Disusun oleh :
Rizki Fasa Ramdhani
130112120623
Rashmika Nambiar
130112123559
Preseptor :
Rachim Sobarna, dr., Sp.B, Sp.BTKV (K)
A) Identitas
Nama
: Ny. S
Usia
: 45 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: tamat SD
Agama
: Islam
Status
: Sudah Menikah
Tanggal masuk RS
: 28 September 2013
Kesadaran
: kompos mentis
32 x/menit
: tidak ikterik
Hidung
Telinga
: t.a.k
Mulut
Leher : KGB teraba di supraclavicular kanan, infraclavicular kanan dan di axilla kanan.
JVP tidak meningkat
Trakhea normal
Thoraks :
Bentuk dan gerak simetris
Retraksi inter kostal (-)
Pulmo : ANTERIOR
Hemithoraks kiri:
Vokal fremitus dull
Vesicular breath sound menurun
Hemithoraks kanan :
Vokal fremitus dull
Vesicular breath sound menurun
WSD
Kesadaran
: kompos mentis
20 x/menit
: tidak ikterik
Hidung
Telinga
: t.a.k
Mulut
Leher : KGB teraba di supraclavicular kanan, infraclavicular kanan dan di axilla kanan.
JVP tidak meningkat
Trakhea normal
Thoraks :
Bentuk dan gerak simetris
Retraksi inter kostal (-)
Pulmo : ANTERIOR
Hemithoraks kiri:
Vokal fremitus dull
Vesicular breath sound menurun
Hemithoraks kanan :
Vokal fremitus dull
Vesicular breath sound menurun
WSD
Edema +/-
Foto thoraks PA
G) Diagnosa Banding
-
H) Pemeriksaan Penunjang
-
Foto thoraks PA
O2 3 liter/menit
Infus RL
Konsul ke onkologi
b) Khusus
26 September 2013
-
Pemasangan CTT
Ceftriaxone 1 x 2 g i.v
Ketorolac 2 x 1
Ranitidine 2 x 1
Pembahasan
1. Apa dasar diagnosis pada pasien ini ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?
1. Apa dasar diagnosis pada pasien ini ?
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit,
akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya
mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis
dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada
waktu pernafasan. Menurut Standar Layanan Medik 2005, pengertian efusi pleura adalah adanya
cairan pada rongga pleura > 15 ml, akibat : ketidakseimbangan gaya starling, abnormalitas struktur
endotel dan mesotel, drainase limfatik terganggu dan abnormalitas site of entry.
Etiologi terjadinya efusi pleura bermacam-macam yaitu : tuberculosis paru (merupakan
penyebab terbanyak di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit sistemik, dan keganasan
baik pada pleura maupun di luar pleura. Efusi pleura keganasan merupakan salah satu komplikasi
yang biasa ditemukan pada penderita keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan
kanker payudara. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitan 5060% penderita keganasan pleura primer atau metastatik. Sementara 95% kasus mesotelioma
(keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara
akhirnya akan mengalami efusi pleura
Diagnosis efusi pleura ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis pasien mengeluhkan adanya
sesak nafas yang semakin berat dan nyeri dada yang terasa saat batuk dan menarik nafas panjang.
Rasa nyeri membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada dengan bernafas dangkal .
Keluhan tidak disertai nafas bunyi.
Dari pemeriksaan fisik saat pertama kali, pasien tampak sesak nafas. Fremitus suara
melemah sampai menghilang, dan pada perkusi terdengar suara redup sampai pekak di daerah efusi
anterior dan di posterior. Pada auskultasi, suara pernafasan melemah sampai menghilang pada
daerah efusi pleura.
Pada pasien ini didapatkan kecurigaan efusi pleura disebabkan oleh keganasan berdasarkan :
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan. Pasien mengalami benjolan di mammae
bilateral. Terdapat tanda-tanda adanya anemia yang secara fungsional didefinisikan sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer, berdasarkan keadaan pasien
dengan kulit pucat, lemah badan, penurunan berat badan, dan dari hasil laboratorium tanggal 29
September 2013, jumlah Hb pasien menunjukan 9, 6 g / dl, Kriteria anemia menurut WHO adalah:
NO
1.
2.
3.
KELOMPOK
Laki-laki dewasa
Wanita dewasa tidak hamil
Wanita hamil
KRITERIA ANEMIA
< 13 g/dl
< 12 g/dl
< 11 g/dl
diawasi setiap hari dan jika sudah tidak terlihat undsulasi pada selang, maka cairan mungkin sudah
habis dan jaringan paru sudah mengembang. Untuk memastikan hal ini, dapat dilakukan pembuatan
foto toraks. Selang toraks dapat dicabut jika produksi cairan harian kurang dari 100 ml dan jaringan
paru telah mengembang, yang ditandai oleh terdengarnya kembali suara nafas dan terlihat
pengembangan paru pada foto toraks. Selang dicabut pada waktu ekspirasi maksimum.
Pleurodesis
Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau kuman ke dalam rongga pleura sehingga terjadi
keadaan pleuritis obliteratif. . Bahan kimia yang lazim digunakan adalah sitostatika, seperti tiotepa,
bleomisin, nitrogen mustard, 5 fluorourasil, adriamisin dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat
dikeluarkan sebanyak banyaknya, obat sitostatika (misalnya, tiotepa 45 mg) diberikan dengan
selang waktu 710 hari; pemberian obat tidak perlu disertai pemasangan WSD. Setelah 13 hari,
jika berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang menghilangkan rongga pleura, sehingga
mencegah penimbunan kembali cairan di dalam rongga tersebut. Obat lain yang murah dan mudah
diperoleh adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini, WSD harus dipasang dan paru sudah dalam
keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg dilarutkan ke dalam 30 50 ml larutan garam faal,
kemudian dimasukkan ke dalam rongga pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan
garam faal 1030 ml untuk membilas selang serta 10 ml lidokain 2% untuk mengurangi rasa nyeri
yang ditimbulkan obat ini. Analgesik narkotik yang diberikan 11,5 jam sebelum pemberian
tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri tersebut. Selang toraks diklem selama sekitar 6 jam
dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga
pleura. Apabila dalam waktu 24 48 jam cairan tidak keluar lagi, selang toraks dapat dicabut.
Pembedahan
Pleurektomi jarang dikerjakan pada efusi pleura keganasan karena efusi pleura
keganasan pada umumnya merupakan stadium lanjut dari suatu keganasan dan pembedahan
menimbulkan risiko yang besar. Bentuk operasi yang lain adalah ligasi duktus toraksikus dan pintas
pleuroperitoneum. Kedua pembedahan ini terutama dilakukan pada efusi pleura keganasan akibat
limfoma atau keganasan lain pada kelenjar limfe hilus dan mediastinum, di mana cairan pleura tetap
terbentuk setelah dilakukan pleurodesis.