Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ilmu Tanah


PENGAMATAN PROFIL TANAH

NAMA

: ZULFIDAH

NIM

: G11113331

KELOMPOK

: 14

ASISTEN

: MUH. ISMAIL MARZUKI

LABORATORIUM FISIKA DAN KONSERVASI TANAH


JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah (bahasa Yunani: pedon, bahasa Latin: solum) adalah kumpulan
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon,
terdiri dari campuran bahan mineral, organik, air dan udara. Tanah
mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media atau
tempat tumbuhnya tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan
makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik
maupun anorganik. Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas
dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena
kondisi

setiap

tanah

berbeda-beda

bergantung

pada

proses

pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor


lingkungan maupun kegiatan manusia.
Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan
induk

(regolit)

menjadi

bahan

induk

tanah,

diikuti

oleh

proses

pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh


mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan
struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali
lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda

sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut


dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar.
Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakasanakan praktikum
profil tanah sebagai langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap
tanah yaitu untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia tanah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum profil tanah ini bertujuan untuk mendapatkan informasi fisik,
kimia dan biologi dari tanah yang meliputi struktur, warna, konsistensi,
tekstur dan lain-lain di suatu daerah.
Adapun kegunaan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa mengetahui profil tanah dan untuk mengamati lapisan- lapisan
tanah secara langsung di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu
dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Dimana penelitian juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui jenis tanah tertentu. Setiap tanah dan tipe-tipe tanah memiliki
ciri khas yang dipandang dari sifat-sifat fisik, kimia maupun biologinya.
Dalam hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat
berlangsungnya evolusi genetik dalam tanah (Mulyadi, 2007).
Batasan lapisan berdeda-beda hal ini karena adanya perbedaan
kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian. Di mana,
pada saat hujan air tersebut akan mengalir turun ke lapisan bawah
bersama dengan mineral tanah dengan kecepatan yang tinggi sehingga
menyebabkan adanya perbedaan horizon (Hakim dkk, 1986).
Kebanyakan tanah mempunyai horizon, yang merupakan lapisan
tanah yang terletak hampir sejajar dengan permukaan. Horizon utama
berikut ini dipergunakan untuk mencirikan tanah utama dunia.
Horizon H yaitu horizon yang terdiri atas bahan organik yang
diendapkan di permukaan. Kadar zat organik > 30% dalam tanah lempung
dan >20% dalam tanah pasiran. Horizon seperti ini terdiri dari bahan
gambut bersusun aneka ragam, tergantung pada rupa vegetasi yang
menjadi asal bahan organik.

Horizon O adalah suatu horizon organik permukaan. Horizon ini


terbentuk dari longgokan zat organik yang diendapkan pada permukaan
tanah, akan tetapi tidak terjenuhi air, yaitu suatu lapisan organik di atas
tanah hutan tropika.
Horizon A adalah suatu horizon mineral permukaan yang
didalamnya terlonggok zat organik yang menghumus. Karena itu horizon
ini agak gelap daripada horizon B yang membawahinya. Bahan organik
yang terurai tercampur dengan bahan mineral oleh kegiatan biologi.
Horizon E adalah suatu horizon eluvial di bawah horizon H, O atau
A. Horizon ini mempunyai kadar zat organik lebih rendah dan berwarna
lebih muda serta mempunyai pemekatan pasir dan debu kuarsa atau
mineral

tak-terlapukkan

yang

lain.

Horizon

ini

terbentuk

karena

penghilangan besi atau aluminium atau lempung halus yang telah


terangkut dan terlonggok di dalam horizon B yang membawahinya. Butir
pasir, jika ada, mengalami pemudaran.
Horizon B adalah suatu horizon mineral bawah muka. Horizon B
dicirikan oleh pemekatan lempung halus (Bt), besi (Bs), aluminium (Bs)
atau humus (Bh) secara illuval, baik sendiri-sendiri atau pergabungan.
Juga dicirikan oleh pelonggokan nisbi seskuioksida berstruktur gumpal
atau prisma, atau mendapatkan warna yang lebih intensif (Bw).
Horizon C adalah bahan tanah bawahan yang terletak lebih
dalam, pada umumnya berupa bahan induk yang nyaris tidak terkena
proses pembentukan tanah. Kebanyakan tanah horizon ini agak terubah

oleh proses pelapukan. Ada alihan berangsur dari horizon B ke horizon C.


Horizon R merupakan lapisan batuan mengeras. Ini sebenarnya bukan
horizon tanah sejati (Buringh P, 1979).
2.2 Tanah Alfisol
Tanah Alfisol merupakan tanah yang sebagian besar terbentuk di daerah
lembah di bawah sisa-sisa tanaman hutan asli, walaupun kadang-kadang
terdapat di bawah sisa rumput vegetasi. Pada umumnya, Alfisol adalah
tanah yang sangat produktif, kandungan basanya sedang sampai besar
itu umumnya menguntungkan untuk menghasilkan tanaman- tanaman
yang cukup besar (Poerwowidodo, 1991).
Alfisol memiliki horizon argilik dan terjadi di daerah dimana tanah
hanya sebentar lembab. Kebutuhan kejenuhan basa 35% atau lebih pada
horizon alfisol terbawah (Foth.H.D., 1988)
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun
di horizon bawah ini berasal dari horizon yang berada diatasnya dan
tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola,tanah
Alfisol digambarkan dengan adanya perubahan tekstur yang sangat jelas
dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal dengan Taksonomi
Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan
tekstur yang sangat ekstrim). (Buckman dan Brady, 1982).
Tanah dengan drainase yang baik adalah tanah yang berwarna
kelabu

dengan

bercak-bercak

kuning

pada

lapisan

air

dan

menguntungkan untuk satu peristiwa kimia. Besi dalam tanah teroksidasi

dan terhidrasi sehingga membentuk suatu senyawa yang berwarna merah


kuning. Hal ini ditemukan pada tanah Alfisol karena tanah Alfisol ini
merupakan tanah dengan drainase yang baik (Foth, 1998).
2.3 Sifat Fisik
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel tanah primer
berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu masa tanah. Dengan
demikian sifat fisik ini berorientasi pada besarnya butir-butir mineral,
terutama pada perbandingan relatif berbagai golongan dari tanah tertentu.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir tanah primer dan
agregat primer tanah yang secara alami menjadi bentuk tertentu yang
dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat. Struktur tanah
dikatakan baik, apabila di dalamnya terdapat ruang pori-pori, yang berarti
bahwa dalam agrerat itu terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi air dan
udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agrerat tanah sendiri adalah
butiran tanah yang banyak terikat menjadi satu masa tanah atau bongkah
tanah tunggal seperti kersai, kubus atau prisma (Hieronymus, 2010).
Batas - batas horizon dalam pengamatan tanah di lapang,
ketajaman peralihan horison horison ini diberikan ke dalam beberapa
tingkatan nyata yaitu ( lebar peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur).
Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karena
warna tanah menunjukkan apabila makin tinggi bahan organik maka
warna tanah semakin gelap. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah
yang selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karena

senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi. Pada tanah yang


berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air Fe yang
terdapat dalam tanah dalam keadaan oksidasi.
Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir- butir tanah
dengan benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya
mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Drainase tanah, kelas drainase ditentukan dilapangan dengan
melihat adanya gejala- gejala pengaruh air dalam penampang tanah.Bulk
density (kerapatan lindat) menunjukan perbandingan antara berat tanah
kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk
density merupakan petunjuk kepadatan tanah (Hardjowigeno 1987).
2.4 Sifat Kimia
Reaksi tanah (ph tanah) menunjukan sifat keasaman tanah yang
dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen di dalam tanah semakin masam tanah tersebut.
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih
tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah
atau tanah-tanah berpasir. Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam
satuan kimia yaitu miliekivalen per 100g. Pertukaran anion banyak
ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat al dan fe-oksida.

Kejenuhan basa menunjukan adanya perbandingan antara jumlah


kation- kation basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam
kompleks jerapan tanah (Hardjowigeno 1987).
Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu
miliekivalen per 100g. Pertukaran anion banyak ditemukan pada mineral
liat amorf, dan liat al dan Fe-oksida.
Koloid tanah adalah butir-butir invidu yang ukurannya sangat
halus, luas permukaannya setiap kesatuan luas sangat besar, dan pada
permukaan terdapat muatan-muatan yang dapat menarik ion-ion dan air.
Di dalam tanah ada koloid liat lempung dan koloid humus. Koloid ini
berperan sebagai pusat kegiatan tanah yang di sekitarnya terjadi
persenyawaan-persenyawaan kimia ( Hieronymus, 2010).

III. KEADAAN UMUM LOKASI

3.1 Letak Geografis dan Astronomis


Lokasi tempat penelitian profil tanah adalah Teaching Farm, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dengan
letak

astronomis

atau

pada

titik

koordinat

LS

05 0,749,3

BT

119 2912,4.
Adapun letak geografisnya adalah sebelah utara berbatasan
dengan pemukiman penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan
perkebunan, sebelah timur berbatasan dengan jalan dan sebelah barat
berbatasan dengan pemukiman penduduk.
3.2 Iklim
Iklim adalah faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan
tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik dan kimiawi di dalam tanah. Keadaan iklim di lokasi
pengamatan profil tanah yaitu beriklim tropis
3.3 Topografi
Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,
termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Keadaan topografi di
tempat pengambilan profil tanah adalah datar. Sebagian besar terdiri dari
lahan kosong dengan persen kelerengannya adalah 0-3 %.

3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu keadaan umum dari lokasi pengamatan profil.
Kualitas vegetasi pada lahan ini adalah subur dimana tanaman utama
yang tumbuh dan hidup adalah rerumputan.
3.5 Penggunaan Lahan
Lahan yang digunakan sebagai lokasi pengamatan profil tanah digunakan
sebagai lahan perkebunan. Selain itu, lokasi pengamatan profil tersebut
dapat digunakan sebagai lahan penelitian.

IV. METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu


Praktikum Profil Tanah dilaksanakan di Teaching Farm, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari
Sabtu, 19 Oktober 2013 sampai Minggu, 20 Oktober 2013.
4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penggalian profil dan pengambilan
sampel tanah adalah meteran, cutter, Daftar Isian Profil (DIP) Tanah,
Sendok tanah/ pisau dempul, GPS, kompas, cangkul, linggis, sekop, ring
sampel, papan dan alat tulis serta air.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pembuatan Penampang
1. Menggali tanah dengan ukuran penampang 1,5x 1 m sampai bahan
induk.
2. Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang
pengamatan.
3. Penampang

pewakil

adalah

tanah

yang

belum

mendapatkan

gangguan, misalnya timbunan.


4. Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi
dan tidak terlalu sore).

4.3.2 Pengambilan Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah terganggu dilkukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengambil tanah dengan menggunakan cutter sesuai dengan lapisan
yang akan diambil.
2. Selanjutnya memasukkan tanah ke dalam plastik gula.
3. Memberikan label pada plastik yang telah diisi tanah.
Adapun tahapan- tahapan yang dilakukan dalam pengambilan
sampel utuh adalah sebagai berikut:
1. Meratakan dan membersihkan lapisan tanah yang akan diambil
kemudian meletakkan ring sampel di atasnya dengan posisi tegak
lurus (bagian yang runcing menghadap ke bawah).
2. Menekan ring sampel menggunakan papan sampai bagian ring
sampel masuk ke dalam tanah.
3. Mengambil ring sampel beserta tanahnya dengan hati-hati.
4. Memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah
ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring
sampel.
5. Menutup ring sampel dengan plastik.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Hasil dari pengamatan profil tanah yang telah dilakukan, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Lapisan
Parameter pengamatan
I

II

III

Kedalaman lapisan (cm)

0- 23 cm

23-110 cm

110-145 cm

Batasan lapisan

nyata

berangsur

baur

Topografi batas lapisan

berombak

rata

rata

liat berdebu

Liat

halus

sangat halus

Warna (Munsell)
lempeng
Tekstur
berpasir
Struktur

granular

lembab
Konsistensi

kering teguh

lembab lepas
gembur

Karatan

Sumber Data Primer 2013


5.2 Pembahasan
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap lapisan tanah dari
lapisan I sampai dengan lapisan III memiliki horizon yang berbeda-beda.
Hal ini dapat dilihat dari kedalaman lapisan, batasan lapisan, topografi
batas lapisan, tekstur, struktur, dan konsistensinya.

Lapisan I mempunyai kedalaman lapisan 0-23 cm. Batasan


lapisannya adalah terlihat nyata.

Topografi lapisan I yaitu berombak.

Teksturnya lempung berpasir, strukturnya granular dan konsistensi pada


lapisan I adalah kering teguh serta tidak terdapat karatan di dalamnya.
Lapisan II profil mempunyai kedalaman lapisan 23-110 cm.
Batasan lapisannya yaitu berangsur. Topografi lapisan II adalah rata.
Tekstrunya liat berdebu, strukturnya halus dan konsistensinya lembab
lepas serta tidak terdapat karatan.
Lapisan III profil mempunyai kedalaman lapisan 110-145 cm.
Batasan lapisannya yaitu baur. Topografi lapisan III adalah rata. Memiliki
tekstur yang liat, strukturnya sangat halus dan konsistensinya lembab
gembur serta tidak terdapat karatan.
Batasan-batasan lapisan yang dimiliki oleh tiap lapisan tersebut
didukung oleh pendapat dari Hakim, dkk (1986) yaitu batasan lapisan
karena adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam
proses pencucian. Di mana, pada saat hujan air tersebut akan mengalir
turun ke lapisan bawah bersama dengan mineral tanah dengan kecepatan
yang tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon, ada yang
baur, berangsur dan ada yang nyata.
Konsistensi lapisan I, II dan III memeliki perbedaan. Menurut
Hardjowigeno (1987) Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi
butir- butir tanah dengan benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi
baik umumnya mudah di olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Analisis tanah bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan kimia tanah.
Dalam pengamatan terlihat tiga lapisan. Lapisan I mempunyai kedalaman
lapisan 0-23 cm. Batasan lapisannya adalah terlihat nyata.

Lapisan I

mempunyai topografi yang berombak. Teksturnya lempung berpasir,


strukturnya granular dan konsistensi pada lapisan I adalah kering teguh.
Lapisan II mempunyai kedalaman lapisan 23-110 cm. Batasan
lapisannya yaitu berangsur. Topografi lapisan II adalah rata. Tekstrunya
liat berdebu, strukturnya halus dan konsistensinya lembab lepas.
Lapisan III mempunyai kedalaman lapisan 110-145 cm. Batasan
lapisannya yaitu baur. Topografi lapisan III adalah rata. Memiliki tekstur
yang liat, strukturnya sangat halus dan konsistensinya lembab gembur.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu
kemiringan, material, asal, organisme hidup, waktu dan iklim.
6.2 Saran
Untuk asisten tidak perlu terlalu terlibat langsung dalam melakukan
prosedur dari praktikum yang dilaksanakan. Cukup dengan mendampingi
dan memberikan arahan kepada praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman dan Brady. 1982. Ilmu Tanah.Bharata Karya Aksara : Jakarta


Buringh.P. 1993. Pengantar Kajian Tanah-Tanah Wilayah Tropika dan
Subtropika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Foth. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu tanah. Universitas lampung :Lampung
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.
Mulyadi, MS. 2007. Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman. Rieneka
Cipta : Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta
Yulipriyanto Hieronymus. 2010. Biologi Tanah
Pengolahannya. Graha Ilmu : Yogyakarta

dan

Strategi

Anda mungkin juga menyukai