Anda di halaman 1dari 3

Alternatif reduksi limbah jangka panjang

Ada beberapa penerapan yang dilakukan PG Kebon Agung untuk mereduksi


limbah untuk jangka panjang, diantaranya adalah penerapan teknologi bersih. Produksi
bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu
yang diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan eco-efficiency dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Pada proses produksi, produksi bersih meliputi konservasi bahan baku dan energi,
mengurangi bahan baku yang beracun dan mengurangi jumlah dan kadar racun dari emisi
dan limbah sebelum meninggalkan proses produksi. Pada produk, strategi ini
menitikberatkan pada pengurangan dampak selama daur hidup produk dari saat bahan baku
sampai produk tersebut dibuang atau tidak terpakai lagi
Dalam proses produksi juga menghasilkan beberapa limbah, limbah yang dihasilkan
adalah limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Limbah cair yang dihasilkan merupakan air yang digunakan dalam proses
produksi yang mengandung banyak padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Limbah padat
yang merupakan produk samping yang dihasilkan adalah berupa ampas tebu dan blotong.
Limbah udara yang dihasilkan adalah berupa gas-gas pembakaran dari stasiun ketel, dan
limbah B3 dihasilkan dari laboratorium pabrik.
1. Limbah cair
Limbah cair dari pabrik (Effluent) sebelum dialirkan ke sungai terlebih dahulu
dilakukan pengolahan pada unit pengolahan limbah (IPAL) agar memenuhi standar baku
mutu yang telah ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup. Tahapan dalam pengolahan
limbah cair dari pabrik di IPAL, yaitu melalui pengolahan secara berkelanjutan dan
terkontrol yang dilakukan di kolam-kolam penampungan limbah. Pengolahan limbah cair di
IPAL secara umum melalui proses anaerobic dan aerobic. Contohnya adalah : Limbah pada
stasiun gilingan menghasilkan ampas. Kemudian ampas tersebut dapat di recycle menjadi
pupuk atau ampas akhir 100% dimanfaatkan sebagai bahan bakar di stasiun ketel untuk
menghasilkan uap. Umumnya pabrik gula menerapkan sistem imbibisi majemuk yaitu
menggunakan air panas dan nira gilingan berikutnya. Dari stasiun gilingan dihasilkan nira
mentah yaitu nira yang keluar dari gilingan 1 dan 2. Nira yang masuk ke peti nira mentah
adalah nira dari gilingan I dan gilingan II. Sebelum masuk ke peti nira mentah nira disaring
dengan DSM screen/rotary system untuk menyaring pasir ataupun ampas halus yang ikut
dalam nira. Karena pemakaian yang terus menerus alat pada pesawat gilingan tentunya akan

panas. Untuk mendinginkan alat ini agar dapat terus bekerja maka disemprotkan air
pendingin. Air yang digunakan adalah air sungai. Sehingga limbah yang dihasilkan dari
stasiun gilingan adalah limbah yang berasal dari proses pendingin tadi dan minyak pelumas
yang menetes karena kebocoran alat serta tumpahan nira.
2. Limbah Udara
Gas buang yang berasal dari cerobong boiler akan dilewatkan ke Wet Scrubber
terlebih dahulu sebelum akhirnya keluar melalui cerobong. Pencemaran gas SO2 dihindari
dengan cara pemasukan gas SO2 kedalam Reaktor Sulfitasi dilakukan menggunakan sistem
hisapan (Induced draft). Hisapan udara dapat diperoleh dengan cara mengalirkan nira
melalui ventury dengan menggunakan pompa sirkulasi. Sistem seperti ini membuat
percampuran (difusi) gas SO2 dalam nira secara relatif berlangsung lebih sempurna dan
pencemaran gas SO2 akibat kebocoran perpipaan dapat dikurangi.
Selain itu juga mengadakan penanaman pohon di sekitar pabrik dan mengadakan
penghijauan sehingga dapat mengurangi pencemaran udara.
3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 yang dihasilkan antara lain bahan pelumas/oli bekas, kertas saring dan
residu bekas bahan penjernih larutan nira (PbAcetat), timah hitam (Pb) hasil elektrolisa
filtrat nira. Limbah tersebut dihasilkan dari proses bahan pelumas/oli bekas berasal dari
penggantian oli kendaraan bermotor dan bekas pendingin rol-rol gilingan, Pb-Acetat berasal
dari bahan penjernih penyaringan larutan nira, dan Timah hitam (Pb) berasal dari sisa filtrat
penyaringan larutan nira.
Adapun upaya teknologi bersih lain yang dilakukan perusahaan, antara lain:
1. PG Kebon Agung sangat menjaga kebersihan mengenai produksinya, terutama pada
ruang pengepakan. Sebelum masuk didalam ruang pengepakan, karyawan harus mencuci
tangan terlebih dahulu serta menggunakan masker dan sandal khusus yang disediakan oleh
perusahaan.
2. Pada kolam limbah terdapat proses pemurnian air limbah untuk membuang limbah cair
tersebut ke sungai agar tidak mencemari air sungai.

3. Penyaringan asap pabrik dengan sistem pengikatan elektron. Karbon akan terikat oleh
alat penyaring dan jatuh ke bawah. Karbon tersebut dapat dibuat sebagai bahan campuran
aspal, dan lain sebagainya.
4. Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo untuk kemudian ditapis
menggunakan 6 buah vacuum filter menghasilkan limbah padat berupa blotong (filter cake)
yang kemudian dikirim kembali ke kebun sebagai pupuk organik.
Kelebihan:

Anda mungkin juga menyukai