I.
PENDAHULUAN
Apabila seorang filosof mulai melakukan pekerjaannya maka ia akan mulai dengan
mengemukakan berbagai pertanyaan. Pertanyaan pertanyaan itulah sebagai bahan mentah
dari seorang filosof. Filsafat lebih banyak mengandung isi studi tentang pertanyaan, daripada
tentang jawaban. Dimensi umum dari pertanyaan pertanyaan filsafat meliputi: pendidikan,
pribadi manusia, kemasyarakatan, masalah kosmos dan lain lain. Tetapi yang paling
diutamakan oleh seorang ahli filsafat adalah bertanya yang benar tentang kebenaran, yakni
kebenaran yang sesuai dan dapat dimengerti.
II.
PERMASALAHAN
Pada umumnya orang akan menerima suatu pemecahan masalah jika cara yang
dilakukan merupakan suatu yang nyata, sesuatu itu dapat diterima oleh akal yang selanjutnya
hasilnya dapat dianggap sebagai kebenaran.
Filsafat dalam mencari pemecahan masalah berhadapan dengan masalah utama Apa
yang nyata? atau ontologi, yaitu mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada.
Secara sederhana di bawah ini akan dibahas mengenai ontologi filsafat pendidikan yang
meliputi hakikat ontologi, scope kajian ontologi dan implikasi ontologi dalam dunia
pendidikan.
Dapat ditarik suatu alur bahwa ontologi itu sebagai salah satu cabang dari filsafat
yang ingin mencoba menemukan hakikat dari suatu yang ada, realitas merupakan bagian dari
yang ada itu sendiri. Hakikat dari realitas adalah segala sesuatu yang mengitari kita. Sisi dari
realitas merupakan esensi dan hakikat esensi adalah eksistensinya, yang akan berhenti setelah
adanya ketetapan atau jawaban yang benar. Dapat dipahami bahwa hakikat ontolog adalah
memecahkan permasalahan realitas secara tepat, karena konsepsi kita tentang realitas
mengontrol pertanyaan kita tentang dunia ini. Dan tanpa adanya pertanyaan, kita jelas tidak
akan memperoleh jawaban darimana kita nantinya akan membina kumpulan ilmu
pengetahuan yang kita miliki dan menetapkan disiplin tentang masalah masalah pokoknya.
Masalah realitas dapat dipahami dengan pernyataan bahwa nyata dan ada mempunyai
pengertian serupa. Kata ada kita pandang sebagai keragaman yang spesifik dan prosedur
ontologi yang pertama digunakan untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata atau ada
eksistensinya dari apa yang hanya nampaknya saja nyata. Sebagai contoh berikut: Sebuah
tongkat itu lurus, menurut perasaan dan penglihatan kita, sebelum kita ceburkan ke dalam air.
Tetapi setelah di dalam air menurut perasaan dan penglihatan kita ternyata tongkat tersebut
bengkok. Kita ambil lagi tongkat tersebut, maka ternyata keadaan tongkat tersebut terlihat
seperti biasa yaitu lurus.
c.
c.
religius tentang adanya makhluk makhluk yang berakhir dengan kematian. Bagaimana
kehidupan dan kematian dapat dimengerti.
Dengan demikian anak anak harus mendapat bimbimgan agar dapat memahami
realita dunia yang nyata ini, sehingga diharapkan anak anak mampu mengerti perubahan
perubahan didalam lingkungan hidupnya tentang nilai nilai moral dan hukum. Daya pikir
yang kritis akan sangat membantu pengertian tersebut. Kewajiban pendidik kaitannya dengan
ontologis ini ialah membina daya pikir yang tinggi dan kritis pada anak.[4]
Implikasi pandangan ontologi terhadap pendidikan adalah bahwa dunia pengalaman
manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isinya dalam
arti sebagai pengalaman sehari hari. Melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas realitas
fisis, spiritual, yang tetap dan yang berubah ubah. Juga hukum dan sistem kesemestaan
yang melahirkan perwujudan harmoni dalam alam semesta, termasuk hukum dan tertib yang
menentukan kehidupan manusia.[5]
IV. ANALISIS
Analisis yang dapat diambil dalam materi di atas adalah pada kajian ontologi, seorang
filosof berusaha ingin mencari apa yang ada di alam raya ini. Begitu juga para filosof juga
memikirkan apa yang nyata dalam alam raya ini. Namun apabila hal ini dilakukan oleh orang
awam, maka hasilnya akan membuang waktu saja dan tidak bermanfaat.
V.
KESIMPULAN
Ontologi adalah ilmu tentang yang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara
ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksi rasional
serta analisis dan sintesis logis.
Cakupan kajian ontologi meliputi realitas yang ada dan yang nyata maupun esensi dan
eksistensi. Hal ini karena realitas merupakan bagian yang ada.
Kurikulum merupakan inti dari pendidikan. Dalam muatan kurikulum sangat
menekankan pentingnya pandangan filsafat pendidikan yang menyeluruh. Jangkauan maupun
isi kurikulum diambilkan dari hal yang telah diketahui manusia dari nilai nilai yang
diperoleh dari alam semesta.
VI. PENUTUP
Demikian makalah ontologi ini kami buat, semoga isi dalam kandungan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kekurangan dalam makalah ontologi ini,
itu merupakan suatu kekhilafan dari kami.
DAFTAR PUSTAKA
http://van88.wordpress.com/filsafat-dan-tujuan-pendidikan/
Idi, H. Jalaluddin dan Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Syam, Mohammad Nor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),
hal. -17-18.
[2] H. Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007),
hal.83.
[3] http://van88.wordpress.com/filsafat-dan-tujuan-pendidikan/
[4] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007),
hal. 21-23.
[5] Mohammad Nor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsfat Kependidikan Pancasila,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1988), hal. 32.
[1]