Anda di halaman 1dari 10

Page 1

TUBERCULOSIS

A. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).
Tuberkulosis

adalah

penyakit

infeksius

yang

disebabkan

Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim


paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksud
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal
349).
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang mampu menginfeksi secara
laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru.
(Esther, 2010: hal 193).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah.
Penyakit ini disebabkan oleh mikro-organisme Mycobacterium
Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus
atau alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).
Tuberculosis

adalah

suatu

penyakit

granulomatosa

kronis

menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.

Page 2

Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang


semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).
Tuberkulosis

paru

merupakan

penyakit

infeksi

menular,

menyerang pada paru, disebabkan oleh basil mycobacterium


tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).

B. ETIOLOGI

Penyebab

penyakit

tuberkulosis

adalah

bakteri

Mycobacterium

Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai


ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis,
lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung,
tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama
asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap


pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil
tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman
tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan anaerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 10


menit atau pada pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 95
% selama 15- 30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), dapat

Page 3

hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi, namun tidak tahan
terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan
bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri
memerlukan 40 kali pertukaran udara.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di


dalam

sitoplasma

makrofag

yang semula memfagositasi

malah

kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain


kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apical paru paru lebih tinggi dari bagian
lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).

C. MANIFESTASI KLINIK

1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, Kadang-kadang
suhu badan mencapai 40-410C
2. Batuk
Terjadi karena ada iritasi bronchus, Fungsi batuk : membuang
produk-produk radang keluar, Sifat batuk : non produktif-produktif
(setelah terjadi peradangan) hemoptue (pembuluh darah pecah)

Page 4

3. Sesak nafas
Ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltratnya
sudah bagian paru
4. Nyeri dada
Jarang ditemukan. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis
5. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia, BB
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.

D. PATOFISIOLOGI

Tuberkulosis

paru

merupakan

penyakit

infeksi

penting

saluran

pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan


paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke).
keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru
primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan
spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan
didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis
post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut.

Page 5

Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui


tiga tempat yaitu saluran pernafasan , saluran pencernaan dan adanya
luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui
udara

(airbone)

mengandung

yang

kuman

cara
dari

penularannya
orang

yang

dengan
terinfeksi

droplet

yang

sebelumnya.

(Sylvia.A.Price.1995.hal 754)

Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang


ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau
dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga
basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman
terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian
terhirup

oleh

manusia

melalui

paru-paru

dan

bersarang

serta

berkembang biak di paru-paru. ( dr.Hendrawan.N.1996,hal 1-2 )

Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang


bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar
melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat
meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah
dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang
lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya
di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya
basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paruparu atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan
reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini

Page 6

di gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami


konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini
juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah
bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan
menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut
membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang
biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon.
Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui
pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram
rutin. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain
paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah
atau usus.(Sylvia.A Price:1995;754)

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan


dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan
perkijauan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas.Keadaan ini dapat
tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi

Page 7

hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.


(Syilvia.A Price:1995;754)

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kultur sputum: Positif untuk mycobakterium tuberkulosis pada
tahap aktif penyakit
Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah): Positif untuk basil asam cepat.
Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah
injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan
penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.
ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV
Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi
cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat termasuk
rongga area fibrosa.
Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster,
urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk
mycobakterium tuberculosis

Page 8

Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB;


adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis
Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi: contoh hiponatremia disebabkan oleh tak
normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa
pada paru
Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru
total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan
penyakit pleural (TB paru kronis luas)

G. PENATALAKSANAAN

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens


antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis
depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF) stretomisin (SM),
etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin,
eteonamid,

natrium-para-aminosalisilat,

amikasin,

dan

siklisin

merupakan obat-obat baris kedua. M. Tuberculosis yang resisten


terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di seluruh
dunia, meski TB yang resisten terhadap obat telah teridentifikasi
sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan

Page 9

tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan


ketika merencanakan terapi efektif:

Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agens anti


tuberkulosis garis depan pada individu yang sebelumnya belum
mendapatkan pengobatan.
Resisten obat didapat atau sekunder adalah resisten terhadap satu
atau lebih agens anti tuberkulosis pada pasien yang sedang menjalani
terapi.
Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja ,
INH dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang


baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH,
RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk
tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens
dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in
oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan
memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap
regimen pengobatan.

Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam


terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen
pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan. Individu

Page 10

akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3


minggu terapi obat kontinu.

Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi


mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit signifikan, sebagai
contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif. Regimen
pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH
selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat
diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea
darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan
kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk
mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap
terapi.

Anda mungkin juga menyukai