Anda di halaman 1dari 52

I.

PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan tahunan yang saat ini


banyak dijumpai di Indonesia. Karet pertama kali dikenal di Eropa, yaitu sejak
ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Columbus pada tahun 1476.
Orang Eropa yang pertama kali menemukan ialah Pietro Martyre dAnghiera.
Penemuan tersebut dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul De Orbe Novo
Edisi 1530 (Rouf, 2009).
Tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut.
seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman
yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea
brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil, Amerika Selatan. Saat ini
tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet alam utama, dan sudah
dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet alam utama di
dunia hingga saat ini (Sumantry, C.V, 2011).
Terdapat 3 jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia, yaitu Perkebunan
Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta
(PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi dari luas lahan
yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari luas lahan perkebunan, 7%
Perkebunan Negara dan 8% Perkebunan Swasta (Anwar, 2006). Besar perkebunan
karet yang dikelola rakyat, keterkaitan penyerapan tenaga kerja dan sebagai
sumber pendapatan rakyat diharapkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
perkebunan yang terpadu. Perkebunan besar diharapkan dapat menjalin program

kemitraan dengan petani agar nilai tambah dari pengelolaan perkebunan rakyat
dapat optimal diantaranya dengan kemitraan di bidang pemasaran, pembinaan
produksi hingga pembiayaan yang berkesinambungan (Parhusip, 2008).
Pesaing karet alam di dunia adalah karet sintetis, lebih dari setengah karet
yang digunakan sekarang ini adalah karet sintetis. Menurut Setiawan dan Andoko
(2005), sejak diperkenalkan karet sintetis pada dekade 1950-an kebutuhan dunia
akan produksi karet alam mengalami penurunan. Karet sintetis diproduksi dengan
bahan baku minyak bumi hasil pengeboran. Karet sintetis dapat diproduksi dalam
jumlah besar sesuai dengan kebutuhan, dalam waktu yang relatif singkat serta
tidak mempengaruhi harga. Tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer.
Peranan karet dan produk dari karet terhadap ekspor nasional tidak dapat
dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan penghasil karet alami kedua
terbesar di dunia. Kedudukan yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan
menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi
yang akan meningkatkan ekspor karet. Selain itu, adanya peningkatan produksi
karet setiap tahun akan menjadi alasan yang cukup kuat agar Indonesia menjadi
produsen karet alam terbesar di dunia.
Perkembangan harga karet menunjukkan pergerakan yang cukup baik akibat
meningkatnya permintaan dari negara berkembang yang sedang mengalami
pertumbuhan ekonomi tinggi yang dimotori oleh industrialisasi seperti Cina (ratarata pertumbuhan ekonomi sebesar 10% dan India (pertumbuhan ekonomi sebesar

8%). Disamping dari negara tersebut, permintaan dari negara industri juga cukup
tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan negara-negara industri di
Eropa. Tingginya permintaan dari negara - negara konsumen tersebut relatif tidak
diikuti dengan pertumbuhan produksi dari negara-negara produsen karet. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya kelangkaan pasar yang mendorong terjadinya
peningkatan harga di pasar internasional, disamping terjadinya kenaikan harga
minyak dunia yang mempengaruhi harga dan produksi karet sintetis juga berperan
dalam mendorong kenaikan harga karet alami internasional.
Siklus ekonomi tanaman karet yang panjang (25-30 tahun) dengan
masa tanaman belum menghasilkan 5-6 tahun, mendorong langkah industri
perkaretan untuk menguji dan memodifikasi teknologi untuk memperoleh periode
pengembalian modal investasi yang lebih cepat. Masa TBM merupakan fase
tanaman yang membutuhkan tindakan pemeliharaan secara intensif dan
penggunaan biaya investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan
pada tanaman menghasilkan (Suhandi, 2009; Sumarmadji, dkk., 2009).
Masa TBM pada tanaman karet didefinisikan sebagai masa dari sejak
penanaman bahan tanam di lapangan sampai tercapainya kriteria matang
sadap. Matang sadap tanaman karetsecara teknis dicapai apabila lilit batang pada
ketinggian 1 meter dari pertautan okulasi telah mencapai 45 cm dengan ketebalan
kulit minimal 7 mm. Pada kondisi ini status tanaman karetberubah dari tanaman
belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM) dengan syarat
minimal 60% dari populasi tanaman di kebun telah matang sadap (Setyamidjaja,
1993).

Menurut Siagian, Pasaribu, dan Sohirin (2001), pemupukan yang tepat dapat
mempersingkat masa TBM selama 6 bulan atau meningkatkan pertumbuhan
hingga 30%.
Peningkatan permintaan karet dunia yang semakin tinggi mendorong para
pekerja perkebunan untuk meningkatkan pemeliharaan kebun. Salah satu
pemeliharaan yang cukup penting adalah pemeliharaan TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) yaitu tanaman karet umur 1 5 tahun. Sebelum tanaman mampu
berproduksi perlu adanya perawatan agar tanaman mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik hingga siap dilakukan penyadapan sekitar umur 66
bulan dengan ukuran lilit batang sekitar 45 - 50 cm (SRAS, 2005).
PTP Nusantara IX (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pengusahaan tanaman perkebunan. PTP Nusantara IX (Persero) memiliki dua
Divisi. Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan
menghasilkan produk - produk dari tanaman karet, kopi, kakao, dan teh. Kedua,
Divisi Tanaman Semusim (Pabrik Gula) yang menghasilkan produk-produk dari
tanaman tebu. Kebun Wanasari Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka merupakan
salah satu kebun penghasil karet milik PTP Nusantara IX (Persero).
Tujuan kegiatan praktik kerja lapangan untuk mengetahui:
1) Teknik Pemeliharaan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) pada
perkebunan karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung
Kabupaten Cilacap.

2) Permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pemeliharaan Tanaman Belum


Menghasilkan di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten
Cilacap.
Adapun manfaat yang didapat pada saat Praktik Kerja Lapang adalah :
1) Mengetahui kegiatan pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan pada
perkebunan karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung
Kabupaten Cilacap untuk disosialisasikan kepada masyarakat yang
mengusahakan tanaman karet secara pribadi.
2) Menambah pengetahuan dan pengalaman praktis sehingga dapat
digunakan untuk studi banding pengetahuan yang telah diperoleh di
bangku kuliah dengan kondisi lapangan.
3) Mengetahui permasalahan dalam pemeliharaan TBM karet di PTP
Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap untuk
mencoba mencari solusi dari permsalahan tersebut.
4) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemeliharaan tanaman
karet.
5) Memperoleh pengalaman dan wawasan tentang cara pengelolaan suatu
organisasi dibidang pertanian.
6) Hasil praktik kerja lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk melaksanakan penelitian.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun
karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah
utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm. Akan tetapi tidak jarang juga tanaman yang tumbuh
mengikuti arah datangnya matahari. Pada batang tanaman terdapat jaringan lateks
yang mampu menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks (Siregar,
2009).
Daun tanaman berwarna hijau dengan susunan tangkai daun utama dan
tangkai anak daun, umumnya terdapat tiga anak daun pada sehelai daun karet
(Trifoliat). Daun karet akan mengalami kerontokan (Defoliasi) dan berwarna
kuning pada musim kemarau panjang yang bertujuan untuk mengurangi
penguapan (Transpirasi) pada daun. Tanaman memerlukan waktu sekitar 2
minggu untuk bersemi kembali dan produksi pada periode tersebut akan
mengalami penurunan, karena umumnya tanaman yang mengalami kerontokan
adalah tanaman yang sudah produktif (umur 5 tahun) (Tim Penulis PS, 2004).
Tanaman karet memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon. Bunga
terdapat pada malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng

dan pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut vilt
dengan ukuran relative lebih besar daripada bunga jantan dan mengandung bakal
buah yang umumnya memiliki tiga ruang. Bunga betina memiliki putik dengan
posisi duduk yang berjumlah tiga. Sedangkan bunga jantan memiliki sepuluh
benag sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Buah karet terbentuk dari hasil
penyerbukan dengan diameter 3 5 cm dan memiliki pembagian ruang yang jelas.
Jumlah ruang umumnya tiga, tapi terkadang enam ruang. Ruang tersebut berisi
biji karet yang memiliki ukuran cukup besar dan kulit yang keras. Biji karet
berwarna cokelat kehitaman dengan bercak bercak pola yang khas dan biji ini
mengandung racun untuk menghindari pemangsa. Buah yang masak akan pecah
dengan sendirinya dan biji jatuh ke tanah dan akan tumbuh apabila menemukan
tempat yang sesuai dengan pertumbuhannya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Dalam sistem klasifikasi tanaman, kedudukan tanaman karet adalah sebagai
beikut (Setiawan dan Andoko, 2005).

Kerajaan

: Plantae

Sub Kerajaan

: Tracheophyta

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Keluarga

: Euphorbiaceae

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea brasiliensis

Sistem perakaran tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu
menopang bagian atas tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tanaman karet
mampu menembus kedalaman 50 cm dengan sebaran ke arah samping 180 270
cm dari pangkal pohon (Tim Penulis PS. 2004).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman karet memerlukan kondisi lingkungan tertentu agar mampu


tumbuh dan berkembang dengan baik. Kondisi lingkungan tersebut meliputi
faktor iklim dan media tanam (tanah) sebagai berikut.
1.

Iklim
Secara astronomi daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet

adalah pada zone antara 15 LU hingga 15 LS (Tanaman Tropis). Di luar daerah


tersebut pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu awal produksi semakin
lama. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karet
adalah sebagai berikut.
a.

Curah Hujan dan sebaran hari hujan


Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH
(hari hujan)/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi
akan berkurang karena tampungan lateks tercecer oleh butiran hujan.
b.

Ketinggian tempat dan suhu optimal


Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut

tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan pada kisaran
25oC sampai 35oC.
c.

Angin yang terlalu kencang mampu merobohkan pohon, serta membutuhkan


fotoperiodisitas selama 5 7 jam per hari (PTP Nusantara IX).

2.

Tanah (media tanam)


Menurut Anwar (2006), lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet

pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan sifat kimia tanah agar sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Sifat tanah yang cocok untuk
tanaman karet pada umumnya adalah sebagai berikut.
a.

Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batubatuan dan lapisan cadas.

b.

Aerase dan drainase cukup.

c.

Tekstur tanah remah, porus dan dapat menahan air.

d.

Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

e.

Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm.

f.

Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.

g.

Reaksi tanah dengan pH 4,5 pH 6,5.

h.

Kemiringan tanah < 16%.


C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman karet merupakan tanaman dengan investasi waktu yang relatif


panjang. Tanaman dapat diambil getahnya (Lateks) ketika telah memenuhi kriteria
tertentu. Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan

tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan
manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka
diharapkan tanaman karet pada umur 5 6 tahun telah memenuhi kriteria matang
sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada
ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi telah mencapai minimum 45 cm. Jika
60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal
pertanaman (kebun) sudah siap dipanen (Anwar, 2006).
Menurut Anwar (2006), tanaman yang belum mampu berproduksi lebih
dikenal dengan nama TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yaitu tanaman
berumur kurang dari 5 tahun. Jika pada umur tersebut dilakukan penyadapan
maka pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, pemeliharaan TBM merupakan tahap yang cukup
penting mengingat tanaman sedang dalam fase pertumbuhan yang optimal. Jika
pemeliharaan TBM tidak dilakukan, maka dapat mempengaruhi produksi ketika
tanaman telah siap sadap. Pemeliharaan TBM meliputi kegiatan kegiatan berikut
ini:
1.

Penyulaman
Tidak semua bibit tanaman karet yang ditanam mampu tumbuh dan

berkembang dengan baik. Terkadang beberapa bibit dapat mengalami kematian.


Tingkat kematian yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 5% dari keseluruhan
bibit yang ditanam. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan penyulaman yang
bertujuan untuk mengganti bibit yang sudah mati. Kegiatan penyulaman ini
dilakukan pada saat tanaman berumur 1 2 tahun karena pada umur tersebut

10

sudah dapat dipastikan jumlah tanaman yang hidup. Karena penyulaman


dilakukan pada umur 1 2 tahun, maka bibit yang digunakan adalah bibit stum
tinggi dengan umur bibit 1 2 tahun dengan panjang akar 50 cm dan batang
diatas pertautan okulasi 2,5 m (PTPN IX, 2009).
Kegiatan penyulaman sebaiknya tidak dilakukan pada saat terik matahari
dan sebelum dilakukan penyulaman harus diamati terlebih dahulu penyebab
kematian tanaman sebelumnya. Jika kematian disebabkan oleh jamur atau bakteri,
sebaiknya tanah bekas tanaman yang mati diberi fungisida atau bakterisida (Tim
Penulis PS, 2004).
2.

Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau

memberantas gulma agar kompetisi antara tanaman dan gulma menjadi rendah
sehingga kebutuhan unsur hara tanaman karet dapat terpenuhi dan tanaman
mampu tumbuh serta berkembang dengan baik. Penyiangan dilakukan ketika
pertumbuhan gulma mulai mengganggu pertumbuhan tanaman karet. Penyiangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara mekanik (manual) dan cara
kimiawi dan biologi. Cara mekanik berkaitan dengan mengambil gulma dengan
tangan atau bantuan alat seperti sabit, parang dan lain lain. Sedangkan cara
kimiawi lebih mengutamakan bahan kimia dalam hal ini herbisida untuk
memberantas gulma. Akan tetapi perlu adanya ketelitian dalam meggunakan
herbisida karena dapat juga membahayakan tanaman. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih herbisida:

11

a. Jenis, sifat, penyebaran gulma, kerapatan tumbuh, ketinggian gulma,


daya perkembangbiakan, serta tingkat toleransi gulma,
b. Keadaan pelarut herbisida mudah diperoleh dan bebas dari sifat asam
atau basa,
c. Sifat herbisida selektif untuk membunuh macam macam gulma,
d. Lamanya daya bunuh (efektifitas) herbisida setelah terkena udara, sinar
matahari, tanah, mikroorganisme, air dan suhu,
e. Besarnya dosis aplikasi dan hubungannya dengan harga herbisida,
f. Cara kerja herbisida, kontak atau sistemik,
g. Kemampuan membunuh yang baik (Tim Penulis Penebar Swadaya,
2004).
Pemberantasan gulma akan berhasil dengan baik apa bila melakukan hal
hal diatas. Kemungkinan gulma untuk tumbuh lagi menjadi sangat kecil.
Pemberantasan gulma dengan cara mekanik dan kimiawi dapat dilakukan 2 3
kali setahun. Cara biologi adalah pengendalian gulma dengan cara menanam
tanaman penutup tanah (LCC) yang didominasi oleh jenis tanaman leguminosa
yang mampu menambat N dari udara bebas dan sekaligus menjadi pupuk hijau
bagi tanaman.
3.

Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan

memacu pertumbuhan tanaman serat mempercepat matang sadap. Cara


pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Manual Circle dan Chemical
Strip Weeding.

12

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), cara Manual Circle adalah cara
pemupukan dengan cara membuat lubang pemupukan secara melingkar pada
tanaman. Jari - jari lingkaran pemupukan ditentukan berdasarkan umur tanaman.
Lubang pemupukan dibuat dengan kedalaman 5 10 cm. Berikut ini aplikasi
pemupukan Manual Circle berdasarkan umur tanaman.
Tabel .1. Jari jari lingkaran pemupukan
Jari jari Lingkaran (cm)

Kedalaman Lubang Pupuk (cm)

3 5 bulan

20 30

5 10

6 10 bulan

20 45

5 10

11 20 bulan

40 60

5 10

21 48 bulan

40 60

5 10

Lebih dari 48 bulan

50 120

5 10

Umur tanaman

Sedangkan pada cara Chemical Strip Weeding, pupuk diletakkan pada jarak
1 1,5 m dari barisan tanaman, dengan kedalaman lubang 5 10 cm lalu setelah
pupuk dimasukkan lubang ditutup dengan tanah. Pemupukan tanaman sebaiknya
tidak dilakukan pada musim hujan karena pupuk dapat tercuci oleh air hujan.
Pemupukan lebih baik dilakukan pada masa peralihan dari musim penghujan ke
musim kemarau. Sementara itu jenis pupuk yang sering digunakan adalah urea,
DS, SP-36 dan KCl yang mudah diperoleh di pasaran. Dosis pemupukan TBM
tergantung pada jenis tanah atau berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.
Tabel 2. Dosis pemupukan TBM karet berdasarkan jenis tanah

13

Tabel 2. Dosis Pemupukan TBM berdasarkan Jenis tanah


Umur
(Bulan)
3
9
15
21
27
33
39
45
51

Dosis Pupuk (gram / Pohon)


Urea
DS
PMK
Latosol
PMK
Latosol
21,73
21,73
31,97
20,72
43,47
43,47
63,94
41,44
65,21
65,21
95,92
62,17
86,95
86,95
127,89
82,89
108,69
108,69
159,86
103,61
130,43
130,43
192,84
124,93
173,91
173,91
255,78
157,85
217,39
217,39
319,73
184,13
260,86
260,86
383,68
207,23

KCl
PMK
13
26
36
52
65
78
104
150
156

Latosol
15
30
45
60
75
90
120
150
180

Tabel 3. Dosis pemupukan TBM berdasarkan fase pertumbuhan


Fase
Pertumbuhan
TB
TBM 1
TBM 2
TBM 3
TBM 4
TBM 5

4.

Urea
50
236
233
381
429
476

SP36
100
100
267
267
333
333

Dosis pupuk (gram / Pohon)


KCl
Urea
SP36
25
50
100
118
50
150
160
123
200
175
128
200
188
147
200
200
140

KCl
50
75
92
88
84

Seleksi dan penjarangan


Idealnya dalam suatu perkebunan karet terdiri dari tanaman yang seluruhnya

dalam keadaan sehat dan baik. Sehingga seleksi pohon yang sehat dan homogen
menjelang matang sadap perlu dilakukan pohon yang dipilih adalah pohon yang
benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Penjarangan dilakukan dengan
membongkar pohon-pohon yang dianggap tidak baik dan terserang penyakit
hingga ke akarakarnya agar penyakit tidak menyebar ke tanaman yang sehat.
Asumsi daya hidup tanaman karet 95%, maka dari 476 tanaman pokok yang
ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika

14

dari 452 tanaman tersebut sekitar 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman
sehat. Dan dari 425 tanaman akan dapat disadap 400 pohon per hektar (Setiawan,
Andoko, 2005).
5.

Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCC).


Fungsi utama tanaman penutup tanah adalah untuk mencegah erosi dan

konservasi tanah. Karena fungsinya yang sangat penting tersebut, tanaman


penutup tanah juga perlu dipelihara dengan cara pemupukan dan pemangkasan.
Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kompos yang telah matang dengan dosis
4 5 ton per hektar. Cara pemberiannya adalah dengan ditaburkan di sela-sela
tanaman atau bersamaan dengan pemupukan pada tanaman.
Menurut Siregar (2009), jika pertumbuhan tanaman penutup tanah ini terlalu
cepat, maka perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan tanaman penutup tanah
dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit atau parang. Beberapa
manfaat LCC adalah sebagai berikut.
a). Meningkatkan kesuburan tanah.
b). Melindungi tanah dari erosi.
c). Memperbaiki sifat fisik tanah.
d). Memperpendek masa TBM.
e). Meningkatkan produksi karet.
f). Mengurangi serangan Jamur Akar Putih (JAP).
g). Mempertinggi homogenitas tanaman.
h). Mempercepat regenerasi kulit pulihan.
6.

Penunasan

15

Menurut Siregar (2009), penunasan adalah membuang tunas palsu dan tunas
cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini
banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg
tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman
dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat
tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat
tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas
berkayu.
Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap
yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak dengan tinggi 2,5 - 3 meter.
Tunas-tunas cabang yang tumbuh pada ketinggian 2,5 - 3 meter diatas tanah
dibiarkan untuk membentuk percabangan. Pembuangan tunas harus dilakukan
secepat mungkin jangan menunggu sampai berkayu selain sulit dipotong, juga
akan merusak bidang sadap kalau pemotongannya tidak hati-hati. Penunasan
dilakukan menggunakan pisau tajam dengan rotasi hingga 12 kali per tahun.
Pemotongan dilakukan sedekat mungkin dengan batang (Siregar, 2009).
7.

Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian

hama

dan

penyakit

dilakukan

secara

rutin

dengan

memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya


serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman
secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas
mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.
Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan hama

16

daripada penyakit. hama yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya
adalah rayap (Coptotermes sp) (Bina UKM, 2010). Menurut Pracaya (2002),
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.
b. Menanam dengan bahan tanam polybag.
c. Menaburkan Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di sekitar tanaman
yang terserang sebanyak satu sendok makan .
Menurut Pracaya (2002), penyakit tanaman karet lainnya yang sering
ditemukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain sebagai berikut.
1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas
dengan collar protectant.
2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan
larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75
WP dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2% (Fungisida).
3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan
Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan
Calixin Ready Mix 2%.

17

III.

METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1. Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 25 hari kerja dimulai dari tanggal
23 Juli sampai dengan 23 Agustus 2012.
2. Tempat
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kebun Kawung Kabupaten Cilacap
Afdelling Matsuka milik PTP Nusantara IX (Persero).
B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dibahas dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) meliputi :


1. Keadaan wilayah, sejarah perusahaan, organisasi, misi dan kegiatan budidaya
serta pengolahan hasil tanaman karet (Hevea brasiliensis) dari PTP Nusantara
IX (persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.
2. Kebun Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) (Hevea
brasiliensis) dari PTP Nusantara IX (persero) Kebun Kawung Kabupaten
Cilacap Afdelling Matsuka.
C. Metode Praktik Kerja Lapangan

Metode Praktik Kerja Lapang yang digunakan adalah metode observasi


partisipatif dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan PTP. Nusantara IX
( persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka meliputi :

18

a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik mendapatkan informasi secara
langsung kepada petugas lapang PTP. Nusantara IX (persero) Kebun
Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.
b. Pencatatan
Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang
berhubungan dengan kerja praktik. Data sekunder diperoleh dengan
mempelajari data yang terkait dengan materi kerja praktik dalam bentuk
catatan dan dokumen perusahaan.
c. Partisipasi Aktif
Yaitu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemeliharaan TBM karet (Hevea
brasiliensis) yang dilaksanakan oleh PTP. Nusantara IX (persero) Kebun
Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

19

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PTP Nusantara IX (persero) Kebun Kawung


Kabupaten Cilacap Afdeling Matsuka
1.

Sejarah Kebun Kawung


Kebun Kawung bermula dari dua kebun yaitu Kebun Kawung dan Kebun

Meluwung yang digabung menjadi satu dengan nama Kebun Kawung.


Kebun Kawung sendiri sebelumnya mempunyai latar belakang sejarah sebagai
berikut:
-

Tahun 1926 Kebun Kawung didirikan oleh Matschappy Belanda Tiedman Van
Kerchen (TVK) dengan nama Ruber Ondernaming (RO) Kawung dengan
tanaman karet.

Tahun 1942 - 1945 Kebun Kawung dikuasai Jepang.

Tahun 1946 - 1947 Kebun Kawung dikuasai TVK kembali dengan dasar
perjanjian Linggarjati.

Tahun 1957 diambil alih oleh Pemerintah RI sampai sekarang.

Tahun 1958 - 1960 menjadi PPN Baru Unit IV dengan Kantor Direksi di
Semarang.

Tahun 1961 - 1967 menjadi PP Karet XVIII

dengan Kantor Direksi di

Semarang.
-

Tahun 1968 - 1975 menjadi PPN XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.

Tahun 1976 - 1983 menjadi PTP XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.

Tanggal, 14-07-1983 Kebun Kawung digabung dengan Kebun Melewung .

20

2.

Kondisi wilayah
Kebun Kawung terletak pada posisi 7.150 - 7.300 Lintang selatan dan 2.100

- 2.200 Bujur timur. Areal Kebun Kawung berada di 2 Kecamatan, untuk Kantor
Induk dan Afdeling Kawung berada di Kecamatan Cimanggu, sedangkan
Afdeling Cikukun dan Afdeling Panenjoan, berada di Kecamatan Wanareja.
Kebun Kawung terletak di :
Dusun

: Karangtengah Lor

Desa

: Karangreja

Kecamatan

: Cimanggu

Kabupaten

: Cilacap

Propinsi

: Jawa Tengah

Keadaan wilayah Kebun Kawung secara lengkap adalah sebagai berikut.


a.

Jenis tanah
Jenis tanah pada lahan Kebun Kawung adalah tanah Glay Humik dengan
kesuburan tekstur lempung, pH tanah berkisar antara 5.5 6.8

b.

Iklim
Ketinggian tempat mencapai 125 m dpl dengan curah hujan kurang lebih
2.408 mm dengan jumlah bulan basah 5 6 bulan dan bulan kering 2 4
bulan dan suhu harian berkisar antara 18 320 C. Jadi Desa Karangreja
kurang sesuai untuk ditanami tanaman karet berdasarkan kondisi iklim daerah
tersebut.

3.

Visi , Misi dan Tujuan Perusahaan

a. Visi

21

Menjadikan Perusahaan Agrobisnis dan Agroindustri yang berdaya saing


tinggi dan tumbuh bersama Mitra.
b. Misi
1. Memproduksi dan memasarkan produk Karet, Teh, Kopi, Kakao, Gula,
Tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk
menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).
2. Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai tinggi
(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang
ramah lingkungan.
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja
yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi
karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
4. Mengembangkan Produk hilir, Agrowisata, dan usaha lainnya untuk
mendukung kinerja perusahaan.
5. Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat
lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
6. Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam pemenuhan
kebutuhan gula nasional.
7. Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan
guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan
lapangan kerja.
8. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan
peningkatan kesuburan tanah.

22

c. Tujuan Perusahaan
Menumbuh kembangkan perusahaan guna memberikan nilai kepada
shareholder dan stakeholder dengan menghasilkan laba yang semakin
meningkat (profit growth).
4.

Struktur Organisasi

Administratur
Sinder Kepala
Sinder
Kebun

Sinder
Kantor

Sinder
Teknik

Sinder
Kebun

Sinder
Kebun

Sinder
Kebun

Sinder
Teknik

Gambar 1. Sruktur Organisasi PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung


Adapun tugas dan kewajiban masing masing bagian adalah sebagai berikut :
1. Administratur
Kebun Kawung dikepalai oleh seorang administratur sebagai pemimpin
perkebunan.

Fungsinya untuk memimpin dan mengelola secara managemen

perusahaan perkebunan Unit Produksi yang dipercayakan, sesuai dengan


kebijaksanaan atasan (direksi) yang berkantor pusat di Semarang. Tugas
administratur yaitu membuat rancangan, mengatur, mengawasi, mengkoordinasi
dan mengevaluasi segala kegiatan perkebunan sebagai Unit Produksi, serta
memberikan laporan kepada atasan (direksi).
Administratur dalam mengelola unit produksi dibantu oleh kepala sinder.
Tugas kepala sinder yaitu membantu atasan (administratur) dalam mengelola,

23

menilai, mengawasi, menyusun rencana, mengkoordinasi, memberi petunjuk


kepada bawahan dan lain-lain yang diperukan dalam perkebunan.
2. Sinder atau kepala bagian kebun
Sinder merupakan pemimpin bagian kebun, dalam melakukan tugasnya
seorang sinder dibantu oleh mandor besar dan mandor keliling. Perkebunan karet
Kawung ada 3 sinder yaitu sinder kebun, sinder kantor dan sinder teknik.
3. Kepala mandor
Kepala mandor kedudukannya dibawah sinder, yang berarti kepala mandor
dalam melakukan tugasnya harus melaporkan terhadap sinder. Kepala mandor
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh pembantu juru tulis atau mandor-mandor
lainnya. Setiap mandor dalam melaksanakan tugasnya berbeda-beda tergantung
bagiannya.
B. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman karet akan tumbuh dengan baik apabila dirawat dan dipelihara
dengan baik.Pemeliharaan yang dilakukan pada perkebunan tanaman karet
meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan pengendalian
hama dan penyakit tanaman (Deptan, 2007).
1. Penyiraman
Tanaman akan tumbuh dengan baik jika kebutuhan air tercukupi, karena air
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet (Budi,
2007).
Adapun penyiraman dilakukan pada pembibitan tanaman saja (TBM).
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pada jam 07.00 sampai 09.00 dan

24

sore hari pada jam 15.00 sampai 16.30. Penyiraman dilakukan secara semi
otomatis yaitu menggunakan sprinkle yang disemprotkan dengan menggunakan
mesin diesel yang dihubungkan melalui pipa pipa dan disemprotkan melalui
sprinkle tersebut. Penyiraman seperti ini dilakukan dengan tujuan mengurangi
biaya produksi yang dibebankan pada pihak perkebunan, sehingga cara seperti ini
pun dipilih sebagai jalan untuk melakukan penyiraman. Pengambilan air berasal
dari saluran irigasi yang dibuat oleh perkebunan. Kemudian para pegawai hanya
bekerja mengontrol mesin diesel dan memasang sprinkle pada pipa pipa
penghubung. Hal inilah yang membuat penyiraman lebih efektif pengerjaanya,
sehingga dalam proses penyiraman pada tanaman jumlah air tercukupi dan tenaga
kerja yang dibutuhkan juga sedikit.
Menurut

Setiawan

dan

Andoko

(2008),

penyiraman

sebaiknya

menggunakan peralatan yang baik, agar air siraman tidak merusak permukaan
tanah dan menyebabkan akar kelihatan diatas permukaanm tanah. Karena akar
yang terlihat diatas permukaan tanah akan dapat menyebabkan tanaman terganggu
dan akan cepat roboh.

Gambar 2. Penyiraman

25

2. Pemupukan
Pemupukan sangat penting dilakukan untuk memberikan penambahan unsur
hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan
tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda
dan mempercepat tanaman untuk disadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan
secepatnya. Menurut Sagala (2007), manfaat pemupukan adalah :
a.

Mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah untuk


memenuhi kebutuhan tanaman.

b.

Menyediakan atau memberikan sejumlah hara yang dibutuhkan tanaman.


Aturan pemberian pupuk ini tidak selalu tepat, hal ini dikarenakan setiap

tanaman karet tumbuh pada tanah yang mempunyai sifat kimia dan fisik yang
berbeda, ada yang berbatu dan tidak berbatu. Selain itu pemupukan dilakukan
pada pembibitan saja. Karena di perkebunan Kawung pada tanaman menghasilkan
jarang dilakukan pemupukan. Pemupukan pada kebun Kawung menggunakan
urea, SP 36 dan KCL ditambah pupuk kandang sebagai bahan pupuk organik.
Pemberian pupuk selama tanaman belum menghasilkan adalah urea 100
g/tanaman, SP 36 100 g/tanaman dan KCL 100 g/tanaman.
Tanaman yang sehat akan memberikan respon yang baik terhadap hasil.
Pemupukan akan lebih efektif apabila dilakukan tepat waktu yaitu pada saat
tanaman dalam kondisi sangat membutuhkan hara dan dalam jumlah yang cukup.
Pada saat menjelang musim hujan tanaman banyak membutuhkan nutrisi untuk
pertumbuhan dan produksi sehingga pemupukan akan lebih efektif dilakukan pada
saat awal musim hujan (Lingga dan Marsono, 2007).

26

Selain tepat waktu dalam pemupukan dosis yang diberikan harus tepat.
Menurut Budi (2007), jumlah pupuk (dosis) yang diberikan terhadap tanaman
harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman. Oleh karena itu pemupukan
secara optimal sangat dianjurkan guna meningkatkan produktivitas karet.
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim
penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan
sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat
penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur
dengan pupuk SP 36 100 gram per lubang, serta dicampur pupuk urea 50 gram
sebagai pupuk dasar.
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program
pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan
dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada
semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan
tanaman dibersihkan. Pemberian SP 36 biasanya dilakukan dua minggu lebih
dahulu dari Urea dan KCl.
Pada saat pembibitan pupuk diberikan disekitar tanaman dengan cara
dibenamkan dengan jarak 10 15 cm dari tanaman secara melingkar. Hal ini
dikarenakan akar tanaman karet masih sekitar 40 45 cm dan belum dapat
mengambil unsur hara lebih jauh lagi. Dosis pupuk pertama untuk TBM 1 adalah
300 g/tanaman dengan komposisi Urea 100 g/g, TSP 100 g/tanaman dan KCL 100

27

g/tanaman. Kemudian untuk lubang tanam hanya diberikan pupuk kandang


sebanyak 3,5 kg/lubang tanam (PTPN IX, 2009)
Tabel 4. Dosis Pupuk Perkebunan Kawung
Umur
(tahun)

Bulan

Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Nop/Des

Urea
(gr/pohon)

20
30
40
50
140
2
50
75
75
75
275
3
75
100
100
100
375
4
100
150
150
400
5
150
150
150
Jumlah
450
Sumber: PTP Nusantara IX (Persero)

SP 36

KCl

Letak (cm)

20
20
30
50
120
50
50
50
75
225
75
75
75
75
300
100
100
100
300
100
100
100
300

20
20
30
50
120
50
50
50
75
225
75
75
75
75
300
100
100
100
300
100
100
100
300

10 - 30
10 - 30
20 - 50
20 - 50
30 - 75
30 - 75
30 - 75
30 - 75
30 - 100
30 - 100
30 - 100
30 - 100
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150

3. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan pada TBM dan masa pembibitan dengan
tujuan membuang tanaman pengganggu seperti alang-alang, teki dan bebandotan
yang dapat merugikan tanaman pokok, terutama dalam masalah penyerapan unsur
hara dan sinar matahari. Pada areal pertanaman karet TBM maupun TM harus
bebas dari gulma seperti alang-alang, Mikania sp. dan Eupatorium odoratum L.
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001).

28

Penyiangan gulma pada perkebunan karet Kawung ada 2 macam yaitu


nyetrip dan diging. Penyiangan nyetrip adalah penyiangan yang dilakukan
terhadap gulma yang ada di sekitar tanaman atau garis tanaman, sedangkan diging
ini sama dengan penyiangan semua gulma sampai akarnya.
Penyiangan gulma sangat penting dilakukan agar tanaman karet yang
ditanam tidak terganggu pertumbuhannnya. Tanaman gulma ini dapat
mengganggu dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah sehingga pemberantasan
gulma harus terus dilakukan secara itensif yaitu secara terus menerus ketika
terdapat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman karet. Pemberantasan gulma juga
dilakukan dengan cara penyemprotan herbisida terhadap gulma gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman karet terutama pada areal tanaman menghasilkan.
Menurut Anwar (2006), penyiangan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
mekanik dan kimiawi. Di kebun Kawung sendiri menggunakan cara mekanik,
biasanya alat yang digunakan adalah sabit dan cangkul. Penggunaan sabit dan
cangkul digunakan bersamaan untuk menyiangi gulma di sekitar tanaman,
sedangkan secara kimia menggunakan herbisida (roundap).

Gambar 3. Penyiangan

29

4. Pemangkasan
a. Pembuangan Tunas Palsu (bukan hasil okulasi)
Pembuangan tunas dilakukan pada TBM, pemotongan tunas ini dilakukan
dengan tujuan untuk membuang tunas baru yang tumbuh di batang dan bukan
merupakan tunas inti yaitu hasil okulasi. Karena apabila tunas tersebut tidak
dibuang akan mengganggu pertumbuhan tunas (hasil okulasi). Pemotongan tunas
palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang di
tinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi (Setiawan
dan Andoko, 2007).

Gambar 4. Pemangkasan
b. Pembuangan Tunas Cabang
Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian
2,75 m sampai 3,0 m dari atas tanah. Pada tanaman TBM banyak terdapat tunas
cabang yang tumbuh di bawah batang toping, apabila cabang tersebut dibiarkan
akan menimbulkan bentuk percabangan yang tidak bagus dan akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman karet serta produksi yang dihasilkan. Pemotongan cabang
tersebut dilakukan dengan menggunakan gunting dan tangan (Siregar, 2009).

30

Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang


yang telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau
pemotongannya kurang hati-hati. Pemotongan cabang atau batang sebaiknya
menggunakan alat yang baik dan bersih. Karena hasil pemotongan akan
mempengaruhi luka dan bentuk kulit tanaman (Setiawan dan Andoko, 2005).
Di perkebunan Kawung sendiri untuk memperoleh tanaman yang baik
dengan batang yang lurus dan mulus. Tanaman yang berumur 1 sampai 2 tahun
dengan kondisi tanah kurang subur umumnya keluar tunas yang tidak diinginkan,
tunas yang demikian perlu dibuang sampai ketinggian tertentu (2,50 m 2,75 m).
Menunas atau memiwil sebaiknya menggunakan pisau yang tajam dan diiris
sampai pangkal tunas. Rotasi pemiwilan dilakukan 7 10 hari sekali terutama
pada tahun-tahun pertama setelah penanaman.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit tanaman karet sering menimbulkan kerugian
ekonomis. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil
akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang harus dikeluarkan dalam upaya
pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian hama penyakit
secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian perlu dilakukan (Deptan,
2010).
Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman karet yaitu kutu
tanaman, jamur akar putih, jamur upas, embun tepung dan Mouldy Rot (Pracaya,
2002).
1. Hama

31

Kutu tanaman (Planococcus Citri) ini merusak tanaman dengan mengisap


cairan dari pucuk batang dan daun muda terutama pada Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM). Tanaman yang terkena kutu menunjukan gejala bagian
pucuk batang dan daun di atas menguning, kering dan akhirnya mati. Kutu
tersebut merusak tanaman karet dengan alat penusuk kebagian pucuk batang dan
daun muda untuk menghisap cairan didalamnya. Pengendalian yang dilakukan di
perkebunan Kawung adalah dengan mengambil dan dibunuh atau menggunakan
insektisida.
Hama kutu pada tanaman karet dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
karet terutama pertumbuhan batang dan daun pada pucuk tanaman, sehingga
keberadaanya perlu diperhatiakan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian
terhadap kutu tersebut agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Tindakan
pengendalian dan pencegahan terhadap kutu tersebut dapat dilakukan dengan cara
mekanis, biologis dan kimiawi. Secara mekanik kutu tersebut diambil dan
dibunuh. Secara biologis di kebun dilepas musuh alami untuk mengendalikan
musuh tersebut, misalnya Eblema sp, Anysis sp dan Coccinella sp. Sedangkan
secara kimia, pengendalian kutu dapat dilakukan dengan insektisida, yaitu
pestona. Pestona (pengendali organik) merupakan hasil ekstraksi dari berbagai
bahan alami yang mengandung bahan aktif: Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam
ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain (Pracaya, 2002).
Hama tanaman karet di kebun Kawung sendiri tidak banyak jenisnya dan
biasanya kerusakan yang ditimbulkan kurang berarti. Hama-hama yang
menyerang tanaman karet adalah:

32

1)

Belalang
Hama ini memakan daun, terutama pada musim kering, dapat dikendalikan
dengan penyemprotan insektisida.

2)

Monyet

3)

Babi hutan

4)

Hama kutu, akhir-akhir ini menyerang dibeberapa kebun karet PTPN IX


(Persero). Hama ini disebarkan oleh semut merah ke tanaman yang sehat.
Pengendalian hama ini dengan cara:
-

Menghambat penyebaran semut merah ke tanaman karet yang sehat baik


dan secara fisik dan kimia.

Mengurangi populasi kutu dengan penyemprotan insektisida Kelthane atau


Supracide M 45 denga konsentrasi 0,4%.

2. Penyakit
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lidnosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat
kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya
terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman
sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf).
Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga
kekuning kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian

33

tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya


berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ketunggul-tunggul, sisa akar
tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada
tanaman karet umur 1,5 15 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak,
banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir
(Setiawan dan Andoko, 2005).
Pengobatan pada tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan
dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko
kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka
keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan
jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
1) Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
2) Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250
EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
3) Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G dan Belerang.
Adapun penanganan yang dilakukan didalam perkebunan karet Kawung
untuk mengendalikan jamur akar putih dengan cara menggali sistem perakaran
tanaman yang terserang sampai akar yang terlihat, kemudian bagian yang
terserang dikerok dengan golok sampai jamur akar putih tersebut tidak ada, baru
disemprot dengan Bayleton dan diberi serbuk belerang 100 - 150 g/lubang
tanaman. Setelah itu tanah dibiarkan terbuka sampai 6 hari, kemudian ditutup
kembali dan di cek lagi 1,5 bulan kemudian. Sedangkan pada lahan yang sudah

34

terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul
karet. Lubang penanaman diberi belerang 100 - 200 g/lubang.
b. Jamur Upas
Penyebab penyakit jamur ini berasal dari jamur corticium salmonicolor dan
gejala serangannya adalah:
- Stadium sarang laba-laba pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas
percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba.
- Stadium bongkol adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba.
- Stadium kortisium jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benangbenang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu.
- Stadium nekator jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang
terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang
berwarna coklat kehitaman meleleh dipermukaan bagian terserang.
- Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah
patah (Prascaya, 2002).
Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perkebunan karet Kawung adalah:
1. Menanam klon yang tahan seperti PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM
109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IPR 5, IRR
39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118.
2. Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
3. Cabang atau ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.
4. Cabang yang masih menunjukan gejala awal (sarang laba-laba) segera
dioles dengan fungisida Bubur Bordo atau fungisida berbahan aktif
Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang terserang.

35

5. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak


dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu
lateks.
6. Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas atau kerok sampai bagian
kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
dari bagian yang sakit.
c. Penyakit pada daun (embun tepung)
Embun tepung berasal dari (Jamur Oidium heveae), penyakit colletorichum
(Jamur

colletotrichum

gloeosporoides),

penyakit

phytophthora

(Jamur

Phytophthora botriosa).
Pengendalian dan pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan
dengan cara :
1. Taburkan belerang sebelum atau pada saat sanitasi kebun.
2. Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah khusus
penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk
nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3 5
tutup/tangki.
Adapun

pengendalian

penyakit

embun

tepung

menggunakan

alat

penyemprot belerang menggunakan alat dasting yang disemburkan ke atas


permukaan daun tanaman, pengendalian ini dilakukan pada saat malam hari yaitu
jam 21.00 sampai jam 23.00 karena pada malam hari angin tidak terlalu besar
sehingga serbuk belerang tidak terbawa jauh oleh angin (Anwar, 2001)

36

Gambar 5. Pengendalian Embun Tepung dengan alat Dasting

d. Penyakit Bidang Sadap (Mouldy Rot Penyebab Jamur Caratocystis Fimbriata)


Gejala Serangan mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada
bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan
seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapisan
dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa meluas
sampai ke kambium dan bagian kayu. Pada serangan berat bagian yang sakit
membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan
kulit. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar
alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan
berikutnya atau tidak bisa lagi disadap (Pracaya, 2002).
Pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini dianjurkan
menanam klon resisten yang telah direkomendasi. Pisau sadap diberi desinfektan
sebelum digunakan. Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan
penyadapan pada serangan berat. Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat
penyadapan agar kulit cepat putih. Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida
5 cm di atas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum di lepas.
Interval pengolesan 1 2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat.

37

Pemeliharaan kebun khususnya perlindungan tanaman terhadap gangguan


hama dan penyakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan
dengan cermat oleh para petugas dalam usaha meningkatkan produktifitas kebun.
Kerugian yang sangat besar akibat kekeliruan atau ketidak mampuan para
petugas kebun dalam menghadapi gangguan hama dan penyakit tidak hanya
berupa penurunan produksi baik kualitas maupun kuantitas tetapi juga lingkungan
akibat penggunaan pestisida yang tidak terkendali.
Pengendalian

hama

dan

penyakit

dilakukan

secara

rutin

dengan

memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya


serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman
secara rutin (early warning system). Pada tanaman belum menghasilkan lebih
banyak mengalami serangan hama daripada penyakit. hama yang sering
menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp) (Bina
UKM, 2010).

38

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1.

Teknik pemeliharaan tanaman karet yang dilaksanakan di PTP Nusantara IX


meliputi: penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi penjarangan,
pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCC), penunasan, pengendalian hama
penyakit.

2. Sarana dan prasarana di perkebunan Kawung masih terbatas, sehingga dalam


proses budidaya khususnya untuk peralatan pemeliharaan tanaman karet
masih kurang maksimal.
B.

Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:


1. Pemberian pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang budidaya karet terutama masalah pemeliharaan tanaman karet guna
mendukung dan meningkatkan hasil karet yang baik.
2. Pengawasan dan pengontrolan oleh pihak perkebunan harus dilakukan, agar
pekerja dalam bekerja lebih baik/sesuai dengan perintah khususnya dalam
pemeliharaan tanaman karet.
3. Adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk dikegiatan budidaya
khususnya untuk pemeliharaan tanaman karet.
4. Perbaikan jalan sangat diperlukan untuk memudahkan dalam melakukan
kegiatan budidaya karet khususnya saat membawa pupuk ketempat tanam.

39

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah


disampaikan dalam Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet PT
FABA Indonesia Konsultan, Medan, 18 Mei 2006
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi
Budidaya Karet. Seri Buku Inovasi BUN/12/2008. Bogor. 33 hal.
Bina UKM, 2010. Pengelolaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam
Budidaya

Tanaman

Karet

(On-line).

http://binaukm.com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkantbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/, Diakses pada tanggal 15 Mei


2012.
Istianto dan Nugroho. 2009. Pemupukan Tanaman Karet. Pusat Penelitian
Karet. Balai Penelitian Sungai Putih. Medan.
Parhusip, A. B. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review. No. 213:
18.
Pracaya, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal
389-341.
PTPN

IX,

2009.

Profil

Singkat

PTP

Nusantara

IX

(On-line).

http://www.ptpnix.co.id/index.php. Diakses pada tanggal 15 Desember


2011.
Rouf, A. 2009. Sejarah dan Prospek Pengembangan Karet (On-line)
http://balitgetas.wordpress.com/2009/07/21/ sejarah - dan - prospek pengembangan - karet/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012
Sagala, A. 2009. Teknis Budidaya Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungei
Putih. http://ekosetianto.wordpress.com/2009/11/07/teknisi-budidayatanaman-karet/. Diakses 11 Mei 2012.

40

Setiawan, H dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. : PT


AgroMedia Pustaka, Jakarta. 164 hal.
Setyamidjaja, D. 1993. Seri Budidaya Karet. Kanisius. Yogyakarta.
Siregar, T. H. S. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) bagian
1 (On-line). http://perkebunankaret.blogspot.com/2009/09/pemeliharaantanaman-karet-hevea.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012.
Siregar, T. H. S. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) bagian
2 (On-line). http://perkebunankaret.blogspot.com/2009/09/pemeliharaantanaman-karet-hevea.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012.
Sjafriani, R, 2010. 2011, Produksi Karet Indonesia ditargetkan Terbesar di Dunia
(On-line).

http://www.republika.co.id./2011-Produksi-karet-Indonesia-

ditargetkan-terbesar-di-dunia/21/06/2010.html. Diakses pada tanggal 17


Maret 2012.
SRAS (Smallholder Rubber Agroforestry System), 2005. Penyadapan Tanaman
Karet, Syarat Matang Sadap. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian
Sembawa. 2 hal.
Suhandi, A. 2009. Upaya Mempercepat Masa Tanaman Belum Menghasilkan
Tanaman Karet di PTP Nusantara III. Prosiding Lokakarya Nasional
Pemuliaan

Tanaman

Karet. Lembaga

Riset

Perkebunan

Indonesia. Medan, 13-18 Maret 2009.


Sumantry,

C.V,

2011.

Sejarah

Singkat

Karet

(On-line).

http://www.sumantry.com/artikel/pengetahuan-dasar/49-sejarah-singkatkaret. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012


Tim Penulis PS, 2004. Karet, Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran.
PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 366 hal.

41

Lampiran1
Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan

42

43

44

45

46

47

48

Lampiran 1
OUTLINE LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tanaman Karet
B. Syarat tumbuh Tanaman Karet
C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
B. Materi Praktik Kerja Lapangan
C. Metode Praktik Kerja Lapangan
D. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum perkebunan TBM karet milik PTP Nusantara IX (Persero)
kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka
B. Teknik Pemeliharaan TBM di PTP Nusantara IX (Persero) kebun Kawung
Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka
V. SIMPULAN DAN SARAN

49

A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

50

Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN
1.

Gambaran umum Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP Nusantara IX


(Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

2.

a.

Sejarah berdirinya

b.

Luas Wilayah

c.

Visi dan Misi

d.

Struktur Organisasi

Keadaan umum Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP Nusantara IX


(Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

3.

a.

Lokasi, termasuk batas-batas wilayah

b.

Kondisi wilayah

c.

Tinggi tempat dan topografi

Pemeliharaan TBM Karet di Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP


Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling
Matsuka
a.

Penyulaman

b.

Penyiangan

c.

Pemupukan

d.

Seleksi dan Penjarangan

e.

Pemeliharaan Tanaman penutup tanah (LCC)

51

4.

f.

Penunasan

g.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Permasalahan yang dihadapi di Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP


Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling
Matsuka

5.

a.

Permasalahan dalam Pemeliharaan TBM

b.

Cara mengatasi permasalahan dalam Pemeliharaan TBM

Program ke depan

52

Anda mungkin juga menyukai