Anda di halaman 1dari 13

3

BAB II
PEMBAHASAN
I. Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran IPS
David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Througt Inquiry (1993)
mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku
yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomenafenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, Inquiry berkaitan dengan
aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau
pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993)
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai IPS dan akan lebih tertarik
terhadap IPS jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan IPS. Investigasi
yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini
difokuskan untuk memahami konsep-konsep IPS dan meningkatkan keterampilan
proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari
proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990)
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap IPS. Metode Inquiry membantu
perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah,
pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif.
Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep dan membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan

guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah harus dikurangi.
Pendekatan Inquiry dalam pengertian lain juga merupakan pendekatan yang
menekankan peserta didik untuk membangun sendiri konsep-konsep baru berdasarkan
konsep lama yang telah dimiliki.
Pada dasarnya Inquiry-dicavery-problem solving adalah istilah-istilah yang
sesungguhnya mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukkan kegiatan
atau cara belajar yang bersifat mencari secara logis, kritis, analitis, menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan. Selanjutnya Suud menyatakan bahwa discovery adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.
Sedangkan inquiry dibentuk meliputi discovery, dengan kata lain inquiry adalah
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
Pengajaran IPS yang bermaterikan masalah-masalah sosial, memerlukan
penerapan/ penggunaan metode yang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran. Salah satu pendekatan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah inquiry,
yaitu suatu pendekatan yang bersifat student centered. Pendekatan inquiry memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi inteletualnya dengan aktif
mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan
sendiri melalui proses berfikir ilmiah yang bersifat logis, dan sistematis. Strategi
inquiry dalam proses pembelajaran adalah strategi yang melibtkan siswa dalam tanya
jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan.
Berdasarkan kadar inquirynya, inquiry dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:

Free inquiry
Siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan tujuan, isi, dan cara belajar.
Fungsi guru hanya mengawasi pelaksanaanya.

Modified Free inquiry


Siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena dalam beberapa hal siswa mendapat
pengarahan dan pengawasan guru.

Guided inquiry
Kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata lain peran guru semakin besar.
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam,
tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa

pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu


Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance
Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
A. Peran Guru dalam Pendekatan Inkuiri
Peranan guru dalam pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing,
stimulator dan fasilitator. Sebagai pembimbing guru harus membimbing dan
membantu siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan, dan masalah-masalah,
membantu siswa dalam menentukan sumber informasi yang tepat, dan
membimbing siswa melakukan penyeldikan. Sebagai stimulator, guru berusaha
menstimulir siswanya untuk berfikir aktif, dengan cara mengajukan pertanyaan,
meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip ke dalam berbagai situasi,
mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi. Sebagai fasilitator guru
hendaknya:
1. Menyiapkan tugas, masalah yang akan dipecahkan oleh siswa
2. Memberikan klarifikasi-klarifikasi
3. Menyiapkan setting klas
4. Meniapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
5. Memberikan kesempatan pelaksanaan
6. Sebagai sumber informasi jika dipelukan oleh siswa
Menurut Kosasi (1978:46). Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri, guru dituntut memiliki ciri-ciri guru inkuiri antara lain:
1. Memiliki kemampuan sebagai perencana (planner) baik rencana program
pengajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi
2. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaikbaiknya
3. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik
4. Guru mempunyai kemampuan sebagai manager
5. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, berupa pujian sebagai cara
untuk memotivasi belajar
6. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari suatu system nilai

B. Peran Siswa dalam Pembelajaran Inkuiri di SD


Dalam inkuiri siswa sebagai pengambil inisiatif dalam mentukan sesuatu .
Melalui pembelajaran inkuiri, siswa dapat dikondisikan aktif belajar, ikut
menentukan tujuan, isi, dan cara belajar.
Ditinjau dari segi siswa, dengan inkuiri terjadi proses mental yang tinggi,
sebab dengan aktivitas ini siswa mengasimilasi konsep dan prinsip, melakukan self
learning activities, dan melatih tanggung jawab sendiri (B. Suryobroto 1986:44).
Dengan demikian pendekatan inkuiri sebenarnya saangat bermanfaat bagi siswa.
Manfaat tersebut ( Mukminan. 2000:68 ) antara lain:
1. Mengembangkan keterampilan siwa untuk mampu memecahkan pemasalahan
serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri
2. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa atau meningkatkan potensi
intelektualnya
3. Membina pengembangan sikap penasaran (rasa ingin tahu) dan cara berbikir
obyektif, mandiri, kritis, logis, dan analitis baik secara individu maupun
kelompok
4. Meningkatkan kemampuan untuk melacak kembali (heuristik) dari discovery,
dimana discovery akan merupakan cara berpikir dan cara hidup dalam
menghadapi segala permasalahan kehidupan sehari-hari
Metode inkuiri dapat disebut juga sebagai metode penemuan yaitu cara
penyajiaannya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode penemuan ini melibatkan
peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Metode
penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Tujuan metode penemuaan ini adalah:
1. Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses
bahan pelajarannya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan
pengalaman belajarnya.
3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar yang tidak ada habisnya.

4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.


C. PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
Inkuiri memerlukan data untuk membuat penafsiran, sumber pengajaran
tersebut digunakan untuk membuka tabir pertanyaan yang berupa hipotesis.
Sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran
inkuiri adalah:
1. Gambar
Bermanfaat untuk membantu siswa dalam memperoleh pemahaman tentang
suatu konsep atau informasi, misalnya gambar binatang, alat transportasi,
peristiwa-peristiwa penting, dan bermacam-macam bentuk pakaian.
2. Model
Misalnya dapat memanfaatkan boneka dari berbagai suku banngsa dengan
pakaian adatnya masing-masing. Selain itu juga dapat digunakan model alat
transportasi tradisional. Contohya: delman, sepeda, dan gerobak.
3. Peta dinding
Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang konsep ruang, konsep jarak,
perbedaan ketinggian, pola hidup masyarakat dari berbagai daerah yang
berbeda.
4. Barang-barang bekas
Dapat digunakan untuk menggali informasi tentang pencemaran, pemanfaatan
bahan bekas untuk mencukupi kebutuhan hidup.
5. Slide dan film
Dapat dimanfaatkan untuk menggali informasi tentang suatu peristiwa,
permukaan bumi, masalah-masalah sosial, peninggalan kuno, dan
perkembangan suatu wilayah/kota.
6. Bahan cetak (buku-buku teks, dokumen, arsip)
Buku teks masih tetap digunakan, mengingat luasnya persoalan yang
berkembang selama kegiatan inkuiri.
Untuk memanfaatkan sumber belajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1. Guru harus menyadari akan pentingnya sumber belajar. Guru harus
mengupayakan agar para siswa dapat belajar efektif dan menyenangkan.

2. Guru harus mengetahui tempat-tempat dan letak sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan dan bagaimana prosedur memperolehnya.
3. Guru harus memiliki keterampilan untuk mengoperasikan sumber belajar.
Manfaat sumber belajar antara lain:
1. Dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep
2. Dapat mengakrabkan siswa maupun guru dalam lingkungan sekitar
3. Memungkinkan guru merancang dan melaksanakan program pembelajaran
dengan lebih baik
4. Mendorong penerapan pendekatan pembelajaran secara aktif
5. Memungkinkan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
6. Adanya kerja sama antar guru dapat menumbuhkan kebersamaan, selanjutnya
dapat meningkatkan semangat kerja guru
7. Memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan pengayaan,
sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan menggunakan sumber belajar
untuk memperbaiki hasil belajarnya
D. PENGGUNAAN PENDEKATAN INKUIRI
Agar pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat
bermakna, ada beberapa ha lyang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Memerlukan kondisi kelas yang khusus, misalnya guru percaya bahwa siswasiswinya dapat belajar dan bertindak berdasar kepercayaan pada diri sendiri,
suasana bebas artinya siswa dapat berkiprah dengan masalah yang dihadapi,
serta dapat menentukan sikap dan pendapatnya sendiri.
2. Memerlukan motivasi tinggi.
3. Pendekatan inkuiri tidak berdiri sendiri, tetapi keberhasilan pelaksanaannya
dibantu oleh metode lain, misalnya role playing, simulasi dan studi kasus.
E. PENERAPAN METODE INKUIRI
Menurut Bruce Joyce dan Marssha Weil (Sunaryo, 1989:99-100), ada
lima tahap pelaksanaannya yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori.

Tahap pertama
1. Guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri
kepada siswa.

2. Guru menjelaskan tentang tujuan dan proses pelaksanaan inkuiri dengan


yes and no questions.
3. Menyampaikan permasalahan yang kontradiksi

Tahap Kedua
1. Pengumpulan data dan verifikasi
2. Memverifikasi benda, keadaan, sifat, dan peristiwa

Tahap Ketiga
1. Pengumpulan data eksperimentasi
2. Mengisolasi variable yang relevan
3. Menyusun dan menguji hipotesis
4. Hubungan sebab akibat

Tahap Keempat
1. Mengorganisir, formulasi, dan penjelasan
2. Menyusun deskripsi atau penjelasan

Tahap Kelima
1. Analisis proses inkuiri
2. Analisis strategi inkuiri dan mengembangkan proses inkuiri dan
mengembangkan proses inkuiri agar lebih efektif.

II. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)


A. Metode dan Hakikat Pemecahannya
Masalah/ problem adalah adanya ketidak cocokan atau perbedaan antara
keadaan yang nyata dengan keadaan yang dikehendaki, atau bisa juga diartikan
suatu keadaan yang negatif yang tidak sesuai dengan keadaan yang diharapkan.
Sedangkan masalah sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu yang
mempengaruhi banyak orang dan yang oleh mereka/ orang lain dianggap sebagai
sumber kesulitan (difficulities), ketidakpuasan (unhappiness), dan yang
memungkinkan untuk ditanggulangi. Jadi masalah sosial merupakan situasi yang
kenyataannya tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut sifatnya masalah dibedakan menjadi beberapa macam, antara
lain :
a. Statis- dinamis

10

b. Besar- kecil
c. Sederhana- kompleks
Dengan demikian cara atau strategi pemecahan masalah dapat ditempuh dengan
cara intuitif, coba-coba, tradisional, berdasarkan pengalaman masa lampau, dan
sebagainya.
Secara umum ada tiga cara pemecahan masalah, antara lain :
1. Secara Otoratif, yaitu pemecahan masalah oleh penguasa yang berwenang
(pejabat, guru)
2. Secara Ilmiah, yaitu pemecahan yang menggunakan beberapa metode
3. Secara Metafisik, yaitu pemecahan yang menggunakan cara-cara yang tidak
rasional
Menurut Mukminan (2000:2), pengetahuan dapat dikatakan ilmiah apabila :
1. Mempunyai obyek
2. Mempunyai metode
3. Bersifat Universal
4. Mempunyai sistem
Landasan pemecahan masalah adalah berpikir kritis, cara berpikir kritis ini melalui
suatu proses sebagai berikut :
1. Menyadari adanya suatu masalah
2. Mencari petunjuk untuk pemecahannya
3. Pergunakanlah suatu pemecahan yang cocok dengan kriteria dan tanggalkan
kemungkinan pemecahan lainnya.
Dalam memecahkan suatu masalah dapat ditempuh dengan dua pendekatan, yaitu :
1. Menciptakan lingkungan yang merangsang sehingga siswa memperoleh
motivasi yang kuat untuk menjawab permasalah dan kemudian menemukan
jawaban yang memadai dibawah bimbingan guru yang kompeten.
2. Menghadapkan siswa kepada masalah-masalah untuk kemudian mencari
pemecahannya.
Metode pemecahan masalah didasarkan pada kesadaran terhadap
kenyataan, bahwa mengajar bukanlah sekedar berpidato dan mengkomunikasikan
ilmu pengetahuan kepada siswa. Tetapi mengajar adalah unuk meneliti dengan
seksama, mencari, menyelidiki, memikirkan, menganalisis dan sampai menemukan.
Dan dalam metode ini lebih menekankan pemikiran induktif dari pada deduktif.

11

B. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemecahan Masalah

Kelebihan Metode Pemecahan Masalah


1. Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah
2. Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif,
rasional, logis, dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa
banyak menggunakan mentalnya dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dan pendekatan dalam rangka mencari pemecahannya.
3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja
4. Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan pendapat
dan ide-idenya

Kelemahan Metode Pemecahan Masalah


1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa itu tidak mudah
2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengar dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir untuk
memecahkan masalah secara individu maupun kelompok yang kadangkadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan tantangan atau
bahkan kesulitan tersendiri bagi siswa
3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama sehingga terpaksa
mengambil waktu mata pelajaran yang lain
4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan
bahan baru
5. Metode ini kurang tepat jika digunakan bagi siswa yang belum dewasa

C. Penerapan Metode Pemecahan Masalah


Menurut Johnson dan Jhonson (Husein Achmad, dkk.1981) pemecahan masalah
sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :
1. Definisi masalah
2. Diagnosa masalah
3. Merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya

12

4. Penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dimiliki


5. Evaluasi keberhasilan strategi yang dicapai
III.Pendekatan Konsep Sains - Teknologi - Masyarakat (STM) dalam pembelajaran
IPS
A. Hakekat Pendekatan STM
STM merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang
ada di masyarakat. Adapun tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta
didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil
keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil
tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar, 1996).
Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari berbagai pola, antara lain
keterpaduan proses dan produk, keterpaduan berbasis proyek, keterpaduan antar
bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. bagi siswa SD, khususnya untuk kelas
tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, sedangkan
untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti pola keterpaduan
antar bidang.
IPS adalah salah satu bidang studi yang rumit karena luasnya ruang
lingkup dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif
dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, melainkan sangat penting
dalam situasi global sekarang ini. Dalam kenyataan pengajaran IPS didominasi oleh
proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur.
Melalui proses pembelajaran STM akan mengantarkan siswa untuk
melihat ilmu sebagaimana dunianya, siswa akan mengenal dan memiliki
pengalaman sebagaimana yang pernah dialami oleh seorang ilmuwan. STM dengan
teknologinya berusaha menjembatani antara ilmu dan masyarakat.
Karakteristik pendekatan STM menurut Yager (Arnie Fajar, 2002:27),
sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak
2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterpkan
untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari

13

4. Penekanan pada keterampilan proses, dimana siswa dapat menggunakannya


dalam memecahkan masalah
5. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi
6. Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak pada masyarakat di masa
depan
7. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar
Pendekatan STM dilandasi oleh dua hal penting, yaitu :
1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat yang
dalam pembelajarannya menganut pandangan konstruktivisme
2. Dalam pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses,
kreativitas, dan aplikasi
B. Pendekatan Sains Tehnologi Masyarakat dan kaitannya dengan IPS
Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial.
Pengaruh kemajuan ilmiah dan teknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga
berpengaruh terhadap masyarakat, dimana hal ini juga merupakan fenomena sosial.
Pemikiran ilmiah akan berpengaruh terhadap alam dimana masyarakat bertempat
tinggal.
Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukkan bagi mata pelajaran
IPA, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk pelajaran
IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah yang menarik di
dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS.
Perkembangan sains dan teknologi dapat menimbulkan perubahan
masyarakat. Perubahan masyarakat itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing
yang berupa teknologi. Masuknya teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya
mengubah kondisi kehidupan masyarakat,. tetapi juga dapat merubah cara hidup
manusia dalam masyarakat tersebut (Mead, 1962:288).
Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan
kehidupan masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai
inovasi dalam bidang sains dan teknologi yang mengarah pada seluruh aspek
kehidupan manusia. Dengan demikian antar sains, teknologi dan masyarakat
terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh

14

dan untuk masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika
kehidupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan
sains dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi sering kali berdampak pada terjadinya
masalah-masalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan
teknologi tidak diiringi kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Dampak
negatif dari perkembangan dan penerapan sains dan teknologi mengakibatkan
berbagai ketimpangan, misalnya goncangan fisik (phisical shock) dan kejiwaan
(psycological shock). selain itu juga menyebabkan munculnya masalah perilaku
individu atau masyarakat terhadap penyakit sosial.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial yang harus mampu
mensintesiskan konsep yang relevan antar ilmu-ilmu sosial tersebut. Selain itu
kiranya perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial
dalam hidup bermasyarakat (M. Norman Somantri. 2001:198)
Dengan demikian IPS dapat mengkounter berbagai permasalahan sosial
yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. Peran IPS disini bukan
sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan pada berpikir bagaiman
menghadapi dampak sosial sebagai akibat perkembangan dan penerapan sains dan
teknologi.
Menurut Pejiadi (2002), pendidikan sains tidak hanya meningkatkan
aspek kognitif saja, tetapi perlu pula dikembangkan aspek afektif yaitu nilai dalam
bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Pendekatan STM ini sesuai denagn hakikat Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2004 (KTSP 2006) yaitu merupakan upaya untuk menyiapkan peserta
didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang
bermutu tinggi. Pendekatan STM dalam IPS dapat disisipkan pada pokok-pokok
bahasan yang telah ada. Jadi, tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru.
Tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran yaitu :
1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat
2. Tahap pembentukan konsep
3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah
4. Tahap pemantapan konsep

15

5. Tahap evaluasi

Anda mungkin juga menyukai