Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
ISLAM DAN SEKULARISME
A. Pengertian Sekularisme
Secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum (bahasa
latin), mempunai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu
menunjukan kepada pengertian ‘sekarang’ atau ‘kini’, dan waktu
menunjuk kepada pengertian ‘dunia’ atau ‘duniawi’.1
Paham sekuler ini pertama mulai mendunia ketika Harvey Cox, menulis
sebuah buku berjudul “The Secular City”, kemudian menurut Cox,
sekularisasi adalah akibat logis dari dampak kepercayaan Bible terhadap
sejarah. Selanjutnya, ada tiga komponen penting dalam Bible yang
1 Syed Naquib Al Attas. Islam dan Sekularisme. (Bandung:Pustaka, 1981). Hal.18-19
2 Taqiyuddin An-Nabhani. Peraturan Hidup dalam Islam, (Bogor: Pustaka Tariqul Izzah, 2001), hal.41
3 Microsoft Encarta Dictionary 2009
2
menjadi kerangka asas menuju sekularisasi, yaitu “disentchantmen of
nature” yang dikaitkan dengan penciptaan (Creation), “desacralization of
politics” dengan migrasi besar-besaran (Exodus) kaum yahudi dari Mesir,
dan “deconsecration of values” dengan perjanjian sinai (Sinai Covenant).4
Jadi menurut Cox, sekularisasi adalah pembebasan manusia dari
asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari dunia lain
menuju dunia kini. Karena sudah menjadi satu keharusan, kata Cox, maka
kaum kristen tidak seyogyanya menolak sekularisasi. Sebab sekularisasi
merupakan konsekuensi otentik dari kepercayaan bible. Maka, tugas kaum
kristiani adalah menyokong dan memelihara sekularisasi.5
Yang perlu diperhatikan adalah adanya perbedaan antara
sekularisasi dan sekularisme. Menurut Syed naquib Al Attas, Sekularisasi
adalah
1. Disentchantmen of nature
2. Desacralization of politics
3. Deconsecration of values
4 Adian Husaini. Wajah Peradaban Barat:Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-Liberal, (Jakarta
:GIP,2005), hal.257
5
3
Disentchantmen of nature atau pentidakeramatan alam, sebuah istilah
yang dipinjam dari ahli sosiologi jerman, Max Weber ; yang memiliki
maksud pembebasan alam dari nada-nada keagamaan, memisahkannya
dari Tuhan dan membedakan manusia dari padanya, yang dengan
demikian membolehkannya untuk berbuat bebas terhadap alam.7
Alam menurut paham ini sama sekali tidak mempunyai nilai-nilai sakral
bahwa alam sebenarnya adalah ciptaan Tuhan yang selanjutnya manusia
ditugaskan sebagai penjaga untuk melestarikannya.
7 Ibid. hal.21
8 http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/28/sekilas-tentang-sekularisme/
9 S.N. Al-Attas. Op. Cit. hal.21
4
Tuhan di dalamnya. Maka tentu yang namnya rekayasa perlu kepada
skenario yang matang, dan desakralisasi politik ini adalah salah satu dari
skenario pembentukan sejarah versi manusia.
A. Sejarah Sekularisme
10 Ibid. hal. 22
11 Ibid. hal. 23
12 Ibid. hal.23
5
barat, dimana gereja mendominasi segala aspek kehidupan, terutama
dalam politik dengan pemerintahan teokrasinya.
13 Syamsudin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, (Jakarta:Gema Insani Press,2008), hal 86 -87
6
Pertama, kristen barat berdasarkan kacamata Islam, sebenarnya
adalah bukan lagi murni agama samawi. Dan penamaan kristen sendiri
justru bukan lahir saat agama itu diturunkan kepada Nabi Isa (Yesus).
Sejarah pun membuktikan, bahwa sepeninggal Nabi Isa as. ajaran yang
beliau bawa sedikit demi sedikit mengalami perubahan (baik yang bersifat
reduksi, adopsi, maupun asimilasi). Dan perubahan yang sangat
mendasar terjadi ketika Paus pertama ada. Atas nama sebagai rasul yang
diutus Yesus guna menyebarkan ajaran kristen ke seluruh dunia, dia
merubah tatanan nilai dalam kristen itu sendiri, seperti adanya trinitas.
Ketiga, karena dalam kristen ada teori two swords yang menyatakan
bahwa adanya dua kekuasaan yaitu kekuasaan Tuhan yang diwakili oleh
Gereja dan kekuasaan dunia yang diwakili oleh raja atau penguasa, dan
hal ini adalah apa yang disabdakan sendiri oleh Yesus sebagaimana yang
dikisahkan injil, ’’Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar
dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuhan”. Pada
teori two swords inilah sebenarnya sudah mengandung benih-benih
sekularisme.
7
Keempat, Kristen tidak mempunyai ajaran yang berbentuk
syari’at. Karena Nabi Isa diutus oleh Allah untuk meluruskan syari’at
Taurat yang telah diselewengkan dan bukan untuk membawa syari’at
yang baru. Oleh sebab itu, di dalam injil lebih banyak berisikan ajaran
akhlak dari pada ajaran aqidah atau syari’ah. Seingga ketika kristen
(gereja) mendominasi barat dalam segala aspek kehidupan, maka hal
tersebut sulit untuk dijalankan dan bahkan banyak mendapat
pertentangan-pertentangan.
8
Hal yang sama juga terjadi di negara-negara muslim lainnya, proses
westernisasi disokong oleh sejumlah pemikir liberal pada masa itu,
seperti Sir Sayyid Akhmad Khan, Nawwab abd al-latif, Mustafa khan,
dan Khuda Bakhsh. Isu yang digarap termasuk masalah akidah, Sayyid
Ahmad Khan misalnya, menganggap bibel masih murni dan utuh, jihad
tidak relevan, hadis tidak perlu, ayat-ayat alquran yang diturunkan di
mekkah lebih penting daripada ayat-ayat madaniyah, tafsir alQuran
harus rasional, Mi’raj Nabi hanya vision, dan agama harus ditarik dari
ruang publik.14
Di Turki, Pengaruh sekularisme terlihat jelas ketika runtuhnya
kekhilafahan usmani yang berada di turki dan digantikan oleh rezim
Mustafa kemal pasha .Mustafa attaturk merubah total sistem
pemerintahan dan kehidupan di turki, yakni menggantikan kesatuan
politik lama yang berlandaskan pada agama dengan landasan
nasionalisme sekular.
Turki kemudian menjiplak barat dengan segala aspek kehidupan,
mereka berpikir dengan menjiplak barat dan meninggalkan islam, UUD
turki pasal 1 menegaskan, turki adalah negara (1)Nasionalis, (2)
Kerayatan, (3) Kenegaraan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6)
Revolusioneris.15
Sekularisme merupakan yang paling berpengaruh pada negara
turki baru. Turki mengalami perubahan total menjadi negara sekular
dari sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Islam.Perubahan
total tersebut terlihat dari digantukannya azan dengan bahasa turki,
jilbab dilarang, biro syaikh al-Islam dihapuskan, kementerian syariah
dihapuskan, hukum waris dan pernikahan tidak lagi menggunakan
syariah, bahasa dan tulisan arab digantikan dengan bahasa turki dan
tulisan latin dan perubahan-perubahan lain yang menolak eksistensi
agama dalam kehidupan.16
Selain itu, untuk menjamin kelanggengan ideologi ini, rezim
kemalis menciptakan apa yang mereka sebut sebagai ‘Islam yang
9
tercerahkan’ (cagdas Islam), mirip dengan gagasan Islam progessif di
amerika serikat, Islam modernis di pakistan, Islam liberal di Indonesia,
atau Islam Hadhari di Malaysia. Namun, sebagai ideologi negara,
sekularisme di Turki menurut banyak pengamat dinilai gagal mencapai
tujuan. Sebab, diam-diam namun pasti Islam sebagai kekuatan politik
tampak mulai bangkit melawan kekuatan sekular dan berusaha
merebut kembali tampuk kekuasaan dari tangan mereka.17
Proses sekularisasi di mesir juga berlangsung setelah masuknya
penjajah prancis pada tahun 1798 dan inggris pada tahun 1802.
Beberapa tahun kemudian lahirlah tokoh-tokoh yang melahirkan
pembaharuan ala barat. Diantara pionirnya adalah Rifa’ah al-Thahtawi
(1801-1873), dengan gagasannya yang dituangkan dalam buku-
bukunya mengenai semangat kebangsaan dan cinta tanah air sama
pentingnya bahkan lebih utama daripada persaudaraan atas dasar
agama. Kemudian Qasim Amin (1863-1908) mengecam praktek
despotisme penguasa dan masyarakat saat itu, tetapi juga
menganggap syariat Islam sebagai kendala kemajuan, bahkan diapun
menyerukan kesetaraan gender, kebebasan dalam berbusana, dan
pelarangan poligami.18 Kemudian Ada lagi Ali Abdur Raziq yang
mengarang kitab Islam wa Ushulul hukm yang menganggap Islam
hanya sebagai agama dan tidak mengatur negara.
Adapun di Indonesia, sekularisasi sebenarnya telah berjalan sejak
zaman belanda. Pemerintah kolonial melarang keras ekspresi
keagamaan, khususnya Islam yang bagi banyak rakyat nusantara
bukan semata-mata agama, melainkan ideologi gerakan. Snouk
Hurgronje yang menjadi ulama palsu ala belanda, mendukung
pengembangan Islam dibidang ritual keagamaan, tetapi mencegahnya
untuk berperan dalam bidang politik.19
Paska kemerdekaan, Indonesia terpecah menjadi dua kubu, yakni
kubu yang menginginkan Indonesia sebagai negara sekular dan kubu
yang menginginkan Indonesia yang berasaskan Islam. Akhirnya
10
terbentuklah pancasila, dimana pada sila pertama terdapat
kalimat,”Dengan Kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, namun beberapa hari kemudian kalimat itu dihapus.
11
D. Fatwa MUI mengenai Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONEISA
Nomor : 7/MUNAS VII/MUI/II/2005
Tentang
PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22
Jumadil Akhir 1246 H. / 26-29 Juli M.;
MENIMBANG :
a. Bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme agama, liberalisme
dan sekularisme serta paham-paham sejenis lainnya di kalangan masyarakat;
b. Bahwa berkembangnya paham pluralisme agama, liberalisme dan sekularisme
serta dikalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan sehingga sebagian
masyarakat meminta MUI untuk menetapkan Fatwa tentang masalah tersebut;
c. Bahwa karena itu , MUI memandang perlu menetapkan Fatwa tentang paham
pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk di jadikan
pedoman oleh umat Islam.
MENGINGAT :
1. Firman Allah :
Barang siapa mencari agama selaian agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan terima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi… (QS. Ali Imaran [3]: 85)
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam… (QS. Ali
Imran [3]: 19)
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu
orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa
menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim. (QS. al-Mumtahinah [60]: 8-9).
12
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan. (QS. al-
Qashash [28]: 77).
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta. (terhadap Allah). (QS. al-An’am [6]: 116).
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit
dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah
mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling
dari kebanggaan itu. (Q. al-Mu’minun [23]: 71).
2. Hadis Nabi saw :
a. Imam Muslim (w. 262 H) dalam Kitabnya Shahih Muslim, meriwayatkan
sabda Rasulullah saw :
“Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorangpun
baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari Umat
Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku
bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni Neraka.” (HR Muslim).
MEMPERHATIKAN : Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII VII
MUI 2005.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PLURALISME AGAMA DALAM
PANDANGAN ISLAM
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan
13
1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative; oleh sebab
itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengkalim bahwa hanya agamanyasaja
yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan
bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di
surga.
2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah
tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan.
3. Liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnaah)
dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-
doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
4. sekualisme adalah memisahkan urusan dunia dari agama hanya digunakan
untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesame
manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan social.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. pluralism, Sekualarisme dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada
bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme Sekularisme dan Liberalisme
Agama.
3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat islam wajib bersikap ekseklusif, dalam
arti haram mencampur adukan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah
dan ibadah pemeluk agama lain.
4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas
agama), dalam masalah social yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah,
umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan social
denga pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.
KESIMPULAN
14
Islam dan sekularisme memiliki karakterisktik yang berbeda, sehingga
Islam yang memiliki pandangan alam (worldview) yang menyeluruh tidak
bisa dan tidak cocok dengan paham sekularisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/28/sekilas-tentang-sekularisme/
htttp://www.mui.or.id
15