Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita semua
penerangan dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang benderang. Tak lupa, shalawat
serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar dan pemimpin seluruh zaman,
Muhammad SAW.
Dengan makalah ini, isi pengetahuan yang kami bagikan kami harap akan lebih
komprehensif, lebih variatif, dan lebih berguna. Makalah dapat disimpan dalam waktu lama,
sehingga dapat diwariskan kepada orang lain atau generasi mendatang.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak- pihak yang membantu kami dalam
pembuatan makalah ini beserta teman-teman yang memberikan berbagai masukan hingga
terciptanya makalah ini.
Kami sadari makalah kami ini jauh dari kesempurnaan.Sehingga, kami harap kritik
dan saran dalam makalah ini dapat menjadi acuan kami di masa mendatang.Amin.

Jatinangor , September 2013

TIM PENYUSUN

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 1

DAFTAR ISI
Kata pengantar..1
Daftar isi ..2
Phylum Platythelmintes.......3

Klas Turbellaria4
Klas Termatoda ..................................................4
Klas Cestoda.6
Klas monogenea.14
Klass dugesia 15

Daftar Pustaka....16

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 2

Phylum Platyhelminthes
Pengenalan Phylum Platyhelminthes
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih
adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan
Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm,
mesoderm, dan endoderm.
Ciri tubuh
Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh

Ukuran dan bentuk tubuh


Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis
hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk
pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling
sederhana.

Struktur dan fungsi tubuh


Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan
aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus).Usus
bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran
darah (sirkulasi).Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi.Pernapasan
dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya.Proses ini terjadi karena tubuhnya yang
pipih.Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar
air dalam tubuh.Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.Sistem
saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang
memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi jantan (testis)
dan organ betina (Ovarium)

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 3

Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit.Alat


reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.

Cara hidup dan habitat


Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas
memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa
organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat
Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang
lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput
air, sapi, babi, atau manusia.

Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual
akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh
(internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi
aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu
dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian
regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.
Klasifikasi Platihemintes
Berdasarkan ada filum Platihemintes dibagi menjadi 5, diantaranya :
Klas Turbellaria
Klas Termatoda
Klas Cestoda
Klas monogenea

Penjelasan sebagai berikut


1. Klas Turbellaria
Umunya hidup di air tawar, air laut dan daratan yang lembab.Jarang hidup sebagai
parasit.Bersilia dan tubuhnya berbentuk seperti tongkat.Berwarna coklat kehitaman. Contoh
Tubellaria : planaria( dugesia), geoplama,bipalia, psedobicero, pristheceraeus. Planaria
merupakan tipe umum untuk mempelajari platihelmintes yang memounya pankang tubuh 525mm.
Permukaan tubuhnya bersilia dan mempunyai sepasang bintik mata, mempunyai celah mulut
yang dlengkapi farng yang dapat ditonjolkan keluar (proboscis).Saluran pencernaannya
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 4

merupakan rongga gastrovaskuler sehingga tidak mempunyai anus.Bernapas melalui seluruh


permukaan tubuhnya.Mampu bergerak aktif karena mempunyai silia yang membantunya
berpindah tempat.Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang memanjang yang di bagian
anteriornya berhubungan silang, dan dua ganglion anterior yang terletak di dekat binyik
mata.Terdapat indera peraba dan sel kemoreseptor yang terdapat di sisi kepala. Mempunyai
sel api yang berfungsi untuk menggerakan air untuk pergerakan silia. Sistem reproduksinya
majemuk sebab ia hemaprodit dan dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Secara aseksual
secara fragmentasi dan mempunyai daya regenerasi tinggi.
2. Klas Termatoda
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.
Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior
Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya
disebut pula cacing hisap.
Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya.
Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit
karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup
dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus,
paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata .Ternak , Ikan , Manusia
Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan
tubuhnya dengan kutikulaPermukaan tubuhnya tidak memiliki silia.
Contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).
Fasciola hepatica
Cacing hati ini memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan
sedikitnya dua jenis inang,
yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.
Inang utama : ternak / manusia /Ikan , Inang sementara : siput air (Lymnea )
Daur hidup Cacing hati terdiri dari
1. Fase seksual : di inang utama (saat cacing hati dewasa)
2. Fase aseksual : di inang perantara ( tubuh siput) dengan
membelah diri terjadi saat larva.
Larvanya berubah 3 kali di tubuh siput Lymnea . Urutan cyclusnya agar mudah sbb
Cyclusnya : T-M-S-R C- MC ( Tumisir Calon MC )
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 5

Telur Mirasidium Sporosis Redia Cercaria MetaCercaria


Metacercaria berekor berenang ke tanaman sekitar air dimakan
Inang utama masuk jadi
Cacing Dewasa .
Daur Hidup Beberapa Cacing Kelas Trematoda
Fasciola hepatica
Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau domba.
Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama kotoran / faeces domba.
Bila mencapai tempat basah,telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut
mirasidium.
Mirasidium segera berenang ke siput Lymnea , akan matibila tidak masuk ke dalam tubuh
siput
siput yang dicari adalah jenis siput air tawar Lymnea auricularis-rubigranosa/ L truncatula
Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam tubuh
siputselama 2 minggu).
Sporokista akan melakukan paedogenesis membentuk larva Redia.
Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan akan melakukan paedogenesis lagi membentuk
larva serkaria
Serkaria segera membentuk ekor dengan ekornya serkaria dapat menembusjaringan tubuh
siput membentuk metacercaria
Metacercaria keluar berenang dalam air .
Di luar tubuh siput, larva metacercaria menempel pada rumput untuk beberapa lama.
Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada
rumput atau tumbuhan air sekitarnya.
Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciola hepatica.
Gambar Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Daur hidup Chlonorchis sinensis
Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica, hanya saja serkaria pada
cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara.
Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica
hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
Daur hidup Schistosoma japonicum (cacing darah)
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.
Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut.
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 6

Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang
lebih ramping.
Cacing jantan panjangnya 9 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 26 cm.
Gambar Schistosoma japonicum jantan dan betina
Selanjutnya diuraikan tentang daur hidup Schistosoma japonicum.
Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menujuke poros
usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersamatinja dan
urine.
Telur akan berkembang menjadi mirasidiumdan masuk ke dalam tubuh siput.
Kemudian dalam tubuh siput akan berkembangmenjadi serkaria yang berekor
bercabang.Serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusiamelalui makanan dan minuman atau
menembuskulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di
Afrikadan Asia).
Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung,limpa, kantong
urine dan ginjal.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia
antara lainsebagai berikut :
- Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.
Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
- Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pada saluran pencernaan manusia.
Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing,
babi, dan sapi.
Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.
Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis denganciri demam, anemia, disentri,berat
badan turun, danpembengkakan hati.
- Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.
Inang perantaranya adalah udang air tawar.
3. Klas Cestoda
Cacing dalam klas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang
dan pipih menyerupai pita.Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 7

pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida
dan segmen ini bila sudah dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
A.

MORFOLOGI UMUM CESTODA

Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai
yang panjangnya 10-12 meter.Cestoda adalah cacing hermafrodit.Cacing ini terdiri atas
scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding intestinum.Di
belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak bersegmen.Di belakang
leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang menyebabkan cacing
menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).Semakin
jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah olah
hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda selalu
dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan didorong semakin lama semakin jauh
letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir
disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus.Makanan masuk
dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.
Bagian tubuh:
a.

Kepala (scolex)

Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat)


Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan
kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang
sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi
mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b.

Leher

Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.

c.

Tubuh atau badan

Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiaptiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d.

Proglottid

Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak.Dikenal tiga
macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 8

dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami
degenerasi).Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid
gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotidproglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam
satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya
proglotid, cestoda dibagi menjadi :
Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.
Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.
Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas dalam
kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
B.

SIKLUS HIDUP UMUM

Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun
betina dalam tubuh mereka.Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus,
vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau
unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi
betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem reproduksi baik jantan maupun betina,
yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan permukaan atrium
berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara seksual hermafrodit, fenomena
pembuahannya termasuk langka.Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi, fertilisasi
silang antara dua individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus
berfungsi menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian
dilakukan pertukaran spermatozoa.
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada
cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara diperlukan serta
tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting untuk menilai evolusi
antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus hidup dua-fase dengan dua jenis
host.
Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah, di
mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan pemakan rumput seperti
sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host itermediate.

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 9

Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam jaringan
tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia saginata remaja ini
menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi tuan rumah definitif.
Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke host definitif,
ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari host perantara yang telah
terinfeksi oleh Taenia saginata remaja.Seperti kemungkinan manusia memakan daging sapi
yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh
manusia dan menetap di usus.

C.
1)

SISTEM REPRODUKSI CESTODA


Sistem reproduksi Jantan :

Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak


dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina berdekatan
di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu
proglotid atau cross (diantara proglotid).
2)

Sistem reproduksi betina:

Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula
Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan berakhir di porus
genitalis betina.
Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau
follikuler (pada cotyloda).
Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini membuka
keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini buntu dan bentuknya
bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi
sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (Ex: Familia:
Thysanosomidae).
D.

KLASIFIKASI CESTODA

Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum


PLATYHELMINTES.Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata danlarvanya
hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.Bentuk badan cacing dewasa memanjang
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 10

menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat pencernaan atau saluran
vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila
dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina.Ujung bagian anterior berubah menjadi
sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies
penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium
latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia
saginata, dan Taenia solium.Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:
Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium,
Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana, Echinococcus
granulosus, Multiceps.
Menurut habitatnya, cestoda dapatdibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan
Cyclophyllidea.
1.

Ordo Pseudophyllidea
Famili Diphylobothridae

Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species iphyllobotrium latum
Diphyllobothrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan, terutama di
Eropa Utara.Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D. latum sering
dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang
terinfeksi oleh parasit ini.Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic
dan Rusia.Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil.Panjang cacing dapat
mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari.Tubuhnya panjang yang terdiri dari
segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
a.

Morfologi Diphyllobothrium latum

Panjangnya mencapai 900 cm, lebar 2,5 cm.


Terdiri atas 4000 proglotid.
Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal pada skoleks.
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 11

hermafrodit
b.

Daur Hidup Diphyllobothrium latum

Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang dalam
air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa minggu
bergantung suhu lingkungan.Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium
yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea
termasuk genus Diaptomus.Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut,
coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel
(sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea
tersebut.Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea
tersebut.Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid
ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem
muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid
berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi
beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam
bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan
menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
c.

Patogenitas

Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah.Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata.Gejala umum
yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan.Pada
kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic.Gejala ini sering
dilaporkan pada penduduk di Finlandia.Di negara ini hampir seperempat dari populasi
penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa.Pada
mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti
ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien
menderita defisiensi vitamin B12.Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi
singel dosis vit.B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum
sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan.Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya
anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam
usus).
d.

Diagnosis dan Pengobatan

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 12

Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan positif.
Obat yang diberikan ialah:
aspidium oleoresin
mepacrim
diclorophen
extract biji labu (Cucurbita spp)
Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya adalah:
menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik ATP, rekasi ini berhubungan dengan
transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.

e.

Pencegahan

Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya sampai-10C
selama 24 jam.
Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2.

Ordo Cyclophyllidea

a. Famili Taeniidae
1)

Taenia saginata

Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan ditemukan
di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 35 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat
menghisap sangat kuat.
a.

Morfologi T. saginata

Cacing dewasa
Panjangnya 4-10 m.
Memiliki 1000 2000
Proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b.

Daur hidup T. Saginata

Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar melalui feses
atau dapat keluar sendiri dari anus.Setiap segmen terlihat seperti cacing tersendiri dan dapat

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 13

merayap secara aktif.Setiap segmen /proglotida dapat dikelirukan sebagai cacing trematoda
atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur keluar dari
lubang robekan tersebut.Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat menginfeksi hospes
intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu.Hospes intermedier
palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi oleh
asam lambung dan sekresi intestinum.Hexacant yang keluar dari telur langsung berpenetrasi
kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran darah keseluruh
tubuh.Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus
dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian
menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan.Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara
dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif.Penyakit yang disebabkan
oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana daging
sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan
empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa
membentuk proglotida yang berisi telur.
c.

Patogenitas

Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.


Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
d.

Diagnosis dan pengobatan

Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek. Proglotid
terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai cabang
sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama,
sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang
banyak dipakai adalah Niklosamide.
e.

Pencegahan

Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita


Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
Memasak daging sampai sempurna.
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 14

Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.

2)

Taeniia solium

Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan terjadinya
infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
a.

Morfologi

Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.


Memiliki 1000 2000 proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b.

Daur Hidup dan Patologi Taenia solium

Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana T.
saginatus.Pada sapi dan T. solium pada babi.Proglotid yang penuh telur keluar melalui feses,
kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur
dan membentuk Cysticercus celluloses,didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan
mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang
menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh
menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu.Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai
25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang.Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung
dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot.Cysticerci sering
ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru.Kapsul
fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong
mata.Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal.Bila
berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi
yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau
choroid.Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga
kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata.Pengambilan cysticercus
dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering
ditemukan pada otak.Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan
sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut ialah: terjadi
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 15

kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi


disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi.Penyakit dapat dicurigai sebagai
epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal tersebut
dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak. Reaksi
seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata
pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan
c.

Diagnosis

Nyeri ulu hati


Mencret
Mual
Obstipasi
Sakit kepala
d.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum, makanan
dari feses yang tercemar.Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci berish dan
hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.
b. Famili Hymenolipipidae
1)

Hymenolepsis nana

Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada manusia,
terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan
Argentina.Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.
a.

Morfologi

Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang 25 mm-10 cm
dan lebar 1 mm
Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah
Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait
Dikenal sebagai cacing pita kerdil
Kosmopolitan
Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak
b.

Daur Hidup Hymenolepis nana

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 16

Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian mengeluarkan telur
infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke orang maupun tikus.
Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang
penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut
cacing berkembang menjadi cysticercoid.Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam
lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
c.

Patogenitas

Infeksi ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata
Infeksi berat
Menimbulkan enteritis catarrhal
Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit perut dengan
atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala, gangguan saraf, bila
supersensitif terjadi alergi, obstipasi.
d.

Diagnosa dan pengobatan

Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.


Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian
untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama
diberikan.Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H.
diminuta dengan cepat.
e.

Pencegahan

Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan


Menghindarkan makanan dari kontaminasi
Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
2)

Hymenolepis diminuta

Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus rumah,
tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada V.
nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda,
misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan
terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
a.

Morfologi

Cacing dewasa berukuran 20-60 cm


Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
Proglotid gravid lepas dari strobila
b.

Daur Hidup Hymenolepis diminuta


Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 17

Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. nana


c.

Patogenitas

Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak menunjukkan
gejala apapun.Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.
d.

Diagnosis

Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja


Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
c. Famili Dylepipidae
Dipylidium caninum
a.

Morfologi

Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)


Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
b.

Siklus Hidup

Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari tubuh
bersama feses anjing/kucing secara spontan.Segmen tersebut secara aktif bergerak di daerah
anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi embrio
akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas dan
membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang mesnjadi
sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva.Saat pinjal menyelesaikan metamorfosisnya dan
menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan
pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan mengalami
evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan berkembang
sebagai cacing dewasa.
Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang paling
sering ditemukan.Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak sebagai hospes
antara.Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur yang tiap telur
mengandung sejumlah onkosfer.Seekor pinjal dapat memiliki sistiserkoid dalam jumlah besar
sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.

c.

Patogenitas

Patogenitas pada hewan


Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan pencernaan.
Patogenitas pada manusia
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 18

Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak


Sakit pada epigastrium
Diare dan sesekali reaksi alergi

d.

Diagnosis

Hilangnya nafsu makan


Kehilangan berat badan secara drastis
Diare
e.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan:
Atabrine
Kuinakrin
Pencegahan
Jangan mencium anjing atau kucing
Hindari jilatan anjing
Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisid
4. Monogenea
Monogenea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk
dalam filum Platyhelminthes.Hewan dari kelas Monogenea umumnya parasit.Hewan ini juga
tidak memiliki rongga tubuh.Monogenea mempunyai sistem pencernaan sederhana yang
mencakup lubang mulut, usus, serta anus. Contohnya Noebenedenia.
Pada tahap awal hidupnya, Monogenea memiliki sebuah organ mirip kait di bagian
posteriornya yang disebut haptor.Hewan dewasa memiliki prohaptor (untuk makan)
dan opisthaptor (untuk menempel).Monogenea dapat ditemukan dikulit, sirip, dan
insang ikan.Monogenea biasanya hermafrodit.Siklus hidupnya tidak mengalami reproduksi
aseksual. Pada reproduksinya dihasilkan telur yang akan mengalami tahap larva,
disebut onkomirasidium. Hewan dewasanya memakan darah, lendir, serta sel-sel epitel
inangnya.

ADAPTASI PARASIT

Adaptasi ini dapat bersifat MORFOLOGI dan BIOLOGI. Hasil dari penyesuaian
ini menyebabkan terbentuknya spesies parasit yang tempatnya pada tubuh hospes tertentu dan
sifat keparasitannya khas
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 19

1. ADAPTASI MORFOLOGI adalah adaptasi yang disertai dengan adanya perubahan


tubuh sehingga memungkinkan untuk hidupnya parasit dalam hospes. Adaptasi morfologi
dapat dibedakan menjadi ;

MODIFIKASI DEGENERASI , pada adaptasi ini terjadi reduksi bahkan benar-benar terjadi
degenerasi alat atau bagian tubuh dan jaringan-jaringan yang mempunyai hubungan
fisiologis. Contoh :mirasidium dari cacing hati Fasciola gigantica akan melepas silianya agar
bisa menyesuaikan diri dan berkembang didalam tubuh siput air tawar Lymnaea sp

MODIFIKASI NEOFORMASI, pada adaptasi ini susunan bagian tubuh mengalami modifikasi
untuk menjadi alat khusus. Contoh kutu yang hidup pada unggas dan mamalia ujung kakinya
ada yang dilengkapi dengan cakar ada yang tidak (disesuaikan untuk melekat pada bulu atau
rambut). Protozoa yang hidup didalam darah dan diluar sel darah juga mengalami modifikasi
neoformasi, dimana yang hidup diluar sel darah merah seperti Trypanosoma sp memiliki
membrane undulans untuk bisa bergerak, sedangkan yang ada didalam sel darah merah
seperti Babesia sp, Anaplasma sp tidak memiliki membrane undulans karena tidak perlu
untuk bergerak.

2. ADAPTASI BIOLOGI, adaptasi ini lebih memungkinkan untuk tahannya hidup parasit
pada tempat predileksinya. Contoh : parasit cacing saluran pencernaan mempunyai
kemampuan mengeluarkan antikinase yang berfungsi menetralkan getah pancreas hospes,
seandainya parasit tidak bisa menetralkannya niscaya parasit akan mati tercerna. Dalam
adaptasi biologi parasit mempunyai bermacam macam kecendrungan hayati untuk bereaksi
atau menanggapi secara khusus terhadap rangsangan dari luar.
5. Dugesia
Spesies dugesia memiliki tubuh memanjang dengan kepala sedikit berbentuk segitiga .
Biasanya mereka memiliki abu-abu, warna coklat atau hitam pada permukaan tubuh dorsal ,
permukaan ventral menggunakan untuk menjadi pucat . Hewan ini memiliki beberapa mata
didasari oleh secangkir berpigmen multiseluler dengan banyak sel retina untuk mendeteksi
jumlah cahaya di lingkungan sekitar . Kadang-kadang mereka menyajikan mata
supernumerary . Pada bagian anterior tubuh , di belakang tingkat mata , mereka memiliki
beberapa auricles yang memberikan tampilan segitiga dengan 'kepala ' dan yang
memungkinkan mereka untuk mendeteksi intensitas arus air . Ini auricles bebas dari pigmen
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 20

dan rhabdites . Setiap sisi margin anterior kepala memiliki antara 5 dan 10 fossae sensorik
dangkal , jumlah mereka tergantung pada spesies atau individu . Sensorik fossae dan alur
daun telinga diberikan dengan banyak ujung saraf .Dugesia saluran pencernaan terdiri dari
faring tubular non - pigmented pusat. Seperti lainnya triclads dugesia usus terdiri dari tiga
cabang bercabang . Setiap cabang terdiri dari CECA , yang memberikan nutrisi untuk tubuh.
Cacing ini memiliki rencana pencernaan kantung , yaitu, tidak memiliki bukaan yang terpisah
untuk ekskresi limbah .
Subepidermal otot dibagi dalam empat lapisan .

Dugesia subtentaculata
Scientific classification

Kingdom:

Animalia

Phylum:

Platyhelminthes

Order:

Tricladida

Suborder:

Continenticola

Superfamily:

Geoplanoidea

Family:

Dugesiidae

Genus:

Dugesia
Girard, 1850[1]

Species
See text

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 21

Di dugesia ovarium bagian perut terletak ,


mereka mulai tepat di belakang otak , biasanya di
tingkat cabang sebagainya usus . The bursal
kanal berjalan di sisi kanan dari aparat sanggama

dan

di atas atrium . Seperti beberapa spesies Neppia ,

Distribution of

dugesia memiliki lapisan ketiga otot memanjang

genus Dugesia after Sluys et al.

atas area vagina dari kanal bursal . Fitur ini tidak

1998.[2]

di

hadir dalam triclads lainnya . Fitur lain yang


berbagi dengan Neppia adalah adanya daerah kelenjar di daerah transicional antara vesikula
seminalis dan saluran ejakulasi , meskipun dalam dugesia kelenjar ini terkonsentrasi pada
diafragma , struktur tidak hadir dalam genera lain. Bola diusulkan bahwa kehadiran kelenjar
ini adalah synapomorphy ofDugesia dan Neppia . Tidak adanya kelenjar ini di beberapa
spesies Neppia ( N. jeanneli , N. montana dan N. schubarti ) dianggap kerugian sekunder .

Dugesia

DAFTAR PUSTAKA

http://muttazainal.wordpress.com/2012/04/28/termatoda/
http://en.wikipedia.org/wiki/Dugesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Monogenea
wahid-biyobe.blogspot.com/2013/01/klasifikasi-platyhelminthes-kelas.html
http://rumahsijenius.blogspot.com/2013/04/perbedaan-antara-turbellaria-trematoda.html
http://www.nudipixel.net/class/turbellaria/

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 22

Perbedaan antara Turbellaria, Trematoda, Cestoda


Nama lain

Turbellaria

Trematoda

Cestoda

Cacing berambut getar


Cacing isap
cacing pita
Bentuk
Pipih pendek
Pipih pendek
Tubuh pipih, beruas-ruas
tubuh
Tubuh bersilia, tertutup Tidak bersilia, di liputi
tidak
bersilia,
diliputi
permukaan epidermis
kultikula, tdak ada
kultikula, tidak ada epidermis
tubuh
epidermis
ada empat skoleks
tidak ada
ada dua (di mulut dan
alat isap
kepala) punya alat isap (di
sekitar mulut / bagian
ada
Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 23

tidak ada

ventral) di lengkapi
dengan gigi kitin
tidak ada

tubuh
cestoda
terdiri
dariskoleks (kepala) terdapat
rostelum
(empat
alat
penghisap) dengan kait yang
tersususn
atas
bahan
kitin,proglotid (segmen
segmen atau ruas ruas tubuh)

bebas, Karnivor

parasit

bebas di air tawar

dalam siput genus Lymnea

parasit di saluran pencernaan


manusia
pada daging babi

bebas di air tawar

kantong empedu biri-biri


dan manusia

segmentasi

panjang tubuh 5-25 cm


titik mata terletak di bagian
dorsal kepala
mulut terletak di ujung
kerongkongan yang dapat
dipanjangkan
untuk
menangkap makanan
Cacing dewasa memiliki pori
genitalis di belakang mulut

Cara hidup
Habitat
larva
Habitat
dewasa
Pencernaan

sistem saraf

alat gerak

alat ekskresi
Respirasi
Reproduksi

Makanan

mulut, faring berotot,


esofagus yang pendek, dan
usus pendek yang
bercabang dua.
tangga tali, dua buntik sistem saraf tangga tali
mata dan aurikel
tersusun atas ganglia
rangkap dekat esofagus,
dua saraf dorsal
(punggung) dan macam
macam serabut saraf.
Silia, menggunakan otot
dengan gerakan seperti
gelombang
(pada
epidermis bagian ventral)
sel api
sel api
osmosis
osmosis
aseksual dengan cara seksual
pembelahan
melintang
atau membujur
seksual: dengan cara
kopulasi
jaringan atau cairan tubuh
hewan

manusia

tidak memiliki mulut


saluran pencernaan

dan

tangga tali

sel api
osmosis
Fragmentasi
hermafrodit

diambil dari inang dengan cara


diserap melalui permukaan
tubuhnya

Biologi Perairan-phylum Platyhelminthes 24

Anda mungkin juga menyukai