Anda di halaman 1dari 32

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN


REPRODUKSI DENGAN STRATEGI COPING TERHADAP
DISMENOREA PADA MAHASISWI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

Oleh:
Tiara Melodi Megantara
G1A009001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN


REPRODUKSI DENGAN STRATEGI COPING TERHADAP
DISMENOREA PADA MAHASISWI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

Oleh :
Tiara Melodi Megantara
G1A009001

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Disetujui
Pada tanggal,

Pembimbing I

Pembimbing II

Anna Kartika Puji. P,S. Psi., Psikolog


NIP.

dr. Adityono, Sp. OG


NIP.19780724.201012.1.003

Mengetahui,
Dekan FKIK Unsoed

Ketua Jurusan Kedokteran Unsoed

dr. Hj. Retno Widiastuti, M.S.


NIP. 19481015.197602.2.001

dr.Joko Setyono, M.Sc.


NIP.19720719.200212.1.001

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia
setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa muda, dari usia 1019
tahun. Masa peralihan dari kanak-kanak hingga remaja ini ditandai dengan
masa pubertas (WHO, 2012). John Santrock berpendapat bahwa pubertas
ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara
pesat terutama pada awal masa remaja dan merupakan suatu proses yang
berangsur-angsur. Pubertas pada anak perempuan ditandai dengan menarche
atau menstruasi pertama kali yang ditandai dengan keluarnya darah dari
vagina akibat peluruhan dinding endometrium dengan rentang usia 13-15
tahun (Zegeye at al, 2009).
Menstruasi merupakan kejadian alami pada perempuan yang terjadi tiap
bulan dan merupakan salah satu indikator kesehatan. Namun berbagai
masalah yang timbul pada menstruasi merupakan masalah ginekologi yang
sering dikeluhkan oleh remaja putri, seperti ketidakteraturan menstruasi,
menoragia, dismenorea, dan gejala lain yang berhubungan (Singh Aet al,
2008). Dismenorea atau juga yang sering disebut dengan nyeri haid
merupakan keluhan yang paling sering dilaporkan oleh remaja putri, dan
merupakan penyebab paling sering ketidakhadiran di sekolah dan
pengurangan aktivitas sehari-hari (Zegeye et al, 2009). Puncak terjadinya
dismenorea primer terjadi pada masa akhir remaja dan di awal usia 20 tahun
(Ernawati et al, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian angka kejadian

dismenorea yang menyatakan bahwa 90% remaja berusia 19 tahun di Swedia


terkena dismenorea (French, 2005).
Penelitian di berbagai negara menunjukkan tingginya angka keluhan
remaja putri terhadap dismenorea. Penelitian di SMA Omani Arab didapatkan
94% dari 380 siswi mengalami dismenorea (Al-Kindi & Al-Bulushi, 2011).
Hal serupa juga ditunjukan oleh penelitian di SLTP Etiopia dengan presentase
sebesar 72% (Zegeye et al, 2009). Penelitian di Inonesia, pada siswi-siswi
SMPN 3 Manado sebanyak 202 siswi didapatkan 199 (98,5%) responden
pernah mengalami dismenorea, hanya 3 responden (1,5%) yang tidak pernah
mengalaminya (Lestari et al, 2010).
Seringnya keluhan nyeri haid pada remaja mengindikasikan bahwa
dismenorea atau nyeri haid bisa menjadi salah satu sumber stresor bagi
remaja. Dimana nyeri yang dihadapi oleh remaja putri tiap bulannya ini
bersifat kompleks, multidimensional tidak hanya pada komponen sensoris
tetapi juga kognitif, afektif, dan motivasional atau sikap. (Ballantyne et al,
2009). Stres merupakan kebutuhan fisiologis ditempatkan pada
tubuh ketika seseorang harus beradaptasi, mengatasi atau
menyesuaikan. Hal ini dapat menyehatkan dan penting dalam
menjaga peringatan individu, namun stres intens atau
berkepanjangan dapat menjadi luar biasa pada tubuh (Nevid
& Rathus, 2003) .
Proses yang dilakukan oleh individu secara sadar atau tidak sadar dalam
menghadapi stres dan mengurangi stres disebut coping. Strategi coping dapat
berupa merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang

dihadapi atau dirasakan. Coping yang efektif akan menghasilkan adaptasi


yang menetap dan menghasilkan kebiasaan baru dan perbaikan situasi dari
situasi yang lama, sedangkan coping yang tidak efektif akan menyebabkan
maladaptif berupa menyimpangnya keinginan normatif yang dapat merugikan
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Rasmun, 2004).
Coping adalah suatu konstruksi penting bagi remaja untuk memahami
reaksi terhadap stresor dan penyesuaian yang mereka alami dalam kehidupan
mereka. Coping merupakan struktur yang kompleks namun layak
dinilai karena merupakan titik kritis dari intervensi dalam
lintasan kesehatan remaja dan kaum muda (Garcia, 2010).
WHO juga mengungkapkan bahwa remaja bergantung pada keluarga,
komunitas, dan pelayanan kesehatan dalam mempelajari kemampuan yang
dapat membantu mereka dalam mengkoping tekanan yang dihadapi dan
melewati masa dari kanak-kanak menjadi dewasa muda dengan baik.
Dismenorea sering dikeluhkan oleh remaja putri, tetapi hanya sedikit dari
mereka yang datang memeriksakan diri atau berobat ke dokter. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian di Etiopia yang menunjukkan remaja putri
yang mengalami dismenorea dan yang melakukan konsultasi pada dokter
mengenai masalah yang dialaminya hanya sebanyak 46 (11,4%) (Zegeye et
al, 2009). Penelitian di Manado dimana para responden lebih memilih
membiarkan saja rasa nyeri tersebut hilang dengan sendirinya (41,2%), atau
dihilangkan dengan cara tradisional yaitu dengan minum air hangat atau
kompres hangat pada bagian yang sakit (40,2%). Responden yang lain
memilih menggunakan analgetik seperti parasetamol atau obat-obatan yang

dapat menghilangkan rasa nyeri haid, dan hanya sedikit yang berobat ke
dokter (Lestari et al, 2010).
Sedikitnya remaja putri yang berobat atau berkonsultasi ke dokter bisa
disebabkan karena dismenorea dianggap sebagai proses yang normal, dan
juga dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja putri tentang
pengetahuan kesehatan reproduksi (Chan et al, 2009). Pengetahuan remaja
tentang masalah kesehatan reproduksi masih relatif rendah. Hasil survey
Kesehatan Reproduksi Remaja (SKKRI) tahun 20022003 menunjukkan 21%
remaja putri dan 28% remaja putra tidak mengetahui tanda perubahan fisik
dari lawan jenisnya. Kurangnya informasi yang tepat atau pengetahuan
mengenai dismenorea dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis penyakit
yang mengenai sistem reproduksi pada remaja putri (Lestari et al, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang muncul adalah sebagai
berikut :
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
b. Mengetahui

tingkat

pengetahuan

kesehatan

reprodukasi

pada

mahasiswi Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.


c. Mengetahui strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi
Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea.
2. Manfaat Praktis
Dengan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea, diharapkan bagi masyarakat,
orang tua dan tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai
dismenorea, sehingga dapat membantu remaja dalam menghadapi
dismenorea dan mengambil langkah yang tepat untuk pencegahan terhadap
dampak negatif yang diakibatkan oleh dismenorea.

II.
A. Dismenorea
1. Definisi

TINJAUAN PUSTAKA

Dysmenorrhea berasal dari Yunani yang dari kata dys yang berarti
kesusahan, rasa sakit atau abnormal, meno yang berarti bulan, dan rrhea
yang berati aliran. Secara singkat dismenorea diartikan sebagai rasa sakit
menstruasi atau nyeri haid. Dismenorea merupakan rasa kram pada garis
tengah abdomen bagian bawah yang dimulai beberapa jam sebelum
timbulnya perdarahan dan dapat bertahan selama berjam-jam atau hari.
(Hacker et al, 2010. Adams Hillard, 2006).
2. Etiologi
Dismenorea diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya
kelainan pada organ-organ genital dan penyakit pada pelvic.
Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya
setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan
pertama setelah menarche umunya berjenis anovulatoar yang tidak
disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2005).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
patologi yang mendasari, dan onset yang mungkin adalah satu tahun
setelah menarche. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu dari
beberapa gangguan seperti endometriosis, uterine fibroids, penyakit
radang panggul, intra uterine device, obstruksi vaginal atau uterine
congenital anomalies, siklus yang tidak teratur atau masalah infertilitas,
kista ovarium, adenomiosis, mioma atau polip rahim, intra-uterine
adhesi, atau stenosis serviks (Unsal et al, 2010. Adams Hillard, 2006).
3. Gejala
Gejala utama dismenorea primer adalah kram yang terkonsentrasi pada
garis tengah abdomen bawah yang dimulai beberapa waktu sebelum aliran

menstruasi. Biasanya kram paling dirasakan pada hari pertama atau kedua
menstruasi dan akan hilang sebelum menstruasi berakhir. Gejala yang
biasanya menyertai yaitu nyeri dapat menjalar ke paha atau punggung
bawah, mual muntah, diare, sakit kepala, lelah, pusing dan pada kasus
berat nyeri menstruasi dapat menyebabkan seseorang pingsan (ACOG,
2006. Adams Hillard, 2006 Abbaspour, 2005.).
Dismenorea sekunder biasanya dirasakan beberapa hari atau bahkan 1
sampai 2 minggu sebelum onset perdarahan dan menetap sampai akhir
menstruasi (Adams Hillard, 2006).
4. Fakor Resiko
Dismenorea sering dilaporkan pada remaja yang mengalami menarche
terlalu cepat, perdarahan menstruasi yang berat, dan riwayat keluarga
dengan dismenorea. Dismenorea tidak berhubungan dengan tinggi badan,
berat badan atau indeks massa tubuh, atau riwayat aborsi (Adams Hillard,
2006).
5. Patogenesis
Dasar fisiologi dismenorea primer dihubungkan dengan membran sel
fosfolipid, endometrium prostaglandin, dan leukotriene. Setelah ovulasi,
untuk merespon produksi progesteron, asam lemak akan membentuk
membran fosfolipid. Asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya
dilepaskan dan memulai aliran prostaglandin dan leukotrien. Proses ini
pada gilirannya akan memediasi respon inflamasi, menyebabkan kram
menstrusi (Adams Hillard, 2006).
Prostaglandin (PG) F2-alfa adalah siklooksigenase metabolit asam
arakidonat yang menyebabkan hypertonus dan vasokonstriksi miometrium
dengan hasil iskemia dan nyeri. Individu dengan dismenorea primer
menghasilkan prostaglandin endometrium berlebih dibandingkan dengan

mereka yang tidak memiliki rasa sakit, terutama PGF2-alpha. Rasio PGE2
telah dilaporkan dalam kaitannya dengan dismenorea primer. Peningkatan
level

endometrium

pada

PG

berkorelasi

dengan

derajat

nyeri.

Pembangkitan PGF2-alfa dan PGE2 menginduksi dismenorea. Mekanisme


ini aksi didukung juga oleh sintetase PG (siklooksigenase) obat inhibitor
(Adams Hillard, 2006).
Leukotriene meningkatkan sensitivitas nyeri pada uterus. Pada wanita
dewasa yang memiliki dismenorea ditemukan konsentrasi leukoterine yang
meningkat. Peningkatan leukotriene kemih juga telah ditunjukkan pada
remaja putri yang memiliki dismenorea. Leukoterine merupakan zat yang
ampuh dalam vasokonstriksi dan mediator inflamasi, meskipun mekanisme
spesifik mereka terlibat dalam menyebabkan dismenorea tidak dijelaskan
dengan baik (Adams Hillard, 2006).
Nyeri punggung bawah yang terjadi dalam hubungan dengan
dismenorea adalah karena rasa sakit yang dihantarkan dari saraf tulang
belakang. Rasa kembung mungkin disebabkan karena kepekaan terhadap
progesteron, otot polos relaksasi, dan diproduksi pada paruh kedua siklus.
Diare adalah gejala dimediasi oleh PG. Migrain atau sakit kepala lainnya
dapat dipicu langsung oleh penurunan estrogen pada fase pramenstruasi.
Suasana hati yang tidak menentu atau premenstrual syndrom (PMS) lebih
kompleks dalam etiologi, siklus hormonal dan fluktuasi hormon dimediasi
dalam

neurotransmiter

kemungkinan

adalah

penyebabnya,

namun

penjelasan tersebut belum dijelaskan secara spesefik (Adams Hillard,


2006).
6. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan abdomen

Pada dismenorea primer didapatkan suprapubik lembut dengan


suara usus normal, tidak ada nyeri perut bagian atas, dan tidak ada
pemantulan (Adams Hillard, 2006).
2) Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan pada remaja yang genitalia eksterna normal dan
gejalanya klasik, pemeriksaan bimanual tidak dianjurkan untuk
dilakukan. Pada pemeriksaan ini endometriosis dapat dihubungkan
dengan uterus posterior atau pouch of Douglas (Adams Hillard,
2006).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sesungguhnya tidak diperlukan, namun
bila dicurigai terdapat kelainan pada gastrointestinal pemeriksaan
endapan eritrosit akan abnormal, namun pada dismenorea primer
akan normal (Adams Hillard, 2006).
2) Transabdominal atau Transvaginal Ultrasonography
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan ovarium atau lesi
uterus atau obstruktif vagina. Transvaginal ultrasonography
memberikan gambaran yang jelas pada organ dalam pelvic.
Pemeriksaan ini boleh dilakukan pada remaja yang aktif seksual,
namun tidak boleh pada yang remaja yang virgin (Adams Hillard,
2006).
7. Pengobatan
a. Terapi Farmakalogi
Perawatan untuk dismenorea primer dapat diberikan NSAID yang
menghambat

siklooksigenase

dan

mengurangi

produksi

dari

prostaglandin. Contohnya adalah asam meclofenamic.


b. Terapi Non Farmakologi
Terapi nofarmakologi yang efektif untuk dismenorea primer yaitu
transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). TENS bekerja

dengan cara memblok stimulus eferen nyeri. Pemberian topikal panas,


dalam bentuk baik botol air panas atau bantal pemanas lebih efektif
dan memiliki resiko yang minimal (Adams Hillard, 2006).
B. Coping
1. Definisi
Coping menurut Folkman dalam Resick (2001) didefinisikan sebagai
perubahan pemikiran dan perilaku yang digunakan oleh seseorang yang
dalam menghadapi tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan
oleh transaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang dinilai
sebagai stressor. Coping ini terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengurangi keberadaan stressor. Coping sebagai strategi dan
pengalaman ekspresi kemarahan seseorang yang dimanfaatkan sebagai
pedoman mengatur tuntutan yang dihadapi (Burker, 2006)
2. Bentuk Coping
Menurut Lazarus & Folkman (1986), penanganan koping terdiri dari
dua bentuk, yaitu :
a. Problem Focused Coping (PFC) adalah strategi kognitif untuk
penanganan koping dimana individu secara aktif mencari penyelesaian
dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang
menimbulkan stres.
b. Emotion Focused Coping (EFC) adalah strategi penanganan stres
dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
C. Coping Pada Remaja
Terdapat perbedaan pada masing-masing individu dalam bagaimana
menghadapi stres, tetapi ada juga pola khas. Upaya dan perilaku yang
bertujuan untuk mengubah situasi ketika mengahadapi stres sangat umum

dilakukan, tetapi upaya yang dilakukan menurun pada saat remaja, sedangkan
coping yang difokuskan pada pengelolaan emosi dan mengurangi ketegangan
mengalami peningkatan. Terdapat 3 cara yang paling sering digunakan oleh
remaja dalam menghadapi stres yaitu mencari dukungan (support seeking),
pemecahan masalah (problem solving), dan pengalihan (distraction) (ZimberGembeck & Skinner, 2008).
Mencari dukungan (support seeking) termasuk dalam mencari informasi,
dukungan emosional, dan beberapa pertolongan. Remaja dalam mencari
dukungan emosional dan bantuan dalam kerepotan sehari-hari lebih menyukai
mencari dukungan dari teman-temannya. Pada waktu bersamaan terjadi
penurunan dalam mencari dukungan dari orang dewasa, namun demikian hal
ini tergantung oleh jenis stresornya. Ketika pada situasi yang dinilai tidak
terkendali atau orang dewasa lebih memiliki kuwenangan, remaja cenderung
mencari dukungan dari orang dewasa seiring mereka bertambah tua.
Karenanya remaja usia 10-16 tahun masih mendapatkan keuntungan dari
bimbingan orang dewasa dan mereka biasanya menjadi lebih mampu
mengidentifikasi sumber terbaik untuk mengatasi masalah tertentu. Pada saat
yang sama, orang dewasa sering merasa sulit untuk memberikan remaja
dukungan pengembangan yang selaras. Remaja akan mendapatkan manfaat
paling banyak dari dukungan dan bimbingan ketika itu semua sesuai dengan
kebutuhan mereka untuk otonomi dan peningkatan keterampilan dalam
mengatur diri (Zimber-Gembeck & Skinner, 2008).
Penggunaan problem solving dilakukan jika suatu masalah dinilai secara
kognitif dibandingkan secara perilaku, hal meningkat seiring bertambahnya
usia, ini ditemukan pada masa remaja dan masa remaja memasuki masa

dewasa muda. Cara ini khususnya berlaku untuk kemandirian dalam


pengambilan keputusan dan penggunaan strategi pengambilan keputusan
secara kognitif dalam menghadapi stres (Zimber-Gembeck & Skinner, 2008).
Distraction atau pengalihan lebih sering diandalkan oleh kebanyakan
orang dalam mengatasi stressnya dibandingkan dengan mencari dukungan dan
problem solving. Remaja tetap mengandalkan behavioural distraction namun
demikian penggunaan cogntive distraction terus meningkat (memikirkan halhal yang positif). Cara ini juga sering dilakukan untuk mendukung strategi
coping

lainnya, dan kemampuan untuk beralih antara strategi, misalnya

menggunakan problem solving dan distraction untuk menjadi lebih baik


sepanjang masa remaja dan menjadi dewasa awal (Zimber-Gembeck &
Skinner, 2008).
Campur tangan yang dilakukan untuk remaja sering ditujukan untuk
membantu mereka dalam mengambil tindakan yang membangun karena
stresor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hasil
yang positif tergantung pada dalam pengertian stresor yang dihadapi oleh
remaja, cara mereka dapat mengerti kejadian yang penuh dengan stres, dan
bagaimana reaksi remaja dan mengatasi masalah mereka (Zimber-Gembeck &
Skinner, 2008).
Problem focused coping (PFC) dinilai lebih fungsional bagi remaja dalam
mengatasi stresornya dibandingkan emotion focused coping (EFC). EFC dapat
menuntun pada penarikan kembali, cara berpikir atau sikap yang fatal, dan
penghindaran masalah. Remaja fleksibel dan dinamis dalam melakukan
coping dengan stress, dan merubah gaya coping mereka kepada situasi yang
lebih sesuai. Secara umum, seseorang yang secara konsisten menggunakan
model PFC atau pendekatan dilaporkan sedikit menunjukkan gejala depresi,

sementara seseorang yang lebih sering menghindari atau menggunakan model


EFC lebih banyak menunjukkan gejala depresi (Kilburn & Whitlock, 2006).
D. Coping Terhadap Dismenorea
Remaja melakukan koping

terhadap

dismenorea

sesuai

dengan

pengetahuan, pengalaman, dan keprecayaan masing-masing. Adapun koping


yang dilakukan meliputi istirahat atau tiduran, pengalihan, kompres hangat,
minum air hangat, mandi air hangat, memberikan minyak kayu putih atau
koyo pada bagian yang nyeri, minum air putih, minum obat-obatan, serta
mengkonsumsi jamu, hal ini sesuia dengan teori yang dikemukakan oleh Smet
pada tahun 1994 yaitu bentuk mengatasi masalah tersebut dengan strategi
coping terfokus pada masalah (Hartati et al, 2012).
E. Cara Pengukuran Coping
Pengukuran coping yang paling sering dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, yang berisi serangkaian aktivitas coping dan meminta responden
menunjukkan seberapa sering aktivitas tersebut untuk mengatasi stresor yang
dialaminya belakangan ini. Coping baiknya diteliti dengan melakukan studi
jangka panjang (longitudinal), yang dapat menunjukkan bahwa cara coping
tertentu terhadap stres memicu hasil yang sebelumnya telah diperkirakan oleh
para peneliti (Davison et al, 2006).
Alat penilaian coping dibuat untuk mengukur (Blount, et al, 2008) :
1. Pelaporan stres
2. Pelaporan coping terhadap stres yang umum dan spesifik
3. Pelaporan bagaimana coping terhadap rasa sakit
4. Pengamatan perilaku untuk mengatasi rasa sakit
F. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera.

Pengetahuan sendiri merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan dan


perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2. Proses
Adapun proses atau tahapan yang dialami seseorang sebelum
mengadopsi perilaku yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai terbentuk.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik atau tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki stimulus.
e. Adoption (adaptasi) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan. Kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Aspek Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat yaitu (Notoatmodjo, 2003) :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tandatanda dehidrasi ringan pada anak balita.
b.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara
benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Contohnya menyimpulkan, dan

meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat


menjelaskan mengapa harus olahraga teratur.
c.

Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan
dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. Misalnya
memberikan edukasi kepada pasien setelah melakukan pengobatan.

d.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih terdapat kaitannya satu dengan lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
lain sebagainya. Contoh membedakan nyeri tumpul dan nyeri tajam.

e.

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.

f.

Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau


penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya
pada malpraktek.

G. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja baik secara mental maupun
sosial kultur (BKKBN, 2001). Hal ini juga dipertegas dengan pendapat WHO
yaitu kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi tidak hanya sekedar membahas struktur biologis,
sistem dan fungsi dari organ reproduksi laki-laki dan perempuan saja tetapi
juga meliputi kurun reproduksi sehat, PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV
AIDS, mitos, dan fakta seksualitas (Herdalena, 2001). Adapun tujuan dari
kesehatan reproduksi yaitu memiliki sikap dan perilaku sosial yang
bertanggung jawab. Hal tersebut dipresentasikan dengan sehat fisik, sehat
mental dan sehat sosial.
H. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan
Strategi Coping Terhadap Dismenorea
Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh pria dan wanita, tidak hanya menyangkut kesehatan organ
reproduksi tetapi juga menyangkut aspek psikis dan sosial. Memiliki

pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi dapat membantu


remaja dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan, namun
ketidaksiapan

remaja

putri

dalam

menghadapi

perkembangan

dan

pertumbuhan pada dirinya, dapat mengakibatkan gangguan psikis yang


akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya (Hurlock, 2004).
Selain keluhan terhadap nyeri, keluhan seperti kecemasan, ketakutan,
amarah, kebingungan, malu, rasa terganggu dan depresi sering kali dilaporkan
pada saat menstruasi (McPherson dan Korfine, 2004). Dismenorea sebagai
keluhan yang sering dikeluhkan oleh remaja, secara umum memiliki dampak
yang dapat mempengaruhi status kesehatan, kualitas hidup dan integritas
sosial (El-Gilany et al, 2005). Secara alami, disadari maupun tidak disadari
seseorang yang menghadapi keadaan stres dan ketegangan psikologi akan
melakukan coping. Coping merupakan suatu respon untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi dan dirasakan, respon yang efektif akan
menghasilkan adaptasi menetap dan kebiasaan baru (Rasmun, 2004).
Keberhasilan coping bergantung pada keluarga, komunitas, dan pelayanan
kesehatan. Sebagian besar para remaja putri lebih sering mencari informasi
tentang dismenorea pada keluarga dan teman wanita dibandingkan dengan
informasi dari dokter dan media komunikasi seperti majalah, koran, ataupun
internet, oleh karenanya sumber informasi yang benar diharapkan dapat
membantu remaja dalam menambah pengetahuan (Lestari et al, 2010).
Seorang remaja putri memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

yang memadai maka ia akan cenderung memperhatikan kesehatan


reproduksinya (Indriastuti, 2010).

I.

Kerangka Teori
Pengetahuan
- Reproduksi
Kesehatan
- reproduksi
Menstruasi
- Sistem
- PMS
- Menstruasi
- PMS - Kehamilan
- Kehamilan
- Dismenorea
- HIV/AIDS

Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis

Dismenorea
Primer

Coping

Sintesis

Evaluasi Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian


PFC
PFC : Problem Focused Coping
EFC : Emotion Focused Coping
J.

Sekunder

EFC

Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi

Coping
Dismenorea

Gambar. 2 Kerangka Konsep


PFC

EFC
K. Hipotesis
Terdapat hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea.
III.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik
observasional dengan studi cross sectional. Desain ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea pada mahasiswi pada satu waktu (Sastroasmoro
dan Ismael, 2011).
B. Populasi Penelitan
1. Populasi target dari penelitian ini adalah semua mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

2. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah mahasiswi Kedokteran


Universitas Jendral Soedirman Purwokerto angkatan 2011-2012.
C. Sampel Penelitian
1. Krtiteria Inklusi meliputi
a. Mahasiswi yang bersedia dan menandatangani lembar persetujuan
mengikuti penelitian.
b. Mahasiswi berusia 18-19 tahun.
c. Mahasiwi yang sudah mengalami menstruasi.
d. Mahasiswi yang belum menikah.
3. Kriteria Eksklusi meliputi
a. Mahasiswi yang tidak bersedia mengikuti penelitian.
b. Mahsiswi yang belum menstruasi.
c. Mahasiswi yang sudah menikah.
4. Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus untuk koefisien
korelasi sampel tunggal minimal. Perhitungan sampel sebagai berikut
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011)

n=

+3

Keterangan :
Z = kesalahan tipe satu ditetapkan 5% hipotesis satu arah, sehingga nilai
Z sebesar 1,64
Z = kesalahan tipe dua ditetapkan 10% sehingga nilai Z sebesar 1,282
r = koefisien korelasi sebesar 0,408
Berdasarkan rumus diatas didapatkan besar sampel minimal adalah 51.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan subjek dilakukan dengan consecutive sampling dimana
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Menentukan lokasi Jurusan
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang dijadikan
penelitian, peneliti menggunakan cara simple random sampling.

D. Variabel Penelitian
Jenis variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
2. Variabel Terikat
Strategi coping terhadap dismenorea
E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang
dimiliki subjek mengenai kesehatan reproduksi, sistem reproduksi
manusia, menstruasi, proses kehamilan, PMS, HIV/AIDS, dan penyakit
terkait dismenorea.
Skala Variabel : Kategorik ordinal, yaitu baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang.
2. Coping terhadap dismenorea
Coping terhadap dismenorea adalah usaha yang dilakukan oleh
subjek terhadap perubahan akibat dismenorea.
Skala Variabel : Kategorik nominal, coping negatif dan coping positif.
F. Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data penelitian yang menggunakan data primer yang diambil dengan cara
mengisi kuisioner secara langsung dari responden penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data
Variabel bebas dan terikat diketahui melalui kuisioner, yaitu kuisioner
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan kuisioner coping terhadap
dismenorea.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Kuisioner tentang pengetahuan kesehatan reproduksi
Kuisioner diberikan dengan pertanyaan tertutup Benar dan Salah.
Untuk pertanyaan positif (+) yang diberi skor 1 dan yang salah diberi
skor 0. Untuk pertanyaan negatif (-) yang diberikan skor 0 dan yang
salah diberikan skor 1. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala

ordinal, penilaian berpedoman skala skor menurut Arikunto (1998),


yaitu :
a. Baik
: >75%
b. Cukup
: 56 75%
c. Kurang
: 40 55%
d. Sangat kurang
: < 40%
b. Kuesioner Coping Terhadap Dismenorea
G. Tata Urutan Kerja
1. Persiapan Penelitian
a. Penyusunan proposal penelitian
b. Seminar proposal
c. Persiapan dan pengurusan perijinan penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Penelitian
b. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner pada siswi SMA di
Purwokerto
c. Menyeleksi data sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
3. Tahap Penyelesaian
a. Menganalisis data dan seminar hasil penelitian.
H. Analisis Data
Analisis univariat untuk mendeskripsikan tiap variabel dan hasil
penelitian, kemudian dihitung frekuensi dan presentasenya.
Analisis bivariate digunakan untuk menyatakan hubungan analisis
terhadap dua variabel yakni hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dan
coping terhadap dismenorea, analisis bivariate menggunakan uji korelasi
Lambda.
I.

Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan Pada Bulan Febuari 2012 Maret 2012
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Soedirman

J. Jadwal Penelitian
No

Rencana Kegiatan

Oktober
2012

Bulan
November
2012

Desember
2012

1
1
2
3
4
5
6

4 5 1

4 5

4 5

Persiapan Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan dan
Analisis Hasil
Penelitian
Penyusunan Laporan
Akhir Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Abbaspour, Z, Rostami, M and Najjar, Sh, 2006. The Effect of Exercise on Primary
Dysmenorrhea. J Res Health Scin 6(1):26-31
Adams Hillard, Paula J. 2006. Dysmenorrhea. Pediatrics in Review.Vol.27:64-71

Agarwal A, Venkat A. 2009. Questionnaire Study On Menstrual Disorders In


Adolescent Girls in Singapore. Journal Pediatry Adolescent Gynecoogyl.
22:365-71.
Al-Kindi, Rahma., Al-Bulushi, Anbarin. 2011. Prevalence and Impact of
Dysmenorrhoea among Omani High School Students. Sultan Qaboos
University Medical Journal.11(4): 485491
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2009. Dysmenorrhea.
Washington D.C.: American College of Obstetricians and Gynecologists.
Available from: http://www.acog.org/publications/patient_education/bp046.cfm.
diakses pada tanggal 02 Oktober 2012.
Arikunto, S, 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.

Ballantyne, Jane C., Cousins, Michael J., Giamberardino, Maria A., McGrath,
Patricia A., Rajagopal, M.R., Smith, Maree T., Sommer, Claudia., Wittink,
Harriet M. 2009. Coping With Pain. International Association for the Study of
Pain. Vol. XVII, Issues 5:1-6
Baziad, A. M. 2003. Endokrinologi. Edisi Kedua. Jakarta : Media Aesculapius.

BKKBN, 2001, Bunga Rampai, Bahan Pembelajaran Pelatihan


Pengarusutamaan
Gender
Bidang
Kesehatan
Reproduksi
dan
Kependudukan, UNFPA, Meneg Pemberdayaan Perempuan dan BKKBN,
Jakarta.
Blount, R.L., Cohen, L.L., Frank, N.C., Bachanas, P.J., Smith, A.J., Manimala,
M.R., & Pate, J.T. (2008). The Child-Adult Medical Procedure Interaction
Scale-Revised: An assessment of validity. Journal of Pediatric Psychology,
22, 73-88.
Burker, E.J., 2006. Religious and Non-Religious Coping in Lung Transpalant
Candidates: Does Adding God to the Picture Tell Us More. IJBM, 28:6,513.
Chan, Symphorosa SC., Yiu, KW., Yuen, PM., Sahota, DS., Chung, Tony KH.
2009. Menstrual problems and health-seeking behaviour in Hong Kong
Chinese girls. Hong Kong Medical Journal. 15:18-23.
Davison, Gerald C., Neale, John M., Kring, Ann M. 2006. Psikologi Abnormal.
Edisi Kesembilan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 8 : 271-337.
Durain D. 2004. Primary dysmenorrhea: assessment and management update. J
Midwifery Womens Health. National Center for Biotechnology
Information.49:5208
El-Gilany AH, Badawi K, El-Fedawy S. Epidemiology of dysmenorrhoea among
adolescent students in Mansoura, Egypt. Eastern Mediterranean Health
Journal, 2005, 11:155163.
Ernawati., Hartati, Tri., Hadi, Idris. 2005. Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri
Dismenorea Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal
Muhammadiyah Semarang. 106-113.
French, Linda. 2005. Dysmenorrhea. American Family Physician 71(2): 285-291
Garcia, Carolyn. 2010. Conceptualization and Measurement of Coping During
Adolescence: A Review of the Literature. J Nurs Scholarsh. 42(2): 166185.
Gunawan D. 2002. Nyeri Haid Primer, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh dan
Perilaku Remaja Dalam Mengatasinya [Disertasi]. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hacker, N.F., Gambone, J.C., Hobel, C.J. 2010. Hacker and Moore's Essentials of
Obstetrics and Gynecology. 5th ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier. pp.
2567.

Hartati., Munjiati., Khaerunisa. 2012. Mekanisme Koping Mahasiswi


Keperawatan Dalam Menghadapi Dismenore. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan. 8(1): 25-31.
Herdalena, T., 2001. Skripsi : Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Seksual
Terhadap Pengetahuan dan Perilaku Seksual Remaja Berdasarkan Jenis
Kelami. Yogyakarta. Fak. Psikologi UGM.
Hurlock, Elisabeth H. 2004. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara,
Anggota IKAPI. Hal 1-2
Lazarus R.S., Folkman S. 1986. Appraisal, Coping, Health Status, and
Psychological Symptoms. Journal of Personality and Social Psychological,
50:3
Lee, L.K., Chen, P., Lee, K.K., Kaur, J. 2006. Menstruation among adolescent
girls in Malaysia: a cross-sectional school survey. Singapore Med J. 47:869
Lestari, Hesti., Metusala, Jane., Suryanto, Diana Yuliani. 2010. Gambaran
Dismenoreaa pada Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama di Manado. Sari
Pediatri, Vol. 12. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT/RSU.Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado.
Maulana, M.2008. Buku Pegangan Ibu. Panduan Lengkap Kehamilan. Jogjakarta :
Katahati.

McPherson ME, Korfine L. Menstruation across time: menarche, menstrual


attitudes, experiences, and behaviors.Womens Health Issues, 2004, 14:193
200.
Nevid, J. & Rathus, S. (2003). Psychology and the Challenges of Life:
Adjustments in the New Millenium, 8th edition. Hoboken, NJ: John Wiley and
Sons, Inc.
Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat &
Profesional Lain. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta :Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Pulungan AB. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi kesatu. Jakarta : UKK
Endokrinologi Anak dan Remaja. Hal 85-123

Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto. Hal 29-39
Resick, P.A. 2001. Stress & Trauma. United Kingdom. Psychology Press Ltd
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2011. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis
Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto. Hal 112
Singh A, Kiran D, Singh H. 2008. Prevalence and severity of dysmenorrhea: a
problem related to menstruation, among first and second year female medical
students. Indian J Physiol Pharmacol. 52:389-97.
Sudjana. 1992. Metode Statistik. Edisi kelima. Bandung : Tarsito
Tiwari H, Oza UN, Tiwari R. 2006. Knowledge, Attitudes And Beliefs About
Menarche Of Adolescent Girls In Anand District, Gujarat. East Mediterr
Health J. 12:428-33.
Unsal, Alaettin., Ayranci, Unal., Tozun, Mustafa., Arslana ,Gul., & Calik, Elif.
2010. Prevalence Of Dysmenorrhea And Its Effect On Quality Of Life
Among A Group Of Female University Students. Upsala Journal of Medical
Sciences. 115: 138145
World Health Organization. 2012. Adolescent Development. Available at
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en
/ diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
Zegeye D, Megabiaw B, Mulu A. 2009. Age At Menarche And The Menstrual
Pattern Of Secondary School Adolescents In Northwest Ethiopia. BMC
Womens Health. 9:29
Zimmer-Gembeck, Melanie J., Skinner, Ellen A. 2008. Adolescent coping with
stress : development and diversity. The Prevention Researcher. 15 (4).

Kuisioner Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi


Petunjuk :

a. Bacalah pertanyaan dengan baik dan telitilah sebelum anda menjawab


pertanyaan.
b. Berilah tanda centang () pada jawaban yang anda anggap benar.
c. Jawablah sesuai dengan pengetahuan anda.
No.
Pertanyaan
1
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah keadaaan
yang sempurna fisik, mental, sosial, dan lingkungan serta
bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
2

reproduksi, fungsi serta prosesnya.


Apakah bagian tubuh yang disebutkan di bawah ini
merupakan organ yang berhubungan dengan kegiatan
reproduksi (proses kehamilan, persalinan, dan kegiatan
seksual) pada seorang wanita?

a. Rahim (peranakan)
b. Vagina (liang senggama)
c. Indung telur
d. Klitoris
Masalah-masalah kesehatan reproduksi berhubungan

dengan seksualitas dan kesuburan


Kelenjar prostat merupakan alat reproduksi pria yang

5
6

berfungsi menghasilkan cairan sperma/semen


Ejakulasi adalah peristiwa pengeluaran air mani pada pria
Rahim, vagina, indung telur, dan klitoris adalah beberapa

bagian dari organ reproduksi wanita


Alat kelamin laki-laki terdiri dari penis dan 2 buah zakar

atau buah pelir


Organ yang setiap bulan menghasilkan sel telur disebut

9
10

ovum
Sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut janin
Dalam air kencing laki-laki ada kemungkinan
mengandung sperma yang merupakan benih anak

11

Usia aman untuk hamil pada seorang wanita adalah 20-30

12

tahun
Menstruasi adalah keluarnya darah lewat lubang kelamin

13

(vagina) secara berkala pada wanita


Menstruasi terjadi karena pengaruh hormon-hormon

14

tertentu dalam tubuh


Wanita harus mendapatkan menstruasi yang pertama kali

15

jika ia ingin hamil


Wanita dapat menghindari terjadinya kehamilan bila ia
mencuci alat kelaminnya segera setelah selesai

16
17

melakukan hubungan seksual


Menstruasi akan dialami wanita seumur hidup
Sperma bisa hidup dalam sistem reproduksi wanita

18

kurang lebih selama 72 jam (3 hari)


Saat terjadi kehamilan menstruasi pada wanita tetap

19

berlangsung
Nyeri haid dirasakan wanita saat dan menjelang

20
21

menstruasi dinamakan dismenorrhea


Sakit saat menstruasi dialami oleh semua wanita
Nyeri haid dirasakan seorang wanita sebelum maupun

22

saat keluarnya darah haid


Rahim yang mengeluarkan darah haid mengakibatkan

23

nyeri haid
Wanita yang mengalami nyeri saat menstruasi biasanya

24

orang yang melakukan kesalahan dimasa lalu


Untuk mengurangi nyeri haid dan ketegangan otot, salah
satu alternatifnya kita dapat melakukan kompres air

25

hangat
Faktor kejiwaan (psikologis) memegang peranan penting

26

terjadinya nyeri haid


Penyakit AIDS merupakan penyakit yang belum ada
obatnya

27

HIV-AIDS hanya dapat ditularkan melalui hubungan

28

kelamin saja
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang cara

29

penularannya melalui bersentuhan


Keputihan, nyeri haid, siphilis, gonorrhoe adalah
penyakit-penyakit yang terkait dengan sistem reproduksi

30

wanita
Aborsi adalah pengakhiran kehamilan secara sengaja
dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu

Anda mungkin juga menyukai