Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Luar Negeri dan Implementasi

Sistem Ekonomi Pancasila dalam


Pemberlakuan Cafta di Indonesia
OPINI | 04 April 2012 | 13:19

Dibaca: 1855

Komentar: 0

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Declaration of Singapore pada tahun 1992, yang disepakati pada KTT ASEAN ke-4 pada
tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura, merupakan momen bersejarah bagi masa depan Asia
Tenggara karena kesepakatan ini merupakan sikap ASEAN terhadap fenomena globalisasi yang
mana kesepakatan ini direalisasikan dalam bentuk kerjasama Free Trade yang dikenal dengan
AFTA (ASEAN Free Trade Area).
Dengan adanya AFTA inilah negara-negara ASEAN termasuk Indonesia juga menganut sistem
pasar bebas. Kemudian China yang mempunyai hubungan erat dengan ASEAN, China pun
akhirnya mengajukan proposal kerjasama ASEAN-China yang diajukan melalui Perdana Menteri
China yaitu Zhu Rongji. Disinilah pada akhirnya China bisa menjalin kerjasama dengan negaranegara ASEAN yang tertuang dalam perjanjian CAFTA.
CAFTA adalah kependekan dari China-ASEAN Free Trade Area, yang merupakan suatu
kesepakatan antara China dengan negara-negara ASEAN untuk mengadakan perdagangan bebas
dengan tarif bea masuk hingga 0% untuk produk-produk China dan ASEAN.
CAFTA pertama kali disepakati pada bulan November 2001 dalam KTT ASEAN ke-7 yang
diadakan di Bandar Sri Begawan di Brunei Darussalam. ASEAN menyetujui pembentukan
CAFTA dalam waktu 10 tahun yang telah dirumuskan dalam ASEAN-China Framework
Agreement on Economic Coorporation yang disahkan pada KTT ASEAN ke-8 yang
dilaksanakan di Phnom Phen, Kamboja pada bulan November 2002.
Di dalam CAFTA terdapat lima bidang kunci yang disepakati untuk dilakukan kerjasama yaitu
disektor pertanian, telekomunukasi, pengembangan sumber daya manusia, investasi antarnegara,
dan pembangunan di sekitar area Sungai Mekong di Vietnam. Selain itu juga CAFTA juga
mengandung tiga pilar yaitu Liberalisasi (perdagangan bebas), fasilitasi, dan kerjasama ekonomi.

Di Indonesia sendiri CAFTA resmi ditandatangani dan diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010
yang akhirnya menimbulkan berbagai macam reaksi dari kalangan masyarakat di Indonesia.
Reaksi itu muncul karena masyarakat takut terhadap ancaman dan dampak negatif CAFTA bagi
perekonomian Indonesia. Hal ini berarti melenceng dari Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) yang
notabene bertujuan untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri sehingga
Sistem Ekonomi Pancasila telah disalahgunakan dan dirusak keberadaannya. Dengan adanya
masalah tersebut maka judul makalah ini perlu dibahas.
1.2 Rumusan Masalah
Banyak sekali macam sistem ekonomi seperti Kapitalis, Sosialis, dan Campuran. Akan tetapi
Indonesia sendiri menganut Sistem Ekonomi Pancasila dengan berpedoman pada lima sila yang
ada di dalam Pancasila dan UUD 1945. Rumusan masalah yang timbul adalah apakah pengertian
dari Sistem Ekonomi Pancasila dan bagaimana implementasinya dalam pemberlakuan CAFTA di
Indonesia?

2. PEMBAHASAN dan TEORI


2.1 Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi atau perekonomian adalah suatu cara yang menggambarkan perikehidupan
manusia sehari-hari yang menyangkut usahanya untuk memenuhi kebutuhanya baik dari aspek
material, moral, sosial, politik, dan aspek sosial budaya. Sedangkan Pancasila sendiri dapat
diartikan sebagai ciri kepribadian bangsa Indonesia yang menggabungkan azas-azas ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan social.
Sehingga Sistem Ekonomi Pancasila dapat diartikan sebagai suatu sistem ekonomi yang
berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila dan UUD 1945 dimana
sistem ekonomi pancasila merupakan usaha bersama yang berdasarkan kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Dalam Sistem Ekonomi Pancasila terdapat lima ciri yaitu:

roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral


kehendak kuat dari seluruh masyarakat kearah keadaan pemerataan sosial
sesuai azas kemanusiaan
prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang
berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijakan ekonomi
koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk konkret
dari usaha bersama.
adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perekonomian ditingkat nasional
dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin
keadilan ekonomi dan sosial.

Dari kelima ciri diatas tersebut tentu terkait erat satu sama lain sehingga sebaiknya kelima cirri
tersebut tidak dipisahkan dan selalu dilihat sebagai lima ciri yang utuh.
Tidak hanya pancasila akan tetapi di dalam UUD 1945 juga terdapat pasal yang menjadi acuan
Sistem Ekonomi Pancasila. Seperti halnya pasal 33 UUD 1945 tentang perekonomian yang
berbunyi Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan azas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Di dalam pasal 33 tersebut mengandung dasar demokrasi dimana ekonomi produksi dikerjakan
oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat yang diutamakan sebab sistem perekonomian itu disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Pancasila adalah dasar dari semua konstitusi Republik Indonesia, maka hal yang sama
juga berlaku pada UUD 1945 sebagai landasan dari kebijakan luar negeri Indonesia. Sebab
kebijakan luar negeri merupakan bagian dari politik luar negeri Indonesia.4 Pasal-pasal dalam
UUD 1945 harus dijadikan sebagai patokan dalam pembuatan kebijakan luar negeri karena
UUD 1945 memberikan acuan yang jelas agar kebijakan luar negeri yang dibuat oleh
pemerintah

selalu

memperhatikan

aspek

keadilan,

keamanan,

perdamaian,

serta

pembangunan yang positif. Semua itu tidak terlepas dari faktor pemimpin Indonesia itu
sendiri. Artinya, seluruh pemimpin negara Indonesia harus menaati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 ketika mengoperasionalisasikan politik dan
kebijakan luar negeri. Pancasila sebagai landasan idiil dari Republik Indonesia menjadi dasar
bagi penyusunan strategi politik luar negeri, dan UUD 1945 menjadi acuan dasar dari
pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia. Keduanya (Pancasila dan UUD 1945) diperlukan
dalam operasional politik dan kebijakan luar negeri dalam rangka mencapai kepentingan
nasional Indonesia.5
_____________________
5 Kusaatmaja, Mochtar. 2005. Politik Luar Negeri Indonesia, dalam Paket Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan kelas XI SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 18.

2.2 Implementasi Sistem Ekonomi Pancasila dalam CAFTA


Argumen utama dari makalah ini adalah dengan keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA maka
akan berdampak buruk bagi Indonesia dan merusak ideologi Sistem Ekonomi Pancasila yang
memiliki tujuan untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga keberadaan
Sistem Ekonomi Pancasila diabaikan. Argumen pendukung yang akan dijelaskan adalah dari sisi
karakteristik suatu peraturan, karakteristik perjanjian dan dampak negatif dengan adanya
CAFTA.
Karakteristik dari peraturan adalah norma dan nilai yang harus ditaati oleh masyarakat dan
sebagai kontrol bagi mereka sendiri supaya tidak melenceng dari norma dan tujuan terhadap
sesuatu yang dicita-citakan. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah salah satu
bentuk dari peraturan. Lima sila sebagai dasar instrumental untuk pembangunan Indonesia dan
tujuan kedepannya juga tertuang dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke-4 mengenai
keadilan sosial dalam hal ini bidang ekonomi.
Sistem Ekonomi Pancasila merupakan sistem ekonomi campuran yang mengandung pada
dirinya ciri-ciri positif dari kedua sistem (ekstrim) yang kita kenal (kapitalis-liberalis dan
sosialis-komunis).6 Memang benar bisa dikatakan Sistem Ekonomi Pancasila adalah suatu cara
unik dan ideal untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tapi apabila kita
lihat keadaan saat ini Indonesia khususnya warga negaranya tidak mengalami keadilan dan
kesejahteraan hidupdengan adanya CAFTA ini. Sehingga bisa dikatakan adanya Sistem Ekonomi
Pancasila tidak berarti apa-apa untuk suatu keadilan dengan demikian Sistem Ekonomi Pancasila
hanya suatu isapan jempol belaka. Ibarat kangguru yang mempunyai sepasang kaki semu namun
tidak bermanfaat.
____________________
6

Mubyarto. 1997. Sistem Ekonomi Pancasila: Lintasan Pemikiran Mubyarto. Yogyakarta: Aditya Media

Secara normatif, ketentuan pasal 33 UUD 195 merupakan politik ekonomi Indonesia,
sebab mengatur tentang prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan roda perekonomian. Pada Pasal
33 Ayat (1), menyebutkan bahwa perekonomian nasional disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. Asas ini dapat dipandang sebagai sebagai asas bersama
(kolektif) yang bermakna dalam kontek sekarang yaitu persaudaraan, humanisme dan
kemanusiaan. Artinya ekonomi tidak dipandang sebagai wujud sistem persaingan liberal ala
barat, tetapi ada nuansa moraldan kebersamaannya, sebagai refleksi tanggung jawab sosial.
Apabila ekonomi Indonesia tidak dipandang sebagai sistem persaingan ekonomi liberal ala barat

namun faktanya saat ini Indonesia saat ini lebih condong ke arah liberalisme seperti adanya
perdagangan bebas ini yang diikuti Indonesia.
Sistem Ekonomi Pancasila adalah gabungan dari Sistem Ekonomi Kapitalis-Sosialis.
Sosialis lebih menekankan keikutsertaan atau campur tangan pemerintah dalam melakukan
distribusi demi kesejahteraan dan peran-peran lainnya. Distirubusi dalam hal ini adalah distribusi
modal kepada industri-industri kecil, mari kita kaitkan dengan adanya dampak negatif
perdagangan bebas bagi industri kecil, seberapa besar peran pemerintah dalam hal ini mengenai
distribusi modal kepada industri kecil, karena faktanya saat ini banyak industri kecil yang gulung
tikar dan mereka mengeluh bahwa kendala utama mereka adalah keterbatasan modal dan sulitnya
peluang pasar.
Sisi lain dari Sosialis adalah adanya monopoli pemerintah terhadap sumber daya vital
bagi negara seperti emas, minyak bumi dan sebagainya, namun faktanya kekayaankekayaan
Indonesia tersebut banyak yang dikuasai asing. Artinya Indonesia lebih condong ke
perekonomian Kapitalis. Sekarang dimanakah keberadaan Sistem Ekonomi Pancasila yang
notabene juga mengadopsi dari sistem perekonomian Sosialis? Tidak ada.
Memang benar banyak yang mengatakan dengan adanya perdagangan bebas akan
mendorong para industri untuk menciptakan produk kreatif namun apakah hal itu menjamin bisa
menghadapi pasar bebas? Tidak bisa menjamin, karena masalah utamanya adalah harga.
Meskipun Indonesia akan mampu menciptakan produk kreatif namun harga yang tercipta tidak
sesuai dengan kantong konsumen karena Indonesia tidak menggunakan cara seperti China yaitu
semakin banyak produk yang diproduksi semakin sedikit biaya yang dibutuhkan maka harga
yang akan tercipta semakin murah. Jelas mereka kesulitan memproduksi barang atau jasa dalam
skala besar karena keterbatasan modal dan pemerintah kuarng membantu.
Karakteristik dari perjanjian dan dampak buruk CAFTA, perjanjian adalah saling
menguntungkan diantara dua pihak. Perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China tidak
menguntungkan akan tetapi justru menjadi parasit bagi Indonesia karena fakta saat ini bahwa
China lebih diuntungkan dengan perdagangan bebas ini. Kenapa? Memang benar antarnegara
mudah mengekspor produk dari suatu negara ke negara lain dengan tarif bea masuk 0 %
sehingga produk ekspor suatu negara di negara lain memiliki harga yang murah seperti misal
produk indonesia yang diekspor ke China, namun apakah hal itu menjamin bahwa produkproduk Indonesia di China akan lebih laku karena tarif 0 %? China bekerja menggunakan otak
bukan otot, China sendiri telah memproteksi bagaimana penduduknya tetap mengkonsumsi

produk lokalnya. Semakin banyak produk yang diproduksi maka semakin sedikit biaya yang
dibutuhkan untuk memproduksi produk tersebut sehingga harga yang tercipta untuk produk
tersebut juga semakin murah. Inilah cara China bagaimana memproduksi suatu produk dengan
harga murah untuk pasar dalam maupun luar negeri termasuk Indonesia sebagai salah satu
pangsa pasarnya. Sehingga Indonesia sendiri mengalami kerugian dari sisi ekspor maupun
impor.
Banjirnya produk China di Indonesia yang murah mengakibatkan konsumen lebih
memilih barang impor tersebut sehingga untuk produk lokal Indonesia sendiri tidak laku dan
mengalami penurunan permintaan. Bisa dibayangkan banyak industri kita yang gulung tikar
apalagi Usaha Kecil dan Menengah yang menjadi sektor utama padahal jumlah mereka begitu
banyak dan mereka berfungsi dalam menangani masalah pengangguran dan membantu
pemasukan pemerintah. Sebelum adanya perdagangan bebas pun Indonesia telah mengalami
masalah pengangguran apalagi adanya pemberlakuan perdagangan bebas ini yang semakin
menambah jumlah pengangguran. Pengangguran yang timbul akan mengganggu sistem nasional
dimana angkatan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah kesempatan kerja. Mari kita
kaitkan dengan adanya pasal 27 ayat 2 yang berbunyi tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.6 Hingga saat ini pemerintah belum
mampu memberikan solusi terhadap masalah krusial tersebut. Hal ini berarti terjadi
ketidaksesuaian antara keberadaan pasal tersebut khususnya tindakan pemerintah untuk
mengatasi masalah pengangguran sehingga bisa dikatakan keberadaan Sistem Ekonomi
Pancasila yang menuangkan poin-poin penting seperti misalnya hak untuk mendapatkan
pekerjaan adalah nihil.
Keseimbangan ekonomi nasional akan terganggu karena adanya pengangguran dan
berkurangnya pemasukan pemerinyah dari sektor industri dan UKM yang gulung tikar. Hal ini
tidak sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 mengenai keseimbangan perekonomian
nasional. Industri adalah salah satu pelaku sektor ekonomi dimana antara satu sektor dengan
sektor lainnya saling mempengaruhi. Jika salah satu sektor mengalami gangguan maka akan
mengganggu sektor yang lain.
Mengenai kebijakan luar negeri, pasal-pasal dalam UUD 1945 harus menjadi patokan
dalam setiap kebijakan politik luar negerii Indonesia, harus memperhatikan aspek keadilan dan
lain-lain. Apakah keikutsertaan Indonesia terhadap CAFTA ini telah dipertimbangkan dengan
matang oleh pemerintah kita? Tidak, karena dengan adanya perdagangan bebas ini banyak
industri yang gulung tikar akibat serbuan produk China.

3. KESIMPULAN
Keberadaan Sistem Ekonomi Pancasila adalah nihil, berikut adalah ketidak sesuaian konsep
Pancasila dengan kenyataan yang ada.

1. Sila ke-5 yang berlandaskan keadilan sosial, kita ketahui banyak penduduk
Indonesia yang masih miskin dan pengangguran menyertai mereka.
2. Pasal 27 ayat 2 mengenai hak warga Negara untuk mendapatkan pekerjaan.
Apakah hal ini sesuai dengan kenyataan saat ini? Tidak, pengangguran masih
belum teratasi hingga saat ini.
3. Pasal 33 tentang keseimbangan perekonomian nasional, adanya pengangguran
yang menjadi masalah utama setiap Negara adalah penyebab terganggunya
perekonomian nasional. Sektor industri adalah salah satu pelaku ekonomi.
Kebanyakan dari mereka mengalami gulung tikar karena kurang mendapatkan
perhatian dari pemerintah mengenai suntikan modal. Jika salah satu pelaku
ekonomi terganggu maka akan mengganggu pelaku ekonomi yang lain sehingga
terjadi ketidakseimbangan perekonomian nasional.
4. Pasal-pasal dalam UUD 1945 harus menjadi patokan dalam setiap kebijakan
politik luar negeri Indonesia, harus memperhatikan aspek keadilan dan lain-lain.
Apakah keikutsertaan Indonesia terhadap CAFTA ini telah dipertimbangkan
dengan matang oleh pemerintah kita? Tidak, karena dengan adanya
perdagangan bebas ini banyak industri yang gulung tikar akibat serbuan produk
China.
5. Indonesia lebih condong ke arah liberalis dimana keikutsertaannya terhadap
CAFTA adalah simbol dari liberalisme.
6. Peran individu lebih dominan daripada peran pemerintah. Karena kekayaan bumi
Indonesia banyak yang dikuasai pihak asing, hal ini adalah simbol dari
liberalisme.
7. perjanjian CAFTA lebih merugikan Indonesia daripada China, hal ini karena
ketidaksiapan Indonesia menghadapi perdagangangan bebas. Karakteristik dari
perjanjian adalah saling menguntungkan bukan salah satu pihak yang dirugikan.
8. Produk kreatif yang tercipta Indonesia belum bisa menjamin karena harga masih
kalah bersaing dengan produk China. Dengan adanya krisis global saat ini
konsumen cenderung memilih produk harga murah.

Mubyarto. 1987. Ekonomi Pancasila: Gagasan dan kemungkinan. Jakarta:


LP3ES. Hal. 53.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Ibid.
Alami, Atiqah Nur. n.d. Landasan dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia,
dalam Ganewati Wuryandari (ed.). 2008. Politik Luar Negeri Indonesia di
Tengah Pusaran Politik Domestik, Jakarta: P2P LIPI dan Pustaka Pelajar,
hlm. 26-59.
4

Anda mungkin juga menyukai