Anda di halaman 1dari 4

Perencanaan dan Penganggaran Daerah Pendekatan Kinerja, Edisi Pertama cetakan

pertama 2008, Haryanto, SE, M.Si, Ak dan Drs. Sahmuddin, M.Si, Ak


Salah satu tujuan desentralisasi yang diakui secara universal berdasarkan UU No 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah
mendorong terciptanya demokratisasi dalam pemerintahan.
Tujuan demokrasi bermuara pada terwujudnya masyarakat madani. Selain itu,
desentralisasi juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
pemerataan dan keadilan serta akuntabilitas pemerintahan. Tujuan ini menuntut
pemerintah daerah untuk melaksanakan percepatan pembangunan daerah,
penyediaan kualitas dan kuantitas pelayanan yang lebih baik dan mendorong
pemerintah menjadi lebih akuntabel terhadap masyarakat.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah sebagai
instrument demokratisasi dan peningkatan kesejahteraan di tingkat local maka
perlu ada suatu strategi besar (grand strategy) dalam pelaksanaan otonomi daerah
dengan tujuan menjadi pedoman bagi pemerintahan daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah secara efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel. Grand strategy
pelaksanaan otonomi daerah ini terdiri atas 7 (tujuh) elemen dasar pemerintahan
daerah mencakup : urusan pemerintahan, kelembagaan, personil, perwakilan,
keuangan daerah, pelayanan public dan pengawasan.
Penataan urusan pemerintah
Salah satu permasalahan yang menonjol dalam konteks kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah adalah perbedaan persepsi yang luas mengenai pengertian
kewenangan (authority) dan urusan (function). Secara konseptual, istilah
kewenangan tidak bisa disamakan dengan istilah urusan pemerintahan, karena
kewenangan dapat diartikan sebagai hak atau kewajiban untuk menjalankan satu
atau beberapa fungsi manajemen (pengaturan, perencanaan, pengorganisasian,
pengurusan dan pengawasan). Sedangkan urusan pemerintahan lebih melekat pada
pengertian fungsi public. Penataan urusan pemerintahan bertujuan untuk
memperjelas dan menentukan pembagian kewenangan masing-masing tingkatan
pemerintahan secara proporsional sehingga nantinya prinsip money follows
functions dan structures follows functions dapat direalisasikan.
Penataan kelembagaan pemerintah daerah
Untuk menciptakan kelembagaan yang berorientasi pada pelayanan public masingmasing daerah dalam menyusun kelembagaan pemerintahan daerah perlu
memperhatikan : dimensi right sizing, jumlah penduduk dan sumber daya aparatur
pemerintah daerah (nilai rasio pemberi pelayanan dan jumlah yang dilayani),
potensi dan kemampuan keuangan daerah (PDRB dan PAD), dan kemampuan untuk

menggerakkan investasi melalui kerjasama kemitraan antara pemerintahmasyarakat-swasta.


Penataan Kepegawaian Daerah
Dengan penataan urusan pemerintahan secara benar, pembentukan kelebagaan
secara tepat dan personil yang memiliki kapasitas dan profesionalisme memadai,
penyelenggaraan otonomi daerah diharapkan akan semakin membaik dan mampu
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat.
Revitalisasi peran lembaga perwakilan daerah.
Dengan terbitnya berbagai peraturan perundang-undangan mengenai lembaga
perwakilan di daerah, masing-masing lembaga diharapkan dapat menjalankan
tugas dan fungsi secara optimal sekaligus mempertegas hubungan kemitraan
antara pemerintah daerah dan DPRD. Kedudukan yang setara bermakna bahwa
lembaga pemerintahan dareah memiliki kedudukan yang sama, sejajar dan tidak
saling membawahi. Hal ini tercermin dalam pembuatan kebijakan daerah
(berdasarkan aspirasi masyarakat) berupa peraturan daerah untuk melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan fungsinya sehingga antara kedua lembaga itu
terbangun suatu hubungan kerja yang sinergis.
Penataan pengelolaan keuangan daerah
Melalui desentralisasi fiscal, Pemda dituntut untuk mengelola keuangan daerah
secara akuntabel dan transparan. Dengan kebijakan normative yang ada, pemda
diberi kesempatan untuk melakukan perubahan kebijakan dan system pengelolaan
keuangan daerah. Dasar dasar yang melatarbelakangi perubahan adalah :
1. Perubahan paradigm penyelenggaraan pemerintahan seiring otonomi daerah
dan desentralisasi,
2. Semangat reinventing governance dan good governance dan
3. Realitas regulasi dan instrument pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk
peraturan pelaksanaan yang baru dan mendorong terciptanya iklim investasi
yang baik.
Hak Pemda dalam pengelolaan keuangan daerah adalah
1. Memungut pajak dan retribusi daerah serta mengelola kekayaan daerah
2. Memperoleh dana perimbangan dan
3. Melakukan pinjaman
Dalam melaksanakan hak tersebut, Pemda mempunyai kewajiban untuk

1. Mengelolasumber keuangan daerah secara efektif, efisien, transparan,


akuntabel dan taat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Mensinergikan kebijakan pembangunan dareah dan kebijakan nasional
3. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat dan
masyarakat.

Peningkatan pelayanan public


Penyelenggaraan kebijakan desentralisasi merupakan upaya nyata dari pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberian pelayanan umum
yang lebih optimal. Sebagai acuan penyediaan pelayanan masyarakat, pemda harus
berpedoman kepada PP no 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang akan dijabarkan dalam bentuk
peraturan menteri yang bersangkutan. Untuk itu setiap pemda diwajibakan
menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM
dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM.
Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam RPJMD dan Renstra SKPD. Untuk target
tahunan pencapaian SPM dituangkan dalam RKPD, Renja SKPD, KUA, RKA SKPD
sesuai klasifikasi belanja daerah dengan memperhatikan kemampuan keuangan
daerah.

Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan penyelenggaraan pemda dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Gubernur selaku wakil pemeirntah di daerah. Pemerintah pusat melalui menteri dan
pimpinan lembaga non kementerian melakukan pembinaan sesuai dengan
kewewnangan teknis masing-masing yang dikoordinasikan oleh Mendagri untuk
pembinaan provinsi dan dikoordinasikan oleh gubernur untuk tingkat kab/kota.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Pengawasan
pemerintah terutama dilakukan terhadap perda dan perkada.
Dalam upaya mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemberian
sanksi akan dilakukan apabila diketemukan adanya penimpangan dan pelanggaran
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu pedoman dalam
pembinaan dan pengawasan ini, telah diterbitkan PP RI No 3 Tahun 2007 ttg

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan daerah kepada Pemerintah, Laporan


Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemda kepada masyarakat. Selain itu PP RI No 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai