PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan
dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Perdarahan post partum merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak. Semua wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko
perdarahan post partum dan sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal
telah turun secara drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post
partum tetap merupakan penyebab kematian maternal terbanyak dimanamana.
Kehamilan yang berhubungan dengan kematian maternal secara langsung
di Amerika Serikat diperkirakan 7 10 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup.
Data statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% dari
kematian ini disebabkan oleh perdarahan post partum. Di negara industri,
perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab
kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di beberapa
negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap
100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari
kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan
100.000 kematian matenal tiap tahunnya.
Efek perdarahan terhadap ibu hamil bergantung pada volume darah saat
ibu hamil, seberapa tingkat hipervolemia yang sudah dicapai dan kadar
hemoglobin sebelumnya. Anemia dalam kehamilan yang masih tinggi di
Indonesia serta fasilitas tranfusi darah yang masih terbatas menyebabkan PPP
akan mengganggu penyembuhan pada masa nifas, proses involusi, dan laktasi.
Sehingga dalam hal ini, kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki
dalam makalah ini memilki kesempatan untuk membahas masalah perdarahan
post partum yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang
perdarahan post partum sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bgaimana konsep dasar perdarahan post partum?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
perdarahan post partum?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi perdarahan post partum
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi perdarahan post partum
3. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi dari perdarahan post partum
4. Agar mahasiswa mampu memahami patofisiologi perdarahan post partum
5. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari perdarahan post
partum
6. Agar mahasiswa memahami langkah dan cara untuk menegakkan diagnose
penderita perdarahan post partum
7. Agar mahsiswa mengetahui tata cara pelaksaan atau penanggulangan yang
dilakukan terhadap pasien perdarahan post partum serta mengetahui
komplikasi yang dapat terjadi
8. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep asuhan
keperawatan pada pasien perdarahan post partum
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah inidapat menjadi sumber referensi
bacaan bagi mahasiswa maupun masyarakat. Serta diharapkan mahasiswa
mengerti dan bisa menerapkan asuhan keperawatan tersebut ada pasien
perdarahan post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Perdarahan Post Partum
1. Definisi
Perdarahan postpartum (PPP) adalah perdarahan yang masif yang
berasal dari tempat implantasi (penanaman telur yang sudah dibuahi ke dalam
dinding uterus pada awal kehamian) plasenta, robekan jalan lahir dan jaringan
sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang disamping
pendarahan karena hamil ektopik (diluar tempatnya) dan abortus. PPP bila
tidak mendapat penanganan semestinya akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu serta proses penyembuhan kembali. (Prawirohardjo, 2011)
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir. Dalam pengertian ini dimasukkan juga
perdarahan karena retensio plasenta. (Mochtar, 1990)
Mochtar (1990) membagi klasifikasi perdarahan post partum menurut
waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian yaitu:
a. Pendarahan postpartum primer (early post partum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
b. Pendarahan postpartum sekunder (late postpartum hermorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam dan biasanya antara hari ke 5 sampai ke 15
postparum.
Menurut Wiknjosatro, H. (1960) dikutip dari (Mochtar, 1990)
pendarahan umumnya dan perdarahan postpartum khususnya masih
merupakan salah satu dari sebab utama kematian ibu dalam persalinan.
Karena itu ada tiga pokok yang harus dipegang dalam menolong persalinan
dengan komplikasi perdarahan postpartum, yaitu :
a. Penghentian perdarahan;
b. Jaga jangan sampai timbul syok;
c. Penggantian darah yang hilang.
2. Etiologi
Adapun menurut Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung (1982) penyebab dari perdarahan post partum
adalah:
a. Perdarahan atonis
b. Robekan cervix atau robekan vagina,
c. Tertinggalnya bagian-bagian plasenta,
d. Perdarahan karena coagulopathi
3. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni (tidak ada kekuatan otot) uteri dan
subinvolusi (kembali kepada ukuran semula) uterus menyebabkan kontraksi
uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi
tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma
jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri
juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit
darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak
ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan
jalan lahir (Juliyanti, 2013)adalah:
a. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1) Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih
tinggi.
2) Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
perdarahan
secepat
mungkin
dan
mengangatasi
akibat
adhesiva
plasenta
yang
melekat
pada
desidua
akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka
akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
(Juliyanti, 2013)
kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat pada pemeriksaan speculum.
c. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus
genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung
lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.
Pathway:
PPP
Pengeluaran darah yang lebih dari
500-600 cc setelah melahirkan (uri dan
anak).
Berkurangnya volume
intravaskular
Eritrosit keluar
Anemia
Mudah terjadi infeksi
Hb menurun
Ke otak syock.
4. Manifestasi Klinis
Asidosis metabolik
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual. (Juliyanti, 2013)
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang
timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan
5. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu
syok hipovolemik. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat
terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi
dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan
yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan
fungsi organ organ seperti gagal ginjal mendadak.(Chalik, 2000) dikutip dari
(Anonim, 2013)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
fibrin
(FDP/FSP),
penurunan
kadar
fibrinogen
masa
7. Penatalaksanaan
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak
berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
a. Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus
bagian
bawah
untuk
menstimulasi
kontraksi
dan
kekuatan
menstruasi
meliputi:
Menarche,
lamanya
siklus,
Riwayat
nifas
meliputi:
Keadaan
lochea,
apakah
ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Suhu badan biasanya meningkat sampai
Setelah satu hari suhu akan kembali normal
penurunan akibat hipovolemia
C dianggap normal.
C), terjadi
b. Nadi: denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
c. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
d. Pernafasan: bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi
tidak normal.
e. Pemeriksaan Khusus
f. Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini
meliputi :
1) Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen
plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
2) Sistem vaskuler
3) Sistem Reproduksi
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan
fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
Traktus urinarius
Rencana:
1) Jelaskan pada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif
terhadap tindakan perawatan yang dilakukan.
2) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (makan dan minum).
R/ Kelemahan tubuh mengharuskan klien memenuhi kebutuhan
dengan bantuan orang lain.
3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri.
R/
Kelemahan
tubuh
yang
terjadi
dapat
mengakibatkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Mochtar, 1990)
Klien yang mengalami perdarahan post partum akan berrisiko
kekurangan cairan, anemia hingga sepsis, hingga infeksi sehingga
mengganggu proses pada masa nifas pada klien tersebut.
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu
syok hipovolemik. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat
terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi
dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan
yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan
fungsi organ organ seperti gagal ginjal mendadak.(Chalik, 2000) dikutip dari
(Anonim, 2013)
B. Saran
Ibu hamil ataupun yang akan melahirkan sebaiknya menyiapkan kondisi
fisik maupun psikologinya sehingga saat melahirkan kemungkinan untuk
mengalami perdarahan post partum berpersentasi kecil, dapat dilakukan
seperti pola atau hidup yang baik hingga asupan makanan yang adekuat untuk
proses persalinan sehingga kalaupun terjadi perdarahan si ibu masin banyak
mempunyai cadangan fe yang cukup untuk meregenarasi sel darah merah
maupun hemoglobin yang di dalam tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. 1982. Obstetri Patologi. Penerbit & Percetakan Elstar Offset:
Bandung.
Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta
Anonim.
Tinjauan
Teori
Perdarahan
Post
Partum.
Maret
2014.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-umarohchay-63052-babii.pdf
Indri Rohmawati. Perdarahan post partum dan penanganannya. 23 Januari 2013.
http://indrirohmawati.blogspot.com/2013/01/pendarahan-postpartum-danpenanganannya.html
Nova Juliyanti. Askep Pada Post Partum dengan Komplikasi Perdarahan, Infeksi
dan Baby Blues. 14 Juni 2013. http://njuliyanti.blogspot.com/2013/04/askeppada-post-partum-dengan.html