Penda Hulu An NNNNNNNNN 2
Penda Hulu An NNNNNNNNN 2
Oleh:
Tiara Melodi Megantara
G1A009001
Oleh :
Tiara Melodi Megantara
G1A009001
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan FKIK Unsoed
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia
setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa muda, dari usia 1019
tahun. Masa peralihan dari kanak-kanak hingga remaja ini ditandai dengan
masa pubertas (WHO, 2012). John Santrock berpendapat bahwa pubertas
ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara
pesat terutama pada awal masa remaja dan merupakan suatu proses yang
berangsur-angsur. Pubertas pada anak perempuan ditandai dengan menarche
atau menstruasi pertama kali yang ditandai dengan keluarnya darah dari
vagina akibat peluruhan dinding endometrium dengan rentang usia 13-15
tahun (Zegeye at al, 2009).
Menstruasi merupakan kejadian alami pada perempuan yang terjadi tiap
bulan dan merupakan salah satu indikator kesehatan. Namun berbagai
masalah yang timbul pada menstruasi merupakan masalah ginekologi yang
sering dikeluhkan oleh remaja putri, seperti ketidakteraturan menstruasi,
menoragia, dismenorea, dan gejala lain yang berhubungan (Singh Aet al,
2008). Dismenorea atau juga yang sering disebut dengan nyeri haid
merupakan keluhan yang paling sering dilaporkan oleh remaja putri, dan
merupakan penyebab paling sering ketidakhadiran di sekolah dan
pengurangan aktivitas sehari-hari (Zegeye et al, 2009). Puncak terjadinya
dismenorea primer terjadi pada masa akhir remaja dan di awal usia 20 tahun
(Ernawati et al, 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian angka kejadian
dapat menghilangkan rasa nyeri haid, dan hanya sedikit yang berobat ke
dokter (Lestari et al, 2010).
Sedikitnya remaja putri yang berobat atau berkonsultasi ke dokter bisa
disebabkan karena dismenorea dianggap sebagai proses yang normal, dan
juga dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja putri tentang
pengetahuan kesehatan reproduksi (Chan et al, 2009). Pengetahuan remaja
tentang masalah kesehatan reproduksi masih relatif rendah. Hasil survey
Kesehatan Reproduksi Remaja (SKKRI) tahun 20022003 menunjukkan 21%
remaja putri dan 28% remaja putra tidak mengetahui tanda perubahan fisik
dari lawan jenisnya. Kurangnya informasi yang tepat atau pengetahuan
mengenai dismenorea dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis penyakit
yang mengenai sistem reproduksi pada remaja putri (Lestari et al, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang muncul adalah sebagai
berikut :
Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadian dismenorea pada mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
b. Mengetahui
tingkat
pengetahuan
kesehatan
reprodukasi
pada
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea.
2. Manfaat Praktis
Dengan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan strategi coping terhadap dismenorea, diharapkan bagi masyarakat,
orang tua dan tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai
dismenorea, sehingga dapat membantu remaja dalam menghadapi
dismenorea dan mengambil langkah yang tepat untuk pencegahan terhadap
dampak negatif yang diakibatkan oleh dismenorea.
II.
A. Dismenorea
1. Definisi
TINJAUAN PUSTAKA
Dysmenorrhea berasal dari Yunani yang dari kata dys yang berarti
kesusahan, rasa sakit atau abnormal, meno yang berarti bulan, dan rrhea
yang berati aliran. Secara singkat dismenorea diartikan sebagai rasa sakit
menstruasi atau nyeri haid. Dismenorea merupakan rasa kram pada garis
tengah abdomen bagian bawah yang dimulai beberapa jam sebelum
timbulnya perdarahan dan dapat bertahan selama berjam-jam atau hari.
(Hacker et al, 2010. Adams Hillard, 2006).
2. Etiologi
Dismenorea diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya
kelainan pada organ-organ genital dan penyakit pada pelvic.
Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya
setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan
pertama setelah menarche umunya berjenis anovulatoar yang tidak
disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2005).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
patologi yang mendasari, dan onset yang mungkin adalah satu tahun
setelah menarche. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu dari
beberapa gangguan seperti endometriosis, uterine fibroids, penyakit
radang panggul, intra uterine device, obstruksi vaginal atau uterine
congenital anomalies, siklus yang tidak teratur atau masalah infertilitas,
kista ovarium, adenomiosis, mioma atau polip rahim, intra-uterine
adhesi, atau stenosis serviks (Unsal et al, 2010. Adams Hillard, 2006).
3. Gejala
Gejala utama dismenorea primer adalah kram yang terkonsentrasi pada
garis tengah abdomen bawah yang dimulai beberapa waktu sebelum aliran
menstruasi. Biasanya kram paling dirasakan pada hari pertama atau kedua
menstruasi dan akan hilang sebelum menstruasi berakhir. Gejala yang
biasanya menyertai yaitu nyeri dapat menjalar ke paha atau punggung
bawah, mual muntah, diare, sakit kepala, lelah, pusing dan pada kasus
berat nyeri menstruasi dapat menyebabkan seseorang pingsan (ACOG,
2006. Adams Hillard, 2006 Abbaspour, 2005.).
Dismenorea sekunder biasanya dirasakan beberapa hari atau bahkan 1
sampai 2 minggu sebelum onset perdarahan dan menetap sampai akhir
menstruasi (Adams Hillard, 2006).
4. Fakor Resiko
Dismenorea sering dilaporkan pada remaja yang mengalami menarche
terlalu cepat, perdarahan menstruasi yang berat, dan riwayat keluarga
dengan dismenorea. Dismenorea tidak berhubungan dengan tinggi badan,
berat badan atau indeks massa tubuh, atau riwayat aborsi (Adams Hillard,
2006).
5. Patogenesis
Dasar fisiologi dismenorea primer dihubungkan dengan membran sel
fosfolipid, endometrium prostaglandin, dan leukotriene. Setelah ovulasi,
untuk merespon produksi progesteron, asam lemak akan membentuk
membran fosfolipid. Asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya
dilepaskan dan memulai aliran prostaglandin dan leukotrien. Proses ini
pada gilirannya akan memediasi respon inflamasi, menyebabkan kram
menstrusi (Adams Hillard, 2006).
Prostaglandin (PG) F2-alfa adalah siklooksigenase metabolit asam
arakidonat yang menyebabkan hypertonus dan vasokonstriksi miometrium
dengan hasil iskemia dan nyeri. Individu dengan dismenorea primer
menghasilkan prostaglandin endometrium berlebih dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki rasa sakit, terutama PGF2-alpha. Rasio PGE2
telah dilaporkan dalam kaitannya dengan dismenorea primer. Peningkatan
level
endometrium
pada
PG
berkorelasi
dengan
derajat
nyeri.
neurotransmiter
kemungkinan
adalah
penyebabnya,
namun
siklooksigenase
dan
mengurangi
produksi
dari
dilakukan, tetapi upaya yang dilakukan menurun pada saat remaja, sedangkan
coping yang difokuskan pada pengelolaan emosi dan mengurangi ketegangan
mengalami peningkatan. Terdapat 3 cara yang paling sering digunakan oleh
remaja dalam menghadapi stres yaitu mencari dukungan (support seeking),
pemecahan masalah (problem solving), dan pengalihan (distraction) (ZimberGembeck & Skinner, 2008).
Mencari dukungan (support seeking) termasuk dalam mencari informasi,
dukungan emosional, dan beberapa pertolongan. Remaja dalam mencari
dukungan emosional dan bantuan dalam kerepotan sehari-hari lebih menyukai
mencari dukungan dari teman-temannya. Pada waktu bersamaan terjadi
penurunan dalam mencari dukungan dari orang dewasa, namun demikian hal
ini tergantung oleh jenis stresornya. Ketika pada situasi yang dinilai tidak
terkendali atau orang dewasa lebih memiliki kuwenangan, remaja cenderung
mencari dukungan dari orang dewasa seiring mereka bertambah tua.
Karenanya remaja usia 10-16 tahun masih mendapatkan keuntungan dari
bimbingan orang dewasa dan mereka biasanya menjadi lebih mampu
mengidentifikasi sumber terbaik untuk mengatasi masalah tertentu. Pada saat
yang sama, orang dewasa sering merasa sulit untuk memberikan remaja
dukungan pengembangan yang selaras. Remaja akan mendapatkan manfaat
paling banyak dari dukungan dan bimbingan ketika itu semua sesuai dengan
kebutuhan mereka untuk otonomi dan peningkatan keterampilan dalam
mengatur diri (Zimber-Gembeck & Skinner, 2008).
Penggunaan problem solving dilakukan jika suatu masalah dinilai secara
kognitif dibandingkan secara perilaku, hal meningkat seiring bertambahnya
usia, ini ditemukan pada masa remaja dan masa remaja memasuki masa
terhadap
dismenorea
sesuai
dengan
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara
benar mengenai objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Contohnya menyimpulkan, dan
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan
dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. Misalnya
memberikan edukasi kepada pasien setelah melakukan pengobatan.
d.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih terdapat kaitannya satu dengan lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
lain sebagainya. Contoh membedakan nyeri tumpul dan nyeri tajam.
e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f.
Evaluasi (evaluation)
G. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja baik secara mental maupun
sosial kultur (BKKBN, 2001). Hal ini juga dipertegas dengan pendapat WHO
yaitu kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi tidak hanya sekedar membahas struktur biologis,
sistem dan fungsi dari organ reproduksi laki-laki dan perempuan saja tetapi
juga meliputi kurun reproduksi sehat, PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV
AIDS, mitos, dan fakta seksualitas (Herdalena, 2001). Adapun tujuan dari
kesehatan reproduksi yaitu memiliki sikap dan perilaku sosial yang
bertanggung jawab. Hal tersebut dipresentasikan dengan sehat fisik, sehat
mental dan sehat sosial.
H. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan
Strategi Coping Terhadap Dismenorea
Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh pria dan wanita, tidak hanya menyangkut kesehatan organ
reproduksi tetapi juga menyangkut aspek psikis dan sosial. Memiliki
remaja
putri
dalam
menghadapi
perkembangan
dan
I.
Kerangka Teori
Pengetahuan
- Reproduksi
Kesehatan
- reproduksi
Menstruasi
- Sistem
- PMS
- Menstruasi
- PMS - Kehamilan
- Kehamilan
- Dismenorea
- HIV/AIDS
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Dismenorea
Primer
Coping
Sintesis
Sekunder
EFC
Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi
Coping
Dismenorea
EFC
K. Hipotesis
Terdapat hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea.
III.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik
observasional dengan studi cross sectional. Desain ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan reproduksi dengan strategi
coping terhadap dismenorea pada mahasiswi pada satu waktu (Sastroasmoro
dan Ismael, 2011).
B. Populasi Penelitan
1. Populasi target dari penelitian ini adalah semua mahasiswi Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
n=
+3
Keterangan :
Z = kesalahan tipe satu ditetapkan 5% hipotesis satu arah, sehingga nilai
Z sebesar 1,64
Z = kesalahan tipe dua ditetapkan 10% sehingga nilai Z sebesar 1,282
r = koefisien korelasi sebesar 0,408
Berdasarkan rumus diatas didapatkan besar sampel minimal adalah 51.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Pemilihan subjek dilakukan dengan consecutive sampling dimana
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Menentukan lokasi Jurusan
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang dijadikan
penelitian, peneliti menggunakan cara simple random sampling.
D. Variabel Penelitian
Jenis variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
2. Variabel Terikat
Strategi coping terhadap dismenorea
E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang
dimiliki subjek mengenai kesehatan reproduksi, sistem reproduksi
manusia, menstruasi, proses kehamilan, PMS, HIV/AIDS, dan penyakit
terkait dismenorea.
Skala Variabel : Kategorik ordinal, yaitu baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang.
2. Coping terhadap dismenorea
Coping terhadap dismenorea adalah usaha yang dilakukan oleh
subjek terhadap perubahan akibat dismenorea.
Skala Variabel : Kategorik nominal, coping negatif dan coping positif.
F. Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data penelitian yang menggunakan data primer yang diambil dengan cara
mengisi kuisioner secara langsung dari responden penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data
Variabel bebas dan terikat diketahui melalui kuisioner, yaitu kuisioner
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan kuisioner coping terhadap
dismenorea.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Kuisioner tentang pengetahuan kesehatan reproduksi
Kuisioner diberikan dengan pertanyaan tertutup Benar dan Salah.
Untuk pertanyaan positif (+) yang diberi skor 1 dan yang salah diberi
skor 0. Untuk pertanyaan negatif (-) yang diberikan skor 0 dan yang
salah diberikan skor 1. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala
J. Jadwal Penelitian
No
Rencana Kegiatan
Oktober
2012
Bulan
November
2012
Desember
2012
1
1
2
3
4
5
6
4 5 1
4 5
4 5
Persiapan Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan dan
Analisis Hasil
Penelitian
Penyusunan Laporan
Akhir Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abbaspour, Z, Rostami, M and Najjar, Sh, 2006. The Effect of Exercise on Primary
Dysmenorrhea. J Res Health Scin 6(1):26-31
Adams Hillard, Paula J. 2006. Dysmenorrhea. Pediatrics in Review.Vol.27:64-71
Ballantyne, Jane C., Cousins, Michael J., Giamberardino, Maria A., McGrath,
Patricia A., Rajagopal, M.R., Smith, Maree T., Sommer, Claudia., Wittink,
Harriet M. 2009. Coping With Pain. International Association for the Study of
Pain. Vol. XVII, Issues 5:1-6
Baziad, A. M. 2003. Endokrinologi. Edisi Kedua. Jakarta : Media Aesculapius.
Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto. Hal 29-39
Resick, P.A. 2001. Stress & Trauma. United Kingdom. Psychology Press Ltd
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2011. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis
Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto. Hal 112
Singh A, Kiran D, Singh H. 2008. Prevalence and severity of dysmenorrhea: a
problem related to menstruation, among first and second year female medical
students. Indian J Physiol Pharmacol. 52:389-97.
Sudjana. 1992. Metode Statistik. Edisi kelima. Bandung : Tarsito
Tiwari H, Oza UN, Tiwari R. 2006. Knowledge, Attitudes And Beliefs About
Menarche Of Adolescent Girls In Anand District, Gujarat. East Mediterr
Health J. 12:428-33.
Unsal, Alaettin., Ayranci, Unal., Tozun, Mustafa., Arslana ,Gul., & Calik, Elif.
2010. Prevalence Of Dysmenorrhea And Its Effect On Quality Of Life
Among A Group Of Female University Students. Upsala Journal of Medical
Sciences. 115: 138145
World Health Organization. 2012. Adolescent Development. Available at
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en
/ diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
Zegeye D, Megabiaw B, Mulu A. 2009. Age At Menarche And The Menstrual
Pattern Of Secondary School Adolescents In Northwest Ethiopia. BMC
Womens Health. 9:29
Zimmer-Gembeck, Melanie J., Skinner, Ellen A. 2008. Adolescent coping with
stress : development and diversity. The Prevention Researcher. 15 (4).
a. Rahim (peranakan)
b. Vagina (liang senggama)
c. Indung telur
d. Klitoris
Masalah-masalah kesehatan reproduksi berhubungan
5
6
9
10
ovum
Sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut janin
Dalam air kencing laki-laki ada kemungkinan
mengandung sperma yang merupakan benih anak
11
12
tahun
Menstruasi adalah keluarnya darah lewat lubang kelamin
13
14
15
16
17
18
19
berlangsung
Nyeri haid dirasakan wanita saat dan menjelang
20
21
22
23
nyeri haid
Wanita yang mengalami nyeri saat menstruasi biasanya
24
25
hangat
Faktor kejiwaan (psikologis) memegang peranan penting
26
27
28
kelamin saja
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang cara
29
30
wanita
Aborsi adalah pengakhiran kehamilan secara sengaja
dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu