan Rusia. Pada awalnya, Hak Veto ini merupakan
konsensus yang ingin menjaga agar tidak ada kekuatan lain yang muncul pascaPerang Dunia II.
Sehingga, keberadaan Hak Veto merupakan konsensus dari lima negara
pemenang perang dunia II untuk memegang kontrol atas dunia. Adanya Hak Veto
tidak didasarkan atas pertimbangan keadilan, tetapi lebih kepada balance of power
yang merupakan ciri khas realisme politik. Perimbangan kekuasaan ini kemudian
memberi hak bagi The Big Five untuk memainkan peran politik dalam pembuatan
resolusi PBB.
Jika kita analisis, penggunaan Hak Veto ini memiliki dua dimensi yang
problematis. Problem pertama adalah soal power yang tidak terbatas. karena Hak
Veto memberi porsi begitu besar pada power, penggunaan power oleh negaranegara besar kerap terabaikan dari sanksi. Problem kedua adalah soal keadilan.
Hak Veto mengabaikan dimensi keadilan dan demokrasi. Padahal, secara
struktural. asas keadilan merupakan aspek terpenting dalam decision-making pada
diplomasi multilateral. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa Hak Veto sering
disalahgunakan oleh negara pemiliknya untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
Dalam kasus agresi militer Israel ke Jalur Gaza, misalnya, adanya Veto atas
rancangan resolusi yang memberi sanksi atas Israel mengakibatkan adanya korban
jiwa begitu besar. Padahal, serangan tersebut bertentangan dengan Konvensi
Jenewa IV tahun 1949.2
Dengan adanya Hak Veto yang berbasis power pada negara-negara besar
akan sangat problematis karena adanya subordinasi terhadap hukum internasional.
Kacamata realisme memandang hukum internasional sangat penting dalam
menegakkan perdamaian dan keamanan. Ketika politik dibasiskan hanya pada
power dan meniadakan hukum internasional, Hak Veto menjadi problematis
secara konseptual. Sehingga, eksistensi PBB dalam kacamata struktural akan
tergantung pada nasib dari Hak Veto ini. Negara-negara besar akan menghadapi
2
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2011/02/18/AR2011021805442.html
4. Role Sources
Sumber-sumber peran merupakan hal yang penting karena pembuat
keputusan dipengaruhi oleh tingkah laku social dan norma-norma yang legal
dalam peran yang dipegang oleh seseorang. Posisi pembuat keputusan memegang
tingkah laku mereka dan masukan bagi kebijakan luar negeri.
5. Individual Sources
Sumber-sumber
individu
merupakan
karakteristik
seseorang
yang
Dengan demikian, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Amerika Serikat tidak
segan-segan untuk menggunakan senjata dan militer untuk melancarkan semua
tujuannya.
Bisa kita ambil contoh, misalnya, campur tangan Amerika Serikat di Timur
Tengah yang sudah lebih dari satu dekade ini kita saksikan. Seperti invasi
Amerika Serikat di Afganistan, Irak, dan Libya yang mengandalkan dalih
kemanusiaan, senjata pemusnah masal, terorisme, serta senjata kimia yang sampai
saat ini masih dipertanyakan tentang kebenarannya.
Sejak tahun 1992, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara super power
setelah kehancuran Uni Sovyet, maka secara mutlak, Amerika Serikat adalah satusatunya negara yang mengangkat dirinya sendiri sebagai polisi dunia, negara yang
memperjuangkan penegakan Hak Asasi Manusia,, negara yang mempunyai hak
untuk mencap suatu negara atau pemimpin sebagai penjahat atas nama
kemanusiaan, negara yang berhak menahan, memenjarakan warga negara lain
tanpa melalui proses peradilan yang seimbang, negara yang berhak menginvasi,
menyerang negara lain atas nama kemanusiaan, negara yang berhak untuk
meluncurkan, menjatuhkan nuklir ke negara lain atas nama kemanusiaan, negara
yang berhak menghancurkan property pribadi milik masyarakat sipil.
Invasi Amerika Serikat atas Afghanistan, Irak, Libya dan negara-negara
lainnya di dasarkan atas pelanggaran HAM yang dilakukan oleh para pemimpin
negara kepada rakyatnya, namun di satu sisi lainnya membiarkan warga palestina
di bantai oleh tentara zionis Israel. Politik standar ganda yang selama ini
diterapkan oleh Amerika Serikat membuat berang negara-negara yang selama ini
di tuduh melakukan pelanggaran HAM kepada warga negaranya, seperti China,
Rusia, Korea Utara, Kuba, Indonesia, Myanmar dan negara-negara lainnya.
Sementara pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pemerintah Amerika
Serikat tidak pernah di angkat dalam dunia internasional, karena yang melakukan
penilaian terhadap pelanggaran HAM adalah Amerika Serikat , sehingga
pelanggaran HAM yang di lakukan oleh Amerika Serikat tidak di angkat dalam
isu pelanggaran HAM. Amerika Serikat selalu melupakan jejak sejarahnya
sebagai negara yang paling bertanggung jawab di dunia yang melakukan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Sudah jutaan nyawa melayang, kerugian
materil dan immaterial yang tidak terhitung jumlahnya telah di ciptakan oleh
pemerintah
Amerika
Serikat,
kegoncangan
negara,
pembataian
etnis,