Anda di halaman 1dari 17

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN


STRES EMOSIONAL PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
Amir Rusdi Qohirin1, Abdul Ghofur2, Siti Fadlilah3

Diajukan oleh:
AMIR RUSDI QOHIRIN
08130368

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2012

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN


STRES EMOSIONAL PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
Amir Rusdi Qohirin1, Abdul Ghofur2, Siti Fadlilah3
INTISARI
Latar Belakang : Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan
perawatan yang kompleks dengan prosedur yang rumit. Keadaan ini sering kali menyebabkan
penderita Diabetes mengalami stres emosional. Tingkat stres dapat diminimalkan apabila
penderita memperoleh dukungan dari lingkungan sosial terutama keluarga. Hasil studi
pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati pasien Diabetes Januari-November 2011 sebanyak
8.096, dan hampir 60% mengalami stres.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara dengan stres emosional pada penderita
Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan rancangan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus yang di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati sebanyak 211 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang. Alat pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2012.
Analisis data penelitian menggunakan analisis korelasi Sperman Rank.
Hasil : Karakteristik penderita Diabetes Mellitus yaitu sebagian > 50 tahun sebesar 50,0%,
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar 55,9%, dengan tingkat pendidikan SMA sebesar
38,2%, berstatus menikah sebesar 77,9%, bekerja sebagai pedagang sebesar 30,9%, dan lama
sakitnya selama 1-5 tahun sebesar 66,2%. Stres emosional pada penderita Diabetes Mellitus
dalam kategori stres sedang sebesar 69,1%. Dukungan sosial keluarga penderita Diabetes
Mellitus dalam kategori baik sebesar 57,4%. Hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai
koefisien korelasi () sebesar 0,255 dengan p value sebesar 0,036 (p<0,05). Nilai koefisien
korelasi sebesar 0,255 menunjukkan keeratan hubungan kategori rendah.
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan yang signifikan dukungan sosial keluarga dengan stres
emosional pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan
Senopati, Bantul. Bersikap menerima atas penyakit yang diderita, dan keluarga memberikan
dukungan penuh sehingga dapat menjalani terapi dan perawatan dengan kesadaran tanpa beban
sehingga tidak menimbulkan stres yang berlebihan.

Kata Kunci: Dukungan sosial keluarga, stres emosional, pasien DM

Mahasiswa S 1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta


Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3
Dosen Universitas Respati Yogyakarta
2

ASSOCIATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT OF THE FAMILY


AND EMOTIONAL STRESS OF DIABETES MELLITUS (DM)
PATIENTS AT INTERNAL MEDICINE POLYCLINIC OF
PANEMBAHAN SENOPATI HOSPITAL BANTUL
Amir Rusdi Qohirin1, Abdul Ghofur2, Siti Fadlilah3
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus is a degenerative disease that requires comprehensive care with
complicated procedure. The condition often triggers emotional stress to the patient. Stress can be
minimized when the patient gets support from the social environment, particularly family.
Objective: To identify association between social support of the family and emotional stress of
Diabetes Mellitus patients at Polyclinic of Internal Medicine of Panembahan Senopati Hospital
Bantul.
Method: The study was a descriptive correlation with cross sectional design. Population of the
study were Diabetes Mellitus outpatients of Internal Medicine Polyclinic of Panembahan Senopati
Hospital as many as 211 people. Samples consisted of 68 people taken using accidental sampling
technique. The study was carried out from February to May 2012. Data were obtained through
questionnaire and analyzed using Spearman Rank correlation.
Results: Half of the patients 50.0% were above 50 years old; they were mostly male 55.9 with
senior high school education 38.2%, married 77.9%, worked as merchant 30.9%, and suffered
from Diabetes Mellitus within 1-5 years 66.2%. Emotional stress of the patient belonged to
medium 69.1%; social support belonged to good. The result of Spearman Rank analysis showed
score of correlation coefficient () was 0.255 with p value 0.0366 (p<0.05). Score of correlation
coefficient 0.255 showed that closeness of association belonged to low.
Conclusion and Suggestion: There was significant association between social support of the
family and emotional stress of Diabetes Mellitus patients at Internal Medicine Polyclinic of
Panembahan Senopati Hospital Bantul. Accepting the condition and giving full support could help
the patient in having therapy and care without burden and excessive stress.
Keywords: social support, emotional stress, diabetes mellitus
1.
2.
3.

The student of S1 Nursing Study Program of Respati University, Yogyakarta


The instructors of S1 Nursing Study Program of Health Polytechnic, Yogyakarta
The instructors of S1 Nursing Study Program of Respati University, Yogyakarta

A. Pendahuluan
Diabetes Mellitus adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi
di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita Diabetes
Mellitus mencapai lebih dari 180 juta jiwa di seluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat
lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Menurut survei yang dilakukan WHO
memperkirakan tahun 2030, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati
urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Andra, 2005).
Di Amerika Serikat sebagai cerminan negara maju, menurut data National Diabetes
Information Clearinghouse (NDIC) pada tahun 2005 angka kejadian

Diabetes Mellitus

mencapai 20.8 juta jiwa atau sekitar 7% dari seluruh populasi, dan yang terdiagnosa sebanyak
14.6 juta jiwa. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, Biro Pusat Statistik
memperkirakan pada tahun 2003 sudah terdapat 14 juta orang Indonesia yang mengidap
Dibetes Mellitus. Oleh karena itu Diabetes Mellitus tercantum dalam urutan ke empat prioritas
penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (Rimbawan S, 2004). Angka tersebut diprediksi
akan terus melonjak hingga 51 juta pada tahun 2030, dengan tingkat prevalensi yang lebih
besar pada penduduk yang tinggal di kawasan kota daripada di desa.
Penderita Diabetes dapat mengalami stres emosional ketika didiagnosis Diabetes
Mellitus. Perawatan diri yang kompleks serta banyak aturan yang harus di jalani sering kali
membingungkan dan membuat penderita mengalami stres seperti frustasi, marah, dan kecil
hati (Notoatmodjo, 2010). Mengingat begitu kompleksnya permasalahan Diabetes Mellitus
diperlukan adanya suatu dukungan terutama dukungan sosial dari keluarga.
Menurut studi pendahuluan yang didapat dari RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta, pasien yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengalami peningkatan pada
tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desembar 2010 pasien diabetes sebanyak 6.410
kunjungan. Pada tanggal 1 Januari 2011 hingga 30 November 2011 sebanyak 8.096
kunjungan,hal ini mengalami kenaikan sebanyak 2,6%. Hampir 60% pasien yang dilakukan
wawancara mengatakan sangat stres baik dalam menjalani terapi maupun dengan penyakit
yang dialaminya maka dari itu dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memberikan
motivasi serta kepatuhan pasien dalam menjalani terapi dan penatalaksanaan yang diperlukan.
Mengingat angka kenaikan tersebut penulis berasumsi bahwa penyakit diabetes merupakan
penyakit degeneratif yang memerlukan dukungan terutama keluarga sebagai orang terdekat
agar pasien tidak mengalami stress emosional.

B. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menyatakan
ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stress emosional
yang dialami pasien Diabetes Mellitus. Metode penelitian ini merupakan penelitian Non
Eksperimental dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Penelitian cross
sectional study adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian (Sugiyono, 2007).

2. Populasi dan Samoel Penelitian


a.

Populasi
Adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Notoatmodjo, 2002). Subyek
populasi pada penelitian ini adalah semua pasien penderita Diabetes di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pada penelitian ini, jumlah
data populasi terakhir sebanyak 211 orang pada bulan November 2011.

b.

Sampel
Adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
6

tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah pasien Diabetes yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi, adalah sebagai berikut:
Kriteria Inklusi penetapan sampel
1) Pasien Diabetes yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul
2) DM tipe 1 dan 2
3) Bersedia menjadi responden
Kriteria Ekslusi
1) Pasien yang tidak di Poliklinik Penyakit Dalam di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
2) DM Gestasional

3. Definisi Operasional Variabel


a.

Definisi Operasional Variabel Bebas


Dukungan sosial keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus adalah
penilaian penderita DM terhadap keluarga yang tinggal serumah (ayah, ibu, suami,
istri, atau anak), kepada pasien Diabetes, seperti bagaimana keluarga memberikan
bantuan yang nyata pada penderita Diabetes Mellitus. Pada penelitian ini
menggunakan alat ukur yaitu berupa kuesioner. Peneliti menggunakan skala likert
untuk mengukur dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hasil diinterprestasikan
sebagai mendapat dukungan dari keluarga dikatakan baik bila skor (60-80), kurang
baik (40-59) dan buruk bila skor (20-39). Skala yang digunakan adalah ordinal.

b.

Definisi Operasional Variabel Terikat


Stress emosional adalah perasaan tertekan atau situasi yang tidak
menyenangkan yang terjadi pada pasien dengan penderita Diabetes Mellitus karena
penyakit juga penatalaksanaannya. Penelitian ini menggunakan skala ordinal. Hasil
pengukuran stress

pasien penderita Diabetes Mellitus dapat diukur dengan

menggunakan kuesioner, peneliti menggunakan skala likert untuk mengukur steres


emosional yang dimiliki penderita Diabetes Mellitus. Interpresentase nilai stress
berat (69-84), stress sedang (53-68), stress ringan (37-52) dan tidak stress (21-36).
Skala yang digunakan adalah ordinal.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas


a.

Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan korelasi
antara skors (nilai) tiap-tiap item dengan skors total kuesioner tersebut (Arikunto,
2006). Pada uji validitas peneliti menggunakan beberapa responden yang hampir
mirip dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji validitas konstruk (construct
validity) dengan menggunakan pendapat ahli (exspert judgment). Pada penelitian ini
ditambahkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan stress emosional dan
dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus terutama dalam penatalaksanaan.
Pada penelitian ini diuji oleh dua orang ahli yaitu perawat ahli jiwa.
1) Wahyu Rochdiat, S.Kep., Ns., M.Kep. (Dosen Jiwa Universitas Respati
Yogyakarta).
2) Imam Ansori, S.Kep., Ns. (Kepala Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta).

b.

Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama(Arikunto, 2006).
Reliabilitas diuji menggunakan pendapat ahli (expert judgment). Pada penelitian
ini ditambahkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan stress emosional dan
dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus terutama dalam penatalaksanaan.
Pada penelitian ini diuji oleh dua orang ahli yaitu perawat ahli jiwa:
1) Wahyu Rochdiat, S.Kep., Ns., M.Kep. (Dosen Jiwa Universitas Respati
Yogyakarta).
2) Imam Ansori, S.Kep., Ns. (Kepala Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta).

5. Analisis Data
a.

Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel, yang meliputi: umur, usia, status sosial,
pendidikan, pekerjaan, serta komplikasi.

b.

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. (Sugiyono, 2007). Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan dukungan sosial
keluarga dengan stress emosional penderita Diabetes Mellitus. Caranya dengan menguji
masing-masing variabel dengan menggunakan program komputer. Pada penelitian ini
menggunakan uji korelasi tata jenjang atau rank order atau digunakan untuk menentukan
hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal (Stuart and Sundeen,
2007). Rumus korelasi tata jenjang yang dikemukakan oleh Spearman, yaitu:
rhoxy

6 D2

N (N2 - 1)

Keterangan :
rhoxy

koefisien korelasi tata jenjang

= beda antara jenjang setiap subjek

= banyaknya subjek

6. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Karakteristik responden penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status,
pekerjaan, lama sakit, dukungan keluarga, dan stress emosional. Hasil analisis deskriptif
karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 1

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik pada


Pasien Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Karakteristik
Umur
30 40 tahun
41 50 tahun
> 50 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Tidak sekolah
Status
Menikah
Tidak Menikah
Janda/duda
Pekerjaan
PNS/BUMN
TNI/POLRI
Swasta
Petani
Pedagang
Tidak bekerja
Lama Sakit
1-5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Sumber dukungan
Suami
Isteri
Anak
Saudara
Total

Frekuensi

Persentase (%)

17
17
34

25,0
25,0
50,0

38
30

55,9
44,1

6
10
12
26
12
2

8,8
14,7
17,7
38,2
17,7
2,9

53
4
11

77,9
5,9
16,2

16
4
13
7
21
7

23,5
5,9
19,1
10,3
30,9
10,3

45
19
4

66,2
27,9
5,9

18
26
19
5
68

26,5
38,2
27,9
7,4
100,0

Berdasarkan Tabel 1 diketahui karakteristik responden menurut umur paling


banyak berumur > 50 tahun sebanyak 34 orang (50,0%). Menurut jenis kelamin diketahui
sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 38 orang (55,9%). Dilihat dari pendidikan
menunjukkan sebagian besar responden adalah berpendidikan SMA sebanyak 26 orang

(38,2%). Berdasarkan status sebagian besar responden berstatus menikah sebanyak 53


orang (77,9%). Dilihat dari pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang
sebanyak 21 orang (30,9%). Karakteristik responden berdasarkan lama sakitnya sebagian
besar responden sakit selama 1-5 tahun sebanyak 45 orang (66,2%). Menurut sumber
dukungan diketahui sebagian besar responden memperoleh dukungan dari isteri sebanyak
26 orang (38,2%).

7. Analisis Univariat Variabel Penelitian


Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis masing-masing variabel
penelitian menggunakan analisis deskriptif. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
stres emosional dan dukungan sosial keluarga pada penderita Diabetes Mellitus. Hasil
analisis univariat variabel penelitian adalah sebagai berikut.

a. Stress Emosional
Data stress emosional dikategorikan menjadi tidak stress, stress ringan, stress
sedang, dan stress berat. Distribusi frekuensi hasil analisis data stress emosional
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stress Emosional pada
Pasien Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Stres emosional
Tidak stress
Stress ringan
Stress sedang
Stress berat
Total
Sumber: Data primer diolah 2012

Frekuensi
0
21
47
0
68

Persentase (%)
0,0
30,9
69,1
0,0
100,0

Berdasarkan Tabel 2, diketahui sebagian besar responden mengalami stress


sedang sebanyak 47 (69,1%). Sebanyak 21 orang (30,9%) mengalami stress ringan.

b. Dukungan Sosial Keluarga


Data dukungan sosial keluarga dikategorikan menjadi baik, kurang baik dan
buruk. Distribusi frekuensi hasil analisis univariat data dukungan sosial keluarga
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

10

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial Keluarga


pada Pasien Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
Dukungan sosial keluarga
Baik
Kurang Baik
Buruk
Total
Sumber: Data primer diolah 2012

Frekuensi
39
29
0
68

Persentase (%)
57,4
42,6
0,0
100,0

Berdasarkan Tabel 3, diketahui sebagian besar responden mendapatkan


dukungan sosial keluarga yang baik sebanyak 39 orang (57,4%).

8. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan hipotesis
penelitian yaitu mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan stress emosional
pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan
Senopati, Bantul, Yogyakarta. Hasil analisis univariat penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Emosional Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Dukungan
keluarga

Stres emosional
Stress ringan
f

Baik

16

Kurang baik

Stress sedang

Total

%
59,0

41,0

f
23

39

100,0

17,2

24

82,8

29

100,0

21
30,9
Total
Sumber: Data primer diolah 2012

47

69,1

68

100,0

pvalue

0,255

0,036

Berdasarkan Tabel 4 diketahui responden yang mempunyai dukungan keluarga


kategori baik, sebanyak 16 orang (41%) mengalami stress ringan, dan sebanyak 23 orang
(59%) mengalami stress emosional sedang. Responden yang mendapatkan dukungan
keluarga kategori kurang baik, sebagian besar mengalami stress sedang sebanyak sebanyak
24 orang (82,8%) dan sebanyak 5 orang (17,2%) mengalami stress ringan. Berdasarkan
tabulasi silang tersebut dapat diketahui bahwa persentase responden yang mengalami
stress sedang lebih banyak pada responden yang memperoleh dukungan kurang baik.

11

Pembuktian hipotesis penelitian dilakukan analisis data menggunakan uji Spearman


Rank. Berdasarkan hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi ()
sebesar 0,255 dengan p value sebesar 0,036. Oleh karena nilai signifikansi kurang dari
0,05 (p<0,05), artinya ada hubungan yang signifikan dukungan sosial keluarga dengan
stress emosional pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati, Bantul, sehingga hipotesis penelitian ini diterima.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,255 berdasarkan intepretasi koefisien korelasi
menunjukkan keeratan hubungan kategori rendah. Artinya keeratan hubungan antara
dukungan sosial keluarga dengan stress emosional pada penderita Diabetes Mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul dalam kategori rendah.

9. Pembahasanan
1. Stress Emosional
Hasil anlisis tabel 2 diketahui stress emosional pada penderita Diabetes
Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul sebagian
besar dalam kategori stress sedang sebesar 69,1%. Stress sedang menunjukkan bahwa
pasien

Diabetes Mellitus mengalami stress pada tingkatan dimana individu hanya

terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya terjadi penyempitan lapangan persepsi,
tetapi masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain (Friedman, 2010).
Stress merupakan suatu bentuk respon yang ditimbulkan akibat dari situasi atau
kondisi yang sulit atau tidak menyenangkan. Bentuk stress diantaranya berupa stress
emosional yang merupakan perasaan tertekan, yang membuat seseorang mudah
tersinggung, mudah marah, dan mudah tersinggung.9 Terjadinya stress emosional dipicu
oleh situasi dan kondisi tidak menyenangkan yang dialami oleh individu.
Dalam penelitian ini stress emosional dikaitkan dengan penyakit yang diderita
oleh pasien yaitu Diabetes Mellitus. Terjadinya stress dipengaruhi juga oleh kemampuan
individu dalam menghadapi stressor. Setiap individu mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam menghadapi stressor sehingga tingkat stress yang dialami juga berbeda.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu seperti umur, pendidikan,
pekerjaan dan lama sakit.

2. Dukungan Sosial Keluarga


Hasil anlisis diketahui dukungan sosial keluarga penderita Diabetes Mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul sebagian besar dalam
kategori baik sebesar 57,4%. Hasil ini dapat diartikan bahwa keluarga pasien telah
memberikan dukungan penuh terhadap pasien dalam menjalani proses perawatan
Diabetes Mellitus yang diderita oleh pasien.

12

Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengorbanan, semangat dan


nasihat kepada orang lain dalam satu situasi tertentu. Dukungan keluarga diartikan
sebagai bantuan dan dukungan yang diterima individu dari hasil interaksinya dengan
keluarga sehingga individu menerima dan menerima kenyamanan, perhatian dan juga
bantuan yang diberikan oleh keluarga yang dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
(Setiadi, 2008). Dukungan keluarga bisa diperoleh dari keluarga internal seperti suami,
saudara kandung, anak atau bisa juga diperoleh dari luar keluarga inti.
Dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk. Jenis dukungan keluarga

diantaranya adalah dukungan informasi, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional. 11 Dukungan informasional


berupa dukungan melalui pemberian informasi yang bermanfaat. Dukungan instrumental
berupa dukungan dalam bentuk penyediaan materi dan sarana prasarana yang bermanfaat
dalam perawatan Diabetes Mellitus. Dukungan emosional berkaitan dengan penciptaan
suasana nyaman. Dukungan harga diri berkaitan dengan pemberian penghargaan kepada
penderita Diabetes Mellitus yang telah menjalani perawatan dengan baik. Dukungan
emosional diwujudkan dengan memberikan perhatian, mendengarkan keluhan dan
bersikap kasih sayang kepada penderita Diabetes Mellitus.

3. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Stress Emosional Pada


Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati, Bantul
Hasil anlisis membuktikan ada hubungan yang signifikan dukungan sosial
keluarga dengan stress emosional pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul. Didukung hasil analisis Spearman Rank
diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,439 dengan p value sebesar 0,000
(p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa dukungan sosial keluarga berhubungan
signfikan dengan stress emosional pada penderita Diabetes Mellitus.
Dukungan sosial keluarga kepada penderita Diabetes Mellitus merupakan bentuk
pemberian dorongan, semangat dan motivasi pada penderita terutama dalam menjalani
perawatan. Penderita Diabetes Mellitus harus mejalani perawatan yang kompleks bahkan
kadang membingungkan sehingga seringkali menyebabkan terjadinya stress. Dukungan
sosial yang diberikan oleh keluarga akan memberikan dampak pada berkurangnya beban
yang dirasakan oleh penderita. Adanya dukungan keluarga membuat penderita merasa
tenang, nyaman dan tidak terbebani dalam menjalankan perawatan sehingga dapat
mengurangi timbulnya stress yang dirasakan. Hal ini didukung pendapat yang
menyebutkan seseorang yang menderita stress membutuhkan dukungan dari lingkungan
sekitarnya terutamma dukungan dari keluarga sangat diperlukan. 4

13

Semakin baik dukungan sosial keluarga yang diberikan, maka akan semakin
menurunkan stress emosional yang dirasakan penderita Diabetes Mellitus. Hasil tabulasi
silang diketahui responden yang mempunyai dukungan keluarga kategori baik sebesar
(23,5%) mengalami stress ringan, dan sebesar (33,8%) mengalami stress emosional
sedang, sedangkan responden yang mendapatkan dukungan keluarga kategori kurang baik
sebagian besar mengalami stress emosional sedang sebesar (35,3%), dengan perbedaan
tingkat stress sebesar 11,8%. Berdasarkan hasil analisis diketahui tingkat keeratan
hubungan antara dukungan keluarga sosial dengan stress emosional dalam kategori
rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa stress emosional tidak hanya dipengaruhi oleh
dukungan keluarga saja, melainkan masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi
seperti faktor dari dalam diri responden. Selain itu dibutuhkan juga faktor penguat yang
dapat meyakinkan dan mendisiplinkan penderita Diabetes Mellitus untuk menjalani
perawatan sesuai dengan aturan yang dapat diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan
yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui sebagian besar responden telah
memperoleh dukungan kategori baik, tetapi masih mengalami kecemasan sedang. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai kemampuan koping yang
berbeda dalam menghadapi kecemasan. Menurut hasil penelitian sebagian besar
responden penelitian ini adalah pedagang, dimana aktivitas yang dijalani juga sering
menambah tingkat stress yang dirasakan. Dukungan yang baik akan menurunkan
kecemasan yang dirasakan, tetapi faktor dari dalam diri merupakan faktor yang dominan
dalam menghadapi pemicu kecemasan. Adanya dukungan yang baik harus disertai
dengan kemampuan koping dari dalam diri untuk mengatasi dan menghadapi pemicu
cemas sehingga kecemasan dapat dihindari.

10. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumya, maka kesimpulan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul yaitu sebagian besar berumur > 50 tahun sebesar (50,0%),
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebesar (55,9%), dengan tingkat pendidikan
SMA sebesar (38,2%), berstatus menikah sebesar (77,9%), bekerja sebagai pedagang
sebesar (30,9%) dan lama sakitnya sebagian besar selama 1-5 tahun sebesar (66,2%).
2. Stress emosional pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati, Bantul sebagian besar dalam kategori stress sedang sebesar
69,1%.

14

3. Dukungan sosial keluarga penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam


RSUD Panembahan Senopati, Bantul sebagian besar dalam kategori baik sebesar
57,4%.
4. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan stress
emosional pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul yang menunjukkan menunjukkan keeratan hubungan
kategori rendah. Artinya ada hubungan positif antara dukungan sosial keluarga dengan
stress emosional pasien yang penderita Diabetes Mellitus, semakin besar dukungan
keluarga yang diberikan maka stress emosional semakin kecil

b. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien melalui penyuluhan
maupun konseling berkaitan dengan perawatan pasien Diabetes Mellitus.
b. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memberikan dukungan secara penuh
pada penderita Diabetes Mellitus dalam menjalani diet dan perawatan.

2. Bagi Rumah Sakit


a. Meningkatkan upaya tindakan preventif terhadap penyakit Diabetes Mellitus
melalui program pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan melakukan
penyuluhan kesehatan maupun promosi kesehatan tentang Diabetes.
b. Bagi pasien yang sudah menderita, rumah sakit diharapkan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara berperilaku hidup sehat dalam perawatan diri
pasien Diabetes Mellius melalui KIE (komunikasi, edukasi dan informasi).

3. Bagi Ilmu Keperawatan


a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan referensi kepustakaan
yang berguna untuk mengembangkan penelitian tentang materi dukungan sosial
dan stres emosional.
b. Menjadi bahan tambahan informasi tentang upaya penanganan stres emosional
pasien pada pasien Diabetes Mellius dapat dilakukan dengan memberikan
dukungan sosial.

15

4. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dukungan sosial dan stres
emosional yang dapat diterapkan kelak dalam pemberian asuhan keperawatan atau
untuk mengembangkan kajian dan penelitian ilmiah.
5. Bagi Pasien DM
Bersikap menerima atas penyakit yang diderita, sehingga dapat menjalani
terapi dan perawatan dengan kesadaran tanpa beban sehingga tidak menimbulkan stres
yang berlebihan.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat mengembangkan penelitian pada sampel yang lebih luas dan pada
variabel lain yang mempengaruhi stres emosional pasien seperti umur, pendidikan,
sosial ekonomi, pekerjaan dan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2005). Wahana Komunikasi Lintas Spesialis. Jakarta: Majalah Farmacia
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga: Riset, Theory, dan praktik. Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo,
S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rimbawan S. (2004). Peran Edukator Diabetes dalam Perawatan Mandiri. Surabaya: Diabetes
Update-VI 2004.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga: Yogyakarta. Graha ilmu
Sevilla, et all. 2004. Medical Surgicl Nursing Pathofisiologycal Concepts. Philadelphia:
Lippincott.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Stuart and Sundeen.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

16

17

Anda mungkin juga menyukai