Anda di halaman 1dari 7

KASUS INSOMNIA

Ny T mengalami kesulitan memulai tidur dan hanya tidur kurang lebih tiga jam
dalam satu malam tetapi setiap satu jam sekali selalu terbangun. Kondisi ini
mengakibatkan Ny T selalu merasa tubuhnya tidak fresh dan berat badannya
mengalami penurunan dari 52 kg menjadi 47 kg. Penyebab Ny T mengalami
insomnia adalah suami Ny T menuduh Ny T telah berselingkuh karena hasutan
tetangga yang tidak suka pada Ny T. Ny T berusaha menjelaskan pada suaminya
bahwa dirinya tidak berselingkuh, tetapi suami Ny T tetap tidak percaya. Suami Ny T
selalu marah-marah pada Ny T dan melarang Ny T untuk berbincang-bincang
dengan tetangga di luar rumah. Suami Ny T juga pelit dalam memberikan uang
belanja dan melarang Ny T untuk berdagang. Pada awalnya, Ny T berusaha untuk
tidak terlalu serius dalam memikirkan masalahnya dan menuruti keinginan
suaminya, namun suami Ny T tetap memperlakukan Ny T dengan buruk. Suami Ny
T selalu memarahi Ny T sehingga Ny T selalu memikirkannya dan merasa tertekan.
Ny T dan suaminya juga pisah ranjang. Ny T juga takut bercerita pada suaminya
bahwa dirinya mengalami kesulitan tidur setiap hari.
Analisa Kasus
Pada kasus di atas jika kita cermati merupakan kasus insomnia kronis.
Mengapa? Karena pada kasus di atas menunjukkan gejala-gejala insomnia, seperti
kesulitan memulai tidur, selalu terbangun setiap satu jam sekali, waktu tidur hanya
kurang lebih tiga jam dalam satu malam, selalu merasa tubuhnya tidak fresh, dan
mengalami kesulitan tidur lebih dari enam bulan. Jika kita analisis, penyebab
insomnia pada kasus di atas adalah karena mengalami KDRT dari suaminya yang
mengakibatkan si istri tertekan dan selalu memikirkan masalahnya sehingga
terjadilah insomnia kronis.
Dampak insomnia kronis yang dialami si istri pada kasus di atas adalah selalu
merasa tubuh tidak fresh dan mengalami penurunan berat badan dari 52 kg menjadi
47 kg. Apakah Anda atau keluarga Anda juga mengalami kasus yang sama seperti
di atas? Perlu untuk diketahui bahwa insomnia dapat mengakibatkan berbagai
dampak yang merugikan bagi si penderita.

A. DEFINISI
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV),
mendefinisikan insomnia sebagai kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur,
merasa tidak fresh pada waktu bangun pagi dan mengalami kualitas tidur yang
buruk.
B. Penyebab Insomnia
1. karena kondisi medis : tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan,sindroma apnea tidur, restless leggs syndrome,faktor diet,
parasomnia, efek zat langsung (drugs/alcohol), efek putus zat, penyakit
endokrin/
metabolik,
penyakit
infeksi,
neoplastic,
nyeri/
ketidaknyamanan,lesi batang otak/ hipotalamus, akibat penuaan.
2. sekunder karena kondisi psikiatri kecemasan, ketegangan otot-otot,
perubahan lingkungan, gangguan tidur irama sirkadian, depresi primer,
stress pascatraumatik, skizofrenia (Kaplan & Sadock, 1997).
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV),
menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis sedang
menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:
1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat
memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan keluahan
yang paling banyak terjadi.
2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat
mengganggu fungsi sosial,pekerjaan atau area fungsi penting yang lain.
3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi,
gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme
sirkadian atau parasomnia.
4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan mental
lain seperti gangguan depresi, delirium.
5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang
langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis
yang umum.
Dengan adanya gejela-gejala yang disebutkan oleh Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), maka insomnia karena faktor
psikologis dapat mengganggu berbagai fungsi sosial. (www.e-psikologi.com).
C. Gejala Insomnia
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV),
menunjukkan beberapa gejala dimana seseorang dapat didiagnosis sedang
menderita insomnia karena faktor psikologis, yaitu:
1. Kesulitan untuk memulai, mempertahankan tidur, dan tidak dapat
memperbaiki tidur selama sekurangnya satu bulan merupakan keluahan yang
paling banyak terjadi.
2. Insomnia ini menyebabkan penderita menjadi stres sehingga dapat
mengganggu fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting yang lain.

3. Insomnia karena faktor psikologis ini bukan termasuk narkolepsi, gangguan


tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritme sirkadian atau
parasomnia.
4. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena gangguan mental lain
seperti gangguan depresi, delirium.
5. Insomnia karena faktor psikologis tidak terjadi karena efek fisiologis yang
langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang
umum.
D. Siklus Insomnia Kronis
Jika seseorang mengalami insomnia sementara karena faktor psikologis
(mengalami kesulitan tidur dengan nyenyak selama kurang lebih satu malam dan
kurang dari empat minggu) tetapi tidak dapat beradaptasi dengan penyebab
insomnia (tidak mampu mengelola stres tersebut secara sehat) maka akan
mengakibatkan seseorang mengalami insomnia jangka pendek (kesulitan tidur
nyenyak selama empat minggu hingga enam bulan). Jika insomnia jangka
pendek ini tetap tidak dapat diatasi oleh si penderita maka akan mengakibatkan
insomnia kronis. Jika terjadi insomnia kronis maka akan memerlukan waktu yang
lebih lama untuk penyembuhannya.
E. Dampak Insomnia
Insomnia dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, yaitu:
1. Depresi
2. Kesulitan untuk berkonsentrasi
3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
4. prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan
5. Mengalami kelelahan di siang hari
6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk
7. Meningkatkan risiko kematian
8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan
9. Memunculkan berbagai penyakit fisik
F. Solusi Mengatasi Insomnia
Insomnia yang terjadi karena faktor psikologis lebih baik diobati dengan
psikoterapi karena penyebabnya adalah faktor-faktor psikologis. Penting bagi
penderita insomnia untuk secara terbuka mengatakan pada Psikolog,terapis atau
konselor tentang awal mula penyebab insomnia sehingga dapat ditentukan terapi
apa yang sebaiknya diberikan. Selain itu, keluarga si penderita insomnia juga
harus memberi dukungan pada penderita agar insomnia yang dialaminya
perlahan-lahan dapat diturunkan sampai sembuh. Mengapa pada psikolog?
Psikolog akan membantu penderita memahami akar penyebab insomnia, melihat
dari perspektif yang obyektif (tinjauan psikologis) masalah yang dialami dan
mengarahkan penderita pada sikap, strategi dan pola pikir yang benar, tepat
dalam mempersepsi masalah dan menemukan solusinya.

G. PENATALAKSANAAN
Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia? Ada
beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia, yaitu:
1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) CBT digunakan untuk memperbaiki
distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si
penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
2. Sleep Restriction Therapy Sleep restriction therapy digunakan untuk
memperbaiki efisiensi tidur si penderita insomnia.
3. Stimulus Control TherapyStimulus control therapy berguna untuk
mempertahankan waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan
memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada
siang hari meski hanya sesaat.
4. Relaxation TherapyRelaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita
rileks pada saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.
5. Cognitive TherapyCognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap
dan kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
6. Imagery TrainingImagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran
si penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang
menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan
yang terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang negative, baik secara
fisiologis (efek terhadap organ dan fungsi organ tubuh) serta efek psikologis.
Logikanya, insomnia yang disebabkan factor psikologis, berarti factor psikologis
itu lah yang harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi
simtom-nya dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka,
masalah akan datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan
berlarut-larut tanpa solusi pada akar masalah.
Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si
penderita untuk sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan
bersungguh-sungguh dalam menjalani sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi
yang dilakukan juga diiringi dengan pemberian terapi keluarga. Hal ini
disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita dilibatkan
untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam terapi keluarga, anggota
keluarga si penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk kondisi si penderita dan
diharapkan anggota keluarganya dapat berempati untuk membantu kesembuhan
si penderita.

Anda mungkin juga menyukai