Jurnal Amir Rusdi Qohirin
Jurnal Amir Rusdi Qohirin
Diajukan oleh:
AMIR RUSDI QOHIRIN
08130368
A. Pendahuluan
Diabetes Mellitus adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup tinggi
di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita Diabetes
Mellitus mencapai lebih dari 180 juta jiwa di seluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat
lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030. Menurut survei yang dilakukan WHO
memperkirakan tahun 2030, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati
urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Andra, 2005).
Di Amerika Serikat sebagai cerminan negara maju, menurut data National Diabetes
Information Clearinghouse (NDIC) pada tahun 2005 angka kejadian
Diabetes Mellitus
mencapai 20.8 juta jiwa atau sekitar 7% dari seluruh populasi, dan yang terdiagnosa sebanyak
14.6 juta jiwa. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, Biro Pusat Statistik
memperkirakan pada tahun 2003 sudah terdapat 14 juta orang Indonesia yang mengidap
Dibetes Mellitus. Oleh karena itu Diabetes Mellitus tercantum dalam urutan ke empat prioritas
penelitian nasional untuk penyakit degeneratif (Rimbawan S, 2004). Angka tersebut diprediksi
akan terus melonjak hingga 51 juta pada tahun 2030, dengan tingkat prevalensi yang lebih
besar pada penduduk yang tinggal di kawasan kota daripada di desa.
Penderita Diabetes dapat mengalami stres emosional ketika didiagnosis Diabetes
Mellitus. Perawatan diri yang kompleks serta banyak aturan yang harus di jalani sering kali
membingungkan dan membuat penderita mengalami stres seperti frustasi, marah, dan kecil
hati (Notoatmodjo, 2010). Mengingat begitu kompleksnya permasalahan Diabetes Mellitus
diperlukan adanya suatu dukungan terutama dukungan sosial dari keluarga.
Menurut studi pendahuluan yang didapat dari RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta, pasien yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam mengalami peningkatan pada
tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desembar 2010 pasien diabetes sebanyak 6.410
kunjungan. Pada tanggal 1 Januari 2011 hingga 30 November 2011 sebanyak 8.096
kunjungan,hal ini mengalami kenaikan sebanyak 2,6%. Hampir 60% pasien yang dilakukan
wawancara mengatakan sangat stres baik dalam menjalani terapi maupun dengan penyakit
yang dialaminya maka dari itu dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk memberikan
motivasi serta kepatuhan pasien dalam menjalani terapi dan penatalaksanaan yang diperlukan.
Mengingat angka kenaikan tersebut penulis berasumsi bahwa penyakit diabetes merupakan
penyakit degeneratif yang memerlukan dukungan terutama keluarga sebagai orang terdekat
agar pasien tidak mengalami stress emosional.
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menyatakan
ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan stress emosional
yang dialami pasien Diabetes Mellitus. Metode penelitian ini merupakan penelitian Non
Eksperimental dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Penelitian cross
sectional study adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali
pengamatan selama penelitian (Sugiyono, 2007).
Populasi
Adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek/obyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Notoatmodjo, 2002). Subyek
populasi pada penelitian ini adalah semua pasien penderita Diabetes di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pada penelitian ini, jumlah
data populasi terakhir sebanyak 211 orang pada bulan November 2011.
b.
Sampel
Adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
6
tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah pasien Diabetes yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi, adalah sebagai berikut:
Kriteria Inklusi penetapan sampel
1) Pasien Diabetes yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul
2) DM tipe 1 dan 2
3) Bersedia menjadi responden
Kriteria Ekslusi
1) Pasien yang tidak di Poliklinik Penyakit Dalam di RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
2) DM Gestasional
b.
Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji dengan korelasi
antara skors (nilai) tiap-tiap item dengan skors total kuesioner tersebut (Arikunto,
2006). Pada uji validitas peneliti menggunakan beberapa responden yang hampir
mirip dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji validitas konstruk (construct
validity) dengan menggunakan pendapat ahli (exspert judgment). Pada penelitian ini
ditambahkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan stress emosional dan
dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus terutama dalam penatalaksanaan.
Pada penelitian ini diuji oleh dua orang ahli yaitu perawat ahli jiwa.
1) Wahyu Rochdiat, S.Kep., Ns., M.Kep. (Dosen Jiwa Universitas Respati
Yogyakarta).
2) Imam Ansori, S.Kep., Ns. (Kepala Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta).
b.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama(Arikunto, 2006).
Reliabilitas diuji menggunakan pendapat ahli (expert judgment). Pada penelitian
ini ditambahkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan stress emosional dan
dukungan keluarga pada pasien Diabetes Mellitus terutama dalam penatalaksanaan.
Pada penelitian ini diuji oleh dua orang ahli yaitu perawat ahli jiwa:
1) Wahyu Rochdiat, S.Kep., Ns., M.Kep. (Dosen Jiwa Universitas Respati
Yogyakarta).
2) Imam Ansori, S.Kep., Ns. (Kepala Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta).
5. Analisis Data
a.
Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari tiap variabel, yang meliputi: umur, usia, status sosial,
pendidikan, pekerjaan, serta komplikasi.
b.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. (Sugiyono, 2007). Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan dukungan sosial
keluarga dengan stress emosional penderita Diabetes Mellitus. Caranya dengan menguji
masing-masing variabel dengan menggunakan program komputer. Pada penelitian ini
menggunakan uji korelasi tata jenjang atau rank order atau digunakan untuk menentukan
hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal (Stuart and Sundeen,
2007). Rumus korelasi tata jenjang yang dikemukakan oleh Spearman, yaitu:
rhoxy
6 D2
N (N2 - 1)
Keterangan :
rhoxy
= banyaknya subjek
Frekuensi
Persentase (%)
17
17
34
25,0
25,0
50,0
38
30
55,9
44,1
6
10
12
26
12
2
8,8
14,7
17,7
38,2
17,7
2,9
53
4
11
77,9
5,9
16,2
16
4
13
7
21
7
23,5
5,9
19,1
10,3
30,9
10,3
45
19
4
66,2
27,9
5,9
18
26
19
5
68
26,5
38,2
27,9
7,4
100,0
a. Stress Emosional
Data stress emosional dikategorikan menjadi tidak stress, stress ringan, stress
sedang, dan stress berat. Distribusi frekuensi hasil analisis data stress emosional
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stress Emosional pada
Pasien Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Stres emosional
Tidak stress
Stress ringan
Stress sedang
Stress berat
Total
Sumber: Data primer diolah 2012
Frekuensi
0
21
47
0
68
Persentase (%)
0,0
30,9
69,1
0,0
100,0
10
Frekuensi
39
29
0
68
Persentase (%)
57,4
42,6
0,0
100,0
8. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan hipotesis
penelitian yaitu mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan stress emosional
pada penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan
Senopati, Bantul, Yogyakarta. Hasil analisis univariat penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Stres Emosional Pada
Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
Dukungan
keluarga
Stres emosional
Stress ringan
f
Baik
16
Kurang baik
Stress sedang
Total
%
59,0
41,0
f
23
39
100,0
17,2
24
82,8
29
100,0
21
30,9
Total
Sumber: Data primer diolah 2012
47
69,1
68
100,0
pvalue
0,255
0,036
11
9. Pembahasanan
1. Stress Emosional
Hasil anlisis tabel 2 diketahui stress emosional pada penderita Diabetes
Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati, Bantul sebagian
besar dalam kategori stress sedang sebesar 69,1%. Stress sedang menunjukkan bahwa
pasien
terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya terjadi penyempitan lapangan persepsi,
tetapi masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain (Friedman, 2010).
Stress merupakan suatu bentuk respon yang ditimbulkan akibat dari situasi atau
kondisi yang sulit atau tidak menyenangkan. Bentuk stress diantaranya berupa stress
emosional yang merupakan perasaan tertekan, yang membuat seseorang mudah
tersinggung, mudah marah, dan mudah tersinggung.9 Terjadinya stress emosional dipicu
oleh situasi dan kondisi tidak menyenangkan yang dialami oleh individu.
Dalam penelitian ini stress emosional dikaitkan dengan penyakit yang diderita
oleh pasien yaitu Diabetes Mellitus. Terjadinya stress dipengaruhi juga oleh kemampuan
individu dalam menghadapi stressor. Setiap individu mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam menghadapi stressor sehingga tingkat stress yang dialami juga berbeda.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu seperti umur, pendidikan,
pekerjaan dan lama sakit.
12
13
Semakin baik dukungan sosial keluarga yang diberikan, maka akan semakin
menurunkan stress emosional yang dirasakan penderita Diabetes Mellitus. Hasil tabulasi
silang diketahui responden yang mempunyai dukungan keluarga kategori baik sebesar
(23,5%) mengalami stress ringan, dan sebesar (33,8%) mengalami stress emosional
sedang, sedangkan responden yang mendapatkan dukungan keluarga kategori kurang baik
sebagian besar mengalami stress emosional sedang sebesar (35,3%), dengan perbedaan
tingkat stress sebesar 11,8%. Berdasarkan hasil analisis diketahui tingkat keeratan
hubungan antara dukungan keluarga sosial dengan stress emosional dalam kategori
rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa stress emosional tidak hanya dipengaruhi oleh
dukungan keluarga saja, melainkan masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi
seperti faktor dari dalam diri responden. Selain itu dibutuhkan juga faktor penguat yang
dapat meyakinkan dan mendisiplinkan penderita Diabetes Mellitus untuk menjalani
perawatan sesuai dengan aturan yang dapat diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan
yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui sebagian besar responden telah
memperoleh dukungan kategori baik, tetapi masih mengalami kecemasan sedang. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa masing-masing individu mempunyai kemampuan koping yang
berbeda dalam menghadapi kecemasan. Menurut hasil penelitian sebagian besar
responden penelitian ini adalah pedagang, dimana aktivitas yang dijalani juga sering
menambah tingkat stress yang dirasakan. Dukungan yang baik akan menurunkan
kecemasan yang dirasakan, tetapi faktor dari dalam diri merupakan faktor yang dominan
dalam menghadapi pemicu kecemasan. Adanya dukungan yang baik harus disertai
dengan kemampuan koping dari dalam diri untuk mengatasi dan menghadapi pemicu
cemas sehingga kecemasan dapat dihindari.
14
b. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien melalui penyuluhan
maupun konseling berkaitan dengan perawatan pasien Diabetes Mellitus.
b. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memberikan dukungan secara penuh
pada penderita Diabetes Mellitus dalam menjalani diet dan perawatan.
15
4. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dukungan sosial dan stres
emosional yang dapat diterapkan kelak dalam pemberian asuhan keperawatan atau
untuk mengembangkan kajian dan penelitian ilmiah.
5. Bagi Pasien DM
Bersikap menerima atas penyakit yang diderita, sehingga dapat menjalani
terapi dan perawatan dengan kesadaran tanpa beban sehingga tidak menimbulkan stres
yang berlebihan.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat mengembangkan penelitian pada sampel yang lebih luas dan pada
variabel lain yang mempengaruhi stres emosional pasien seperti umur, pendidikan,
sosial ekonomi, pekerjaan dan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andra. (2005). Wahana Komunikasi Lintas Spesialis. Jakarta: Majalah Farmacia
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Friedman, M. (2010). Keperawatan Keluarga: Riset, Theory, dan praktik. Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo,
S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rimbawan S. (2004). Peran Edukator Diabetes dalam Perawatan Mandiri. Surabaya: Diabetes
Update-VI 2004.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga: Yogyakarta. Graha ilmu
Sevilla, et all. 2004. Medical Surgicl Nursing Pathofisiologycal Concepts. Philadelphia:
Lippincott.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Stuart and Sundeen.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
16
17