Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Landasan Teori
Perancangan tata letak pabrik merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan perancangan unsur fisik suatu kegiatan, yang biasanya berhubungan
dengan industri manufaktur. Tata letak yang baik melibatkan tata cara
pemindahan bahan di pabrik, karena tujuan pokok dari kegiatan ini adalah
untuk mengatur aktivitas dan fasilitas yang ada guna memberikan pemindahan
bahan/material agar dapat dilakukan secara efisien selama proses produksi.
Dalam perancangan tata letak pabrik perlu dilakukan analisa lokasi di mana
sebaiknya pabrik didirikan dan menetapkan aliran material, kebutuhan luas
area, pengaturan layout fasilitas produksi, dll. Perancangan tata letak pabrik
merupakan bagian dari perancangan fasilitas.
Kegunaan utamanya antara lain adalah :
o

Memudahkan proses manufaktur.

Meminimumkan pemindahan barang atau material handling.

Menjaga keluwesan. Beberapa perubahan terjadi mungkin akan dapat


ditanggulangi dengan mudah jika sudah diantisipasi dalam perencanaan
awal.

Memelihara perputaran barang setengah-jadi yang tinggi.

21

Menurunkan penanaman modal dalam peralatan, susunan mesin dan


departemen yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan
yang dibutuhkan.

Menghemat pemakaian tenaga kerja. Sejumlah besar tenaga kerja


produktif dapat terbuang karena keadaan tata letak yang buruk.

Memberikan kemudahan, keselamatan, dan kenyamanan kepada


pegawai.

(sumber :Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. James Apple. Hal 5)

Adapun faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan


lokasi pabrik :
1.

Lokasi pasar (market location).


Pasar adalah lokasi dimana pembeli berdomisili. Adalah salah satu

faktor yang harus diperhatikan didalam proses penentuan lokasi pabrik


tergantung pada macam produk yang dihasilkan, pasar ini bisa secara luas
tersebar atau terpusatkan, sebagai contoh apabila suatu pasar ditetapkan untuk
terpusatkan pada lokasi tertentu, maka pabrik yang akan didirikan haruslah
ditempatkan berdekatan dengan lokasi pasar tersebut, sedangkan apabila pasar
yang kita suplai ternyata tersebar dilokasi tertentu maka kita dapat
menempatkan pasar pada titik beratnya. Metode transportasi dari program
linier dan Center Of Gravity (COG) merupakan analisa kuantitatif untuk
mencari lokasi pabrik yang optimal.

22

2.

Lokasi sumber bahan baku (raw material location).


Beberapa industri karena sifat dan keadaan dari proses manufakturnya

memaksa untuk menempatkan pabriknya berdekatan dengan sumber bahan


bakunya. Pada dasarnya ada tiga kelas bahan baku yang umumnya dijumpai
dalam suatu proses industri, yaitu sebagai berikut :
o Pure materials. Material yang termasuk sebagai bahan baku dalam
proses manufaktur yang secara nyata tidak akan kehilangan prosentase
berat / volume pada akhir proses berlangsung.
o Weight-losing materials. Material yang sebagian dari berat / volume nya
akan tetap tinggal pada saat akhir produksi berlangsung.
o Ubiquities. Material yang dapat secara mudah ditemukan pada setiap
tempat.
3.

Alat angkut (transportasi).


Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemilihan media transportsi:
o Jenis fasilitas transportasi yang ada pada daerah asal dan tujuan (kereta
api, truk, kapal laut, dan lain-lain)
o Relatif biaya dari masig-masing media transportasi tersebut
o Derajat kepentingan dari pengiriman barang tersebut
o Kondisi-kondisi khusus yang diharapkan dalam proses pengiriman
barang yang ada (pendinginan, keamanan, dan lain-lain).
Berdasarkan tiga macam material tersebut diatas, maka lokasi pabrik
dapat ditentukan :

23

o Bila suatu single raw material dipakai tanpa banyak kehilangan berat /
volume dalam akhir proses produksinya, maka sebaiknya pabrik
ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pasar dimana produk akan
didistribusikan.
o Bila bahan baku akan kehilangan berat / volume secara nyata pada akhir
proses produksi maka seharusnya lokasi pabrik ditempatkan sedekat
mungkin dengan lokasi sumber bahan baku diperoleh.
o Bila suatu jenis bahan baku dapat secara mudah diperoleh di setiap
tempat, maka lokasi pabrik dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan
area pemasaran
Pada hakekatnya biaya transportasi akan bervariasi dengan macam route
yang akan ditempuh dan macam media transportasi yang digunakan.
4.

Sumber energi (power).


Hampir dapat dipastikan bahwa semua industri memerlukan tenaga

listrik untuk berbagai keperluan dalam proses produksinya. Secara umum


sebagian perusahaan akan lebih sering untuk memberi energi (dari perusahaan
listrik) daripada harus menyediakannya sendiri dengan energi pada tingkat
biaya yang lebih rendah / murah.
5.

Iklim (climate).
Hal ini banyak mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan tingkah laku

pekerja pabrik dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Manusia akan dapat

24

bekerja dengan nyaman dalam ruangan yang temperaturnya dapat dijaga


kurang lebih 200 celcius.
6.

Buruh dan tingkat upahnya (labor and wage salary).


Pendirian pabrik pada suatu lokasi tertentu akan mempertimbangkan

pula tersedianya tenaga kerja yang cukup yang tidak saja harus dilihat dari
jumlahnya akan tetapi juga harus diitinjau dari segi kemampuan dan
keterampilan yang diperlukan.
7.

Undang-undang dan sistem perpajakan (laws and taxation).


Aturan ataupun undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik

itu tingkat pusat maupun tingkat daerah akan pula mempengaruhi pemilihan
lokasi pabrik. Beberapa aspek dari operasi suatu pabrik yang umum diatur
oleh undang-undang adalah berapa jam kerja maksimal, usia kerja minimal,
dan lain-lain. Disamping itu besar kecilnya pajak yang harus disetorkan oleh
suatu industri akan pula berbeda, tergantung di lokasi mana industri tersebut
akan didirikan.
8.

Sikap masyarakat setempat (community attitude).


Social cultural, adat istiadat, tradisi, dan tingkat pendidikan rata-rata

dari anggota masyarakat merupakan aspek penting dalam penyelesaian


masalah-masalah perburuhan, perselisihan, dan lain-lain yang menyangkut
masalah industrial relations.
9.

Air dan limbah industri (water and waste).

25

Memilih lokasi industri dengan suplai air yang cukup, sangat penting
bagi industri baja, industri kertas, dan lain-lain. Air untuk kebutuhan industri
secara umum tersedia dari 3 macam sumber utama yaitu :
o Surface water, yaitu air yang berasal dari sumber-sumber air, seperti
sungai, danau, dan lain sebagainya
o Ground water, yaitu air yang berasal dari sumber air didalam tanah
o Air yang berasal dari penampung hujan (rain water)
(sumber : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo, hal 17)

2.1.1

Tipe-tipe Dalam Perancangan Tata Letak Pabrik :


Sebagian besar pabrik-pabrik belakangan ini mengatur tata letaknya
berdasarkan kombinasi-kombinasi dari keempat macam tipe layout tersebut
dibawah ini :
1) Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi (Production Line
Product atau Product Lay-out).
Jika suatu pabrik akan secara khusus memproduksi suatu macam produk
atau kelompok dalam jumlah / volume yang besar dan waktu produksi
yang lama, maka segala fasilitas-fasilitas produksi dari pabrik tersebut
haruslah diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berlangsung efisien mungkin. Tata letak tipe ini dapat ditunjukkan
dalam contoh berikut:

26

(Sumber : Perancangan Tata Letak Pabrik, Sritomo)

Gambar 2.1 Production Line Product atau Product Lay-out


Dengan tata letak menurut tipe ini, suatu produk akan dapat dikerjakan
sampai selesai didalam departemen tersebut tanpa perlu dipindahkan
dari satu operasi ke operasi berikutnya.
2) Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap (Fixed Material
Location Product Lay-out atau Fixed Position Lay-out).
Dalam hal ini, material yang selamanya akan tingga tetap dilokasinya
sedangkan fasilitas produksi, seperti tools, mesin, manusia, dan lain-lain
serta komponen kecil lain akan bergerak menuju lokasi material.

27

(Sumber : Perancangan Tata Letak Pabrik, Sritomo)

Gambar 2.2 Fixed Material Location Product Lay-out atau Fixed Position Lay-out

3) Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (Product Family


Product Lay-out atau Group Technology Lay-out).
Disini pengelompokkan tidak didasarkan kepada kesamaan jenis produk
akhir, melainkan berdasarkan langkah-langkah pemprosesan, bentuk,
mesin, atau peralatan yang dipakai, dan sebagainya. Karena disini setiap
kelompok produk akan memiliki urutan proses yang sama, maka akan
menghasilkan tingkat efisiensi yang tinggi dalam proses manufakturnya.

28

(Sumber : Perancangan Tata Letak Pabrik, Sritomo)

Gambar 2.3 Product Family Product Lay-out atau Group Technology Lay-out

4) Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses (Functional


/ Process Lay-out).
Adalah metode pengaturan atau penempatan dari segala mesin serta
peralatan produksi yang memiliki tipe yang sama ke dalam satu
departemen. Dalam tata letak menurut macam proses ini jelas sekali
bahwa semua mesin dan peralatan yang mempunyai ciri-ciri operasi
yang sama akan dikelompokkan bersama sesuai dengan proses atau
fungsi kerjanya.

29

(Sumber : Perancangan Tata Letak Pabrik, Sritomo)

Gambar 2.4 Functional / Process Lay-out


Tata letak berdasarkan proses ini umumnya dipergunakan untuk
industri manufaktur yang bekerja dengan jumlah dan volume produksi
yang relatif kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standar.
Tata letak seperti ini terasa lebih fleksibel dibandingkan dengan tata
letak berdasarkan aliran produk.
(sumber : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo, hal 109)

Aturan aturan yang dapat memberikan manfaat dalam perencanaan


layout, diantaranya :
a) Perencanaan menyeluruh.
Suatu survei yang menyeluruh terhadap kegiatan operasional dalam
hal ini perlu dibuat. Pengetahuan yang luas mengenai segala
persyaratan dan karakteristik operasional dari setiap proses yang ada

30

akan membantu mengatasi problem yang mungkin terjadi.


Pemahaman kegiatan operasional secara menyeluruh juga akan
menghindarkan kita dari problem-problem bottleneck karena
ketidakseimbangan waktu kerja diantara masing-masing proses yang
ada.
b) Merencanakan route perpindahan selurus mungkin.
Konsep dasar dari Plant Layout yang baik adalah mengusahakan
aliran material untuk pindah secara smooth dan efektif. Minimalisasi
jumlah perpindahan dan jarak tempuhnya akan merupakan faktor
pokok yang ingin dicapai. Disini juga sedapat mungkin dihindari
terjadinya gerakan perpindahan balik, gerakan saling potong, dan
lain-lain gerakan perpindahan yang tidak perlu.
c) Kombinasi kegiatan handling dengan processing bilamana dalam
prakteknya memungkinkan. Bilamana dalam prakteknya bisa
dilakukan maka pada saat perpindahan material terjadi, saat itu pula
suatu proses dilakukan. Disini tentu saja harus disediakan service
yang selalu siap sewaktu-waktu aliran material harus dihentikan.
d) Pertimbangkan faktor-faktor berikut pada saat mendesain layout
untuk area shipping dan receiving.
Disini area yang cukup, lokasi yang tepat, pemilihan material
handling equipment yang cocok akan merupakan faktor pokok yang
harus dipertimbangkan pada saat kita akan dievaluasi.

31

e) Pertimbangkan faktor-faktor berikut pada saat mendesain layout


untuk storage.
Faktor-faktor tersebut antara lain seperti bentuk/batasan bangunan
yang ada, lokasi gudang relatif terhadap area shipping-receiving
production area, pengaturan didalam warehouse, rate of stock turn
over, kapasitas maksimum-minimum, FIFO atau LIFO Plan,
identifikasi dan standarisasi material yang disimpan, standarisasi
container, perubahan-perubahan jadwal produksi, fluktuasi kerja,
dan lain-lain.
f) Pertimbangkan faktor-faktor berikut pada saat mendesain layout
untuk area produksi.
Faktor-faktor tersebut meliputi jumlah/frekuensi handling sekecil
mungkin, aliran material terbaik yang dimungkinkan, mengurangi
work-in-process, kecukupan jalan lintas untuk pelaksanaan material
handling, ketepatan pemilihan metode dan penggunaan peralatan
material handling, standarisasi containers yang dipakai, dll.

2.1.2

Metode Kuantitatif Guna Menganalisa Aliran Bahan

Material handling Planning Sheet (MHPS)


Material Handling Planning Sheet merupakan sebuah table yang
digunakan untuk menghitung biaya dari tiap-tiap pnanganan atau

32

pemindahan bahan/material berdasarkan peralatan Material Handling


yang digunakan.
Beberapa hal yang harus diketahui dalam membuat MHPS :
1. Dalam penanganan perpindahan material digunakan beberapa Material
Handling yang disesuaikan dengan bobot materila yang diangkut, yaitu :
o Material berbobot 12 kg menggunakan cara manual.
o Material berbobot 13 kg-250 kg menggunakan trolley.
o Material berbobot 251 kg-1200 kg menggunakan hand pallet.
o Material berbobot 1200 kg-2000 kg menggunakan forklift.
2. Terdapat

beberapa

asumsi

yang

digunakan

dalam

melakukan

perhitungan atas biaya, antara lain :


o Upah minimum provinsi (UMP) sebesar Rp.30.000,-/hari kerja.
o Harga bahan bakar solar sebesar Rp. 5.000 / liter
o Pengunaan forklif memerlukan 1 liter bahan bakar solar untuk
perpindahan sejauh 4000 meter.
o Perpindahan sejauh 100 meter ekivalen dengan waktu selama 10
detik.
o Penggunaan hand pallet akan memerlukan 8 detik untuk setiap
perpindahan sejauh 1 meter.
o Penggunaan trolley akan memerlukan 5 detik untuk setiap
perpindahan sejauh 1 meter.

33

o Penggunaan cara manual akan memerlukan 5 detik untuk setiap


perpindahan sejauh 1 meter.

From To Chart
From to chart atau yang biasa disebut juga dengan trip frequency chart
adalah salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk
perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses
produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi dimana
banyak items yang mengalir melalui suatu area seperti job shop, bengkel
permesinan, kantor, dan lain-lain. Pada dasarnya from to chart adalah
merupakan adaptasi dari Mileage Chart yang umum dijumpai pada suatu
peta perjalanan (road map), angka-angka yang terdapat dalam suatu
from to chart akan menunjukkan beberapa ukuran yang perlu diketahui
untuk analisa aliran bahan, antara lain seperti jumlah total dari berat
beban yang harus dipindahkan, jarak memindahkan beban, volume, dan
sebagainya.

Metode Graph-Based Construction


Pengakuan terhadap keguaan metode graph sebagai matematika didalam
mencari solusi masalah perencanaan fasilitas yang kembali pada tahun
1960, Krejcirik dan awal tahun 1970, Seppanen dan yang lain

34

mengunakan teori metode graph yang sudah sangat mirip dengan


metode Sytematic Layout Planning (SLP) yang di buat oleh Muther.
Prosedur penggunaan nya dengan mengunakan hubungan antar fasilitas
atau juga dengan melihat dari From to chart frequenc sangat berguna
apabila barang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak maka
dihasilkan angka-angka yang dibentuk dikarenakan hubungan antar
fasilitas tersebut untuk membentuk suatu hubungan yang baik, dengan
metode ini memungkinkan hubungan antar fasilitas akan menjadi
terstruktur.
Adapun langkah-langkah dalam pengerjaan metode graph, yaitu :
o Dari hubungan antar fasilitas atau dari From to chart frequenc
dimana dengan syarat tidak ada keterbalikan antar fasilitas yang
memungkinkan tidak terlaksananya metode ini apabila terjadi hal
tersebut. Angka pada hubungan fasilitas akan menentukan hubungan
yang benar, dengan begitu angka 0 boleh saja untuk tidak
dihubungkan antar fasilitas karena tidak ada hubunganya dengan
fasilitas tersebut.
o Lalu dari hubungan antar fasilitas atau dari From to chart frequenc
langkah pertama akan ditentukan fasilitas mana yang paling besar
contoh ada 5 fasilitas yaitu fasillitas 1,2,3,4,5 dengan hubungan
fasilitas sebagai berikut :

35

Sumber : Facilities Planning, ompkins

Gambar 2.5 Gambar ARC


Setelah diketahui angkanya maka pilihlah fasilitas angka yang paling
besar karena penjelasan berdasarkan dari contoh maka yang akan di
pilih fasilitas 3 dan 4.
o Langkah kedua fasilitas 3 dan 4 terpilih maka selanjutnya
menentukan satu fasilitas lagi yang lebih besar yang untuk membuat
diagram graph tersebut dengan iterasi,

Sumber : Facilities Planning, Tompkins

Gambar 2.6 Iterasi dan Gambar


Setelah melakukan iterasi yang terpilih adalah angka 2 yang paling
besar dari total keseluruhan yaitu 25, dibuat diagram seperti gambar
2.6 untuk menentukan lokasi fasilitas yang baik.

36

o Selanjutnya masuk ke langkah yang ke tiga karena fasilitas ke-2


telah terpilih, maka sisa fasilitas 1 dan 5 lalu dipilih lagi seperti
langkah kedua dengan begitu dihasilkan fasilitas nomor 1 yang
paling besar seperti yang dapat di lihat gambar 2.7.

Sumber : Facilities Planning, Tompkins

Gambar 2.7 Iterasi dan Gambar


Setelah melakukan iterasi yang terpilih adalah angka 1 yang paling
besar dari total keseluruhan, dibuat diagram seperti gambar 2.7
untuk menentukan lokasi fasilitas yang baik.
o

Selanjutnya masuk ke langkah yang keempat karena fasilitas ke-1


telah terpilih, maka sisa fasilitas 5 yang paling akhir selanjutnya
tanpa melakukan iterasi lagi, maka langsung dibuat diagram untuk
menentukan posisi fasilitas nomor 5, seperti yang dapat dilihat pada
gambar 2.8.

37

Sumber : Facilities Planning, Tompkins

Gambar 2.8 Iterasi dan Diagram


Bedanyanya dengan langkah yang lain yaitu penentuan penempatan
fasilitas nomor 5 yang dimana fasilitas tersebut dapat ditaruh
diantara 1-2-3, 1-2-4, 1-3-4, 2-3-4, lalu dibuat iterasi untuk
menentukan fasilitas 5 yang ternyata di taruh di posisi 1-2-4 karena
total dari keseluruhan paling besar meskipun nilainya sama dengan
2-3-4, dipilih 1-2-4 karena pilihan 1-2-4 lebih dahulu keluar maka 23-4 tidak dipilih meskipun nilai nya sama dikarenakan hal
penempatan pertama yang keluar terlebih dahulu akan dipilih
terlebih dahulu.
o Langkah yang paling akhir setelah dilakukan iterasi paling akhir dan
optimal, maka hasil yang dibuat dengan metode graph dapat dilihat
pada gambar 2.9.

38

Gambar 2.9 Hasil Metode Graph


Sumber : Facilities Planning, Tompkins

Hasil yang didapat dari metode graph dan diterapkan pada tata letak
adalah hasil yang paling optimal didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai