Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERANAN PANCASILA DALAM LIBERALISASI SUMBER DAYA ALAM INDONESIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Pancasila

Oleh : Kelompok 4
1.

Ria Dhini M

131610101004

2.

Catur Putri K

131610101005

3.

Printis Insana C

131610101019

4.

Aditya Pristyhari

131610101034

5.

Pratita Ayu P

131610101067

6.

Shuvia Zulaida N

131610101069

7.

Tira Aisah P

131610101073

8.

Kharishah M

131610101093

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan
Pancasila Dalam Liberalisasi Sumber Daya Alam Indonesia.Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pancasila dan meningkatkan pemahaman penulis mengenai
liberalisasi sumber daya alam di Indonesia.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pancasila Dr Edy
Wahyudi, MM atas bimbingan dan ilmu yang sangat berharga untuk penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dengan memberikan
dukungan ide.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis mohon
maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman sampul ..i
Kata Pengantar ....ii
Daftar Isi .....iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak perlu disangkal bahwa liberalisme membawa kemajuan besar dalam kebudayaan
politik dan kemanusiaan. Liberalisme adalah faham atau aliran pertama yang
menempatkan martabat manusia dalam kebebasannya. Nilai tertinggi bagi liberalisme
(baik yang klasik maupun yang neo-) adalah kebebasan individu. Otoritas mana pun
(termasuk negara) tidak boleh menghalangi kebebasan ini. Di bidang ekonomi
liberalisme mengajarkan kebebasan berusaha dan bekerja, dan sangat menekankan
perlunya persaingan bebas di antara pelaku-pelaku ekonomi. Negara tidak berhak untuk
mengatur bidang ini; dan negara liberal sering disebut sebagai negara jaga malam.
Negara tidak perlu mengatur bidang ekonomi dengan otoritasnya, karena pasar secara
alamiah akan membentuk keseimbangannya sendiri melalui tindakan bebas setiap orang
dalam mengejar kepentingannya sendiri. Pengalaman empirik menunjukkan bahwa
kebebasan yang hampir tanpa batas itu dengan sendirinya dipergunakan oleh individu dan
kelompok yang kuat untuk makin memperluas kegiatan dan pengaruhnya, serta makin
mempersempit bahkan menghancurkan kemungkinan bagi yang lemah untuk tumbuh.
Pihak yang kalah dibiarkan jatuh ke dalam lumpur kemiskinan dan tanggung jawab sosial
untuk kesejahteraan seluruh masyarakat ditolak oleh liberalisme. Melawan pandangan
liberal yang berusaha meyakinkan umat manusia bahwa pasar dengan sendirinya akan
dapat memecahkan semua persoalan masyarakat, Pancasila justru menghendaki peranan
negara untuk membuat regulasi yang efektif atas kapital (asing maupun domestik) untuk
melindungi kepentingan rakyat dan mewujudkan keadilan sosial. Pancasila menghendaki
dicegahnya free fight competition and survival of the fittest yang akan menghancurkan
perusahaan-perusahaan yang lemah melalui sentralisasi kapital pada perusahaanperusahaan transnasional.

B. Tujuan
Mengetahui bagaimana peranan pancasila dalam liberalisasi sumber daya alam Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Liberalisme
Perkembangan Awal Ideologi Liberal
Ideologi ini erat kaitannya dengan pemikiran-pemikiran yang lahir pada masa Pencerahan dan
Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18. Liberalisme merupakan ideology kelas tertentu yang
mecirikan kepentingan ketentuan, tetaapi ciri-ciri pemikiran Pencerahan yang universal dan
mutlak serta ideology liberal yang merupakan jawaban terhadap gaya monarki Perancis yang
agak total, sebagiannya telah tidak memungkinkan dibicarakannya dan diperdebatkannya
organisasi-organisasi sosial dan politik Perancis; ia tidak mungkin dibicarakan dalam kerangka
pembaharuan tertentu apalagi para pemikir Pencerahan cenderung menggeneralisirnya dengan
abstraksi-abstraksi yang luas, walau demikian kebebasan, persamaan, dan persaudaraan jelas
mengacu pada aspirasi kaum borjuis Perancis pengusaha kelas menengah yang baru muncul,
pedagang, banker, intelektual dan para profesional yang merasa di kekang oleh lembaga
kebangsawanan yang dikuasai oleh monarki absolute.
Kaum borjuis Perancis abad ke-18 berusaha untuk mengakhiri penguasaan ekonomi yang telah
ketinggalan zaman (dikenal sebagai merkantilisme) para perdagangan, penanaman
modal.Mereka berusaha menghilangkan peranan Gereja Katolik sebagai pemilik harta kekayaan
dan lembaga ekonomi. Mereka menuntut pengurangan kekuasaan monarki atau menurut
ketentuan kejadian yang bersifat revolusioner-menghapus sama sekali; selain mendesak
penghapusan warisan hak-hak istimewa dan status sosial yang membedakan mereka dengan
kaum bangsawan.
Mereka menghendaki kontrol pada lembaga parlementer sebagai monarki, menuntut sistem
ekonomi perdagangan bebas yang kapitalisme dan asas-asas laissez faire(negara tidak campur
tangan) sebagai pengganti merkantilisme, dan ingin agar semua orang mendapat kesempatan
yang sama untuk mengembangkan diri, tidak terbebani oleh perbedaan-perbedaan gelar dan
derajat sebagai pengganti hak istimewa dan status sosial yang diwariskan.
Pengertian Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang
utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu.

Ciri Politik Liberal


Berdasarkan pengertian liberalisme di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa negara yang
menganut politik liberalisme memiliki ciri-ciri:
1.

Menjamin kemerdekaan dan kebebasan berekspresi setiap individu.

2.

Persaingan ekonomi dijalankan oleh golongan swasta.

3.

Setiap orang berhak menganut maupun tidak menganut agama.

4.

Kekuasaan politik berdasarkan suara dominan.

5.

Negara tidak mencampuri urusan pribadi warga negaranya.

6.

Solidaritas sosial tidak berkembang krena tumbuhnya persaingan bebas.

Pokok-Pokok Liberalisme
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak
Milik (Life, Liberty and Property). Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari
tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang mempunyai
hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalahmasalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan
kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan dimana hal ini
sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu. ( Treat the Others Reason Equally.)

Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh
bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak
rakyat.(Government by the Consent of The People or The Governed)

Berjalannya hukum (The Rule of Law).Fungsi Negara adalah untuk membela dan
mengabdi pada rakyat.Terhadap hal asasi manusia yang merupakan hukum abadi dimana seluruh
peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan mempertahankannya.
Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadaphukum tertinggi (Undangundang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.

Negara hanyalah alat (The State is Instrument).

Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism).

Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 1704) yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman.Dalam pandangan ini,
kebenaran itu adalah berubah.

B. Liberalisme Sumber Daya Alam di Indonesia


Salah satu fahan liberalism sumber daya alam di Indonesia adalah free port. PT. Freeport
Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PTFI merupakan penghasil terbesar konsentrat tembaga
dari bijih mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah yang berarti. Awal berdirinya PT
Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer eksplorasi Freeport Minerals Company;
Forbes Wilson, melakukan ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan
tentang ditemukannyaErtsb erg (Gunung Bijih), oleh seorang geolog Belanda; Jean Jacques
Dozy, pada tahun 1936. Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya pertama dengan Pemerintah
Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember
1967.Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana
konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972.Setelah para geolog menemukan cadangan kelas
dunia Grasberg pada tahun 1988, operasi PTFI menjadi salah satu proyek tambang
tembaga/emas terbesar di dunia.Di akhir tahun 1991, Kontrak Karya kedua ditandatangani dan
PTFI diberikan hak oleh Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama 30 tahun.
PTFI merupakan salah satu pembayar pajak terbesar bagi negara. Sejak tahun 1992 sampai
dengan 2005, manfaat langsung dari operasi perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk
dividen, royalti dan pajak mencapai sekitar 3,9 miliar dolar AS. Selain itu, PTFI juga telah
memberikan manfaat tidak langsung dalam bentuk upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam
negeri, pembelian barang dan jasa, serta pembangunan daerah dan donasi.
Ada perbedaan sangat besar terkait pengelolaan kekayaan alam Indonesia di zaman Pak
Soekarno dengan zaman Pak Harto dan para pewarisnya.Soekarno bersikap, Biarkan kekayaan
alam kita, hingga insinyur-insinyur Indonesia mampu mengolahnya sendiri. Sedangkan Pak
Harto dan para pewarisnya hingga sekarang bersikap, Biarkan kekayaan alam kita dijarah oleh
orang-orang asing, silakan Mister Merupakan fakta sejarah jika di awal kekuasaan Pak Harto,
kekayaan alam Indonesia yang melimpah-ruah digadaikan kepada blok imperialisme Barat yang
dipimpin Amerika Serikat. Sebelumnya Pak Harto dan Washington agaknya telah memiliki

MOU bahwa jika Pak Soekarno berhasil dikudeta maka Harto yang menggantikannya akan
membalas budi kepada Washington berupa penyerahan negara dan bangsa ini tanpa syarat agar
bisa dieksploitasi sepuasnya oleh para tuan bule di Washington. Tragedi pertemuan Mafia
Berkeley dengan Rockefeller dan kawan-kawannya di Jenewa-Swiss di bulan November 1967
menjadi bukti tak terbantahkan tentang permufakatan iblis tersebut.Di saat itulah, rezim Jenderal
Harto mencabut kemerdekaan negeri ini dan menjadikan Indonesia kembali sebagai negeri
terjajah.Ironisnya, penjajahan asing atas Indonesia diteruskan oleh semua pewarisnya termasuk
rezim yang tengah berkuasa hari ini yang ternyata jauh lebih edan ketimbang Jenderal Harto
dulu.
Jika Imperialisme dan Kolonialisme Kuno (Spanyol, Portugis, VOC, Fasis Jepang, dan NICA)
menggunakan senjata api untuk menjajah suatu negeri, maka sekarang, Imperialisme dan
Kolonialisme Modern (Neo Kolonialisme dan Neo Imperialisme, Nekolim) lebih pintar dengan
tidak lagi memakai senjata api namun mempergunakan kekuatan uang (baca: kekuatan utang).
Hanya beberapa bulan setelah secara de-facto berkuasa, Jenderal Harto menggadaikan nyaris
seluruh kekayaan alam negeri ini kepada blok imperialisme asing. Salah satu cerita yang paling
menyedihkan adalah tentang gunung emas di Papua Barat.Gunung emas yang sekarang secara
salah kaprah disebut sebagai Tembagapura, merupakan sebuah gunung dimana cadangan
tembaga dan emas berada di atas tanahnya, tersebar dan siap dipungut dalam radius yang amat
luas.Lisa Pease menulis artikel berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport dan dimuat dalam
majalah Probe.Tulisan bagus ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC.Dalam
artikelnya, Lisa Pease menulis jika dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak
tahun 1967, namun kiprahnya di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Freeport
Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi
pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim
diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport
Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena
imbasnya.Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur
merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat
sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo
Company, Jan van Gruisen.Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan

sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis
Jean Jaques Dozy di tahun 1936.Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna
dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda.Van Gruisen tertarik
dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain
memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan
alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia, maka kandungan
biji tembaga yang ada di sekujur Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi
tidak tersembunyi di dalam tanah.Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera
melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya,
jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari
kebangkrutan yang sudah di depan mata. Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan
survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya.Penelitiannya ini kelak
ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut
gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam
lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah di
sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.Wilson juga mendapatkan temuan
yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata
juga dipenuhi bijih emas dan perak! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama
Gold Mountain, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson
memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali
modal. Piminan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport
Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung
tersebut. Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan
yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah
mengancam.Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Pak Soekarno malah mulai
menerjunkan pasukannya di Irian Barat.Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden
AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat.Namun ironisnya, JFK malah
sepertinya mendukung Pak Soekarno.

Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot
mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk
membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa
mengalah dan mundur dari Irian Barat. Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung
Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga.Sebab jika saja Belanda
mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS
tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.Dampak dari sikap
Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo
Company mentah kembali.Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar
Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan
melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan! Segalanya berubah seratus
delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963.
Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar
menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas
kebijakan politik di Amerika.Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil siap
yang bertolak-belakang dengan pendahulunya.Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi
kepada Indonesia, kecuali kepada militernya.Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan
Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C.
Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.Tokoh yang satu ini memang punya
kepentingan besar atas Indonesia.Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin
Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California).Soekarno pada
tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen
labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator
perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan
Soekarno ini.Augustus C. Long amat marah terhadap Pak Soekarno dan amat berkepentingan
agar orang ini disingkirkan secepatnya.Mungkin suatu kebetulan yang ajaib.Augustus C. Long
juga aktif di Presbysterian Hospital NY di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (19611962).Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan
tokoh CIA.Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini.Antara tahun 1964
sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pimpinan Texaco.Apa saja yang dilakukan orang
ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial. Pease

mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih sebagai Direktur Chemical
Bank, salah satu perusahaan Rockefeller.Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan
penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri.Badan ini memiliki pengaruh
sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu.Long diyakini salah
satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Pak Soekarno, yang dilakukan AS dengan
menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army
Friend. Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul
21.48, yang menyatakan jika kelompok Jenderal Suharto akan mendesak angkatan darat agar
mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Pak Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA
Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya. Awal November 1965, satu
bulan setelah tragedi 1 Oktober 1965, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan
Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap
mengeksplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah
sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di
Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya.Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak
tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia.Mereka adalah Menteri Pertambangan dan
Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija.Orang yang terakhir ini berperan sebagai
penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport.Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di
dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasionil mereka.Sebab
itulah, ketika ketika UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya
dirancang di Jenewa-Swiss yang didiktekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan
asing pertama yang kontraknya ditandatangani Pak Suharto adalah Freeport.Inilah kali pertama
kontrak perminyakan yang baru dibuat.Jika di zaman Pak Soekarno kontrak-kontrak dengan
perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrakkontrak seperti itu malah banyak merugikan Indonesia.Untuk membangun konstruksi
pertambangan emasnya itu, Freeport menggandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak
mempekerjakan pentolan CIA.Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel,
sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di
tahun 1978. Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik Jim Bob Moffet dan menjadi
perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun. Tahun 1996,

seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A. Maley, menulis sebuah buku berjudul


Grasberg setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki
depost terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga
sebesar 40,3 miliar pon dan emas sebesar 52,1 juta ons. Nilai jualnya 77 miliar dollar AS dan
masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis
jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar dunia yang ada di Irian Barat itu
merupakan yang termurah di dunia.
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya Emaspura. Karena
gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga.Karena kandungan
emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan
kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan
emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang
100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru di mana telah menunggu kapal-kapal besar yang
akan langsung mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. Perampokan legal ini masih
terjadi sampai sekarang. Kisah Freeport merupakan salah satu dari banyak sekali kisah sedih
tentang bagaimana kekayaan alam yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia, oleh
para penguasanya malah digadaikan bulat-bulat untuk dirampok imperialisme asing, demi
memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri. Kenyataan memilukan ini masih
berlangsung sampai sekarang hingga rakyat menjadi sadar dan menumbangkan penguasa korup.

C. Peran Pancasila Terhadap Liberalisme Sumber Daya Alam


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang harus
diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah
sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88-90) :
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
1. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan
sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha
Bijaksana dan sebagainya;

2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang MahaEsa, yakni menjalankan semua perintah-NYA dan
menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di
sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus
dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk
Tuhan yang lain.
Dalam nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1)
sampaiayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam
Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas
informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup;
dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Sila Persatuan Indonesia, antara lain :
Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam
pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan
mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam
pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati ,
1992 : 156-158).
Penerapan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain
(Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 560 ) :
1. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;

2. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan


tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
3. mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
Pengamalan sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini tampak dalam
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam
Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN),
Bagian H yang mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber
daya alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur Ilmu, 1999 : 40) :
1. mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi;
2. meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan
konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah
lingkungan;
3. mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan ling-kungan hidup,
sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undangundang;
4. mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup, pembangunan yang
berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budayamasyarakat lokal serta penataan ruang yang
pengaturannya diatur dengan undang-undang;
5. menerapkan indikator-indikator yang memung-kinkan pelestarian kemampuan keterbaruan
dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang
tidak dapat balik.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai