Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
Dia Nopriyana
08310067
PEMBIMBING:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatdan rahmatNYA saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul Neuropati
Diabetes Mellitus. Tugas paper ini saya buat dengan tujuan selain sebagai salah satu
tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf serta bertujuan agar para dokter
muda mengetahui dan memahami tentang Neuropati Diabetes Mellitus dan
penanganannya.
Saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu
dalampembuatan paper ini, khususnya dr. Luhu A.Tapiheru, Sp.S yang telah
berkenanmembimbing dan menguji paper ini. Akhir kata saya mohon kritik dan saran
yang membangun demi kemajuan kita bersama, khususnya mengenai referat ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling
sering ditemukan pada diabetes melitus. Resiko yang dihadapi pasien diabetes
melitus dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki.
Manifestasi neuropati diabetik bervariasi, mulai dari tanpa keluhan dan hanya
bisa terdeteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri hebat.
Bisa juga keluhannya dalam bentuk neuropati lokal atau sistemik, yang semua itu
bergantung pada lokasi dan jenis syaraf yang terkena lesi.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Neuropati diabetik adalah munculnya gejala dan tanda-tanda disfungsi saraf
tepi pada penderita DM, setelah penyebab lain disingkirkan. Manifestasi ND dapat
subklinik maupun klinik dan sangat bervariasi. Tidak ada ND tunggal. Oleh karena
menyangkut saraf tepi, maka gangguannya dapat melibatkan saraf aferen (sensorik)
dan sistem eferen. Sistem saraf eferen termasuk sistem somatik dan otonomik.
Neuron sistem somatik menyampaikan informasi dari susunan saraf pusat (SSP)
kepada otot-otot skeletal, sistem otonomik (SO) menyampaikan informasi dari SSP
kepada otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Dalam SO banyak organ tubuh
mendapat inervasi kembar. Serabut saraf parasimpatis mengatur fungsi tubuh untuk
lebih istirahat (contoh: mengosongkan vesica urinaria), sedang serabut simpatis
mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik.
II. EPIDEMIOLOGI
Diteliti pasien dan populasi neuropati diabetik dengan prevalensi 12-50%.
Pada suatu penelitian dasar, neuropati simptomatis ditemukan pada 28,5% dari 6500
pasien diabetes melitus.
III.ETIOLOGI
Kejadian neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia (kadar gula darah
yang tinggi, di atas nilai normal) berkepanjangan. Keadaan ini akan mengaktifkan
jalur metabolism abnormal yang menghasilkan timbunan produk-produk akhir
glukosa (sorbitol dan advance glycosilation end products/AGEs). Bahan-bahan
tersebut mengganggu transmisi sinyal sel-sel saraf, menurunkan kemampuan saraf
4
membuang radikal bebas, dan juga merusak sel saraf secara langsung. Selain itu
keadaan hiperglikemia juga mengganggu peredaran darah ke sistem saraf.
Gejala
SO
dapat
menyangkut
sistem
sudorimotor,
pupil,
Lebih banyak pada pasien laki-laki, lebih dari 50 tahun yang kurang
terkontrol.
Pada 50% penderita mengalami penurunan berat badan yang nyata.
Mulai nyeri unilateral pada pangkal paha belakang , bahu atau leher yang mendadak
dan berat.
D. Neuropatia otonomik
Gejala neuropati otonom meliputi;
Sistem sudorimotor: kulit kering atau hiperhidrosis bagian badan tertentu (kepala
dan badan atas), gustatory sweating (produksi keringat yang abnormal lebih) pada
muka, kepala, leher, bahu dan dada depan) bahkan setelah menyantap makanan tidak
pedas .
Sistem kardiovaskuler: peningkatan denyut jantung saat istirahat (resting tachycardia
>100 x/menit), dan hipotensi ortostatik. Disfungsi otonom ini dapat meningkatkan
angka kematian akibat silent miocard ischemia, meningkatkan predisposisi aritmia
kordia dan gangguan keseimbangan simpatis-parasimpatis jantung.
Sistem genitourinal; disfungsi vesica urinaria, meningkatkan residu urin, vesica
urinaria overdistensi, retensi urin dan inkontinensia urin overflow atau menetes
(dribbling) yang mempermudah terjadinya komplikasi sekunder seperti infeksi
salurang kencing (ISK) dan pielonefritis. Pada pria dapat terjadi gangguan ereksi
(30%-75%) merupakan gejala dini, dan ejakulasi retrograd akibat kegagalan menutup
bladder neck (simpatis).
perubahan
yang
terjadi
pada
hiperglikemi,
menghentikan
10
menimbulkan penurunan
4. Teori laminin
11
Laminin adalah glukoprotein besar, heteromerik yang terdiri atas suatu rantai alpha
besar dan dua rantai beta yang lebih kecil, beta 1 dan beta 2. Pada kultur neuron
laminin memperkembangkan ekstensi neurit, kekurangan gen
laminin beta-2 menyumbang patogenesis ND.
12
activate RAGEs that useROSas second messengers. 3) PKC activation both further
increases hyperglycemia and also exacerbates tissue hypoxia. 4) Overload and slowing of
the electron transfer chain leads to escape of reactive intermediates to produce O2_. as well
as activation of NADH oxidase that also produces O2 A unifying mechanism of injury in each
case is the production of ROS that impair protein and gene function. TCA, Trichloroacetic
acid; PAI-1, plasminogen activator inhibitor-1.
Dikutip dari : Vincent A.M, Russel JW, Low P, Feldman EL. 2004. Oxidative Stress in the
Pathogenesis of Diabetic Neuropathy. Endocrine Reviews. 26(4):S12-S28.
13
kelambatan fokal, pada umumnya terjadi pada mononeuropati, seperti pada CTS,
N.peroneus, N.ulnaris, dan N.radialis.
Diagnosis banding mononeuropati kranial adalah Bells Palsy atau aneurisma
intrakranial. Neuropati torakoabdominal dibedakan dengan herpes zoster, tumor
spinal, infark miokard, koksitis akut, apendiksitis akut, atau divertikulosis. Pada
poliradikulopleksopatia lumbosakral dibedakan dengan tumor medula spinal, HNP,
infiltrasi malignansi pada radiks dan neuropati inflamasi. Neuropati otonomik
kardiovaskular (CAN) mempunyai tiga stadium pokok yaitu adanya denervasi
kardiak, hipotensi ortostatik, dan intoleransi latihan (cardiac denervation, otrhostatic
hypotension and exercise intolerance). Untuk menegakkan dugaan adanya CAN ada
tiga pemeriksaan ialah variasi RR selama bernafas dalam (RR- Variation during deep
breathing), manuver valsava dan respon tekanan darah terhadap perubahan posisi
berdiri. RR variation adalah adanya penyimpangan RR interval (jarak antara
gelombang R pada kompleks QRS) pada rekaman elektrokardiografi. Pemeriksaan ini
merupakan gambaran arkus refleks neural sederhana sedang fungsi manuver Valsava
adalah pencerminan arkus reflek neural kompleks (jalur simpatis-parasimpatis pada
jantung, jalur simpatis ke cabang vaskuler dan baroreseptor dalam dada dan paru).
Manuver Valsava dilakukan dengan pemasangan EKG selama pemeriksaan,
penderita menggembungkan pipi (menghembus dengan mulut tertutup) selama 15
detik dan tekanan manometer dipertahankan meningkat 40 mmHg. Selama
penghembusan terjadi takikardi dan vasokonstriksi perifer, selama pelepasan ada
bradikardi dan peningkatan tekanan darah pada orang normal. Respon tekanan darah
untuk berdiri, ditujukan terutama untuk menilai fungsi simpatis. Pada hipotensi
ortostatik selama berdiri 2 menit terjadi penurunan tekanan darah sistolik > 20-30
mmHg dan tekanan darah diastolik > 10 mmHg.
telah dibatasi oleh efek samping dan kurangnya efektivitas. Jadi, dengan
pengecualian kontrol glukosa ketat, pengobatan adalah untuk mengurangi rasa sakit
dan gejala lain dan tidak mengatasi masalah mendasar.
Hanya dua obat yang disetujui oleh FDA untuk neuropati perifer diabetic adalah
duloxetine antidepresi dan pregabalin anticonvulsant. Sebelum mencoba obat
sistemik, orang dengan neuropati diabetes mungkin periperal local meringankan
gejala mereka dengan patch lidokain. Selain pengobatan farmakologis ada beberapa
modalitas lain yang membantu beberapa kasus. Ini telah ditunjukkan untuk
mengurangi rasa sakit danmeningkatkan kualitas hidup pasien terutama untuk nyeri
neuropatik kronis: Stimulasi interferensial, Akupunktur, Meditasi, Terapi Kognitif,
dan latihan yang ditentukan.
Antidepresan trisiklik
TCA termasuk imipramine, amitriptyline, desipramin dan nortriptyline. Obat
ini efektif pada penurunan gejala nyeri tetapi menderita dari efek samping dosis
ganda yang tergantung. Salah satu efek samping penting adalah toksisitas jantung,
yang dapat menyebabkan aritmia yang fatal. Pada dosis rendah digunakan untuk
neuropati, toksisitas jarang, tetapi jika gejala menjamin dosis yang lebih tinggi,
komplikasi lebih umum. Di antara TCA, amitriptilin yang paling banyak digunakan
untuk kondisi ini, namun desipramin dan nortriptyline memiliki efek samping yang
lebih sedikit.
15
glukosa darah penderita diabetes itu. Mereka dapat digunakan pada dosis yang juga
meringankan gejala depresi, concommitent umum neuropati diabetes.
The duloxetine SSNRI (Cymbalta) telah disetujui untuk neuropati diabetes. Dengan
penargetan baik serotonin dan norepinefrin, itu menargetkan gejala nyeri neuropati
diabetes, dan juga memperlakukan depresi jika ada. Dosis khas adalah antara 60 mg
dan 120 mg.
Obat antiepilepsi
AED, terutama gabapentin dan pregabalin terkait, muncul sebagai pengobatan
lini pertama untuk neuropati menyakitkan. Gabapentin lebih baik dibandingkan
dengan amitriptilin dalam hal kemanjuran, dan jelas lebih aman. Efek samping
utamanya adalah sedasi, yang tidak berkurang dari waktu ke waktu dan mungkin
sebenarnya memburuk. Perlu diminum tiga kali sehari, dan kadang-kadang
menyebabkan kenaikan berat badan, yang dapat memperburuk kontrol glikemikpada
penderita diabetes. Carbamazepine (Tegretol) adalah efektif tetapi belum tentu aman
untuk neuropati diabetes. Metabolit pertamanya, oxcarbazepine, aman dan efektif
pada gangguan neuropati lainnya, namun belum diteliti dalam neuropati diabetes.
Topiramate belum diteliti di neuropati diabetes, tetapi memiliki efek samping
menguntungkan menyebabkan anoreksia ringan dan kehilangan berat badan, dan
anekdot menguntungkan.
Lain perawatan
-lipoic, anti-oksidan yang adalah suplemen non-resep makanan telah menunjukkan
keuntungan dalam uji coba terkontrol secara acak yang membandingkan dosis oral
sekali sehari 600 mg sampai 1800 mg dibandingkan dengan plasebo, meskipun mual
terjadi di dosis yang lebih tinggi.
Meskipun belum tersedia secara komersial, C-peptida telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan dalam pengobatan komplikasi diabetes, termasuk neuropati. Pernah
berpikir untuk menjadi berguna oleh-produk dari produksi insulin, membantu untuk
memperbaiki dan membalikkan gejala utama diabetes. Dalam tahun-tahun terakhir,
16
perangkat Terapi Energi Foto menjadi lebih banyak digunakan untuk mengobati
gejala neuropatik. Foto Terapi Energi perangkat memancarkan cahaya inframerah
dekat (NIR Terapi) biasanya pada panjang gelombang 880 nm. Panjang gelombang
ini diyakini untuk merangsang pelepasan Nitric Oxide, merupakan faktor yang
diturunkan endotelium santai ke dalam aliran darah, sehingga vasodilatasi yang
capilaries dan venuoles dalam sistem microcirculatory. Peningkatan sirkulasi telah
terbukti efektif dalam berbagai studi klinis untuk mengurangi nyeri pada pasien
diabetes dan nondiabetes. Foto Terapi Energi perangkat tampaknya untuk mengatasi
masalah yang mendasari neuropati, mikrosirkulasi yang buruk, yang menyebabkan
nyeri dan mati rasa di kaki.Ada pekerjaan eksperimental menguji kemanjuran obat
yang disebut sildenafil tapi studi ini menggambarkan dirinya sebagai sebuah "laporan
klinis terisolasi"dan mengutip sebuah kebutuhan untuk penyelidikan klinis lebih
lanjut.
manifestasi
awal
polineuropati
sensorimotor
melibatkan
IX.PROGNOSIS
Tipe diabetes melitus yang diberikan akan mempengaruhi diagnosis neuropati
diabetik. Pada NIDDM prognosis tentu lebih baik daripada tipe IDDM. Lama dan
beratnya diabetes melitus serta lama dan beratnya diabetes melitus serta lama dan
beratnya keluhan neuropati yang dialami, dan apakah sudah mengenai saraf otonom,
semuanya akan menentukan prognosis neuropati diabetik
17
BAB III
KESIMPULAN
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik DM dengan
prevalensi dan manifestasi klinis amat bervariasi. Dari 4 faktor (metabolik, vaskular,
imun dan NGF) yang berperan pada mekanismes patogenik ND, hiperglikemia
berkepanjangan sebagai komponen faktor metabolik merupakan dasar utama
patogenesis ND. Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan ND pasien DM,
yang penting adalah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah dan perawatan kaki
sebaik-baiknya. Usaha mengatasi keluhan nyeri pada dasarnya bersifat simtomatis,
dilakukan dengan memberikan obat yang bekerja sesuai mekanisme yang mendasari
keluhan nyeri tersebut. Pendekatan nonfarmakologis termasuk edukasi sangat
diperlukan, mengingat perbaikan total sulit bisa dicapai.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. http://id.scribd.com/doc/92620463/TERAPI-NEUROPATIA-DIABETIK
2. http://www.tanyadok.com/penyakit/neuropati-diabetik
3. http://id.scribd.com/doc/92492787/neropaty-diabetikum
4. http://id.scribd.com/doc/76715648/Referat-Kaki-Diabetes-Dr-Arif
5. 5.http://www.news-medical.net/health/What-is-Diabetic-Neuropath
(Indonesian).aspx
6. http://hilwana90.blogspot.com/2009/02/neuropati-diabetik.html
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30881/4/Chapter%20II.pdf.N
europati diaeticum.at 20.48
8. W.Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, K Simadibrata Marcellus,
Setiati Siti. 2007 Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, Jilid III.Jakarta
: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.Hal :
1902-1904
9. Thoha,
D.
Paling
Ditakuti
Tetapi
Bisa
Dihindari.
2006.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/06/kesehatan/34572.htm.
Diakses tanggal 21 Januari 2009
10. Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers, Prevention, Diagnosis
and Classification. 1998. http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,.
Diakses tanggal 21 Januari 2009.
19