Laporan Akhir PKMP Monev Internal Fix PDF
Laporan Akhir PKMP Monev Internal Fix PDF
Burung adalah salah satu kelas Animalia yang memiliki keanekaragaman hayati
tinggi di Indonesia, terutama burung-burung air (shorebird) kaerena merupakan
burung yang aktif bermigrasi dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan dan
Indonesia adalah salah satu tempat lalu lintas jalur migrasi tersebut dan selalu
digunakan sebagai tempat persinggahan sementara untuk mempersiapkan bekal
perjalanan selanjutnya. Salah satu tempat di Indonesia adalah di kawasan konservasi
Wonorejo Surabaya yang dilalui oleh burung-burung migran ini, terutama dari famili
Scolopacidae dan Charadriidae karena kedua famili ini adalah terbesar dan paling
beranekaragam dari kelompok burung-burung shorebird. Untuk memperoleh datadata tersebut, maka dilakukkan inventarisasi data melalui kegiatan birding dan
metode Point Count sehingga secara tidak langsung ikut berperan dalam kegiatan
konservasi dan menjaga serta merawat ekosistem yang telah ada.
Kata Kunci: shorebird, migran, birding, inventarisasi, Point Count, konservasi,
ekosistem
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas kasih, karunia, dan
bimbingan-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat melaksanakan penyusunan
Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa dengan judul Studi Komparasi
Diversitas Burung Air dari Famili Scolopacidae dan Charadriidae Pada Kawasan
Konservasi Wonorejo Surabaya
Penulisan laporan ini digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian burung air
di kawasan Wonorejo. Diharapkan dengan adanya laporan akhir ini, dapat
memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian secara berkala terhadap
konservasi burung air di kawasan Mangrove Wonorejo Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Bambang Irawan, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
dalam penyusunan laporan akhir Program Kreativitas Mahasiswa.
2. Teman-teman tim PKMP atas semua dukungan dan kerja samanya.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penyusunan laporan ini, sehingga penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Surabaya merupakan kota terbesar di Jawa Timur sehingga tidak
terlepas dari banyaknya penduduk yang tinggal dan menyebabkan berkurangnya
habitat alami yang semula dihuni oleh berbagai macam makhluk hidup menjadi
hunian bagi manusia. Salah satu makhluk hidup yang terancam habitatnya adalah
burung air. Hal ini dikarenakan kondisi Wonorejo sekarang sudah cukup
memprihatinkan karena pembangunan perumahan yang semakin meluas dan
menggerus kawasan Wonorejo yang semula luas kini menjadi semakin sempit
sehingga menyebabkan terancamnya habitat alami. Padahal, kota Surabaya
sendiri memiliki kawasan Wonorejo yang merupakan salah satu Important Bird
Area atau wilayah yang berperan penting dalam konservasi burung-burung yang
ada di kawasan tersebut, terutama burung air. Memahami konservasi burung
berarti memahami ekologi karena burung liar seperti burung-burung air
merupakan bagian penting dalam ekosistem dan memiliki peranan penting,
termasuk sebagai kontrol populasi serangga dan hama, distribusi persebaran biji
tumbuhan yang menunjukkan konservasi hutan secara alami, dan sumber
makanan bagi burung predator. Dengan mempelajari dan mengkonservasi
burung, maka dapat secara langsung memahami hubungan antara semua makhluk
hidup di bumi ini dan bagaimana interaksi dari hubungan tersebut yang
mempengaruhi manusia secara langsung juga. Selain itu, kawasan Wonorejo juga
merupakan tempat pintu gerbang lalu lintas migrasi burung-burung air seperti
dari famili Scolopacidae dan Charadriidae yang melintas dari belahan bumi utara
(Eropa dan wilayah Eurasia) ke belahan bumi selatan (Australia dan Selandia
Baru).
Dampak negatif lain dari meluasnya perumahan yang tidak terkendali
adalah ekosistem yang terganggu. Ekosistem yang telah rusak ini juga akan
berdampak buruk bagi kota Surabaya. Bila terus dibiarkan, maka suatu saat kota
Surabaya tidak akan memiliki kawasan singgah burung-burung air, terutama
burung-burung perancah atau migran yang sering melintasi kawasan tersebut.
Tidak adanya burung yang singgah juga berdampak bagi petani tambak dan
lingkungan karena tidak ada bioindikator pencemaran terhadap tambak-tambak
yang sering digunakan burung-burung tersebut sebagai tempat mencari makan.
Hal ini dikarenakan burung-burung ini juga dikenal sebagai bioindikator
lingkungan. Bila tidak ada bioindikator, maka akan sulit untuk mengetahui
apakah tambak-tambak tersebut telah tercemar berat, sedang, atau masih rendah.
Padahal, sebenarnya kawasan Pantai Timur Surabaya, salah satunya termasuk
Wonorejo, telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh Pemerintah Daerah
tahun 2005, pelaksanaan untuk konservasi hutan mangrove belum terealisasi
sepenuhnya, justru pembangunan pemukiman manusia terealisasi terlebih dulu
dan semakin meluas sehingga adanya perubahan fungi lahan yang awalnya hanya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum tentang Burung Air
Burung termasuk ke dalam Kingdom Animalia, kelas Aves (unggas), dan
merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata). Berdasarkan habitatnya,
burung dapat dibedakan menjadi burung air dan burung hutan. Jenis burung pada
dua kategori tersebut, biasanya menampakkan ciri yang berbeda. Pada umumnya,
burung air memiliki warna tubuh yang cenderung lebih polos dibandingkan
dengan burung hutan yang pada umumnya memiliki warna tubuh yang cukup
mencolok, sesuai dengan tempat hidupnya, dimana warna tubuh ini menjadi salah
satu cara pertahanan diri burung melalui mekanisme kamuflase alami yang
dimilikinya. Selain itu, mobilisasi burung hutan dan burung air pada dasarnya
berbeda. Ada beberapa burung air yang merupakan burung migran. Pada bulan
September hingga April merupakan musim migrasi bagi sebagian kawanan
burung migran sehingga kemungkinan besar banyak sekali burung yang melintas
dan singgah di kawasan tersebut. Burung-burung perancah ini singgah tapi
sementara karena untuk menyiapkan bekal perjalanan selanjutnya dengan mencari
makanan yang tersedia di lumpur/mudflat, makanannya dapat berupa ikan-ikan
kecil, kepiting seperti dari jenis Uca sp., berbagai macam kerang, dan organisme
lain yang ada di mudflat. Setelah bekal perjalanan dipersiapkan, mereka akan
melanjutkan migrasi ke belahan bumi selatan seperti Australia dan Selandia Baru,
sedangkan jenis lainnya dapat bersifat menetap di satu kawasan saja. Berbeda
dengan burung hutan, kelompok burung hutan kebanyakan merupakan burung
penetap yang terkadang khas pada suatu daerah tertentu.
Menurut Elfidasari dan Junardi (2005), burung air adalah jenis burung
yang seluruh hidupnya berkaitan dengan daerah perairan atau lahan basah.
Berukuran kecil sampai sedang dengan paruh yang relatif panjang. Menurut pasal
1.1 Konvensi Ramsar (Anonim, 2008 dalam Nurdini, 2009), lahan basah adalah
daerah payau, rawa, lahan gambut atau perairan, baik alami maupun buatan,
permanen atau sementara, dengan air yang diam atau mengalir, segar, payau atau
asin, termasuk daerah perairan laut dengan kedalaman pada saat surut tidak
melebihi enam meter.
Kehadiran burung air merupakan suatu indikator penting dalam
pengkajian mutu dan produktivitas suatu lingkungan lahan basah (Howes et al.,
2003 et al., 2003). Burung air menyediakan sejumlah pupuk alami bagi vegetasi
yang ada di pantai dan daerah-daerah yang lebih tinggi. Vegetasi ini sering
menjadi stabilisator pantai terhadap erosi. Dengan cara itu, hewan ini juga dapat
mempercepat suksesi yang terjadi di lahan basah (Wibowo et al., 1996 dalam
Arifin, 1998).
Burung air memiliki adaptasi spesifik yang memungkinkan mereka
beradaptasi dengan tempat hidup dan makanannya yang juga hidup di daerah
perairan. Adaptasi ini bersifat spesifik, sehingga dapat mengurangi adanya
7
BAB III
METODE PENDEKATAN
1. Alat yang digunakan
1.1. Inventarisasi jenis burung dari famili Scolopacidae dan Charadriidae
Peralatan yang digunakan dalam inventarisasi jenis burung
adalah teropong binokular, teropong monokular, tripod, buku
panduan lapangan jenis burung Mackinnon et al. (1995), buku
catatan lapangan, tabel inventarisasi jenis burung, alat tulis, jam, dan
kamera digital.
1.2. Prosedur Penelitian
Inventarisasi jenis burung dari famili Scolopacidae dan
Charadriidae dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan
teropong binokular dan teropong monokular dengan menempuh jalur
darat
1.3. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data akan dilakukan dengan metode Point Count.
Data yang diambil adalah jumlah burung dari famili Scolopacidae
dan Charadriidae yang dijumpai pada masing-masing lokasi yang
ditentukan yang berjumlah 2 pos (berubah dari sebelumnya 7 pos
karena disesuaikan dengan lapangan dan supaya tidak terjadi double
counting yang menyebabkan data menjadi tidak valid), dimana
pengamatan di setiap pos yang ditentukan secara random/acak akan
memakan waktu maksimal 15 menit (menambah waktu 5 menit
disesuaikan dengan jumlah pos; tidak menyimpang dari metode
karena waktu estimasi pada metode ini menurut literatur panduan
pengamatan adalah 10-15 menit). Pengambilan data di ketiga lokasi
yang ingin diteliti akan dilakukan sebanyak dua kali, dengan setiap
pengambilan data dilakukan pada pagi dan sore hari. Saat pagi hari
sekitar pukul 5.00 WIB-9.00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul
16.00 WIB 18.00 WIB. Jadi pada masing-masing target tempat
penelitian akan dilakukan enam kali pengambilan data.
2. Cara Analisis Data
2.1. Menentukan indeks keanekaragaman/indeks diversitas
Menurut Lee et al.,1978., Untuk menentukan indeks
keanekaragaman burung digunakan rumus:
=
11
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ekowisata Mangrove Wonorejo
pada tiga lokasi yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan banyaknya
pengunjung atau aktivitas manusia dan tingkat kelimpahan nutrien bagi
burung air yaitu lokasi petak Bosem-Dermaga (dijadikan satu disesuaikan
dengan kondisi lapangan), dan petak Gajahan. Dilaksanakan selama 4
bulan, dari bulan Februari 2013 hingga bulan Juli 2013.
2. Tabel jadwal kegiatan penelitian
N
No.
1
2
3
4
Jenis Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni
Persiapan
Penyediaan alat
Penelitian
Penyusunan laporan
Juli
3. Rancangan Biaya
Di bawah ini adalah rancangan biaya yang diusulkan yaitu sebagai berikut
:
1. Pengadaan Peralatan dan Sewa Peralatan
Sewa Peralatan (1 buah monokular dan tripod)
Pembelian binokular (3 buah x Rp 2.300.000,00)
Kamera Digital (1 buah)
Baterai Kamera (3 buah)
2. Transportasi
Bensin untuk akomodasi (4 x Rp 20.000,00 @ 5)
Pembayaran jasa parkir (8 x Rp 2.000,00 @ 5)
3. Publikasi
Penggandaan proposal dan hasil laporan akhir
Pencetakan foto kegiatan
TOTAL Pengeluaran
Rp 500.000,00
Rp 6.900.000,00
Rp 2.000.000,00
Rp 300.000,00
Rp
Rp
400.000,00
80.000,00
Rp 500.000,00
Rp 400.000,00 +
Rp 10.980.000,00
4. Penggunaan Biaya
Sejauh ini penggunaan biaya untuk agenda awal penelitian telah
dilaksanakan, meskipun dana sepenuhnya belum turun. Namun hal
tersebut tidak menjadi kendala yang begitu berarti karena pada
pelaksanaannya masih dapat disiasati dan beberapa keperluan belum
membutuhkan dana yang besar.
12
Rp 3.000.000,00
Rp 1.650.000,00
Rp 700.000,00
Rp 6.000.000,00
Rp
Rp
300.000,00
60.000,00
Rp
Rp
30.000,00
10.000,00
Rp 250.000,00 +
Rp 9.000.000,00
- Rp 6.000.000,00
Keterangan :
*Belum tersedia alat tapi direncanakan untuk pembelian alat tersebut
dikarenakan kebutuhan untuk pengamatan jarak jauh, disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
- Penggunaan biaya tersebut belum termasuk biaya lain seperti
penggandaan hasil laporan akhir, percetakan foto kegiatan, dan
sebagainya yang bersifat accidental.
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari penelitian ini sebagai berikut:
Petak Dermaga-Bosem
Jumlah Total Individu=823
Famili Scolopacidae
7 KLM = 534 GP =
1 TR =
2 KJP =
2 BLEB =
0 TKH =
0
0
Indeks Diversitasnya :
=
= .
Petak Gajahan
Jumlah Total Individu=360
Famili Scolopacidae
4 KLM =
19 GP =
272 TR =
0 KJP =
0 BLEB =
7 TKH =
4
0
14
= .
Keterangan:
H = Indeks keanekaragaman burung
Ni = Jumlah individu masing-masing jenis
N = Total semua jenis
CJ
= Cerek Jawa
CT
= Cerek Tilil
CK
= Cerek Kernyut
CPB
= Cerek Pasir-besar
TP
= Trinil Pantai
TS
= Trinil Semak
KLM
= Kedidi Leher Merah
KJP
= Kedidi Jari Panjang
GP
= Gajahan Pengala
BLEB
= Biru Laut Ekor Blorok
TR
= Trinil Rawa
TKH
= Trinil Kaki Hijau
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 6 kali, telah
didapatkan data yang selanjutnya dihitung Indeks diversitasnya (H). Pada kedua
petak didapatkan hasil indeks yang berbeda. Pada petak Dermaga-Bosem, Indeks
Diversitasnya bernilai 0.861115651, sedangkan pada petak Gajahan bernilai
0.82569902. Indeks Diversitas pada petak Gajahan lebih rendah daripada petak
Dermaga-Bosem. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan jumlah dari setiap jenis
yang terdapat pada masing-masing petak. Pada petak Dermaga-Bosem, terdapat 9
spesies burung yang dijumpai antara lain Cerek Jawa atau Javan Plover
(Charadrius javanicus), Cerek Tilil atau Kentish Polver (Charadrius
alexandrinus), Cerek Kernyut atau Pacific Golden Plover (Pluvialis pulva),
Cerek Pasir-besar atau Greater Sand Plover (Charadrius leschenaultii), Trinil
Pantai atau Common Sandpiper (Actitis hypoleucos), Trinil Semak atau Wood
Sandpiper (Tringa glareola), Kedidi Leher Merah atau Red-necked Stint
(Calidris ruficollis), Kedidi Jari Panjang atau Long-toed Stint (Calidris
subminuta), dan Gajahan Pengala atau Whimbrel (Numenius phaeopus).
Sedangkan pada petak Gajahan, terdapat 6 spesies burung yang dijumpai antara
lain Cerek Jawa, Trinil Pantai, Kedidi Leher Merah, Gajahan Pengala, Biru Laut
15
Ekor Blorok atau Bar-tailed Godwit (Limosa lapponica), dan Trinil Rawa atau
Marsh Sandpiper (Tringa stagnatilis).
Selain itu, pada petak Dermaga-Bosem rata-rata jumlah individu pada
masing-masing spesies lebih banyak dan beragam daripada petak Gajahan,
dimana petak Dermaga-Bosem memiliki total berjumlah 823 individu dari 9
spesies burung yang ditemukan yaitu 242 ekor Cerek Jawa, 32 ekor Cerek Tilil, 1
ekor Cerek Kernyut, 1 ekor Cerek Pasir-besar, 7 ekor Trinil Pantai, 2 ekor Trinil
Semak, 534 ekor Kedidi Leher Merah, 2 ekor Kedidi Jari Panjang, 1 ekor
Gajahan Pengala; sedangkan individu pada petak Gajahan berjumlah 360
individu dari 6 spesies burung yang ditemukan yaitu 53 ekor Cerek Jawa, 4 ekor
Trinil Pantai, 19 ekor Kedidi Leher Merah, 272 ekor Gajahan Pengala, 7 ekor
Biru Laut Ekor Blorok, dan 4 ekor Trinil Rawa. Untuk petak Dermaga-Bosem,
dapat dijumpai Cerek Kernyut dan Cerek Pasir-besar, dimana kedua burung ini
termasuk burung migran yang jarang ditemukan pada musim pra-berbiak
(menuju musim berbiak) dan secara kebetulan masih belum bermigrasi ketika
pengamatan awal dilakukan, yaitu pada bulan April. Namun pada bulan Mei
sudah tidak tampak lagi keberadaan spesies burung tersebut karena pada bulan
Mei merupakan musim berbiak dan kawasan konservasi Wonorejo bukan tempat
yang cocok bagi kedua jenis burung ini untuk berbiak. Hal ini dikarenakan Cerek
Kernyut berbiak di wilayah tundra Arktik dari paling utara Asia hingga ke
Alaska dan Cerek Pasir-besar berbiak di wilayah semi gurun Turki dan ke arah
timur melewati Asia Tengah (Birdlife, 2013). Untuk petak Gajahan, didapatkan
burung migran seperti Gajahan Pengala dan Biru Laut Ekor Blorok yang juga
jarang dijumpai pada musim pra-berbiak seperti pada bulan April dimana kedua
jenis burung tersebut belum bermigrasi ke lokasi berbiaknya. Namun, selama ini
masih belum tampak lagi keberadaannya.
Kedua petak ini memiliki indeks diversitas/keanekaragaman (H) yang
sangat rendah berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (H) menurut kriteria Lee
et al (1978), yaitu :
1. Jika H > 2.0
= Tinggi
2. Jika 1.6 < H < 2.0 = Sedang
3. Jika 1.0 < H < 1.5 = Rendah
Rendahnya indeks ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena
musim migrasi yang telah terlewati pada bulan September hingga April.
Sedangkan pengamatan awal dilakukan pada pertengahan bulan April hingga
akhir bulan Mei dimana pada bulan tersebut spesies burung akan memasuki
musim berbiak di pertengahan bulan April hingga awal bulan Mei yang
menyebabkan semakin sedikitnya burung-burung perancah yang jarang
ditemukan seperti Cerek Kernyut, Gajahan Pengala, Biru Laut Ekor Blorok, dan
Cerek Pasir-besar karena persiapannya untuk kembali ke lokasi berbiak, dan di
pertengahan selanjutnya bulan Mei telah memasuki musim berbiak sehingga
burung-burung seperti yang dijelaskan sebelumnya tidak ditemukan sama sekali
16
17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada petak Dermaga-Bosem memiliki tingkat keanekaragaman lebih tinggi
daripada petak Gajahan berdasarkan nilai indeks diversitas yang didapatkan
yaitu 0.861115651 untuk petak Dermaga-Bosem dan 0.82569902 untuk petak
Gajahan.
2. Pada kedua petak, ditemukan 4 jenis burung migran yang jarang ditemukan
pada musim pra-berbiak untuk bersiap kembali ke lokasi berbiak seperti
Cerek Kernyut atau Pacific Golden Plover (Pluvialis pulva) dan Cerek Pasirbesar atau Greater Sand Plover (Charadrius leschenaultii) pada petak
Dermaga-Bosem serta Biru Laut Ekor Blorok atau Bar-tailed Godwit (Limosa
lapponica) dan Gajahan Pengala atau Whimbrel (Numenius phaeopus) pada
petak Gajahan.
3. Faktor yang mempengaruhi indeks diversitas burung-burung dari famili
Charadriidae dan Scolopacidae ini antara lain pasang surut air laut dan
aktivitas manusia. Untuk musim migrasi, dimasukkan dalam kategori faktor
yang disebabkan oleh human error dimana termasuk dalam aktivitas manusia.
6.2 Saran
Waktu penelitian sebaiknya disesuaikan dengan waktu migrasi burung sehingga
dapat diambil data yang valid. Demi menjaga kuantitas biodiversitas burung air
yang terdapat di Wonorejo sebaiknya dilakukan pengamatan secara berkala.
Selain itu, perlu dilakukan adanya penataan wilayah khususnya dalam bidang
pembangunan proyek perumahan agar tetap terjaga wilayah konservasi satwa liar
di Wonorejo khususnya burung air.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1999. Important Bird Area (IBA) Java-Bali. Bird Life International.
Geering A., Agnew L., Harding S. 2007. Shorebirds of Australia. Australia: Csiro
Publishing.
Holmes, D. & Nash. S. 1999. LIPI-Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di
Jawa dan Bali. Jakarta: Puslitbang Biologi-LIPI Prima Centra.
MacKinnon, J. 1995. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa
dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
MacKinnon, J., Karen P, Bas Van Balen. 2010. Burung-Burung di Sumatra,
Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Serawak, dan Brunei
Darussalam). Jakarta: Puslitbang Biologi-LIPI.
Peterson, R.t. 1986. Burung. Jakarta: Tira Pustaka.
Geering A., Agnew L., Harding S. 2007. Shorebirds of Australia. Australia: Csiro
Publishing.
19
LAMPIRAN
I.
Dokumentasi Kegiatan :
Kegiatan konstruksi dan parkir yang terlalu Acara yang berpotensi ramai
memadati menunjukkan adanya aktivitas
mengakibatkan berkurangnya atau
manusia yang tinggi yang berpengaruh
bahkan tidak ada sama sekali
pada keberadaan burung air
20
II.
Nota Pembayaran
21