menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37
minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang
dari 28 minggu (Hari, 2007).
2.
Etiologi
a. Faktor Ibu.
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
2) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26 35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan
ini
sangat
berperanan
terhadap
timbulnya
(Alimul, 2008).
3.
Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya.
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan
sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia
defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal.
anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl
selama trimester III.
Kekurangan
zat
besi
dapat
menimbulkan
gangguan
atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar
(Handayani. 2006).
4.
Manifestasi Klinis
a. Fisik.
1)
Bayi kecil
2)
3)
4)
2)
Lanugo banyak
3)
4)
c. Sistem syaraf
1)
Refleks moro
2)
d. Sistem muskuloskeletal
1)
2)
3)
4)
5)
Tungkai abduksi
6)
e. Sistem pernafasan
1)
2)
5.
Komplikasi
1. Sindrom distrest pernafasan, disebut juga penyakit membran hialin
yang melapisi alveolus perut.
2. Aspirasi
pneumonia,
keadaan
ini
disebabkan
karena
refleks
intraventrikuler,
ventrikel
lateral,
atau
adalah perdarahan
biasanya
terjadi
spontan
bersamaan
pada
dengan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasimekonium.
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi
lebih dari 60x/menit dibuat foto thorax (Ngastiyah, 2009).
7.
Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah
infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
0-24 jam
( C)
34-36
33-34
33
32-33
2-3 hari
( C)
33-35
33
32-33
32
4-7 hari
( C)
33-34
32-33
32
31-32
8 hari
( C)
32-33
32
32
32
Keterangan:
Apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat
celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai
2000 gram bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat
celcius.
2) Nutrisi
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 35 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus
sifat
permukaan
bahan
senyawa
kimia
paru
yang
manusia
bagian),
berupa
Dipalmitoylphosphatidylcholine (DPPC)
yang
juga disebut lesitin, dan protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC
dan SPD (10% bagian). DPPC murni tidak dapat bekerja dengan
baik sebagai surfaktan pada suhu normal badan 37C, diperlukan
fosfolipid
lain
(mis.
fosfatidil-gliserol) dan
diberikan
pada
ibu
yang
diduga
akan
dengan
cairan
kematangan
paru,
dengan
cara
menghitung
rasio
Jumlah
lesitin
meningkat
dengan bertambahnya
gestasi,
material
yang
menutupi
permukaan
suatu
alveoli paru,
yang
paru
pada
saat
natural
didapatkan
atau
asli,
yang
berasal
dari
manusia,
eksogen
sintetik
terdiri
dari
campuran
DPPC
70%
dan Phosphatidylglycerol
30%,
kedua
jenis
surfaktan
sintetis
yang
sedang
pernah
ada
penelitian
tentang
keduanya
untuk
paru
anak
sapi
dipalmitoylphosphatidylcholine
(DPPC),
dengan
tripalmitin, dan
atau
sedangkan
babi, misalnya
Infasurf,
Alveofact,
dari
dibuat dari
bantuan
tanpa
sekret
dimasukkan dengan
NG
tube.
Cateter
melepas ventilator
pada ETT.
(NG
tube)
dengan melalui
Sebagai
dapat
lubang
dosis
pertama melalui NGT selama 2-3 detik setelah itu lepaskan NGT
dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis selama 30
detik,
2. Kepala dan badan bayi dimiringkan 5-10 ke bawah kepala
menoleh ke kiri, masukkan surfaktan
seperempat
dosis
ke
kanan,
ketiga melalui
ke atas kepala
masukkan surfaktan
NGT
selama
2-3
detik
seperempat
setelah
itu
masukkan
ke atas kepala
surfaktan
seperempat
dosis keempat melalui NGT selama 2-3 detik setelah itu lepaskan
NGT dan lakukan ventilasi manual untuk mencegah sianosis
selama 30 detik,
i. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran
caesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan
abdominal dengan gerakan singkron dari dada dan abdomen,
perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung.
j. Makanan/cairan
Berat badan rata-rata 2500 4000 gram : kurang dari 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/
hari.
k. Berat badan
Kurang dari 2500 gram.
l. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan.
m. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering.
n. Sistem kardiovaskuler
1) HR : 120-160 x/menit
2) Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri
dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis.
o. Sistem gastrointestinal
1) Abdomen menonjol
2) Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
3) Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
4) Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
5) Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
p. Sistem Integumen.
1) Kemerahan
2) Kulit tipis, transparan, halus dan licin
3) Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
atau
tembus
pandang,
warna
mungkin
merah.
pasti
untuk
menjaga
status
kesehatan
menurunkan,
2)
3)
4)
kurang
mampu
menghisap,
volume
lambung
kecil,
tindakan
Prematur
sesuai
disesuaikan
dengan
masalah
yang
dilakukan
pada
dengan
akan
kebutuhan,
antara
lain
yang
bayi
ada,
BBLR /
memungkinkan
Sangat berat
ii.
Berat
iii.
Sedang
iv.
Ringan
v.
Tidak bermasalah
Intervensi
NIC:
a) Hangatkan kembali dan awasi dengan ketat pasien dengan suhu
tubuh basal dibawah 35 0C
b) Pertahankan dan/atau capai suhu tubuh dalam batas normal
c) Pantau tanda-tanda vital
d) Gunakan termometer yang berentang rendah, bila perlu untuk
mendapatkan suhu yang akurat
e) Kaji
gejala
hipotermia,
misalnya
perubahan
warna
kulit,
menggigil
f)
b)
Menunjukkan
status
pernafasan:
ventilasi
tidak
d)
e)
f)
4)
Intervensi:
NIC:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Pantau
hiperventilasi,
pola
pernaafasan
pernafasan:
bradipnea,
takipnea,
kussmaul,
pernafasan
cheyne-
k)
Auskultasi
bunyi
nafas,
perhatikan
area
Pantau
peningkatan
kegelisahan,
ansietas
dan
tersengal-sengal
m)
NOC:
a) Immune status
b) Knowledge: Infection control
c) Risk control
d) Risk detection
2)
Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Jumlah leukosit dan Hb dalam batas normal
Skala :
5 : Tidak pernah
4 : Jarang
3 : Kadang-kadang
2 : Sering
1 : Konsisten menunjukkan
3)
Intervensi
NIC :
Infection control (kontrol infeksi)
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
b) Pertahankan teknik isolasiBatasi pengunjung bila perlu
c) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
d) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tanganCuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
e) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
f)
g) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
j)
kurang
mampu
menghisap,
volume
lambung
kecil,
enteral
sejalan
dengan
makin
efektifnya
bayi
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth.SB, McCormack.K. Exogenaus surfactant and neonatal lung
disease : An update on the curent situation. Journal of neonatal nursing,
2004;10;1:6-11.
Anonim. 2006. Bayi Berat Lahir Rendah (On-Line). Terdapat pada :
http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi
Morley.C, Davis.P. Surfactant treatment for premature lung disorders: A review
of best practices in 2002. In Paediatric Respiratory Reviews, 2004;299304
Poynter.S,
Clin, 2003;19:459-73.
Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas
Neonata Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember
1997; 89-96
Sitohang, Nur Asnah. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah. USU Repository2006
Sowden, Betz Cicilia. 2007. Keperawatan Pediatric. EGC. Jakarta
Speirs, al.2008. Ilmu Kesehatan anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press,
Semarang.
Whaley's and Wong. 2007. Clinic Manual of Pediatric Nursing. 4th Edition.
Mosby Company
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Zulhaida Lubis. 2007. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap
Bayi