Anda di halaman 1dari 20

MANUAL PROSEDUR

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
SEMARANG 2010

MANUAL PROSEDUR
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP

TUJUAN
Menjaminkan bahwa kegiatan pembelajaran di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal (IKF & ML) berjalan dengan baik dan sesuai rencana.
LINGKUP
Kegiatan pembelajaran di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal (IKF &
ML) meliputi kegiatan perkuliahan mahasiswa semester VI (enam) dan kepaniteraan
senior (co-ass).
A. PROSEDUR UNTUK MAHASISWA
Prosedur pendaftaran mahasiswa
1. Prasyarat Akademik
Mahasiswa yang akan mengambil mata kulah IKF & ML HARUS sudah
pernah mengambil Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan
2. Prasyarat Administratif
Mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah IKF & ML HARUS
menyerahkan 1 (satu) lembar fotokopi KRS yang sah dan telah
ditandatangangi dosen wali kepada Kordik melalui tata usaha.
3. Waktu pendaftaran akan ditentukan sesuai dengan jadwal perkuliahan yang
dikeluarkan oleh Bagian Pengajarn FK Undip.
4. Pembatalan dan pendaftaran susulan dibatasi sampai 2 minggu dari waktu
perkuliahan pertama, selebihnya penambahan dan pembatalan peserta
kuliah IKF dan ML tidak dapat dilaksanakan kecuali ada surat tertulis dari
pembantu dekan I Fakultas Kedokteran UNDIP.
Prosedur perkuliahan reguler
1. Kordik IKF & ML bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perkuliahan
yang terdiri dari perkuliahan reguler, penggantian dosen yang berhalangan
hadir dan kuliah pengganti
2. Laporan pelaksanaan perkuliahan akan disampaikan kepada Kepala Bagian
dan diteruskan kepada PD 1.
3. Bagian pengajaran akan menentukan jadwal, jam, tempat perkuliahan dan
pembagian ruang mahasiswa. Perubahan jadwal harus dengan
sepengetahuan PD1 atau bagian pengajaran
4. Sebelum kegiatan perkuliahan dimulai, Kordik akan menyerahkan jadwal
kuliah kepada mahasiswa melalui Komting dan memberitahukan jadwal
kuliah tersebut secara tertulis kepada masing-masing dosen pengampu.
5. Kegiatan perkuliahan pertama akan diisi dengan kontrak pembelajaran
oleh Kordik dan dihadiri oleh semua dosen pengampu.
6. Mahasiswa HARUS sudah berada di dalam ruang kuliah 5 menit sebelum
perkuliahan dimulai, maksimal keterlambatan mengikuti kuliah adalah 10
menit, apabila lebih dari itu mahasiswa tidak diperkenankan ikut
perkuliahan dan dianggap tidak hadir dengan alpa.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

7. Pendamping kuliah (Residen IKF & ML semester 1 atau 2) HARUS sudah


mempersiapkan peralatan audiovisual 5 menit sebelum perkuliahan
dimulai.
8. Daftar kehadiran harus ditandatangani selama dalam perkuliahan, apabila
perkuliahan sudah selesai TIDAK diperkenankan menandatangani lagi dan
dianggap tidak mengikuti perkuliahan dengan status alpa KECUALI
dengan alasan yang dapat diterima dosen pengampu dan Kordik.
9. Pendamping kuliah bertanggung jawab atas daftar kehadiran mahasiswa
dan dosen pengampu kuliah dengan mengisi berita acara kuliah yang
lengkap dan sesuai apa adanya.
Prosedur penggantian dosen yang berhalangan hadir dan dosen
pengganti
1. Apabila dosen berhalangan hadir HARUS memberitahukan kepada
Kordik, baik secara lisan ataupun tertulis.
2. Bagi dosen yang berhalangan hadir dapat menggantikan sendiri kelas yang
dibatalkan dan menentukan jadwal kuliah pengganti setelah disepakati
bersama antara dosen dan mahasiswa kelas yang bersangkutan dengan
sepengetahuan Kordik.
3. Untuk kuliah pengganti, bagian pengajaran akan menetukan ruang kelas
pengganti yang dapat digunakan dan menyiapkan pengumuman kuliah
pengganti minimal 3 hari sebelumnya. Apabila kesulitan mendapatkan
ruang kelas pengganti maka dapat mempergunakan ruang kelas untuk
kepaniteraan di bagian IKF & ML, diluar jam kegiatan kepaniteraan
(sebelum jam 08.00 atau setelah jam 12.00) dengan sepengetahuan Kordik
4. Kordik dapat menawarkan kepada dosen untuk dicarikan dosen yang
mengajar mata kuliah yang sama.
5. Bagi dosen yang terlambat hadir ataupun tidak hadir tanpa pemberitahuan ,
akan ditunggu 20 menit. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan
belum ada kabar maka kuliah akan dibatalkan.
6. Bagi dosen yang berhalangan hadir 2 kali berturut-turut, Kordik akan
melaporkan Kepala Bagian untuk ditindaklanjuti.
Prosedur ujian tentamen
1. Kordik bertanggung jawab atas seluruh kegiatan persiapan dan
pelaksanaan ujian tentamen, yang terdiri atas penyusunan jadwal ujian,
persiapan administratif dan pelaksanaan ujian. Pelaksanaan ujian, Kordik
akan dibantu oleh Chief residen.
2. Ujian tentamen mata kuliah IKF berlangsung 2 (dua) kali, mid semester
dan pra semester, yang telah dijadwalkan sebelum perkuliahan dimulai.
3. Tidak ada prasyarat tertentu untuk mengikuti tentamen mata kuliah IKF.
4. Bentuk ujian tentamen adalah esai dengan soal-soal yang ditayangkan
melalui LCD dan mahasiswa menjawab pada kertas yang telah disediakan
oleh Bagian. Jumlah soal tentamen adalah 10 (sepuluh soal), masingmasing soal akan ditayangkan 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) menit
tergantung tingkat kesulitan soal menurut Kordik. Setelah semua soal
ditayangkan, TIDAK ada penayangan ulang.
5. Ujian tentamen dilaksanakan dua periode, yang setiap periode akan
berlangsung dalam waktu 60 menit. Periode pertama dilaksanakan mulai
pukul 06.30 sedangkan periode kedua dimulai pukul 07.30. Bagi mahasiwa

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

yang terlambat, dengan sangat terpaksa, harus menanggung resiko


tertinggal beberapa soal.
6. Selama ujian berlangsung, mahasiswa harus memenuhi aturan yang
berlaku dalam Peraturan Akademik FK UNDIP.
7. Apabila terdapat mahasiswa yang melakukan kecurangan, setelah selesai
ujian, pengawas ujian akan melaporkan kepada Kordik dan Kepala Bagian.
Sanksi akademik untuk mahasiswa yang melakukan kecurangan diberikan
sesuai dengan Peraturan Akademik FK UNDIP.
8. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian dan mempunyai alasan kuat
serta dapat diterima oleh Kordik, maka dapat diberikan ujian susulan.
Ujian susulan dilaksanakan di ruang tata usaha bagian dan waktunya akan
ditentukan oleh Kordik.
Prosedur penentuan nilai ujian
1. Kordik bertanggung jawab atas perhitungan nilai tiap mahasiwa.
2. Penentuan nilai ujian sementara dihitung berdasarkan rumus:
Nilai sementara = 10% Absensi + 45% Nilai Mid Semester + 45% Nilai
Pra Semester
3. Mahasiswa dengan nilai sementara A (akumulasi antara absensi, mid
semester dan pra semeser) diberi kesempatan untuk TIDAK mengikuti
ujian semester dan nilai sementara tersebut akan menjadi nilai akhir
4. Penentuan nilai akhir dihitung berdasarkan rumus :
Nilai Akhir = 40% nilai sementara + 60% Semester
5. Sistem penilaian menggunakan penggabungan antara PAP dan PAN
Penghitungan nilai dilakukan dengan program microsoft excel.
Setelah semua nilai terkumpul akan diurutkan nilai dari yang tertinggi
hingga terendah.
Nilai diatas 80 akan diolah lebih lanjut dimana 40% diantaranya akan
mendapatkan nilai A sedangkan 60% lainnya mendapatkan nilai B.
Nilai dibawah 80 akan diolah lebih lanjut dimana 65% diantaranya akan
mendapatkan nilai C, 25% mendapatkan nilai D dan 10% sisanya akan
mendapatkan nilai E.
6. Kordik akan menyampaikan nilai ujian mahasiswa pada rapat bagian
sebelum diumumkan secara terbuka ke mahasiswa
7. Pengumuman nilai ujian selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah ujian
berlangsung
Prosedur ujian semester
1. Prasyarat mengikuti ujian semester adalah minimal 75% kehadiran dalam
perkuliahan, diperbolehkan kurang dari 75% dengan maksimal sampai
50% apabila memilki alasan yang kuat , logis dan jujur serta dapat diterima
oleh Bagian IKF & ML.
2. Bagian pengajaran bertanggung jawab membuat jadwal, pembagian ruang
ujian dan menyebarkan jadwal tersebut.
3. Kordik bertanggung jawab terhadap persiapan naskah ujian dan
pelaksanaan ujian. Pelaksanaan ujian Kordik akan dibantu oleh Chief
residen.
4. Bentuk ujian semester adalah pilihan berganda sebanyak 100 soal.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

5. Selama ujian berlangsung, mahasiswa harus memenuhi aturan yang


berlaku dalam PERAK UNDIP dan Pedoman Akademik FK UNDIP.
6. Apabila terdapat mahasiswa yang melakukan kecurangan, setelah selesai
ujian, pengawas ujian akan melaporkan kepada Kordik dan Kepala Bagian.
Sanksi akademik untuk mahasiswa yang melakukan kecurangan diberikan
sesuai dengan PERAK UNDIP dan Pedoman Akademik FK UNDIP.
7. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian dan mempunyai alasan kuat
serta dapat diterima oleh Kordik, maka dapat diberikan ujian susulan.
Ujian susulan dilaksanakan di r bagian dan waktunya akan ditentukan oleh
Kordik.

Prosedur ujian perbaikan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ujian perbaikan diperuntukkan bagi mahasiswa yang telah mengikuti


ujian semester dengan nilai dibawah atau sama dengan B.
Ujian perbaikan dilaksanakan setelah semua bagian melaksanakan ujian
semester, atau maksimal 3 minggu setelah ujian semester IKF dan ML,
sebelum kegiatan semester pendek berlangsung.
Mahasiswa yang hendak mengikuti ujian perbaikan harus mendaftarkan
diri di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, maksimal 3
hari setelah nilai akhir diumumkan.
Bentuk ujian perbaikan adalah pilihan berganda sebanyak 100 soal.
Penentuan nilai ujian perbaikan dihitung berdasarkan rumus:
Nilai = 30% Nilai Akhir + 70% Nilai ujian perbaikan
Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian perbaikan dengan alasan
apapun, bagian forensik dan medikolegal tidak akan menyelenggarakan
ujian perbaikan ulang bagi mahasiswa yang bersangkutan.

B. PROSEDUR UNTUK KEPANITERAAN SENIOR (CO-ASS)


Prosedur kegiatan harian
1. Co-ass yang mengikuti kepaniteraan di bagian IKF & ML adalah co-ass
yang namanya tercantum pada surat dari Ketua Program Pendidikan
Profesi kepada Kepala Bagian IKF & ML. Apabila namanya tidak
tercantum maka co-ass yang bersangkutan diberikan waktu 3 x 24 jam
untuk mengurus ke bagian akademik dan menunjukkan surat kepada
Kordik sebelum mengikuti kepaniteraan.
2. Kegiatan kepaniteraan di kelas dimulai jam 08.00 WIB, akan diabsen
datang oleh residen jaga jam 08.15 WIB, dengan demikian diberikan
toleransi keterlambatan 15 menit. Kegiatan kepaniteraan di kelas berakhir
pukul 12.00 WIB, akan diabsen pulang oleh residen jaga selambatlambatnya 12.15 WIB. Keterlambatan melebihi 15 menit , absen datang
akan diberi tanda terlambat atau tidak hadir saat absen pulang maka akan
diberi tanda tidak ada. Apabila tanpa alasan yang kuat, logis dan jujur
serta dapat diterima maka co-ass yang bersangkutan diberikan tugas oleh
Kordik melalui chief residen.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

3. Co-ass yang tidak masuk (absen) tanpa alasan yang kuat, logis dan jujur
serta dapat diterima HARUS mengganti hari kepaniteraan diluar periode
kepaniteraannya dan yang bersangkutan tidak boleh sedang menjalankan
kepaniteraan di bagian lain. Sedangkan co-ass yang tidak masuk (absen)
dengan alasan yang kuat, logis dan jujur serta dapat diterima terlebih
dahulu HARUS mendapat persetujuan dari Kordik. Apabila Kordik tidak
menyetujui, co-ass yang bersangkutan tetap HARUS mengganti hari
kepaniteraan diluar periode kepaniteraannya dan yang bersangkutan tidak
boleh sedang menjalankan kepaniteraan di bagian lain.
4. Co-ass wajib mengenakan jas lab / jas praktikum warna putih lengan
pendek dan name tag yang berisi nama.
5. Pada hari pertama kepaniteraan, co-ass akan mendapat pengarahan dari
Kordik (atau didelegasikan kepada chief residen) dan akan diberikan 1
( satu) lembar kartu kegiatan yang harus dilengkapi dengan pas foto
ukuran 4 x 6 berwarna yang terbaru. Pada lembar kegiatan tersebut
HARUS diisi dengan biodata, kegiatan harian, penilaian pengajuan referat
dan kegiatan jaga.
6. Pada hari kedua kepaniteraan, coass akan dibagi menjadi beberapa
kelompok tergantung jumlah coass yang mengikuti kepaniteraan, masingmasing kelompok akan diberikan 1 (satu) judul referat, dibimbing oleh
seorang peserta PPDS-1 dan seorang staff pengajar.
7. Co-ass wajib mengisi biodata pada buku biodata dilengkapi dengan pas
foto 4 x 6 berwarna yang terbaru. Data yang diisikan cukup nama lengkap,
tempat dan tanggal lahir, alamat, nomor telp. dan email. Adapun data lain
termasuk pesan dan kesan tidak perlu dicantumkan. Lembar biodata tidak
boleh diberi warna-warni, digambar-gambar atau ditempeli stiker-stiker.
Apabila terjadi maka HARUS diganti sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
8. Kegiatan harian diisi dengan bimbingan staff pengajar dengan jadwal
sebagai berikut :
Senin :
Dr. L. Bambang Prameng N., SpF
Dr. Arif R.S., SH, MSi.Med, SpF
Selasa
KombesPol (Purn) Dr. Abraham Sudiro, SpF
Rabu :

Dr. Intarniati NR,SpF

Kamis:

Dr. Sigid Kirana LB,SpF

Jumat

Dr. Santoso, SpF

Sabtu

Dr. Gatot Suharto, DFM, SH, M.Kes., SpF /


Dr. Ratna Relawati,SpF

Adapun materi bimbingan HARUS ditulis pada kolom kegiatan harian.


Co-Ass wajib mengikuti bimbingan dengan baik dan tertib. Tidak
diperkenankan membuat keributan sendiri, membaca komik, novel,
majalah atau koran dan handphone HARUS dalam keadaan silent.
Apabila selama bimbingan co-ass bertingkah laku tidak sesuai dengan
aturan maka pembimbing berhak mengurangi nilai attitude co-ass yang
bersangkutan.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

9. Referat yang ditugaskan HARUS dibuat sebaik-baiknya, sesuai dengan


judul yang telah diberikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
pembimbing sebelum dipresentasikan. Referat dijilid rangkap 3 (tiga)
dengan menyertakan fotokopi teks atau naskah sumber pustaka, salah
satunya dijilid hard cover dan diberi judul pada sisinya, diserahkan kepada
bagian melalui tata usaha, 2 (dua) cukup dijilid soft cover diserahkan
kepada para pembimbing. Sebagai bukti telah mengajukan referat maka
pembimbing menandatangani dan memberi nilai (dalam bentuk angka)
pada kolom referat di lembar kegiatan.
Seluruh referat dan presentasi dalam satu periode kepaniteraan oleh chief
co-ass diserahkan dalam bentuk CD kepada bagian melalui tata usaha.
10. Co-ass wajib mengikuti bimbingan dengan residen sesuai pembagian,
materi bimbingan telah tertera pada absensi bimbingan, ditandatangani
residen yang bersangkutan setiap bimbingan. Bimbingan dilakukan diluar
jam kegiatan kepaniteraan di kelas. Co-ass wajib membuat visum
bayangan sesuai dengan materi bimbingan dan dikoreksi residen
pembimbing.
11. Selama kegiatan harian, bimbingan dan jaga, residen pembimbing akan
memberikan penilaian attitude dan aktifitas co-ass bimbingannya. Apabila
chief co-ass dinilai bertanggung jawab terhadap teman-temannya maka
berhak mendapatkan tambahan 5 atau 10 poin dalam penilaian
aktifitasnya.
12. Hari senin minggu ke-empat kepaniteraan, coass mengumpulkan lembar
absensi bimbingan, kumpulan visum bayangan dan visum nyata yang
dijilid soft cover dan diberi judul cover sesuai pengarahan. Seteleh diparaf
Kordik maka kumpulan visum tersebut akan dikembalikan lagi kepada coass yang bersangkutan.
13. Apabila terdapat kegiatan di luar lingkungan FK Undip / RSDK seperti
pemanggilan saksi ahli di tingkat sidang pengadilan, pemeriksaan dalam
(otopsi) di rumah sakit jejaring dan ekshumasi (gali kubur), oleh karena
keterbatasan transportasi dan akomodasi maka selain chief co-ass, co-ass
yang lain akan dipilih oleh chief residen.
Prosedur kegiatan jaga
1. Jam jaga co-ass adalah 24 jam dimulai pada jam 07.00 dan berakhir pada
jam 07.00 keesokan harinya, jam jaga ini disesuai dengan jam jaga residen
dan konsultan jaga.
2. Pada minggu pertama kepaniteraan, belum diterapkan jadwal jaga, namun
seluruh co-ass WAJIB datang apabila ada kasus (orientasi).
3. Pada minggu kedua kepaniteraan, sudah diterapkan jadwal jaga yang
pengaturannya dikoordinasi oleh chief co-ass. Minimal co-ass jaga sehari
adalah 2 orang. Jadwal jaga disertai no. telp. ditempelkan di administrasi
kamar jenazah, agar co-ass yang bersangkutan dapat dihubungi oleh
petugas. Apabila co-ass jaga tidak dapat dihubungi dan tidak datang ke
kamar jenazah untuk melakukan pemeriksaan maka sanksi diberikan oleh
konsultan jaga berupa pemotongan nilai aktifitas.
4. Co-ass jaga HARUS menandatangani absent jaga dihadapan residen jaga.
5. Co-ass jaga mengenakan pakaian bebas pantas dengan jas praktikum / jas
lab warna putih dan name tag.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

6. Co-ass jaga membagi diri sebagai operator (yang melakukan pemeriksaan


jenazah) dan konseptor (yang mencatat hasil pemeriksaan).
7. Pemeriksaan luar dikerjakan di bawah bimbingan residen jaga sedangkan
pemeriksaan dalam (otopsi) HARUS dikerjakan di bawah bimbingan
konsultan jaga.
8. Selama pemeriksaan, co-ass HARUS menghormati jenazah,
memperlakukan dengan manusiawi.
9. Setelah pemeriksaan selesai, konseptor menyerahkan catatan hasil
pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum paling lama 1 x 24 jam
kepada residen jaga, dalam waktu 1 x 24 jam residen jaga akan
mengkonsultasikan dan mendiskusikan visum et repertum tersebut dengan
konsultan jaga apabila perlu perbaikan maka HARUS diperbaiki bersama
oleh residen dan co-ass jaga. Setelah mendapat persetujuan dari konsultan
jaga, visum et repertum selain diserahkan kepada administrasi kamar
jenazah, seluruh co-ass menyalin visum et repertum tersebut (visum
nyata).
10. Tim jaga harus melaporkan kasus yang didapatkan pada forum laporan
pagi yang dilaksanakan dua kali seminggu yaitu pada hari Senin dan
Jumat.
11. Kegiatan sebagai konseptor atau operator HARUS dicatat pada kolom
kegiatan jaga / daftar kasus pada lembar kegiatan dilengkapi dengan
tanggal pemeriksaan, kode O untuk operator dan K untuk konseptor serta
diparaf oleh residen jaga.
12. Semua kasus yang diperoleh selama jaga, harus disalin dengan tulisan
tangan oleh semua koass. Batas akhir kasus yang wajib ditulis adalah hari
Sabtu minggu ketiga jam 12.00.
Prosedur ujian
1. Prasyarat mengikuti ujian adalah :
a. Kehadiran 100%
Co-ass yang pernah absen maka prosentase kehadiran dihitung dari
Hari masuk
------------------------------------------------------------------- x 100%
24 (hari kerja dalam 4 minggu termasuk libur nasional)
Namun harus disertai bukti mengganti hari kepaniteraan yang
dicatat dalam kolom pengganti hari pada lembar kegiatan
b. Sudah mengajukan referat
c. Pernah minimal 2 (dua) kali menjadi konseptor atau 1 (satu) kali
menjadi operator
d. Minimal satu kali melaporkan kasus pada saat laporan pagi
Dalam kondisi kasus yang datang sangat minimal sehingga tidak
dapat dipenuhi maka prasyarat ini akan diabaikan.
2. Bagi co-ass yang tidak mengikuti ujian selama periode
kepaniteraannya atau hendak melakukan perbaikan nilai maka:
a. Dapat langsung mengikuti ujian apabila kepaniteraan berakhir
kurang dari 6 bulan yang lalu
b. Ujian setelah orientasi 1 (satu) minggu apabila kepaniteraan
berakhir antara 6 bulan sampai 1 tahun yang lalu.
c. Ujian setelah mengulang kepaniteraan apabila kepaniteraan
berakhir lebih dari 1 tahun yang lalu.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

3.

4.

5.
6.
7.

8.

Penguji akan ditunjuk langsung oleh Kordik.


Dengan catatan co-ass yang bersangkutan membawa surat keterangan
bebas stase yang dikeluarkan oleh pembantu dekan urusan akademik.
Pada hari senin minggu ke-4 kepaniteraan, chief co-ass mengumpulkan
kumpulan visum dan absensi rombongannya, co-ass yang memenuhi
syarat akan diberi tanda pada checklist memenuhi syarat di lembar
kegiatan.
Penguji ditentukan berdasarkan undian terbuka yang dilakukan oleh
Kordik di depan chief residen dan chief co-ass dari masing-masing
universitas yang sedang menjalankan kepaniteraan di bagian IKF &
ML. Hasil undian ujian akan diketik, ditempel dan diberitahukan
secara tertulis kepada masing-masing penguji.
Pada hari Selasa minggu ke-4 akan dilaksanakan ujian OSCA yang
wajib diikuti oleh semua koass.
Pelaksanaan ujian lisan pada hari Rabu hingga Jumat minggu ke-4
kepaniteraan, diserahkan kepada masing-masing penguji.
Kesempatan perbaikan ujian diberikan kepada co-ass dengan nilai C ke
bawah. Ujian perbaikan dilakukan dengan metode OSCA pada hari
Sabtu minggu ke empat. Nilai akhir yang dipakai adalah nilai
TERAKHIR dengan perhitungan :
Nilai akhir perbaikan : 70% nilai perbaikan + 30% nilai akhir
Yudisium oleh Kordik pada hari terakhir kepaniteraan (Hari sabtu
minggu ke-4 kepaniteraan)

Prosedur penentuan nilai akhir


1. Kordik bertanggung jawab atas perhitungan nilai tiap mahasiswa
2. Penentuan nilai kepaniteraan di bagian IKF & ML adalah sebagai
berikut :
2,5% Absensi + 7,5% Aktifitas + 10% Attitude + 15% referat + 25% Ujian
Lisan + 40 % Ujian OSCA
Nilai tertinggi untuk aktifitas adalah 85 kecuali chief co-ass yang
nilainya dapat ditambah 5 atau 10 poin. Penambahan ini dilakukan
oleh residen pembimbing yang bersangkutan dengan persetujuan
Kordik.
Nilai tertinggi untuk attitude adalah 85
3. Konversi nilai angka ke huruf adalah sebagai berikut :
A
: 80 100
B
: 70 79,99
C
: 60 69,99
D
: 50 - 59,99
E
: kurang dari 50

Instruksi Kerja Jaga

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

1. Co-ass jaga HARUS datang segera setelah dihubungi petugas kamar


jenazah.
2. Sebelum melakukan pemeriksaan, co-ass jaga memeriksa apakah jenazah
telah memiliki surat permintaan pemeriksaan dari kepolisian dan
memastikan pemeriksaan apa yang dikehendaki oleh kepolisian.
3. Apabila permintaan hanya pemeriksaan luar, maka pemeriksaan dapat
langsung dilakukan sedangkan permintaan untuk pemeriksaan dalam harus
dilengkapi dengan surat persetujuan keluarga. Tanpa surat persetujuan
keluarga ini maka pemeriksaan dalam HARUS menunggu maksimal 2 x
24 jam namun pemeriksaan luarnya tetap dapat dilakukan.
4. Co-ass jaga yang bertindak sebagai operator WAJIB memakai sarung
tangan sebagai proteksi diri.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan menyeluruh, sistematis dan teliti. Barangbarang yang ada pada jenazah atau di sekitar jenazah merupakan barang
bukti yang perlu disimpan dengan dicatat.
6. Sistematika pemeriksaan luar adalah sebagai berikut :
a. Memeriksa label mayat
b. Memeriksa tutup mayat (jenis/bahan, warna serta corak) atau bungkus
mayat (jenis/bahan, warna, corak serta tali pengikat bila ada)
c. Memeriksa identitas umum, yang terdiri dari :
Jenis kelamin
Umur (berdasarkan parameter biologik)
Panjang badan dan berat badan
Warna kulit
Ciri rambut
Golongan darah
Keadaan gizi berdasarkan BMI (body mass index)
Ciri-ciri lain
d. Memeriksa identitas khusus, yang terdiri dari :
Tatto
Jaringan parut
Cacat fisik
Pakaian
Memeriksa pakaian mulai dari pakaian yang dikenakan pada
bagian tubuh sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan
yang terluar sampai lapisan yang terdalam. Pencatatan meliputi
bahan, warna dasar, warna corak, bentuk atau model pakaian,
ukuran, merk/penjahit, cap binatu, monogram/inisial serta tambalan
atau tisikan bila ada. Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku
inii harus diperiksa dan dicatat isinya.
Perhiasan (jenis, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama /
inisial)
Ciri-ciri lain
e. Memeriksa tanda-tanda pasti kematian untuk memperkirakan lama
waktu kematian yang terdiri dari :
Suhu rektal mayat
Diukur dengan termometer rektal
Perkiraan lama waktu kematian dihitung dengan rumus :

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

10

98,6oF suhu rektal


Saat kematian = -----------------------1,5
o
o
Konversi C menjadi F adalah sebagai berikut :
o
F = (5/9 x oC) + 32
Lebam mayat
Kecuali jenazah dalam keadaan anemis atau perdarahan hebat
maka perkiraan lama waktu kematian adalah sebagai berikut :
- Ada lebam mayat
: lebih dari 1 jam
- Hilang dengan penekanan
: kurang dari 4 jam
- Tidak hilang penekanan
: lebih dari 4 jam
Kaku mayat
Kecuali jenazah dalam keadaan terbakar atau anak-anak, maka
perkiraan lama waktu kematian adalah sebagai berikut :
- Ada kaku mayat
: lebih dari 6 jam
- Kaku mayat seluruh tubuh tidak dapat dilawan : lebih dari 12 jam
Pembusukan
Apabila tampak tanda-tanda pembusukan maka perkiraan lama
waktu kematian telah lebih dari 2 hari.
Lain-lain
Apabila terdapat larva pada jenazah maka diukur larva yang paling
panjang, perkiraan lama waktu kematian adalah sebagai berikut :
- Panjang 3 sampai 5 mm
: 2 hari
- Panjang 5 sampai 9 mm
: 3 hari
- Panjang 9 sampai 16 mm
: 4 hari
- Panjang 16 sampai 19 mm
: 5 hari
- Panjang 19 sampi 20 mm (pupa)
: 6 hari
f. Memeriksa tanda-tanda kekerasan atau luka pada tubuh bagian luar
Perlu dilakukan pencatatan yang teliti dan objektif. Deskripsi harus
meliputi hal-hal di bawah ini :
Jumlah luka
Lokasi luka, meliputi :
Lokasi berdasarkan regio anatomiknya
Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagianbagian tertentu dari tubuh
o Sumbu X dengan garis acuan : Garis mendatar yang
melewati kedua sudut mata, garis mendatar yang melewati
puting susu, garis mendatar yang melewati pusat, garis
mendatar yang melewai ujung tumit atau garis mendatar
yang melalui ujung tulang belikat untuk tubuh bagian
belakang
o Sumbu Y dengan garis acuan : Garis tengah tubuh
Bentuk luka
Ukuran luka

Sifat-sifat luka, yaitu :


Garis batas luka, meliputi :
o Bentuk : teratur atau tidak teratur

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

11

o Tepi : rata atau tidak


o Sudut luka (ada atau tidak, berapa jumlahnya dan runcing
atau tidak)
Daerah di dalam garis batas luka, meliputi :
o Tebing luka (rata atau tidak, terdiri dari jaringan apa saja)
o Terdapat jembatan jaringan atau tidak
o Dasar luka (terdiri atas jaringan apa, warnanya dan
perabaannya)
Daerah disekitar garis batas luka, meliputi :
o Memar (ada atau tidak)
o Tatoase (ada atau tidak)
o Jelaga (ada atau tidak)
o Bekuan darah (ada atau tidak)
o Lain-lain ada atau tidak
g. Memeriksa bagian tubuh tertentu, meliputi :
Mata
- Alis mata
- Bulu mata
- Kelopak mata
- Selaput kelopak mata
- Selaput biji mata
- Selaput bening mata
- Pupil mata
- Pelangi mata
Hidung
- Bentuk hidung
- Permukaan kulit hidung
- Lubang hidung
Telinga
- Bentuk telingan
- Permukaan daun telinga
- Lubang telingan
Mulut
- Bibir atas
- Bibir bawah
- Selaput lendir mulut
- Lidah
- Gigi geligi
o Gigi rahang atas
o Gigi rahang bawah
- Langit-langit mulut

Alat kelamin
Alat kelamin laki-laki :
- Pelir
- Kantong pelir
Alat kelamin perempuan :
- Bibir besar

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

12

- Bibir kecil
- Kelentit
- Selaput dara
- Saluran kelamin
h. Memeriksa patah tulang pada :
Tulang tengkorak
Tulang lidah, rawan gondok dan rawan cincin
Tulang belakang
Tulang dada
Tulang punggung
Tulang panggul
Tulang gerak
7. Sedangkan sistematika pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut :
a. Jenazah diletakkan terlentang di atas meja otopsi dengan bagian bahu
ditinggikan (diganjal) dengan balok.
b. Insisi kulit
Sebaiknya menggunakan insisi huruf I karena kelainan pada daerah
leher dan dasar mulut dapat dieksplorasi, dilakukan mengikuti garis
pertengahan tubuh mulai di bawah dagu, diteruskan ke arah umbilikus
dann melingkari umbilikus di sisi kiri dan seterusnya kembali
mengikuti garis pertengahan tubuh sampai di daerah simfisis pubis.
Pada daerah leher, insisi hanya mencapai kedalaman setebal kulit saja.
Pada daerah dada, insisi sampai kedalaman mencapai permukaan
depan tulang dada (sternum) sedangkan mulai di daerah epigastrium
sampai menembus ke dalam rongga perut.
Pada dinding perut biasanya dimulai pada daerah epigastrium dengan
mebuat irisan pendek yang menembus sampai peritoneum. Jari
telunjuk dan jari tengah tangan kiri dimasukkan ke dalam lubang insisi
untuk mengangkat dinding perut ke atas. Kemudian pisau diselipkan di
antara dua jari tersebut dan insisi dapat diteruskan sampai ke simfisis
pubis.
c. Pelepasan dinding dada
Dilakukan dengan memegang dinding perut bagian atas dan memuntir
dinding perut tersebut ke arah luar (ibu jari di sebelah dalam / sisi
peritoneum dan 4 jari lainnya di sebelah luar / sisi kulit). Dinding dada
dilepaskan dengan memulai irisan pada otot-otot sepanjang arcus
costae. Pelepasan dilakukan terus ke arad dada bagian atas sampai
daerah tulang selangka dan ke samping sampai garis ketiak depan.
Pengirisan terhadap otot dilakukan dengan bagian perut pisau dan
bidang pisau yang tegak lurus terhadap otot.
Kelainan yang temukan diantaranya resapan darah, patah tulang
maupun luka terbuka dicatat dengan teliti.
d. Kulit daerah leher dilepaskan dari otot leher yang berada di bawahnya.
Kelainan yang ditemukan dicatat dengan teliti.
e. Dinding perut diperhatikan keadaan lemak bawah kulit dan otot-otot
dinding perut. Kelainan yang ditemukan dicatat dengan teliti.
f. Pemeriksaan rongga perut diawali dengan memeriksa penyebaran tirai
usus (omentum) dan keadaan umum usus yang tampak. Kelainan
yang ditemukan dicatat dengan teliti. Kemudian, operator kanan tengan

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

13

tangan kanan memeriksa rongga perut sebelah kiri, dan sebaliknya


untuk operator kiri, apabila terdapat cairan maka jumlah dan sifatnya
harus dicatat.
g. Rongga dada dibuka dengan jalan mengiris 0,5 (setengah) sampai 1
(satu) sentimeter medial dari batas tulang rawan dan tulang sejati iga.
Dengan tangan kanan memegang gagang pisau dan telapak tangan kiri
menekan punggung pisau dengan sudut 45o, pisau digeser mulai iga ke2 terus ke kaudal. Dilakukan pada ke dua sisi.
Iga pertama dipotong dengan meneruskan irisan pada iga ke-2 ke arah
kraniolateral. Setelah iga pertama terpotong, pisau diteruskan ke arah
medial menyusuri tepi bawah tulang selangka untuk mencapai
articulatio sternoclavicularis dan memotongnya. Pemotongan insersi
otot-otot diafragma yang melekat dinding dada bagian depan sebelah
bawah , perlekatan sternum dengan pericardium dapat dilepaskan.
Dengan demikian sternum dapat diangkat. Kemudian, operator kanan
tengan tangan kanan memeriksa rongga dada sebelah kiri, dan
sebaliknya untuk operator kiri, apabila terdapat perlekatan atau cairan
maka jumlah dan sifatnya harus dicatat.
Perhatikan letak paru terhadap kandung jantung yang tampak.
Kandung jantung dibuka dengan melakukan pengguntingan pada
dinding depan berbentuk huruf Y terbalik kemudian dicatat jumlah
serta sifat cairan di dalamnya dan kelainan lain yang tampak.
Thymus yang terletak di sebelah atas dinding depan kandung jantung
juga diperiksa. Kelainan yang ditemukan dicatat dengan teliti.
h. Pengeluaran alat-alat leher dimulai dengan melakukan pengirisan tepat
di bawah dagu, menembus rongga mulut dari bawah, diperlebar ke
arah kanan maupun kiri sesuai lengkung rahang, hal ini dilakukan
untuk melepaskan insersi otot-otot dasar mulut dari tulang rahang
bawah.
Lidah ditarik ke arah bawah, palatum molle kemudian diiris sepanjang
perlekatannya dengan palatum durum diteruskan ke arah lateral kanan
dan kiri sampai bagaian lateral plica pharingea. Dengan meneruskan
pemotongan sampai ke permukaan depan dari tulang belakang dan
sedikit menarik alat-alat leher ke arah depan bawah maka seluruh alat
leher dapat dilepaskan perlekatannya. Kelainan yang ditemukan dalam
rongga mulut dan leher dicatat dengan teliti. Selanjutnya lakukan
pemotongan terhadap pembuluh darah serta syaraf yang berjalan di
belakang tulang selangka. Lepaskan perlekatan antara paru-paru
dengan dinding rongga dada. Dengan tangan kanan, lidah dipegang dan
dua jari tangan kiri diletakkan pada sisi kanan dan kiri hilus paru, alat
rongga dada ditarik ke arah kaudal sampai ke luar rongga paru.
Lepaskan esofagus bagian kaudal dari jaringan ikat sekitarnya dan
buatlah dua ikatan di atas diafragma dan gunting diantarnya. Kemudian
tangan kiri menggengam bagian bawah alat rongga dada tepat di atas
difragma dan lakukan pengirisan terhadap genggaman tersebut.
Dengan demikian, alat leher bersama alat dalam rongga dada dapat
dikeluarkan seluruhnya.
i. Usus-usus dilepaskan dengan pertama-tama melakukan dua ikatan
pada awal jejunum dekat dengan tempat menembusnya duodenum dari
arah retroperitoneal. Dengan tangan kiri memegang pada ujung distal

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

14

dan mengangkatnya, maka mesenterium yang melekatkan usus halus


dengan dinding rongga perut dapat diiris dekat pada usus. Pengirisan
dilakukan dengan pisau organ yang bidang pisaunya diletakkan tegak
lurus pada usus dan digerakkan maju mundur seperti gerakan
menggergaji, sepanjang usus halus sampai ileum terminalis.
Selanjutnya kolon baik asendens, transversum, descendens dan
sigmoid dipisahkan dengan mesokolonnya dengan hati-hati .
Rektum dipegang dengan tangan kanan, mulai dari bagian distal dan
mengurutnya ke proksimal, agar isi rektum dipindahkan ke arah kolon
sigmoid kemudian rectum dapat diikat dengan dua ikatan, untuk
kemudian diputus diantara dua ikatan tersebut.
j. Untuk melepaskan alat rongga perut dan panggul, lakukan pengirisan
dengan dimulai dengan memotong diafragma dekat pada insersinya di
dinding rongga badan, diteruskan kea rah bawah, sebelah kanan dan
kiri, lateral dari masing-masing ginjal, sampai memeotong arteriae
iliaca communis.
Alat rongga panggul dilepaskan dengan terlebih dahulu melepas
peritoneum di daerah simfisis.
Kandung kencing serta alat lainnya dapat dipegang dalam tangan kiri
sampai ke arah belakang bersama-sama rectum kemudian lakukan
pemotongan melintang setinggi kelenjar prostate atau sepertiga
proksimal vagina. Dengan demikian alat rongga perut dan rongga
panggul dapat dikeluarkan dari tubuh bersama-sama.
k. Pemeriksan kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit kepala,
dimulai pada prosesus mastoideus, melingkari kepala melalui vertex
dan berakhir pada prosesus mastoideus sisi lainnya. Pengirisan dibuat
sampai pisau mencapai periostium. Kemudian kulit kepala dikupas
kea rah depan sampai 1 2 sentimeter di atas batas orbita (margo
supraorbitalis) dan ke arah belakang sampai protuberantia occipitalis
eksterna.
Untuk membuka rongga tengkorak, dilakukan penggergajian melingkar
di daerah frontal 2 sentimeter di atas daun telinga, di daerah temporal
terlebih dahulu potong otot temporalis, dilanjutkan ke arah belakang
2 sentimeter diatas protuberantia occipitalis eksterna dengan garis
penggergajian yang membentuk sudut 120o dari garis penggergajian
sebelum daerah temporal. Penggergajian harus dilakukan degan hatihati dan dihentikan setelah terasa tebal tulang tengkorak telah
terlampaui, agar tidak merusak jaringan otak. Selanjutnya atap
tengkorak dilepas dengan menggunakan pahat berbentuk T dengan
jalan mendongkel pada garis penggergajian. Kemudian menggunting
duramater mengikuti garis penggergajian. Kelainan yang ditemukan
termasuk bau yang tercium saat atap tengkorak dilepas, dicatat dengan
teliti.
Otak dikeluarkan dengan memasukkan dua jari tangan kiri di garis
pertengahan daerah frontal , antara baga otak dan tulang tengkorak.
Dengan sedikit mengangkat baga fontal maka falk cerebri yang tampak
digunting sampai dasar tulang tengkorak, pengguntingan juga
dilakukan pada nn. olfactorius, nn. opticus, aa. karotis interna dan nn.
kraniales yang keluar dari dasar otak..

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

15

Tentorium cerebelli lebih mudah dipotong dengan memiringkan kepala


jenazah ke salah satu sisi dan jari-jari tangan kiri sedikit mengangkat
baga temporal. Setelah tentorium cerebelli terpotong, kepala
dikembalikan pada posisi semula dan batang otak dipotong melintang
sejauh mungkin dalam foramen magnum. Dengan tangan kiri
menyanggah baga occipital, dua jari tangan kanan dapat ditempatkan
di sisi kanan dan kiri batang otak yang telah terpotong, kemudian
menarik bagian bawah otak dengan gerakan memutar / meluksir hingga
keluar dari rongga tengkorak.
Setelah otak dikeluarkan, duramater yang melekat pada dasar
tengkorak harus dilepaskan dari dasarnya, kelainan yang ditemukan
dicatat dengan teliti.
l. Pemeriksaan organ atau alat dalam. Masing-masing harus ditimbang
dan dicatat beratnya serta HARUS dikembalikan sebaik-baiknya pada
posisi semula setelah diperiksa.
Lidah
Periksa permukaan lidah terutama ada atau tidaknya bekas gigitan.
Penampang dinilai dengan melakukan pengirisan namun jangan
sampai terputus.
Tonsil
Periksa permukaan dan penampangnya. Apabila jenazah telah
mengalami tonsilektomi, HARUS dicatat.
Kelenjar gondok (thyroid)
Dapat diperiksa dengan sebelumnya dipisahkan dari otot-otot leher,
pinset bergigi pada tangan kiri, ujung bawah otot-otot leher leher
dijepit dan sedikit diangkat, dengan gunting pada tangan kanan, otot
leher dibebaskan dari bagian posterior kemudian dilepaskan
perlekatannya pada rawan gondok dan trakea.
Periksa ukurannya, permukaan, warna atau kelainan lain. Penampang
diperiksa dengan mengiris dari bagian lateral kedua baga.
Kerongkongan (oesophagus)
Diperiksa dengan jalan menggunting sepanjang dinding belakang
oesophagus. Periksa selaput lendir, adanya benda-benda asing atau
kelainan lain yang mungkin ditemukan.
Batang tenggorok (trachea)
Periksa dimulai dari epiglottis hingga hilus bronkus termasuk pita
suara dan kotak suara dengan menggunting dinding belakang batang
tenggorok. Perhatikan adanya edema, benda asing, perdarahan busa
serta selaput lendirnya.
Pembuluh darah di leher (Arteria carotis interna)
Diperiksa dengan jalan menggunting dinding depannya kemudian
perhatikan apakah terdapat kerusakan pada lapisan intimanya.
Paru
Periksa permukaan, warna dan perabaan serta kelainan seperti bintik
perdarahan, resapan darah, luka, bulla dan lain-lain. Penampang paru
diperiksa setelah melakukan pengirisan yang dimulai dari apex
sampai ke basal dengan tangan kiri memegang paru pada daerah
hilus.
Jantung

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

16

Sebelum memeriksa jantung, terlebih dahulu dilepaskan dari


pembuluh darah besar yang masuk maupun keluar dari jantung
sejauh mungkin.
Periksa permukaan jantung apakah terdapat kelainan seperti resapan
darah, luka, bintik-bintik perdarahan atau tanda-tanda infark miokard
(baji mati jantung).
Jantung dibuka dengan mengikuti aliran darah dalam jantung yaitu :
- Pengguntingan dinding belakang vena cava superior dan inferior
serta aurikula kanan.
- Pengirisan serambi dan bilik kanan dengan jalan memasukkan
pisau panjang ke bilik kanan sampai ujung pisau menembus
apeks di sisi kanan septum, mata pisau menghadap ke lateral, iris
sampai menembus tebal otot dinding kanan. Lingkar katup
trikuspidal diukur dan diperiksa. Tebal dinding bilik kanan diukur
dengan membuat irisan tegak lurus pada dinding belakang, 1
cm di bawah katup.
- Pengguntingan dinding depan bilik kanan ke arah arteria
pulmonalis mulai dari apeks, menyusuri septum pada jarak 0,5
(setengah) sentimeter, ke arah atas menggunting dinding depan
arteria pulmonalis dan memotong katup semilunaris pulmonal.
Lingkar katup diukur dan diperiksa.
- Pengguntingan dinding belakang vv. pulmonales, kemudian
aurikula kiri.
- Pengirisan serambi dan bilik kiri dengan jalan memasukkan pisau
panjang ke bilik kiri sampai ujung pisau menembus apeks di sisi
kiri septum, mata pisau menghadap ke lateral, iris sampai
menembus tebal otot dinding kiri. Lingkar katup mitral diukur
dan diperiksa. Tebal dinding bilik kiri diukur dengan membuat
irisan tegak lurus pada dinding belakang, 1 cm di bawah katup.
- Pengguntingan dinding depan bilik kiri, menyusuri septum pada
jarak 0,5 (setengah) sentimeter, ke arah atas menggunting dinding
depan aorta dan memotong katup semilunaris aorta. Lingkar
katup diukur dan diperiksa.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan aa. coronaria (pembuluh nadi
jantung) baik kiri maupun kanan TIDAK BOLEH menggunakan
sonde karena dapat mendorong trombus yang mungkin ada. Iris aa.
coronaria melintang sepanjang jalannya kemudian periksa
penampang, tebal otot dan keadaan lumennya.
Pembuluh darah besar di dada (Aorta thoracalis)
Diperiksa dengan menggunting dinding belakang. Kelainan yang
ditemukan seperti resapan darah, deposit kapur, ateroma atu bahkan
aneurisma dicatat dengan teliti.
Pembuluh darah besar di perut (Aorta abdominalis)
Blok organ perut dan panggul diletakkan di atas meja potong dengan
permukaan belakang menghadap ke atas. Dinding belakang aorta
abdominalis digunting mulai dari percabangan aa. iliaca communis
kanan dan kiri. Pengguntingan dilanjutkan melalui masing-masing
muara aa. renalis kanan dan kiri sampai ginjal. Kelainan yang
ditemukan dicatat dengan teliti.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

17

Kelenjar anak ginjal (glandula suprarenalis)


Anak ginjal kanan terletak di bagian mediokranial kutub atas ginjal
kanan, tertutup jaringan lemak, berada diantara permukaan belakang
hati dan diafragma, berbentuk trapesium sedangkan anak ginjal kiri
terletak di bagian mediokranial kutub atas ginjal kiri, tertutup
jaringan lemak, berada diantara ekor kelenjar liur perut (pancreas)
dan difragma.
Untuk menemukannya maka otot diafragma baik kanan maupun kiri
harus dipotong terlebih dahulu kemudian pada tempat yang
dimaksud, gunting jaringan lemak dan pisahkan kelenjar anak ginjal.
Penampang diperiksa dengan menggunting kelenjar anak ginjal,
perhatikan bagian korteks dan medulla. Kelainan yang ditemukan
dicatat dengan teliti.
Ginjal, saluran kemih (ureter) dan kandung kencing (vesica urinaria)
Ginjal dipisahkan dari capsula adiposa renis dengan mengiris bagian
lateral kapsul. Selanjutnya tangan kiri menggenggam ginjal dengan
pelvis renalis dan ureter terletak antara telunjuk dan jari tengah.
Irisan pada ginjal dibuat dari arah lateral ke medial. Pada tepi irisan ,
dengan pinset bergigi, simpai ginjal dapat dicubit dan dikupas secara
tumpul, kesulitan dalam pengelupasan simpai ginjal perlu
diperhatikan karena berhubungan dengan proses peradangan.
Ureter dibuka dengan meneruskan pengguntingan pada pelvis renis
sampai vesica urinaria.
Vesica urinaria dibuka dengan menggunting dinding depannya
mengikuti huruf T.
Periksa kelainan pada permukaan ginjal, penampang, pelvis renis,
selaput lendir ureter dan selaput lendir vesica urinaria dan batu bila
ada serta letaknya.
Hati dan kandung empedu
Sebelum melakukan pengirisan melintang pada punggung hati
sebanyak 2 atau 3 iris untuk memeriksa penampang hati, terlebih
dahulu periksa dan catat permukaan, warna, perabaan dam tepi hati.
Kelainan yang ditemukan dicatat dengan teliti.
Kandung empedu diperiksa ukuran dan perabaannya, untuk melihat
sumbatan pada saluran empedu : tekanlah kandung empedu dengan
memperhatikan muaranya pada duodenum (papilla Vater) kemudian
kandung empedu digunting untuk diperiksa selaput lendirnya dan ada
tidaknya batu. Kelainan yang ditemukan dicatat dengan teliti.
Limpa dan kelenjar getah bening
Limpa dapat dilepaskan secara tumpul dari sekitarnya. Periksa
permukaan, warna dan perabaannya sedangkan untuk penampang,
limpa harus diiris terlebih dahulu. Kelainan yang ditemukan dicatat
dengan teliti.
Kelenjar getah bening yang mengalami pembesaran HARUS dicatat.
Lambung, usus halus dan usus besar
Lambung dibuka menggunting curvatura mayor sehingga dapat
diperiksa selaput lendir maupun isinya. Kelainan yang ditemukan
dicatat dengan teliti.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

18

Usus baik usus halus maupun usus besar diperiksa kemungkinan


terdapat darah dalam lumen serta kelainan lain seperti polip,
kelainan ulceratif dan lain-lain yang dicatat dengan teliti.
Kelenjar liur perut (Pancreas)
Kelenjar liur perut dipisahkan terlebih dahulu dengan jaringan
sekitarnya. Periksa warna dan perabaannya. Kelainan yang
ditemukan dicatat dengan teliti.
Otak besar, otak kecil dan batang otak
Periksa permukaan otak akan kemungkinan adanya perdarahan,
laserasi atau pendataran girus dan penyempitan sulcus
(menunjukkan oedem cerebri) serta herniasi. Kemudian periksa
pembuluh darah pada sirkulus Willisi. Kelainan yang ditemukan
dicatat dengan teliti.
Otak besar dan otak kecil dipisahkan dengan memotong pedunculus
cerebri kanan dan kiri sedangkan otak kecil dan batang otak
dipisahkan dengan memotong pedunculus cerebelli.
Penampang otak besar diperiksa dengan meletakkan bagian ventral
menghadap pemeriksa kemudian diiris secara koronal atau melintang
7 irisan dengan lokasi sedemikian rupa.
Penampang otak kecil diperiksa dengan diiris melintang.
Penampang batang otak diperiksa dengan diiris melintang mulai dari
pons, medulla oblongata sampai ke bagian proksimal medulla
spinalis.
Kelainan yang ditemukan pada masing-masing penampang dicatat
dengan teliti.
Alat kelamin dalam (genitalia interna)
Testis dikeluarkan dari scrotum melalui rongga perut. Kelainan yang
ditemukan, termasuk pada epididimis dan kelenjar prostat dicatat
dengan teliti.
Uterus dibuka dengan membuat irisan berbentuk huruf T pada
dinding depan melalui saluran rahim (serviks) sampai muara saluran
telur (tuba falopii) pada fundus uteri. Kelainan yang ditemukan
seperti perdarahan, resapan darah, kemungkinan hamil, termasuk
pada saluran telur dan indung telur (ovarium) dicatat dengan teliti.
8. Apabila dibutuhkan sampel untuk .pemeriksaan lanjutan
dalam
menentukan sebab kematian maka cairan, jaringan atau organ yang
diambil harus diberi keterangan seberapa banyak telah diambil. Diletakkan
di dalam wadah steril, diberi label dan diberi pengawet tergantung dari
pemeriksaan yang ingin dilakukan.
a. Pemeriksaan toksikologi (pengawet 2 x volume sampel)
Darah : NaF 1% atau NaF 75mg + NaSitrat 50mg per 10 ml sampel
Urine : Natrium benzoat atau phenyl mercuric nitrate
Organ atau sampel padat : alkohol absolut atau larutan garam jenuh
b. Pemeriksaan patologi anatomi (pengawet 20 30 x volume sampel)
Dengan formalin 10% (= formaldehida 4%)
Pemeriksaan lanjutan yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh residen atau
konsultan jaga akibat keterbatasan sarana dan prasarana maka sampel
beserta contoh bahan pengawetnya HARUS diserahkan kepada penyidik
dengan disertai resume pemeriksaan dalam (otopsi) termasuk pemeriksaan

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

19

yang ingin dilakukan dan berita acara penyitaan barang bukti yang
ditandatangani oleh konsultan jaga, penyidik dan saksi.
9. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, jenazah diposisikan sebaikbaiknya, alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya.
10. Perawatan jenazah selanjutnya menjadi tanggung jawab petugas kamar
jenazah, co-ass cukup menyampaikan bahwa pemeriksaan telah selesai
dilakukan.

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

20

Anda mungkin juga menyukai