PENDAHULUAN
kemitraan dengan petani agar nilai tambah dari pengelolaan perkebunan rakyat
dapat optimal diantaranya dengan kemitraan di bidang pemasaran, pembinaan
produksi hingga pembiayaan yang berkesinambungan (Parhusip, 2008).
Pesaing karet alam di dunia adalah karet sintetis, lebih dari setengah karet
yang digunakan sekarang ini adalah karet sintetis. Menurut Setiawan dan Andoko
(2005), sejak diperkenalkan karet sintetis pada dekade 1950-an kebutuhan dunia
akan produksi karet alam mengalami penurunan. Karet sintetis diproduksi dengan
bahan baku minyak bumi hasil pengeboran. Karet sintetis dapat diproduksi dalam
jumlah besar sesuai dengan kebutuhan, dalam waktu yang relatif singkat serta
tidak mempengaruhi harga. Tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi
setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer.
Peranan karet dan produk dari karet terhadap ekspor nasional tidak dapat
dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan penghasil karet alami kedua
terbesar di dunia. Kedudukan yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan
menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi
yang akan meningkatkan ekspor karet. Selain itu, adanya peningkatan produksi
karet setiap tahun akan menjadi alasan yang cukup kuat agar Indonesia menjadi
produsen karet alam terbesar di dunia.
Perkembangan harga karet menunjukkan pergerakan yang cukup baik akibat
meningkatnya permintaan dari negara berkembang yang sedang mengalami
pertumbuhan ekonomi tinggi yang dimotori oleh industrialisasi seperti Cina (ratarata pertumbuhan ekonomi sebesar 10% dan India (pertumbuhan ekonomi sebesar
8%). Disamping dari negara tersebut, permintaan dari negara industri juga cukup
tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan negara-negara industri di
Eropa. Tingginya permintaan dari negara - negara konsumen tersebut relatif tidak
diikuti dengan pertumbuhan produksi dari negara-negara produsen karet. Kondisi
tersebut mengakibatkan terjadinya kelangkaan pasar yang mendorong terjadinya
peningkatan harga di pasar internasional, disamping terjadinya kenaikan harga
minyak dunia yang mempengaruhi harga dan produksi karet sintetis juga berperan
dalam mendorong kenaikan harga karet alami internasional.
Siklus ekonomi tanaman karet yang panjang (25-30 tahun) dengan
masa tanaman belum menghasilkan 5-6 tahun, mendorong langkah industri
perkaretan untuk menguji dan memodifikasi teknologi untuk memperoleh periode
pengembalian modal investasi yang lebih cepat. Masa TBM merupakan fase
tanaman yang membutuhkan tindakan pemeliharaan secara intensif dan
penggunaan biaya investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan
pada tanaman menghasilkan (Suhandi, 2009; Sumarmadji, dkk., 2009).
Masa TBM pada tanaman karet didefinisikan sebagai masa dari sejak
penanaman bahan tanam di lapangan sampai tercapainya kriteria matang
sadap. Matang sadap tanaman karetsecara teknis dicapai apabila lilit batang pada
ketinggian 1 meter dari pertautan okulasi telah mencapai 45 cm dengan ketebalan
kulit minimal 7 mm. Pada kondisi ini status tanaman karetberubah dari tanaman
belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM) dengan syarat
minimal 60% dari populasi tanaman di kebun telah matang sadap (Setyamidjaja,
1993).
Menurut Siagian, Pasaribu, dan Sohirin (2001), pemupukan yang tepat dapat
mempersingkat masa TBM selama 6 bulan atau meningkatkan pertumbuhan
hingga 30%.
Peningkatan permintaan karet dunia yang semakin tinggi mendorong para
pekerja perkebunan untuk meningkatkan pemeliharaan kebun. Salah satu
pemeliharaan yang cukup penting adalah pemeliharaan TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan) yaitu tanaman karet umur 1 5 tahun. Sebelum tanaman mampu
berproduksi perlu adanya perawatan agar tanaman mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik hingga siap dilakukan penyadapan sekitar umur 66
bulan dengan ukuran lilit batang sekitar 45 - 50 cm (SRAS, 2005).
PTP Nusantara IX (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pengusahaan tanaman perkebunan. PTP Nusantara IX (Persero) memiliki dua
Divisi. Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan
menghasilkan produk - produk dari tanaman karet, kopi, kakao, dan teh. Kedua,
Divisi Tanaman Semusim (Pabrik Gula) yang menghasilkan produk-produk dari
tanaman tebu. Kebun Wanasari Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka merupakan
salah satu kebun penghasil karet milik PTP Nusantara IX (Persero).
Tujuan kegiatan praktik kerja lapangan untuk mengetahui:
1) Teknik Pemeliharaan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) pada
perkebunan karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung
Kabupaten Cilacap.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun
karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah
utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang
tangkai daun utama 3-20 cm. Akan tetapi tidak jarang juga tanaman yang tumbuh
mengikuti arah datangnya matahari. Pada batang tanaman terdapat jaringan lateks
yang mampu menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks (Siregar,
2009).
Daun tanaman berwarna hijau dengan susunan tangkai daun utama dan
tangkai anak daun, umumnya terdapat tiga anak daun pada sehelai daun karet
(Trifoliat). Daun karet akan mengalami kerontokan (Defoliasi) dan berwarna
kuning pada musim kemarau panjang yang bertujuan untuk mengurangi
penguapan (Transpirasi) pada daun. Tanaman memerlukan waktu sekitar 2
minggu untuk bersemi kembali dan produksi pada periode tersebut akan
mengalami penurunan, karena umumnya tanaman yang mengalami kerontokan
adalah tanaman yang sudah produktif (umur 5 tahun) (Tim Penulis PS, 2004).
Tanaman karet memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon. Bunga
terdapat pada malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng
dan pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut vilt
dengan ukuran relative lebih besar daripada bunga jantan dan mengandung bakal
buah yang umumnya memiliki tiga ruang. Bunga betina memiliki putik dengan
posisi duduk yang berjumlah tiga. Sedangkan bunga jantan memiliki sepuluh
benag sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Buah karet terbentuk dari hasil
penyerbukan dengan diameter 3 5 cm dan memiliki pembagian ruang yang jelas.
Jumlah ruang umumnya tiga, tapi terkadang enam ruang. Ruang tersebut berisi
biji karet yang memiliki ukuran cukup besar dan kulit yang keras. Biji karet
berwarna cokelat kehitaman dengan bercak bercak pola yang khas dan biji ini
mengandung racun untuk menghindari pemangsa. Buah yang masak akan pecah
dengan sendirinya dan biji jatuh ke tanah dan akan tumbuh apabila menemukan
tempat yang sesuai dengan pertumbuhannya (Setiawan dan Andoko, 2005).
Dalam sistem klasifikasi tanaman, kedudukan tanaman karet adalah sebagai
beikut (Setiawan dan Andoko, 2005).
Kerajaan
: Plantae
Sub Kerajaan
: Tracheophyta
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
Sistem perakaran tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu
menopang bagian atas tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tanaman karet
mampu menembus kedalaman 50 cm dengan sebaran ke arah samping 180 270
cm dari pangkal pohon (Tim Penulis PS. 2004).
B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Iklim
Secara astronomi daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH
(hari hujan)/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi
akan berkurang karena tampungan lateks tercecer oleh butiran hujan.
b.
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan pada kisaran
25oC sampai 35oC.
c.
2.
pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat
kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan sifat kimia tanah agar sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Sifat tanah yang cocok untuk
tanaman karet pada umumnya adalah sebagai berikut.
a.
Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batubatuan dan lapisan cadas.
b.
c.
d.
e.
f.
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.
g.
h.
tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan
manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka
diharapkan tanaman karet pada umur 5 6 tahun telah memenuhi kriteria matang
sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada
ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi telah mencapai minimum 45 cm. Jika
60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal
pertanaman (kebun) sudah siap dipanen (Anwar, 2006).
Menurut Anwar (2006), tanaman yang belum mampu berproduksi lebih
dikenal dengan nama TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yaitu tanaman
berumur kurang dari 5 tahun. Jika pada umur tersebut dilakukan penyadapan
maka pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, pemeliharaan TBM merupakan tahap yang cukup
penting mengingat tanaman sedang dalam fase pertumbuhan yang optimal. Jika
pemeliharaan TBM tidak dilakukan, maka dapat mempengaruhi produksi ketika
tanaman telah siap sadap. Pemeliharaan TBM meliputi kegiatan kegiatan berikut
ini:
1.
Penyulaman
Tidak semua bibit tanaman karet yang ditanam mampu tumbuh dan
10
Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau
memberantas gulma agar kompetisi antara tanaman dan gulma menjadi rendah
sehingga kebutuhan unsur hara tanaman karet dapat terpenuhi dan tanaman
mampu tumbuh serta berkembang dengan baik. Penyiangan dilakukan ketika
pertumbuhan gulma mulai mengganggu pertumbuhan tanaman karet. Penyiangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara mekanik (manual) dan cara
kimiawi dan biologi. Cara mekanik berkaitan dengan mengambil gulma dengan
tangan atau bantuan alat seperti sabit, parang dan lain lain. Sedangkan cara
kimiawi lebih mengutamakan bahan kimia dalam hal ini herbisida untuk
memberantas gulma. Akan tetapi perlu adanya ketelitian dalam meggunakan
herbisida karena dapat juga membahayakan tanaman. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih herbisida:
11
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan
12
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), cara Manual Circle adalah cara
pemupukan dengan cara membuat lubang pemupukan secara melingkar pada
tanaman. Jari - jari lingkaran pemupukan ditentukan berdasarkan umur tanaman.
Lubang pemupukan dibuat dengan kedalaman 5 10 cm. Berikut ini aplikasi
pemupukan Manual Circle berdasarkan umur tanaman.
Tabel .1. Jari jari lingkaran pemupukan
Jari jari Lingkaran (cm)
3 5 bulan
20 30
5 10
6 10 bulan
20 45
5 10
11 20 bulan
40 60
5 10
21 48 bulan
40 60
5 10
50 120
5 10
Umur tanaman
Sedangkan pada cara Chemical Strip Weeding, pupuk diletakkan pada jarak
1 1,5 m dari barisan tanaman, dengan kedalaman lubang 5 10 cm lalu setelah
pupuk dimasukkan lubang ditutup dengan tanah. Pemupukan tanaman sebaiknya
tidak dilakukan pada musim hujan karena pupuk dapat tercuci oleh air hujan.
Pemupukan lebih baik dilakukan pada masa peralihan dari musim penghujan ke
musim kemarau. Sementara itu jenis pupuk yang sering digunakan adalah urea,
DS, SP-36 dan KCl yang mudah diperoleh di pasaran. Dosis pemupukan TBM
tergantung pada jenis tanah atau berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.
Tabel 2. Dosis pemupukan TBM karet berdasarkan jenis tanah
13
KCl
PMK
13
26
36
52
65
78
104
150
156
Latosol
15
30
45
60
75
90
120
150
180
4.
Urea
50
236
233
381
429
476
SP36
100
100
267
267
333
333
KCl
50
75
92
88
84
dalam keadaan sehat dan baik. Sehingga seleksi pohon yang sehat dan homogen
menjelang matang sadap perlu dilakukan pohon yang dipilih adalah pohon yang
benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Penjarangan dilakukan dengan
membongkar pohon-pohon yang dianggap tidak baik dan terserang penyakit
hingga ke akarakarnya agar penyakit tidak menyebar ke tanaman yang sehat.
Asumsi daya hidup tanaman karet 95%, maka dari 476 tanaman pokok yang
ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika
14
dari 452 tanaman tersebut sekitar 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman
sehat. Dan dari 425 tanaman akan dapat disadap 400 pohon per hektar (Setiawan,
Andoko, 2005).
5.
Penunasan
15
Menurut Siregar (2009), penunasan adalah membuang tunas palsu dan tunas
cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini
banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg
tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman
dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat
tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat
tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas
berkayu.
Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap
yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak dengan tinggi 2,5 - 3 meter.
Tunas-tunas cabang yang tumbuh pada ketinggian 2,5 - 3 meter diatas tanah
dibiarkan untuk membentuk percabangan. Pembuangan tunas harus dilakukan
secepat mungkin jangan menunggu sampai berkayu selain sulit dipotong, juga
akan merusak bidang sadap kalau pemotongannya tidak hati-hati. Penunasan
dilakukan menggunakan pisau tajam dengan rotasi hingga 12 kali per tahun.
Pemotongan dilakukan sedekat mungkin dengan batang (Siregar, 2009).
7.
hama
dan
penyakit
dilakukan
secara
rutin
dengan
16
daripada penyakit. hama yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya
adalah rayap (Coptotermes sp) (Bina UKM, 2010). Menurut Pracaya (2002),
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.
b. Menanam dengan bahan tanam polybag.
c. Menaburkan Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di sekitar tanaman
yang terserang sebanyak satu sendok makan .
Menurut Pracaya (2002), penyakit tanaman karet lainnya yang sering
ditemukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain sebagai berikut.
1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas
dengan collar protectant.
2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan
larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75
WP dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2% (Fungisida).
3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan
Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan
Calixin Ready Mix 2%.
17
III.
1. Waktu
Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 25 hari kerja dimulai dari tanggal
23 Juli sampai dengan 23 Agustus 2012.
2. Tempat
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kebun Kawung Kabupaten Cilacap
Afdelling Matsuka milik PTP Nusantara IX (Persero).
B. Materi Praktik Kerja Lapangan
18
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik mendapatkan informasi secara
langsung kepada petugas lapang PTP. Nusantara IX (persero) Kebun
Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.
b. Pencatatan
Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang
berhubungan dengan kerja praktik. Data sekunder diperoleh dengan
mempelajari data yang terkait dengan materi kerja praktik dalam bentuk
catatan dan dokumen perusahaan.
c. Partisipasi Aktif
Yaitu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemeliharaan TBM karet (Hevea
brasiliensis) yang dilaksanakan oleh PTP. Nusantara IX (persero) Kebun
Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.
19
IV.
Tahun 1926 Kebun Kawung didirikan oleh Matschappy Belanda Tiedman Van
Kerchen (TVK) dengan nama Ruber Ondernaming (RO) Kawung dengan
tanaman karet.
Tahun 1946 - 1947 Kebun Kawung dikuasai TVK kembali dengan dasar
perjanjian Linggarjati.
Tahun 1958 - 1960 menjadi PPN Baru Unit IV dengan Kantor Direksi di
Semarang.
Semarang.
-
Tahun 1968 - 1975 menjadi PPN XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.
Tahun 1976 - 1983 menjadi PTP XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.
20
2.
Kondisi wilayah
Kebun Kawung terletak pada posisi 7.150 - 7.300 Lintang selatan dan 2.100
- 2.200 Bujur timur. Areal Kebun Kawung berada di 2 Kecamatan, untuk Kantor
Induk dan Afdeling Kawung berada di Kecamatan Cimanggu, sedangkan
Afdeling Cikukun dan Afdeling Panenjoan, berada di Kecamatan Wanareja.
Kebun Kawung terletak di :
Dusun
: Karangtengah Lor
Desa
: Karangreja
Kecamatan
: Cimanggu
Kabupaten
: Cilacap
Propinsi
: Jawa Tengah
Jenis tanah
Jenis tanah pada lahan Kebun Kawung adalah tanah Glay Humik dengan
kesuburan tekstur lempung, pH tanah berkisar antara 5.5 6.8
b.
Iklim
Ketinggian tempat mencapai 125 m dpl dengan curah hujan kurang lebih
2.408 mm dengan jumlah bulan basah 5 6 bulan dan bulan kering 2 4
bulan dan suhu harian berkisar antara 18 320 C. Jadi Desa Karangreja
kurang sesuai untuk ditanami tanaman karet berdasarkan kondisi iklim daerah
tersebut.
3.
a. Visi
21
22
c. Tujuan Perusahaan
Menumbuh kembangkan perusahaan guna memberikan nilai kepada
shareholder dan stakeholder dengan menghasilkan laba yang semakin
meningkat (profit growth).
4.
Struktur Organisasi
Administratur
Sinder Kepala
Sinder
Kebun
Sinder
Kantor
Sinder
Teknik
Sinder
Kebun
Sinder
Kebun
Sinder
Kebun
Sinder
Teknik
23
24
sore hari pada jam 15.00 sampai 16.30. Penyiraman dilakukan secara semi
otomatis yaitu menggunakan sprinkle yang disemprotkan dengan menggunakan
mesin diesel yang dihubungkan melalui pipa pipa dan disemprotkan melalui
sprinkle tersebut. Penyiraman seperti ini dilakukan dengan tujuan mengurangi
biaya produksi yang dibebankan pada pihak perkebunan, sehingga cara seperti ini
pun dipilih sebagai jalan untuk melakukan penyiraman. Pengambilan air berasal
dari saluran irigasi yang dibuat oleh perkebunan. Kemudian para pegawai hanya
bekerja mengontrol mesin diesel dan memasang sprinkle pada pipa pipa
penghubung. Hal inilah yang membuat penyiraman lebih efektif pengerjaanya,
sehingga dalam proses penyiraman pada tanaman jumlah air tercukupi dan tenaga
kerja yang dibutuhkan juga sedikit.
Menurut
Setiawan
dan
Andoko
(2008),
penyiraman
sebaiknya
menggunakan peralatan yang baik, agar air siraman tidak merusak permukaan
tanah dan menyebabkan akar kelihatan diatas permukaanm tanah. Karena akar
yang terlihat diatas permukaan tanah akan dapat menyebabkan tanaman terganggu
dan akan cepat roboh.
Gambar 2. Penyiraman
25
2. Pemupukan
Pemupukan sangat penting dilakukan untuk memberikan penambahan unsur
hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan
tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda
dan mempercepat tanaman untuk disadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan
secepatnya. Menurut Sagala (2007), manfaat pemupukan adalah :
a.
b.
tanaman karet tumbuh pada tanah yang mempunyai sifat kimia dan fisik yang
berbeda, ada yang berbatu dan tidak berbatu. Selain itu pemupukan dilakukan
pada pembibitan saja. Karena di perkebunan Kawung pada tanaman menghasilkan
jarang dilakukan pemupukan. Pemupukan pada kebun Kawung menggunakan
urea, SP 36 dan KCL ditambah pupuk kandang sebagai bahan pupuk organik.
Pemberian pupuk selama tanaman belum menghasilkan adalah urea 100
g/tanaman, SP 36 100 g/tanaman dan KCL 100 g/tanaman.
Tanaman yang sehat akan memberikan respon yang baik terhadap hasil.
Pemupukan akan lebih efektif apabila dilakukan tepat waktu yaitu pada saat
tanaman dalam kondisi sangat membutuhkan hara dan dalam jumlah yang cukup.
Pada saat menjelang musim hujan tanaman banyak membutuhkan nutrisi untuk
pertumbuhan dan produksi sehingga pemupukan akan lebih efektif dilakukan pada
saat awal musim hujan (Lingga dan Marsono, 2007).
26
Selain tepat waktu dalam pemupukan dosis yang diberikan harus tepat.
Menurut Budi (2007), jumlah pupuk (dosis) yang diberikan terhadap tanaman
harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman. Oleh karena itu pemupukan
secara optimal sangat dianjurkan guna meningkatkan produktivitas karet.
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim
penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan
sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat
penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur
dengan pupuk SP 36 100 gram per lubang, serta dicampur pupuk urea 50 gram
sebagai pupuk dasar.
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program
pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan
dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada
semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.
Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan
tanaman dibersihkan. Pemberian SP 36 biasanya dilakukan dua minggu lebih
dahulu dari Urea dan KCl.
Pada saat pembibitan pupuk diberikan disekitar tanaman dengan cara
dibenamkan dengan jarak 10 15 cm dari tanaman secara melingkar. Hal ini
dikarenakan akar tanaman karet masih sekitar 40 45 cm dan belum dapat
mengambil unsur hara lebih jauh lagi. Dosis pupuk pertama untuk TBM 1 adalah
300 g/tanaman dengan komposisi Urea 100 g/g, TSP 100 g/tanaman dan KCL 100
27
Bulan
Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Sept/Okt
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Nop/Des
Jumlah
Jan/Feb
Mar/Apr
Nop/Des
Urea
(gr/pohon)
20
30
40
50
140
2
50
75
75
75
275
3
75
100
100
100
375
4
100
150
150
400
5
150
150
150
Jumlah
450
Sumber: PTP Nusantara IX (Persero)
SP 36
KCl
Letak (cm)
20
20
30
50
120
50
50
50
75
225
75
75
75
75
300
100
100
100
300
100
100
100
300
20
20
30
50
120
50
50
50
75
225
75
75
75
75
300
100
100
100
300
100
100
100
300
10 - 30
10 - 30
20 - 50
20 - 50
30 - 75
30 - 75
30 - 75
30 - 75
30 - 100
30 - 100
30 - 100
30 - 100
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
30 - 150
3. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan pada TBM dan masa pembibitan dengan
tujuan membuang tanaman pengganggu seperti alang-alang, teki dan bebandotan
yang dapat merugikan tanaman pokok, terutama dalam masalah penyerapan unsur
hara dan sinar matahari. Pada areal pertanaman karet TBM maupun TM harus
bebas dari gulma seperti alang-alang, Mikania sp. dan Eupatorium odoratum L.
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001).
28
Gambar 3. Penyiangan
29
4. Pemangkasan
a. Pembuangan Tunas Palsu (bukan hasil okulasi)
Pembuangan tunas dilakukan pada TBM, pemotongan tunas ini dilakukan
dengan tujuan untuk membuang tunas baru yang tumbuh di batang dan bukan
merupakan tunas inti yaitu hasil okulasi. Karena apabila tunas tersebut tidak
dibuang akan mengganggu pertumbuhan tunas (hasil okulasi). Pemotongan tunas
palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang di
tinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi (Setiawan
dan Andoko, 2007).
Gambar 4. Pemangkasan
b. Pembuangan Tunas Cabang
Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian
2,75 m sampai 3,0 m dari atas tanah. Pada tanaman TBM banyak terdapat tunas
cabang yang tumbuh di bawah batang toping, apabila cabang tersebut dibiarkan
akan menimbulkan bentuk percabangan yang tidak bagus dan akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman karet serta produksi yang dihasilkan. Pemotongan cabang
tersebut dilakukan dengan menggunakan gunting dan tangan (Siregar, 2009).
30
31
32
1)
Belalang
Hama ini memakan daun, terutama pada musim kering, dapat dikendalikan
dengan penyemprotan insektisida.
2)
Monyet
3)
Babi hutan
4)
2. Penyakit
a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus)
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus
(Rigidoporus lidnosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat
kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya
terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman
sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf).
Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga
kekuning kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar
tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian
33
34
terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul
karet. Lubang penanaman diberi belerang 100 - 200 g/lubang.
b. Jamur Upas
Penyebab penyakit jamur ini berasal dari jamur corticium salmonicolor dan
gejala serangannya adalah:
- Stadium sarang laba-laba pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas
percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba.
- Stadium bongkol adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba.
- Stadium kortisium jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benangbenang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu.
- Stadium nekator jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang
terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang
berwarna coklat kehitaman meleleh dipermukaan bagian terserang.
- Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah
patah (Prascaya, 2002).
Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perkebunan karet Kawung adalah:
1. Menanam klon yang tahan seperti PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM
109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IPR 5, IRR
39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118.
2. Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
3. Cabang atau ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.
4. Cabang yang masih menunjukan gejala awal (sarang laba-laba) segera
dioles dengan fungisida Bubur Bordo atau fungisida berbahan aktif
Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang terserang.
35
colletotrichum
gloeosporoides),
penyakit
phytophthora
(Jamur
Phytophthora botriosa).
Pengendalian dan pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan
dengan cara :
1. Taburkan belerang sebelum atau pada saat sanitasi kebun.
2. Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah khusus
penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk
nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3 5
tutup/tangki.
Adapun
pengendalian
penyakit
embun
tepung
menggunakan
alat
36
37
hama
dan
penyakit
dilakukan
secara
rutin
dengan
38
V.
A. Kesimpulan
1.
Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Tanaman
Karet
(On-line).
IX,
2009.
Profil
Singkat
PTP
Nusantara
IX
(On-line).
40
http://www.republika.co.id./2011-Produksi-karet-Indonesia-
Tanaman
Karet. Lembaga
Riset
Perkebunan
C.V,
2011.
Sejarah
Singkat
Karet
(On-line).
41
Lampiran1
Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan
42
43
44
45
46
47
48
Lampiran 1
OUTLINE LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tanaman Karet
B. Syarat tumbuh Tanaman Karet
C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
B. Materi Praktik Kerja Lapangan
C. Metode Praktik Kerja Lapangan
D. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum perkebunan TBM karet milik PTP Nusantara IX (Persero)
kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka
B. Teknik Pemeliharaan TBM di PTP Nusantara IX (Persero) kebun Kawung
Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka
V. SIMPULAN DAN SARAN
49
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
50
Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN
1.
2.
a.
Sejarah berdirinya
b.
Luas Wilayah
c.
d.
Struktur Organisasi
3.
a.
b.
Kondisi wilayah
c.
Penyulaman
b.
Penyiangan
c.
Pemupukan
d.
e.
51
4.
f.
Penunasan
g.
5.
a.
b.
Program ke depan
52