BAB II
PEMBAHASAN
I. Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran IPS
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Througt Inquiry (1993)
mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku
yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomenafenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, Inquiry berkaitan dengan
aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau
pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993)
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai IPS dan akan lebih tertarik
terhadap IPS jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan IPS. Investigasi
yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini
difokuskan untuk memahami konsep-konsep IPS dan meningkatkan keterampilan
proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari
proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990)
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap IPS. Metode Inquiry membantu
perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah,
pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif.
Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep dan membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah harus dikurangi.
Pendekatan Inquiry dalam pengertian lain juga merupakan pendekatan yang
menekankan peserta didik untuk membangun sendiri konsep-konsep baru berdasarkan
konsep lama yang telah dimiliki.
Pada dasarnya Inquiry-dicavery-problem solving adalah istilah-istilah yang
sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukkan kegiatan
atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis, menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan. Selanjutnya Suud menyatakan bahwa discovery adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.
Sedangkan inquiry dibentuk meliputi discovery, dengan kata lain inquiry adalah
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan
penerapan/ penggunaan metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inquiry,
yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Pendekatan inquiry memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi inteletualnya dengan aktif
mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan
sendiri melalui proses berfikir ilmiah yang bersifat logis, dan sistematis. Strategi
inquiry dalam proses pembelajaran adalah strategi yang melibtkan siswa dalam tanya
jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan.
Berdasarkan kadar inquirynya, inquiry dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
Free inquiry
Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar.
Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaanya.
Guided inquiry
Kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar.
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam,
tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa
2. Guru harus mengetahui tempat-tempat dan letak sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan dan bagaimana prosedur memperolehnya.
3. Guru harus memiliki keterampilan untuk mengoperasikan sumber belajar.
Manfaat sumber belajar antara lain:
1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep
2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dalam lingkungan sekitar
3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran
dengan lebih baik
4. Mendorong penerapan pendekatan pembelajaran secara aktif
5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
6. Adanya kerja sama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya
dapat meningkatkan semangat kerja guru
7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan,
sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber belajar
untuk memperbaiki hasil belajarnya
D. PENGGUNAAN PENDEKATAN INKUIRI
Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat
bermakna, ada beberapa ha lyang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswasiswinya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri,
suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi,
serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri.
2. Memerlukan motivasi tinggi.
3. Pendekatan inkuiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya
dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi dan studi kasus.
E. PENERAPAN METODE INKUIRI
Menurut Bruce Joyce dan Marssha Weil (Sunaryo, 1989:99-100), ada
lima tahap pelaksanaannya yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.
Tahap pertama
1. Guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri
kepada siswa.
Tahap Kedua
1. Pengumpulan data dan verifikasi
2. Memverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa
Tahap Ketiga
1. Pengumpulan data eksperimentasi
2. Mengisolasi variable yang relevan
3. Menyusun dan menguji hipotesis
4. Hubungan sebab akibat
Tahap Keempat
1. Mengorganisir, formulasi, dan penjelasan
2. Menyusun deskripsi atau penjelasan
Tahap Kelima
1. Analisis proses inkuiri
2. Analisis strategi inkuiri dan mengembangkan proses inkuiri dan
mengembangkan proses inkuiri agar lebih efektif.
10
b. Besar- kecil
c. Sederhana- kompleks
Dengan demikian cara atau strategi pemecahan masalah dapat ditempuh dengan
cara intuitif, coba-coba, tradisional, berdasarkan pengalaman masa lampau, dan
sebagainya.
Secara umum ada tiga cara pemecahan masalah, antara lain :
1. Secara Otoratif, yaitu pemecahan masalah oleh penguasa yang berwenang
(pejabat, guru)
2. Secara Ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa metode
3. Secara Metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara yang tidak
rasional
Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan dapat dikatakan ilmiah apabila :
1. Mempunyai obyek
2. Mempunyai metode
3. Bersifat Universal
4. Mempunyai sistem
Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini melalui
suatu proses sebagai berikut :
1. Menyadari adanya suatu masalah
2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya
3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan
kemungkinan pemecahan lainnya.
Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan, yaitu :
1. Menciptakan lingkungan yang merangsang sehingga siswa memperoleh
motivasi yang kuat untuk menjawab permasalah dan kemudian menemukan
jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompeten.
2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari
pemecahannya.
Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap
kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah unuk meneliti dengan
seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis dan sampai menemukan.
Dan dalam metode ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif.
11
12
13
14
dan untuk masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika
kehidupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan
sains dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya
masalah-masalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan
teknologi tidak diiringi kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Dampak
negatif dari perkembangan dan penerapan sains dan teknologi mengakibatkan
berbagai ketimpangan, misalnya goncangan fisik (phisical shock) dan kejiwaan
(psycological shock). selain itu juga menyebabkan munculnya masalah perilaku
individu atau masyarakat terhadap penyakit sosial.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial yang harus mampu
mensintesiskan konsep yang relevan antar ilmu-ilmu sosial tersebut. Selain itu
kiranya perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial
dalam hidup bermasyarakat (M. Norman Somantri. 2001:198)
Dengan demikian IPS dapat mengkounter berbagai permasalahan sosial
yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. Peran IPS disini bukan
sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan pada berpikir bagaiman
menghadapi dampak sosial sebagai akibat perkembangan dan penerapan sains dan
teknologi.
Menurut Pejiadi (2002), pendidikan sains tidak hanya meningkatkan
aspek kognitif saja, tetapi perlu pula dikembangkan aspek afektif yaitu nilai dalam
bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Pendekatan STM ini sesuai denagn hakikat Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2004 (KTSP 2006) yaitu merupakan upaya untuk menyiapkan peserta
didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang
bermutu tinggi. Pendekatan STM dalam IPS dapat disisipkan pada pokok-pokok
bahasan yang telah ada. Jadi, tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru.
Tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran yaitu :
1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat
2. Tahap pembentukan konsep
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah
4. Tahap pemantapan konsep
15
5. Tahap evaluasi