Anda di halaman 1dari 10

Karbohidrat

Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani ,
skcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di
bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai
bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan
jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi
karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida
atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan
senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis Karbohidrat
mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau
keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah
karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang
mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n
atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air.[3]
Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak
memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung
nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang
disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat
merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang
serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain
monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan
oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).

Peran dalam biosfer


Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan di bumi, baik secara
langsung atau tidak langsung. Organisme autotrof seperti tumbuhan hijau, bakteri, dan alga
fotosintetik memanfaatkan hasil fotosintesis secara langsung. Sementara itu, hampir semua
organisme heterotrof, termasuk manusia, benar-benar bergantung pada organisme autotrof untuk
mendapatkan makanan.
Pada proses fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi karbohidrat yang kemudian dapat
digunakan untuk mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat yang dihasilkan oleh
fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai gliseraldehida 3-fosfat.menurut rozison
(2009) Senyawa ini merupakan bahan dasar senyawa-senyawa lain yang digunakan langsung
oleh organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan amilum.

Peran sebagai bahan bakar dan nutrisi


Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung banyak karbohidrat.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Misalnya, pada vertebrata,
glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh
tersebut menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut
pada proses respirasi seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon
monosakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil
lainnya, termasuk asam amino dan asam lemak.
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori. Dalam menu
makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup
tinggi, yaitu antara 7080%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau
serealia (gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan gula.
Namun demikian, daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam bergantung
pada sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%98%. Serat menurunkan daya cerna karbohidrat
menjadi 85%. Manusia tidak dapat mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi
manusia hanya lewat melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat selulosa
mengikis dinding saluran pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu
makanan melewati saluran pencernaan dengan lancar sehingga selulosa disebut sebagai bagian
penting dalam menu makanan yang sehat. Contoh makanan yang sangat kaya akan serat selulosa
ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian.
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam
basa di dalam tubu, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk
struktur sel dengan mengikat protein dan lemak.

Peran sebagai cadangan energi


Beberapa jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya
akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan. Pati merupakan suatu
polisakarida simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di
dalam organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun
kelebihan glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan
energi cadangan.
Sementara itu, hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen. Manusia dan vertebrata
lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel hati dan otot. Penguraian glikogen pada sel-sel
ini akan melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun demikian, glikogen tidak
dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan untuk jangka waktu lama. Glikogen simpanan

akan terkuras habis hanya dalam waktu sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan
mengonsumsi makanan.

Peran sebagai materi pembangun


Organisme membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural. Misalnya, selulosa ialah
komponen utama dinding sel tumbuhan. Selulosa bersifat seperti serabut, liat, tidak larut di
dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari
jaringan tumbuhan. Kayu terutama terbuat dari selulosa dan polisakarida lain, misalnya
hemiselulosa dan pektin. Sementara itu, kapas terbuat hampir seluruhnya dari selulosa.
Polisakarida struktural penting lainnya ialah kitin, karbohidrat yang menyusun kerangka luar
(eksoskeleton) arthropoda (serangga, laba-laba, crustacea, dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin
murni mirip seperti kulit, tetapi akan mengeras ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga
ditemukan pada dinding sel berbagai jenis fungi.
Sementara itu, dinding sel bakteri terbuat dari struktur gabungan karbohidrat polisakarida dengan
peptida, disebut peptidoglikan. Dinding sel ini membentuk suatu kulit kaku dan berpori
membungkus sel yang memberi perlindungan fisik bagi membran sel yang lunak dan sitoplasma
di dalam sel.
Karbohidrat struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan karbohidrat dengan
molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein
terdiri atas karbohidrat dan protein, namun proteoglikan terdiri terutama atas karbohidrat,
sedangkan glikoprotein terdiri terutama atas protein. Proteoglikan ditemukan misalnya pada
perekat antarsel pada jaringan, tulang rawan, dan cairan sinovial yang melicinkan sendi otot.
Sementara itu, glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak ditemukan
pada permukaan sel hewan. Karbohidrat pada glikoprotein umumnya berupa oligosakarida dan
dapat berfungsi sebagai penanda sel. Misalnya, empat golongan darah manusia pada sistem ABO
(A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman oligosakarida pada permukaan sel darah merah.

Klasifikasi karbohidrat

Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain.
Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan
galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.

Disakarida dan oligosakarida


Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang
berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah
sukrosa, laktosa, dan maltosa.

Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya.
Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan
amilum.

Lipid
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena
nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar,
seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk
menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul.
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian
hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel,
liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau
sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau "blok bangunan" biokimia: gugus ketoasil dan
gugus isoprena.[4] Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan
kategori:[5] asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida
(diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan
dari kondensasi subsatuan isoprena).
Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi
molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan
monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol.[6]
Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid,
beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.

Kategori lipid

Asam lemak
Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacamragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA
atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak.[7][8] Asam
lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat;
penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar
dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah satu kategori
paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok bangunan dari lipid dengan
struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya antara empat sampai 24 panjang
karbon,[9] baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional
yang mengandung oksigen, halogen, nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan

valensi ganda, terdapat kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan
memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis menyebabkan rantai
asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang
lebih banyak dalam suatu rantai. Pada gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam
struktur dan fungsi membran sel.[10]
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis, meskipun bentuk
trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi secara parsial.[11]
Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid, utamanya diturunkan dari
asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang meliputi prostaglandin, leukotriena, dan
tromboksana. Kelas utama lain dalam kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak.
Ester lemak meliputi zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan
asam lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam lemak
karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti penghantar saraf
kanabinoid anandamida.[12]
Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai
hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar
mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul
dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah
yang mendominasi sifat molekul.[13]
Asam lemak terbagi menjadi:

Asam lemak jenuh


Asam lemak tak jenuh
Garam dari asam lemak
Prostaglandin

Gliserolipid
Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi mono-, di-, dan tri-,[14] yang paling terkenal
adalah ester asam lemak dari gliserol (triasilgliserol), yang juga dikenal sebagai trigliserida. Di
dalam persenyawaan ini, tiga gugus hidroksil gliserol masing-masing teresterifikasi, biasanya
oleh asam lemak yang berbeda. Karena ia berfungsi sebagai cadangan makanan, lipid ini terdapat
dalam sebagian besar lemak cadangan di dalam jaringan hewan. Hidrolisis ikatan ester dari
triasilgliserol dan pelepasan gliserol dan asam lemak dari jaringan adiposa disebut "mobilisasi
lemak".[15]
Subkelas gliserolipid lainnya adalah glikosilgliserol, yang dikarakterisasi dengan keberadaan
satu atau lebih residu monosakarida yang melekat pada gliserol via ikatan glikosidik. Contoh
struktur di dalam kategori ini adalah digalaktosildiasilgliserol yang dijumpai di dalam membran
tumbuhan[16] dan seminolipid dari sel sperma mamalia.[17]

Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tiga gugus fungsional yang
disebut gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol). Karena gliserol memiliki tiga gugus
fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk membuat tiga gugus ester sekaligus.[18]
Gliserida dengan tiga gugus ester asam lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat
pada ketiga gugus tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama.

Fosfolipid

Fosfatidiletanolamina[3]
(Glisero)fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid, phosphoglycerides, glycerophospholipid)
sangat mirip dengan trigliserida dengan beberapa perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol
(nama IUPAC, 1,2,3-propantriol) dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester
dengan asam lemak (bisa jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol membentuk
gugus ester dengan asam fosforat.[19]
Gliserofosfolipid, juga dirujuk sebagai fosfolipid, terdapat cukup banyak di alam dan merupakan
komponen kunci sel lipd dwilapis, serta terlibat di dalam metabolisme dan sinyal komunikasi
antar sel. Jaringan saraf termasuk otak, mengandung cukup banyak gliserofosfolipid. Perubahan
komposisi zat ini dapat mengakibatkan berbagai kelainan saraf.[20]
Contoh gliserofosfolipid yang ditemukan di dalam membran biologis adalah fosfatidilkolina
(juga dikenal sebagai PC, GPCho, atau lesitin), fosfatidiletanolamina (PE atau GPEtn), dan
fosfatidilserina (PS atau GPSer). Selain berperan sebagai komponen primer membran sel dan
tempat perikatan bagi protein intra- dan antarseluler, beberapa gliserofosfolipid di dalam sel-sel
eukariotik, seperti fosfatidilinositol dan asam fosfatidat adalah prekursor, ataupun sendirinya
adalah kurir kedua yang diturunkan dari membran.[21] Biasanya, satu atau kedua gugus hidroksil
ini terasilasi dengan asam lemak berantai panjang, meskit terdapat gliserofosfolipid yang terikat
dengan alkil dan 1Z-alkenil (plasmalogen). Terdapat juga varian dialkileter pada
arkaebakteria.[22]
Gliserofosfolipid dapat dibagi menurut sifat kelompok-kepala polar pada posisi sn-3 dari tulang
belakang gliserol pada eukariota dan eubakteria, atau posisi sn-1 dalam kasus archaea.[23]
Karena pada gugus ester asam fosforat masih mempunyai satu ikatan valensi yang bebas,
biasanya juga membentuk gugus ester dengan alkohol yang lain, misalnya alkohol amino seperti
kolina, etanolamina dan serina. Fosfolipid merupakan komponen yang utama pada membran sel
lapisan lemak. Fosfolipid yang umum dijumpai adalah:

Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina


Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina.

Sifat fosfolipid bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino yang diikatnya.

Sfingolipid

Sfingomielin[3]
Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa[24] yang berbagi fitur struktural
yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang disintesis secara de novo dari asam amino
serina dan asil lemak KoA berantai panjang, yang kemudian diubah menjadi seramida,
fosfosfingolipid, glisosfingolipid, dan senyawa-senyawa lainnya.
Nama sfingolipid diambil dari mitologi Yunani, Spinx, setengah wanita dan setengah singa yang
membinasakan siapa saja yang tidak dapat menjawab teka-tekinya. Sfingolipid ditemukan oleh
Johann Thudichum pada tahun 1874 sebagai teka-teki yang sangat rumit dari jaringan otak.
Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran sel, khususnya pada sel
saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandung gliserol, tetapi dapat menahan dua gugus
alkohol pada bagian tengah kerangka amina.[25]
Fosfosfingolipid utama pada mamalia adalah sfingomielin (seramida fosfokolina),[26] sementara
pada serangga terutama mengandung seramida fosfoetanolamina[27] dan pada fungi memiliki
fitoseramida fosfoinositol dan gugus kepala yang mengandung manosa.[28]
Basa sfingoid utama mamalia biasa dirujuk sebagai sfingosina. Seramida (Basa N-asil-sfingoid)
adalah subkelas utama turunan basa sfingoid dengan asam lemak yang terikat pada amida. Asam
lemaknya biasanya jenuh ataupun mono-takjenuh dengan panjang rantai dari 16 atom karbon
sampai dengan 26 atom karbon.[29]
Glikosfingolipid adalah sekelompok molekul beraneka ragam yang tersusun dari satu residu gula
atau lebih yang terhubung ke basa sfingoid melalui ikatan glikosidik.

Lipid sterol
Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid membran yang penting,[30]
bersamaan dengan gliserofosfolipid dan sfingomielin. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur
inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan
molekul pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19

terdiri dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi progestagen,
juga glukokortikoid dan mineralokortikoid.[31] Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk
vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti.[32] Contoh lain dari lemak
sterol adalah asam empedu dan konjugat-konjugatnya,[33] yang pada mamalia merupakan turunan
kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara
adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini
juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga.[34] Sterol dominan di dalam membran sel fungi
adalah ergosterol.

Lipid prenol
Lipid prenol disintesis dari prekursor berkarbon 5 isopentenil pirofosfat dan dimetilalil pirofosfat
yang sebagian besar dihasilkan melalui lintasan asam mevalonat (MVA).[36] Isoprenoid
sederhana (alkohol linear, difosfat, dan lain-lain) terbentuk dari adisi unit C5 yang terus menerus,
dan diklasifikasi menurut banyaknya satuan terpena ini. Struktur yang mengandung lebih dari 40
karbon dikenal sebagai politerpena. Karotenoid adalah isoprenoid sederhana yang penting yang
berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai prekursor vitamin A.[37] Contoh kelas molekul yang
penting secara biologis lainnya adalah kuinon dan hidrokuinon yang mengandung ekor
isoprenoid yang melekat pada inti kuinonoid yang tidak berasal dari isoprenoid.[38] Vitamin E
dan vitamin K, juga ubikuinon, adalah contoh kelas ini. Prokariota mensintesis poliprenol
(disebut baktoprenol) yang satuan isoprenoid terminalnya yang melekat pada oksigen tetap tak
jenuh, sedangkan pada poliprenol hewan (dolikol) isoprenoid terminalnya telah direduksi.

Sakarolipid

Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A.[40] Residu glukosamina berwarna biru, residu Kdo berwarna
merah, rantai asil berwarna hitam, dan gugus fosfat berwarna hijau.
Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam lemak yang terikat langsung
dengan molekul glukosa[41] dan membentuk struktur yang sesuai dengan membran dwilapis.

Pada sakarolipid, monosakarida mengganti ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang
terjadi pada gliserolipid dan gliserofosfolipid.
Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi dari komponen lipid A
lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul Lipid-A yang umum adalah disakarida dari
glukosamina, yang diturunkan sebanyak tujuh rantai asil-lemak. Lipopolisakarida minimal yang
diperlukan untuk pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari
glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam 3-deoksi-D-mano-oktulosonat
(Kdo).[40]
Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula.

Poliketida
Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses polimerisasi dari asetil dan
propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan multimodular yang berbagi fitur
mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi. Enzim yang sering digunakan adalah
poliketida sintase,[43] melalui proses kondensasi Claisen.
Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami oleh bakteri, fungi,
tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang memiliki keanekaragaman struktural
yang tinggi.[44][45]
Banyak poliketida berupa molekul siklik yang kerangkanya seringkali dimodifikasi lebih jauh
melalui glikosilasi, metilasi, hidroksilasi, oksidasi, dan/atau proses lainnya untuk menimba
manfaat dari sifat antibiotik[46] yang dimiliki. Beberapa jenis poliketida bahkan bersifat anti
kanker, dapat menurunkan kolesterol serta menunjukkan efek imuno-supresif.[47]
Sejumlah senyawa antimikroba, antiparasit, dan antikanker merupakan poliketida atau
turunannya, seperti eritromisin, antibiotik tetrasiklin, avermektin, dan antitumor epotilon.

Garam lemak
Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai asam lemak yang terdapat di alam
bebas.[49]
Sabun terbuat melalui proses saponifikasi asam lemak. Biasanya digunakan natrium karbonat
atau natrium hidroksida untuk proses tersebut.
Secara umum, reaksi hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan:
asam lemak + NaOH ---> air + garam asam lemak
Jenis sabun yang dihasilkan bergantung pada jenis asam lemak dan panjang rantai karbonny.
Natrium stearat dengan 18 karbon adalah sabun yang sangat keras dan tidak larut. Seng stearat
digunakan pada bedak talkum karena bersifat hidrofobik. Asam laurat dengan 12 karbon yang

telah menjadi natrium laurat sangat mudah terlarut, sedangkan asam lemak dengan kurang dari
10 atom karbon tidak digunakan menjadi sabun karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan
berbau kurang sedap.

Parafin
Parafin (bahasa Inggris: wax) adalah lemak yang terbentuk dari esterisasi alkohol yang
mempunyai rumus bangun yang panjang, dengan asam lemak.[50] Alkohol dapat mengandung 12
hingga 23 atom karbon. Parafin dapat ditemukan di alam sebagai pelindung daun dan sel batang
untuk mencegah agar tanaman tidak kehilangan air terlalu banyak. Karnuba ditemukan pada
dedaunan pohon palem Brasil dan digunakan sebagai pelumas untuk lantai maupun mobil.
Lanolin adalah parafin pada bulu domba. Beeswax adalah cairan parafin yang disekresi lebah
untuk membangun sel tempat untuk madu dan telur lebah.
Parafin yang digunakan pada pembuatan lilin bukan melalui esterisasi, melainkan merupakan
campuran dari alkana dengan berat molekul yang besar. Pelumas untuk telinga dibuat dari
campuran fosfolipid dan ester dari kolesterol.

Anda mungkin juga menyukai